(CAD)
DOSEN PEMBIMBING:
Ns.Nova F,S.Kep.M.Biomed
DISUSUN OLEH:
Namira Ariani
(18112157)
TA. 2020/2021
Kata Pengantar
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan inayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan Asuhan keperawatan dengan judul Kasus Jantung Koroner.
Terima kasih saya ucapkan kepada ibu dosen yang telah membantu saya baik secara moral maupun
materi.
saya menyadari, bahwa makalah keperawatan jantung yang saya buat ini masih jauh dari kata sempurna
baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar sayai bisa menjadi lebih baik
lagi di masa mendatang.
Semoga Asuhan Keperawatan ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk
perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit jantung koroner adalah suatu kondisi yang terjadi ketika plak terbentuk di arteri koroner. Plak
yang terbentuk akan mempersempit lumen arteri koroner baik secara total maupun parsial sehingga
menurunkan suplai oksigen jantung (Yuniar dkk, 2019). Jika jantung berusaha memenuhi
kebutuhannyadan tidak dapat memenuhi suplai oksigen ke sel sehingga tubuh tidak dapat memproduksi
energi yang banyak dan mengakibatkan respon tubuh berupa intoleransi aktivitas (Yuniar dkk, 2019).
Menurut data WHO tahun 2016 penyakit jantung koroner menyebabkan kematian di seluruh dunia
dengan presentasi 12,9% dengan total kematian yang diakibatkannya sebesar 56 juta jiwa dari 434 juta
jiwa. Menurut data WHO tahun 2016 penyakit jantung koroner menyebabkan kematian di seluruh
dunia dengan presentasi 12,9% dengan total kematian yang diakibatkannya sebesar 56 juta jiwa dari
434 juta jiwa. Di Indonesia, prevalensi penyakit jantung koroner menempati urutan kelima dengan
persentasi 12,9% . Di Jawa Timur angka kejadian penyakit jantung koroner adalah 0,5% (Yuniar dkk,
2019).
Proses penyakit jantung koroner dimulai dengan proses arterosklerosis. Aterosklerosis adalah
proses kompleks yang melibatkan pengendapan lipoprotein plasma dan proliferasi elemen seluler
di dinding arteri. Kondisi kronis ini berkembang melalui serangkaian tahap yang dimulai dengan
fatty streaks (kerak lemak) yang sebagian besar terdiri dari pembentukan foam cell (sel busa) dan
akhirnya berkembang menjadi timbunan plak yang ditutupi oleh fibrous cap (lesi jaringan ikat).
Plak ini memberikan penghalang untuk aliran darah arteri dan dapat memicu peristiwa klinis,
terutama dalam kondisi yang mendukung ruptur plak dan pembentukan trombus (Sentosa dkk,
2020) .
Lemak terdiri atas unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O 2) dan memiliki sifat yang larut
dalam zat-zat pelarut tertentu. Seperti petroleum benzene dan eter. Lemak dalam makanan dapat
berubah menjadi kolesterol, trigliserida, fosfolipid, dan asam lemak bebas. Pada saat dicerna oleh
usus dengan lipase dan kemudian diserap agar masuk ke dalam pembuluh darah. Terdapat juga
kolesterol, trigliserida dan fosfolipid yang tidak larut dalam darah sehingga diperlukan ikatan
dengan protein untuk membentuk senyawa yang larut, protein ini disebut dengan lipoprotein
Pada penderita penyakit jantung koroner dengan intoleransi aktivitas, tindakan keperawatan yang bisa
bertahap dalam beraktivitas dengan memonitor tanda intoleransi dan konsultasi ke spesialis rehabilitasi
jantung untuk membantu merancang sebuah jadwal aktivitas bertahap (Yuniar dkk ,2019). Tujuan
tindakan ini adalah menghasilkan perubahan fisiologis dan psikologis yang bermanfaat guna
meningkatkan kapasitas fungsional jantung sehingga klien dapat kembali pada kehidupan semula.
Perawat harus mengetahui tentang prinsipnya, latihan fisik dapat dilakukan berdasarkan status medis,
stabilitas muskuloskeletal, profil faktor risiko, motivasi latihan dan hasil elektrokardiogram (Udijianti,
2010). Apabila tindakan tersebut tidak dilakukan maka kemampuan pasien untuk melakukan aktifitas
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan masalahnya “ bagaimana
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif pada pasien dengan kasus
jantung koroner
2. Tujuan Khusus
koroner.
c. Mampu merencanakan intervensi yang sesuai untuk pasien dengan kasus jantung koroner.
d. Mampu melakukan implementasi keperawatan sesuai dengan prioritas masalah yang ditemukan
e. Mampu melaksanakan evaluasi keperawatan pada pasien dengan kasus jantung koroner.
BAB II
PEMBAHASAN
dipakai untuk semua gangguan yang menyangkut obstruksi aliran darah melalui arteri
koronaria. Ada beberapa buku yang menggunakan istilah CHD kurang spesifik, oleh
karena itu kebanyakan buku memakai istilah penyakit jantung ateroskloretik koroner
Penelitian epidemiologi menunjukan bahwa CAHD lebih banyak di temukan pada kaum
pria dari pada wanita dan pada lanjut usia yang berpola hidup mewah, nutrisi adalah
faktor yang di kaitkan dengan CAHD pada gaya hidup mewah. Nutrisi orang orang ini
biasanya kaya akan kalori, lemak, dan kolesterol (Baradero dkk, 2008)
Jantung terletak dalam rongga mediastinum rongga dada, yaitu diantara paru-paru posisi
jantung miring sehingga bagian ujungnnya yang runcing (apex) menunjuk ke arah bawah
ke pelvis kiri. Sedangkan ujungnnya yang lebar yaitu bagian dasarnya, menghadap ke atas
bahu kanan. Jantung terdiri dari dua lapisan yaitu : lapisan dalam atau perikardium viseral,
2. Miokardia adalah bagian jantung yang berotot, terdiri dari atas otot jantung yang
3. Endokardia adalah endotelium tipis dan halus yang menjadi pembatas dalam
jantung
Dua per tiga jantung berada di sebelah kiri sternum. Apex jantung, berada di sela iga ke
empat dan kelima pada garis tengah klavikula. Pada dewasa rata-rata panjangnya kira-kira
Secara fungsional jantung dibagi menjadi pompa sisi kanan dan sisi kiri, yang memompa
darah vena ke sirkulasi paru, dan darah bersih ke sirkulasi siskemik. Pembagian fungsi ini
mempermudah konsepsualisasi urutan aliran darah secara anatomi : vena kava, atrium
kanan, ventrikel kanan, arteri pulmonalis, vena pulmonalis, atrium kiri, aorta arteri,
Fisiologi jantung :
a. Serat purkinje merupakan serabut otot jantung yang mampu mengantar impuls
dengan kecepatan lima kali lipat kecepatan hantaran serabut otot jantung.
b. Nodus sinoatrial
1. Lokasi nodus SA adalah suatu massa jaringan otot jantung khusus yang
kava superior
2. Nodus SA melepaskan impuls sebanyak 72 kali/ menit frekuensi irama
yang lebih cepat di bandingkan dengan dalam atrium 40-60 kali/menit dan
atrium selesai.
nodus AV
Kolesterol, kalsium, dan unsur-unsur lain yang dibawa oleh darah disimpan di
aliran darah sepanjang pembuluh darah. Ini menghalangi suplai darah ke otot jantung.
Penumpukan ini awalnya berupa tumpukan lemak dan pada akhirnnya berkembang
menjadi plak yang menghalangi darah sepanjang arteri. Kadar kolesterol naik dan
asupan lemak dapat berperan pada terbentuknya plak, demikian juga dengan
hipertensi, diabetes, dan merokok. Ketika plak terbentuk di dalam arteri, otot jantung
kekurangan oksigen dan nutrisi yang akhirnnya merusak otot jantung. (Digiulio dkk,
2014:hal 16).
D. Klaisifikasi Penyakit Jantung Koroner
Penyakit ini sindrom klinis episodik karena Iskemia Miokard transien. Laki-laki
merupakan 70% dari pasien dengan Angina Pektoris dan bahkan sebagian besar
Sindroma klinis nyeri dada yang sebagian besar disebabkan oleh disrupsi
plak ateroskelrotik dan diikuti kaskade proses patologis yang menurunkan aliran
darah koroner, ditandai dengan peningkatan frekuensi, intensitas atau lama nyeri,
Angina timbul pada saat melakukan aktivitas ringan atau istirahat,tanpa terbukti
menit
b. Sudah parah dan onset baru (dalam 4-6 minggu sebelumnya), dan
c. Terjadi dengan pola crescendo (jelas lebih berat, berkepanjangan atau sering
dari sebelumnya)
Arteri koroner bisa menjadi kejang, yang mengganggu aliran darah ke otot
jantung (Iskemia). Ini terjadi pada orang tanpa penyakit arteri koroner yang
signifikan. Namun dua pertiga dari orang denga Angina Varian mempunyai
penyakit parah dalam paling sedikit satu pembuluh, dan kekejangan terjadi pada
tempat penyumbatan.
Tipe Angina ini tidak umum dan hampir selalu terjadi bila seorang
koroner jika anda mempunyai penyakit arteri koroner yang mendasari, merokok,
atau menggunakan obat perangsang atau obat terlaran (seperti kokain). Jika
kejang arteri menjadi parah dan terjadi untuk jangka waktu panjag, serangan
Nekrosisi Miokard Akut akibat gangguan aliran darah arteri koronaria yang
bermakna, sebagai akibat oklusi arteri koronaria karena trombus atau spasme
Menurut, Digiulio dkk 2014: hal 17, tanda dan gejala penyakit jantung koroner
1. Asimtomatik
2. Sakit dada (anginia) karena aliran darah berkurang ke otot jantung dan atau
4. Sakit dada muncul setelah tenaga terkuras, senang berlebihan, atau ketika pasien
terpapar hawa dingin karena ada peningkatan dalam aliran darah ke seluruh tubuh,
meningkatkan kecepatannya.
fisik, elektrokardiografi saat istirahat, foto dada, pemeriksaan enzim jantung dapat
penyerta yang paling banyak terjadi pada pasien jantung coroner adalah hipertensi yaitu
sebanyak 24 pasien (43,6%), Diabetes Melitus sebanyak 14 pasien (25,4%) dan penyakit
lain yang terdiridari CHF, Hiperkolesterol, Stroke, dan Asma sebanyak 17 pasien
(30,9%).
Komplikasi jantung coroner dengan hipertensi. Tekanan darah tinggi secara terus
lahan. Arteri tersebut akan mengalami pengerasan yang disebabkan oleh pengendapan
lemak pada dinding arteri sehingga dapat menyampitkan lumen yang terdapat di dalam
berkaitan dengan poliferasi sel otot polos dalam pembuluh darah arteri koroner, sintesis
kolesterol, trigleserida, dan fosfolipid. Peningkatan kadar LDL dan turunnya kadar HDL
Fungsi jantung adalah memompa darah keseluruh jaringan organ tubuh melalui
pembuluh darah arteri, sebaliknya jantung menerima darah kembali melalui pembuluh
darah balik (vena). Agar fungsi jantung bekerja maksimal, otot-otot jantung
mendapatkan pasokan darah melalui pembuluh darah yang disebut pembuluh darah
reversible pada tingkat sel dan jaringan dan menekan fungsi miokardium berkurang nya
jauh lebih tidak efisien apabila dibandingkan dengan metabolisme aerobik yang melepas
filter oksidatif dan siklus Krebs. Hasil akhir dari metabolisme asam laktat yang akan
Gabungan efek hipoksia, berkurang energi yang tersedia, serta asidosis dapat
mempercepat ganguan fungsi ventrikel kiri. Berkurangnya daya kontraksi dan gangguan
bervariasi sesuasi ukuran segmen yang mengalami iskemia, dan derajat respon refleks
kompensasi sistem saraf otonom. Menurunnya fungsi ventrikel kiri dapat mengurangi
memberikan 6% dari energi yang diperlukan. Ambilan glukosa oleh sel sangat
meningkat saat disimpan glikogen dan Adenosin triphospat berkurang. Kalium dengan
cepat bergerak keluar dari miokardium selama iskemia. Asidosis seluler terjadi
koronaria, sehingga secara progresif mempersempit lumen pembuluh darah. Bila lumen
menyempit maka resistensi terhadap aliran darah miokardium. Bila penyakit ini semakin
lanjut, maka terjadi penyempitan lumen akan diikuti perubahan pembuluh darah yang
membahayakan miokardium yang terletak disebelah distal dari daerah lesi (Price &
Penyakit jantung koroner terjadi bila ada timbunan (plak) yang mengandung
lipoprotein, kolesterol, sisa-sisa jaringan dan terbentuknya kalsium pada intima, atau
permukana bagian dalam pembuluh darah. Plak ini membuat intima menjadi kasar,
jaringan akan berkurang oksigen dan zat gizi sehingga menimbulkan infark, penyakit
jantung koroner menunjukkan gejala gizi terjadi infark miokard atau bila terjadi iskemia
lipoprotein, kolesterol, sisa –sisa jaringan dan terbentuknya kalsium pada pembuluh
darah. Hal ini akan terjadi kekurangan supply oksigen dan nutrisi sehingga
menimbulkan infark miokard. Kolesterol dibawa oleh beberapa lipoprotein antara lain
VLDL (Very Low Density Lipoprotein) sebagai pengangkut dan salah satu
penumpangnya yaitu trigliserida, LDL (Low Density Lipoprotein) dan HDL (High
Density Lipoprotein) membawa hampir semua kolesterol. HDL akan menurunkan resiko
penyakit jantung. Kadar kolesterol total dan kadar kolesterol LDL (Low Density
Peyakit jantung koroner dan miocardial infark merupakan respon iskemik dari otot-
otot jantung yang disebabkan oleh penyempitan arteri koronaria secara permanen atau
tidak permanen. Oksigen diperlukan oleh sel-sel miokardial untuk metabolisme aerob
dimana Adenosin Triphospate dibebaskan untuk energi jantung pada saat istrirahat
membutuhkan 70% oksigen. Banyaknya oksigen yang diperlukan untuk kerja jantung
kontraksi miokardial dan tekanan pada dinding jantung (Kasron, 2012 dalam Carolina
2014)
Lesi
Menurut Price & Wilson 2008 dalam Carolina 2014 , Lesi biasanya diklasifikasikan
penimbunan makrofag dan sel-sel otot polos terisi lemak (terutama kolestrol oleat) pada
daerah fokal tunika intima (lapisan terdalam arteri). Endapan lemak mendatar den
bersifat non obstruktif fan mungkin terlihat oleh mata telanjang sebagai bercak
kekuningan pada permukaan endotel pembuluh darah. Endapan lemak biasaya dijumpai
dalam arteri koronaria pada usia 15 tahun. Sebagian endapan lemak berkurang, tetapi
Plak fibrosa merupakan daerah penebalan tunika intima yang meninggi dan dapat diraba
yang mencerminkan lesi paling khas aterosklerosis lanjut dan bisa tidak timbul hingga
usia dekade tiga. Biasanya, plak fibrosa berbentuk kubah dengan permukaan opak dan
trombosis atau ulserasi dan dapat menyebabkan infark miokardium. Meskipun lumen
berlangsung progresif dan kemampuan pembuluh darah untuk berespon juga berkurang,
I. Pemeriksaan Penunjang
a. Elektrokardiogram
EKG dapat digunakan untuk mendeteksi pola iskeia, cedera dan infark. Kerika otot
jantung menjadi iskemik, cedera atau infark, depolarisasi dan repolarisasi sel jantung
berubah yang menyebabkan perubahan pada kompleks QRS, segmen ST dan gelombang
Radioterapi toraks normal pada pasien dengan angina. Pembesaran jantung dan atau
peningkatan tekanan vena dapat menandakan adanya IMA atau disfungsi ventrikel kiri
sebelumnya
c. Labratorium
Leukosit sedikit meningkat demikian pula laju endap darah, hal ini merupaka reaksi
terhadap nekrosis miokard. Beberapa enzim yang terdapat dalam konsentrasi tinggi di
otot jantung akan dilepas dengan adanya nekrosis, karena itu aktivitasnya dalam serum
meningkat dan menurun kembali setelah infark miokard. Jadi jumlah enzim yang dilepas
Kreatinin Fosfokinase (CK) yang terdapat dijantung, otot skelet dan otak, meningkat
dalam 6 jam setelah infark, mencapai puncaknya dalam 18 sampai 24 jam dan kembali
normal dalam 72 jam. Selain pada infarkmiokard, tingkat abnoral tinggi terdapat pada
berbagai penyakit otot, kerusakan serebruvaskular, setelah latihan otot dan dengan
suntikan intra muskular. Isoenzime CKMB adalah spesifik untuk otot jantung dan
Oxaluacetic (SGOT)Terdapat terutama dijantung, otot sklet, otak, hati dan ginjal. Sesudah
infark, SGOT meningkat dalam waktu 12 jam dan mencapai puncaknya dalam 24 jam
Enzim ini terdapat dijantung dan juga sel-sel darah merah. Meningkat relatif lambat
setelah infark, mencapai puncaknya dalam 24 sampai 48 jam kemudian dan bisa tetap
Kebanyakn penderita pada beberapa jam pertama setelah infark defek perfusi dapat
terlihat dengan memekai thalium 201, netium pyroposphate berkonsentrasi diarea infark,
membentuk hot spot beberapa jam setelah serangan, walaupun demikian bukan test
spesifik.
a. Penangan nyeri
Penangan nyeri dapat berupa terapi farmakologi yaitu : Morphin, sulfat Nitrat,
Penghambat beta
Untuk membatasi ukuran infark secara selektif yang dilakukan dengan upaya
meningkatkan suplai darah dan oksigen ke jaringan miokardium dan untuk memelihara
c. Pemberian oksigen
pemberian oksigen dimulai saat awitan nyeri terjadi. Oksigen yang dihirup akan
observasi kecepatan dan irama pertukaran pernafasan. Terapi oksigen dilanjutkan hingga
Istirahat merupakan cara paing efektif untuk membatasi aktifitas fisik. Penguranagn atau
Pengkajian
1. Identitas
pendidikan. Alamat, tanggal MRS dan diagnosa medis serta penanggung jawab
2. Keluhan Utama
Pasien PJK biasanya merasakan nyeri dada dan dapat dilakukan dengan
skala nyeri 0-10, 0 tidka nyeri dan 10 nyeri paling tinggi. Pengkajian neri secara
Dalam hal ini yang perlu dikaji atau di tanyakan pada klien antara lain
apakah klien pernah menderi ata hipertensi atau diabetes melitius, infark miokard
atau penyakit jantung koroner itu sendiri sebelumnya. Serta ditanyakan apakah
klien PJK umumnya mengalami nyeri dada (Wantiyah, 2010: hal 18)
penyakit jantung koroner. Riwayat penderita PJK umumnya mewarisi juga faktor-
faktor risiko lainnya, seperti abnormal kadar kolesterol dan peningkatan tekanan
6. Riwayat Psikosial
Pada klien PJK biasanya yang muncul adalah menyangkal, takut, cemas
18)
Hal ini perlu dilakukan pengkajian pada pasien dengan PJK untuk menilai
8. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Keadaan umum kilen mulai pada saat pertama kali bertemu dengan klien
kompos mentis, apatis, samnoleh, delirium, semi koma atau koma. Keadaan
sakit juga diamati apakah sedan , berat, ringan atau tampak tidak sakit.
b. Tanda-tanda vital
180/110 mmHg, frekuensi nadi 88x/i, frekuensi nafas 20x/i, suhu 36,2°C
1) Sistem Persyarafan
2) Sistem Penglihatan
hal 22)
3) Sistem Pendengaran
Pada klien PJK pada sistem pendenganran telinga, tidak
4) Sistem Abdomen
Bersih, datar dantidak ada pembesaran hati (Gordon, 2015: hal 22)
5) Sistem Respirasi
yang digunakan untuk bernapas. Pastikan posisi ETT tepat pada tempatnya,
6) Sistem Kardiovaskuler
Peningkatan irama napas merupakan salah satu tanda cemas atau takut
7) Sistem Gastrointestinal
usus, palpasi dan perkusi abdomen (nyeri, distensi) (Aziza, 2010: hal 13)
8) Sistem Muskuluskeletal
9) Sistem Endokrin
Biasanya terdapat peningkatan kadar gula darah (Aziza, 2010: hal
13)
Pada klien PJK akral terasa hangat, turgor baik (Gordon, 2015: hal
22)
adanya retensi urine dan kaji tentang jenis cairan yang keluar (Aziza, 2010:
hal 13)
9. Pemeriksaan Penunjang
penunjang diantaranya:
a. EKG
dilakukan saat sedang nyeri dada sangat bermanfaat. Diantara gambaran EKG:
irama jantung dan tekanan darah terus menerus dipantau, jiak arteri koroner
d. Ekokardiogram
Ekokardiogram menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan
yang bergerak lemah mungkin telah rusak selama serangan jantung atau
Penyuntikkan cairan khusus ke dalam arteri atau intravena ini dikenal sebagai
angiogram, tujuan dari tindakan kateterisasi ini adalah untuk mendiagnosa dan
sekaligus sebagai tindakan terapi bila ditemukan adanya suatu kelainan (Mayo
Scan yang berguna untuk mendeteksi kalsiukm dalam seposito lemak yang
10. Penatalaksanaan
Diagnosa Keperawatan
ketidaknyamanan akibat
prosedur
keluarga terhadap
pengalaman nyeri
Implementasi Evaluasi
prosedur
nyeri
prosedur
nyeri
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
terdapat beberapa factor memicu penyakit ini, yaitu: gaya hidup, factor
besar dai kedua arteri koroner terutama yang menglilingi jantung dan
aterosklerosis.
28
DAFTAR PUSTAKA
Publishing. yogyakarta
29