Anda di halaman 1dari 5

ABSTRAK

STUDI KASUS PADA PASIEN Ny. “M” DENGAN JANTUNG KORONER DIRUANG INTENSIVE CARE
UNITRUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAKASSAR

Hartaty
hartaty@gmail.com
8824470018
Dosen tetap pada program studi DIII keperawatan Sandi Karsa Makassar

Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam meningkatkan derajat kesehatan, terutama
dalam pelayanan keperawatan yang merupakan bagian penting dalam pelayanan kesehatan, karena melalui asuhan
keperawatan yang baik dan berkesinambungan, maka kebutuhan bio, psiko, sosial, spiritual dan kultural dapat
terpenuhi. (Mubarak, 2009).
Tujuan dari penelitian ini adalah diperoleh pengalaman nyata dalam penerapan studi kasus pada pasien Ny.“
M”dengan Jantung Koroner di ruang ICU Rumah Sakit Bhayangkara Makassar. Studi Kasus desain deskriptif
dimana akan menjelaskan tentang kasus yang dialami oleh pasien dengan jantung koroner. Rancangan metode studi
kasus Subyek dari studi kasus ini adalah pasien Ny.”M” dengan penyakit jantung koroner yang dirawat di ruang
ICU rumah sakit Bhayangkara Makassar.
Hasil penelitian Setelah melaksanakan proses keperawatan pada Ny”M” penulis mendapatkan pengalaman
nyata dalam pengkajian dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi, pemeriksaan
fisik, dan studi dokumentasi agar dapat merumuskan diagnosa keperawatan.Setelah melaksanakan proses
keperawatan pada Ny”M” penulis mendapatkan pengalaman nyata dalam menentukan diagnosa
keperawatan.Setelah melaksanakan proses keperawatan pada Ny “M” penulis mendapatkan pengalaman nyata
dalam melakukan intervensi keperawatan.Setelah melaksanakan proses keperawatan pada Ny “M” penulis
mendapatkan pengalaman nyata dalam melakukan implementasi yang sesuai dengan intervensi yang telah di
buat.Setelah melaksanakan proses keperawatn pada Ny“M “ penulis mendapatkan pengalaman nyata dalam
mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah di lakukan.Setelah melakukan proses keperawatan pada Ny “M”
terdapat kesenjangan dari segi pengkajian data di mana pada teori tidak di dapatkan data sesak sedang pada kasus
yang menjadi keluhan utama adalah sesuai. Pada intervensi tidak ada kesenjangan yang di dapat.
Diharapkan setelah melakukan pengkajian keperawatan yang dilakukan secara sistematis dan komprehensif
dengan menggunakan teknik pengumpulan data, perawat dapat memperoleh data yang akurat agar mampu
menentukan diagnosa keperawatan sesuai dengan kondisi klien.Diharapkan setelah melaksanakan proses
keperawatan secara langsung perawat mampu menentukan diagnosa keperawatan yang di dapat dari data.
Diharapkan setelah menentukan diagnosa keperawatan yang ada perawat mampu merumuskan rencana keperawatan
sesuai dengan kondisi klien.
Kata Kunci: pasien jantung koroner

Pendahuluan keluarga atau masyarakat yang sehat ataupun yang sakit.


Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian (A. Azis Alimul H, 2004).
penting dalam meningkatkan derajat kesehatan, Salah satu masalah yang sering dijumpai pada
terutama dalam pelayanan keperawatan yang system kardiovaskuler adalah penyakit jantung koroner.
merupakan bagian penting dalam pelayanan kesehatan, Penyakit jantung dewasa ini merupakan penyebab
karena melalui asuhan keperawatan yang baik dan paling utama keadaan sakit dan kematian di negara
berkesinambungan, maka kebutuhan bio, psiko, sosial, berindustri maju di Amerika Serikat, penyakit jantung
spiritual dan kultural dapat terpenuhi. (Mubarak, 2009) menunjukkan angka kematian dua kali lipat dari kanker
Sejalan dengan hal tersebut diatas, pelayanan (penyebab kematian yang paling sering), yang
keperawatan dirumah sakit juga mengalami merupakan kira-kira 37% sebab kematian. Kira-kira
perkembangan. Tidak hanya berupa bagaimana 88% disebabkan karena penyakit jantung iskemik (IHD)
penyembuhan pasien atau mengurangi rasa sakit akan yang merupakan penyakit jantung koroner (CHD).
tetapi berkembang menjadi proses keperawatan yang The Silent Killer menjadi julukan untuk penyakit
pada intinya mengajak pasien dan keluarga untuk jantung koroner karena menjadi pembunuh nomor satu
bekerja sama dalam proses penyembuhan terorganisasi. di dunia. Data dari WHO mengatakan bahwa lebih dari
Hal ini menuntut perawat untuk memberikan pelayanan 7 juta orang meninggal dunia akibat penyakit jantung
yang professional yang komprehensif meliputi aspek koroner pada tahun 2002, di tahun 2005 7,6 juta
bio, psikososial, spiritual, yang ditujukan pada individu, meninggal dunia dan di perkirakan mencapai 11 juta
orang pada tahun 2010.( rachmadrevant, 2009)

1
2

Hipotesis keempat menjelaskan bahwa kadar besi


Konsep Medis Jantung Koroner serum yang tinggi dapat merusak arteri koronaria
Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung atau memperparah kerusakan karena hal lain.
yang terjadi karena rusaknya dinding pembuluh darah
karena berbagai faktor seperti radikal bebas yang Patofisiologi
terkandung dalam rokok ( Djoko Maryono, 2009 ) Langkah pertama karena adanya cedera pada sel-sel
Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung endotel yang melapisi lumen arteri . Akibat cedera,
akibat gangguan pada sistem pembuluh darah berupa integritas sel endotel terganggu dan permeabilitas sel-
tersumbatnya pembuluh arteri.( Ridwan, 2002) sel endotel terhadap berbagi bahan – bahan tersebut
Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung memiliki akses ke dalam arteri cedera pada sel- sel
yang ditandai dengan keadaan penimbunan lipid endotel mencetuskan reaksi peradangan pada sel imun ,
abnormal atau bahan lemak dan jaringan fibrosa pada sehingga terjadi pelepasan peptida –peptida vasoaktif
dinding pembuluh darah yang mengakitkan perubahan dan penimbungan makrofag dan trombosit di luar dan
struktur dan fungsi arteri serta penurunan aliran darah didalam arteri. Banyak produk peradangan yang
ke jantung ( Arif muntaki, 2009) merangsang proliferasi sel otot polos sehingga sel- sel
otot polos tumbuh kedalam tunika intima. Kolesterol
Etiologi dan lemak plasma mendapat akses ke tunika intma
1. Kolesterol yang tinggi karena permeabilitas lapisan endotel meningkat.
Hipotesis pertama mengisyaratkan bahwa kadar Apabila cedera dan peradangan terus berlanju, maka
kolesterol serum dengan trigliserida tinggi dapat agregasi trombosit meningkat dan mulai terbentuk
menyebabkan pembentukan aterosklerosis. Kolsteol trombus. Sebagian di dinding pembuluh diganti oleh
dan trigliserida didalam darah terbungus dalam jaringan parut sehingga struktur dinding berubah. Hasil
protein pengangkut lemak yang disebut akhinya adalah penimbunan kolesterol dan lemak,
lipoprotein,Lipoprotein berdentitas tinggi ( high- pembentukan jaingan parut, pembentukan bekuan yang
density liporotein , HDL) membawa lemak keluar berasl dari trombosit, dan proliferasi sel otot polos.
sel untuk diuraikan dan diketahui protektif melawan Semua faktor ini menyebabkan berkurangnya garis
aterosklerosis, Namun, lipoprotein yang berdentitas tengah arteri peningkatan kekakuan.( corwin, 2001)
rendah ( low- density lipoprotein, LDL ) dan
lipoprotein yang berdentitas sangat rendah ( very –
low-density lipoprotein, VDHL ), membawa lemak Manifestasi klinik
ke seluruh tubuh, termasuk sel endotel arteri. 1. Klaudikasio intemitten ,suatu perasan nyeri dan
Lipoprotein merembes kolesterol dan trigliserida di keram di eksremitas bawah , terutama terjadi
lepasakan ke dalam sel. Di dinding arteri , oksidasi setelah atau sesudah olah raga.
kolesterol dan trigliserida menyebabkan 2. Peka terhadap rasa dingin karena alian darah ke
pembentukan radikal- radikal bebas yang di ketahui ekstremitas tidak adekuat
merusak sel- sel endotel. 3. Perubahan warna kulit ( pucat )
2. Tekanan darah yang tinggi 4. Denyut nadi yang lemah dan banyak berkeringat
Hipotesis kedua didasarkan pada kenyataan bahwa
tekanan darah yang tinggi secara kronis Test Diagnostik
menimbulkan gaya regang / potong yang merobek 1. Peningkatan kadar kolesterol dan trigelserida dapat
lapisan endotel arteri dan arteriol. Gaya regang mengindikasi adanya faktor resiko untuk jantung
trutama timbul ditempat- tempatarteri bercabang koroner. Kadar kolesterol diatas 180 mg/dl pada
atau membelok: kahas untuk arteri koroner, aorta, orang yang berusia 30 tahun atau kurang atau diatas
arteri- arteri serebelum. Dengan robeknya lapisan 200 mg/ dl untuk mereka yang berusia lebih dari 30
endotel , maka timul kerusakan yang berulang- tahun di anggap meningkat dan beresiko khusus
ulang sehingga terjadi siklus peradangan , penyakit jantung koroner.
penimbunan sel drah putih dan trombosit, serta 2. Elektrokardiogram (EKG ) : biasanya normal bila
pembentuan bekuan. Setiap troumbus yang pasien istirahat teapi datar atau depresi pada
terbentuk dapat terlepas dari areri sehingga erjadi segment ST gelombang T menunjukkan iskemik.
embolus di bagian hilir. Peninggian ST atau penurunan lebih dari 1 cm
3. Infeksi virus selama nyeri tanpa abnormalitas bila bebas nyeri
Hipotesis ketiga menjelaskan bahwa sebagian sel menunjukkan iskemik miokrd transien, distritmia,
endotel mungkin terinfeksi oleh suatu virus. Infeksi dan blok jantung
mencetuskan siklus peradangan . Sel- sel darah 3. Enzim / izoenzim jantung : peningkatan
putih dan trombosit datang ke daerah tesebit dan menunjukkan kerusakan miokard
terbentklah bekua n dan jaringan parut Virus 4. Foto dada : biasanya normal namun infliltrat
spesifik yang bisanya diduga berperan dalam teori mungkin menunukkan dekompensasi jantung atau
ini adalah sitomegalovirus, anggota dari famili komplikasi paru
virus herpes 5. Elektrokardiografi ( ECHO)
4. Kadar besi yang tinggi
3

Komplikasi keperawatan pada kasus nyata pada klien Ny.”M”yang


1. Dapat menimbulkan hipertensi akibat dirawat.
arteriosklerosis yang lama Secara garis besar tampak adanya persamaan
2. Trombus dapat terlepas dari plak arteriosklerosis, antara landasan teori yang telah dibahas dalam bab II
hal ini dapat menimbulkan obsruksi aliran darah di dengan tinjauan kasus karya tulis ini, namun tetap
sebelah hilir, menimbulkan sroke apabila ditemukan kesenjangan sekalipun relatif kecil
pembuluh darah otak yang tersumbat atau infack mengingat perbedaan tingkat beratnya penyakit dan
miocardim apabila pembuluh darah jantung yang respon individu terhadap penyakit.
terkena Untuk memudahkan dalam memahami
3. Pembentukan suatu aneurisma , pelemahan arteri. kesenjangan yang terjadi seperti dimaksud diatas, maka
Aneurisma tersebut dapat pecah dan menimbulkan penulis membahas sebagai berikut :
stroke apabila terkena di pembuluh serebelum
4. Dapat timbul vasospasme di pembuluh- pembuluh Pengkajian
ateroskerosis. Sel endotel normal berfungsi Pada tinjauan teori penyakit jantung koroner, data
menghambat berbagai zat vasoaktif agar tidak yang lazim ditemukan pada pengkajian meliputi Nyeri
secara langsung berikatan dengan, dan bekerja pada dada, peka terhadap rasa dingin, pucat. berkeringat
sel- sel tunika media. Apabila lapisan endotel banyak
tersebut tidak utuh, peptida- peptida tertentu Sedangkan pada pengkajian yang dilakukan oleh
misalnya serotitin dan asetilkolin dapat berdifusi penulis, data yang ditemukan adalah klien sering batuk,
secara langsung ke lapisan otot polos di bawahnya , klien mengalami sesak pada saat batuk, nyeri dada,
menyebabkan sel otot polos berkontraksi. Respon tampak lemas, susah tidur
ini mungkin berperan pada spasme arteri koronaria Kesenjangan yang ditemukan adalah data sesak
, atau spasme arteri serebelum dikenal sebagai dan susah tidur tidak ditemukan di teori sedangkan
serangan iskemia tansien ( transien ischemik pasien mengeluh sesak , Hal ini karena sudah terjadi
attacks ) . Hal ini juga dapat menyebabkan perembesan ke alveoli dan edema paru sehingga
impotensi pada pria ,yang mengandalkan mengakibatkan sesak dan akhirnya susah tidur
vasodilatasi arteri- arteri penis dan di ikuti oleh
vaso kontriksi.

Diagnosa Keperawatan
Penatalaksanaan Menurut teori, diagnosa keperawatan yang dapat
1. Modifikasi diet atau obat utuk menurunkan kadar timbul pada klien dengan Jantung koroner ada 4
kolesterol dan trigliserida diagnosa yaitu :
2. Asprin atau obat – obat anti- trombosit untuk 1. Nyeri berhubungan dengan ketidakseimbangan
mengurangi pembentukan troumbus suplai darah dan oksigen dengan kebutuhan
3. Program olah raga yang terancang baik dapat miocardium akibat sekunder dari penurunan suplai
meningkatkan pembentukan pembuluh kolateral darah ke miocardium, peningkatan produksi asam
disekitar bagian yang tersumbat dan dapat laktat.
menurunkan jumlah lemak dalam darah serta 2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan
meningkatkan HDL perubahan kontraktilitas, irama,dan konduksi
4. Pada pengidap diabetis, kontrol gula , kurangi elektrik.
merokok 3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan
5. Tindakan inavasif : PTCA ( percutaneous penurunan perfusi perifer akibat sekunder dari
Transluminal Coronaria Angioplasty ), dikenal ketidakseimbangan suplai oksigen miocard
sebagai pemasangan cincin pada pembuluh darah dengan kebutuhan
yang tersumbat, pemasangan ini dilakukan apabila 4. Ansietas berhubungan dengan rasa takut, akan
kurang dari 3 pembuluh darah yang tersumbat. kematian, ancaman, dan perubahan kesehatan.
Sedangkan pada kasus nyata, diagnosa yang
Metodologi Penelitian ditemukan sebanyak 3 diagnosa yakni :
Rancangan Studi Kasus desain deskriptif dimana 1. Gangguan difusi gas berhubungan dengan
akan menjelaskan tentang kasus yang dialami oleh perembesan cairan kongesti paru dan edema paru.
pasien dengan jantung koroner. Subyek dari studi kasus 2. Nyeri berhubungan dengan ketidakseimbangan
ini adalah pasien Ny.”M” dengan penyakit jantung suplai oksigen dengan kebutuhan miocardiun, dan
coroner. peningkatan asam laktat
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
Pembahasan ketidakseimbangan suplai oksigen dengan
Pada bab ini penulis akan menguraikan secara kebutuhan tubuh
singkat mengenai kesenjangan antara konsep teori Kesenjangan yang ditemukan tentang diagnosa
penyakit jantung koroner baik medis maupun keperawatan yang ada dalam teori tetapi tidak
keperawatan dengan hasil penerapan proses ditemukan dalam kasus nyata yaitu :
4

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan 2. Setelah melaksanakan proses keperawatan pada
perubahan irama dan konduktivits jantung Ny”M” penulis mendapatkan pengalaman nyata
Diagnosa ini tidak di temukan dalam kasus karena dalam menentukan diagnosa keperawatan.
tidak ada data yang mendukung. 3. Setelah melaksanakan proses keperawatan pada Ny
Kesenjangan yang terjadi pada kasus nyata dan “M” penulis mendapatkan pengalaman nyata dalam
tidak ada dalam teori adalah: melakukan intervensi keperawatan.
1. Gangguan difusi gas behubungan dengan adanya 4. Setelah melaksanakan proses keperawatan pada Ny
perembesan pada alveoli dan edema paru “M” penulis mendapatkan pengalaman nyata dalam
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya melakukan implementasi yang sesuai dengan
sesak dan batuk. intervensi yang telah di buat
Pada kasus di temukan diagnosa tersebut karena 5. Setelah melaksanakan proses keperawatn pada
pada klien mengeluh sesak dan batuk sehingga akan Ny“M “ penulis mendapatkan pengalaman nyata
mengganggu pola tidur klien. dalam mengevaluasi tindakan keperawatan yang
telah di lakukan.
Implementasi 6. Setelah melakukan proses keperawatan pada Ny
Tindakan keperawatan yang dijalankan selalu “M” terdapat kesenjangan dari segi pengkajian data
berorientasi pada rencana yang telah dibuat, dengan di mana pada teori tidak di dapatkan data sesak
mengantisipasi seluruh tanda – tanda yang ada sehingga sedang pada kasus yang menjadi keluhan utama
tujuan dapat dicapai. Tindakan yang diberikan meliputi : adalah sesuai. Pada intervensi tidak ada kesenjangan
1. Observasi yang di dapat.
2. Tindakan mandiri
3. Tindakan kolaboratif Saran
4. Tindakan edukatif Diharapkan setelah melakukan pengkajian
Di dalam rencana tindakan yang diberikan tidak ada keperawatan yang dilakukan secara sistematis dan
kesenjangan dalam pelaksanaan kasus nyata. komprehensif dengan menggunakan teknik
pengumpulan data, perawat dapat memperoleh data
Evaluasi yang akurat agar mampu menentukan diagnosa
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses asuhan keperawatan sesuai dengan kondisi klien.Diharapkan
keperawatan. Evaluasi bertujuan untuk menilai apakah setelah melaksanakan proses keperawatan secara
tujuan yang telah diterapkan pada pelaksanaan asuhan langsung perawat mampu menentukan diagnosa
keperawatan tercapai atau tidak. Berdasarkan evaluasi keperawatan yang di dapat dari data. Diharapkan
yang penulis lakukan pada tinjauan kasus ini, tidak setelah menentukan diagnosa keperawatan yang ada
didapatkan masalah yang teratasi, dimana masalah perawat mampu merumuskan rencana keperawatan
tersebut antara lain : sesuai dengan kondisi klien.Diharapkan setelah
1. Gangguan difusi gas berhubungan dengan melakukan proses keperawatan perawat mampu
perembesan cairan kongesti paru, edema paru memberikan implementasi yang sesuai dengan
2. Nyeri berhubungan dengan ketidakseimbangan intervensi yang telah di buat. Diharapkan setelah
suplai oksigen dengan kebutuhan miocardiun, dan melakukan proses keperawatan perawat mampu
peningkatan asam laktat mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah di
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan lakukan, sehingga menentukan masalah yang dapat
ketidakseimbangan suplai oksigen dengan tearatasi dan yang belum teratasi. Diharapkan setelah
kebutuhan tubuh melakukan proses keperawatan perawat mampu
Ketiga diagnosa belum dapat teratasi sesuai dengan menganalisa kesenjangan antara teori dengan kasus
tujuan yang diharapkan karena penyakit Jantung yang di angkat, sehingga menjadi bahan informasi bagi
koroner adalah penyakit yang memerlukan waktu yang apabila terjadi kesenjangan antara kasus dan teori.
relatif lama untuk penyembuhannya, sedangkan waktu
yang diberikan kepada penulis untuk melaksanakan
perawatan sangat singkat. Meskipun demikian keempat
diagnosa tersebut pada dasarnya mengalami kemajuan-
kemanjuan yang cukup berarti.

Kesimpulan
Berdasarkan pengalaman penulis setelah
melaksanaan proses keperawatan pada Ny”M” dengan
penyakit jantung koroner,dapat mengemukakan
kesimpulan sebagai berikut :
1. Setelah melaksanakan proses keperawatan pada
Ny”M” penulis mendapatkan pengalaman nyata
dalam pengkajian dengan menggunakan teknik
pengumpulan data berupa wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik, dan studi dokumentasi agar dapat
merumuskan diagnosa keperawatan.
5

Daftar Pustaka

Corwin, Elizabeth. 2001. Patofsiologi. EGC. : Jakarta


Maryono, Djoko. 2009. Kelompok Gramedia: Jakarta
Mansjoer, Arif, 2001. Kapita Selekta Kedokteran.
Media Aesculapius : Jakarta
Mubarak, Wahit. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas .
Salemba Medika : Jakarta
Muntakin, Arif . 2009. Asuhan Keperawatan Klien
dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler.
Salemba Medika: Jakarta
Priharjo, Robert. 2007. Pengkajian Fisik. EGC: Jakarta
Ridwan, Muhammad. 2002. Mengenal Jantung
koroner . Pustaka Media : Jakarta
Setiadi.2007. Anatomi Fisiologi Manusia. 2007.
Graha Ilmu : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai