Oleh :
Bagus Yoga Dharma Palguna, S.Kep
NIM. C2221175
Diajukan Oleh:
Bagus Yoga Dharma Palguna, S.Kep
NIM. C2221175
Mengetahui, Mengetahui,
Preseptor Klinik Preseptor Akademik
Ns. Ni Luh Putu Yudi Apriani., S.Kep Ns. I Dewa Agung Gde Fanji P, S.Kep., M.Kes
NIP.19780401 200501 2 015 NIK. 18.12.0143
Mengetahui,
STIKES Bina Usada Bali
Profesi Ners Ketua
Lapisan Jantung
Lapisan Jantung terdiri atas 3 lapisan yaitu :
a. Epikardium merupakan lapisan terluar, memiliki struktur yang sama
dengan perikardium viseral.
b. Miokardium, merupakan lapisan tengah yang terdiri atas otot yang
berperan dalam menentukan kekuatan kontraksi.
c. Endokardium, merupakan lapisan terdalam terdiri atas jaringan endotel
yang melapisi bagian dalam jantung dan menutupi katung jantung.
Katup-Katup Jantung
Katup jantung berfungsi untuk mempertahankan aliran darah searah melalui
bilik jantung. Ada dua jenis katup, yaitu katup atrioventrikular dan katup
semilunar.
a. Katup atrioventrikular, memisahkan antara atrium dan ventrikel. Katup ini
memungkinkan darah mengalir dari masing –masing atrium ke ventrikel
saat diastole ventrikel dan mencegah aliran balik ke atrium saat sistole
ventrikel. Katup atrioventrikuler ada dua, yaitu katup triskupidalis dan
katup biskuspidalis. Katup triskupidalis memiliki 3 buah daun katup yang
terletak antara atrium kanan dan ventrikel kanan. Katup biskuspidalis atau
katup mitral memiliki 2 buah dauh katup dan terletak antara atrium kiri
dan ventrikel kiri.
b. Katup semilunar, memisahkan antara arteri pulmonalis dan aorta dari
ventrikel. Katup semilunar yang membatasi ventrikel kanan dan arteri
pulmonaris disebut katup semilunar pulmonal. Katup yang membatasi
ventikel kiri dan aorta disebut katup semilunar aorta. Adanya katup ini
memungkinkan darah mengalir dari masing-masing ventrikel ke arteri
pulmonalis atau aorta selama sistole ventrikel dan mencegah aliran balik
ke ventrikel sewaktu diastole ventrike
Ruang jantung
Jantung memiliki 4 ruang, yaitu atrium kanan, atrium kiri, ventrikel kiri, dan
ventrikel kanan. Atrium terletak diatas ventrikel dan saling berdampingan.
Atrium dan ventrikel dipisahkan oleh katup satu arah. Antara organ rongga
kanan dan kiri dipisahkan oleh septum.
2. Fisiologi
Siklus jantung adalah rangkaian kejadian dalam satu irama jantung.
Dalam bentuk yang paling sederhana, siklus jantung adalah kontraksi
bersamaan kedua atrium, yang mengikuti suatu fraksi pada detik berikutnya
karena kontraksi bersamaan kedua ventrikel. Sisklus jantung merupakan
periode ketika jantung kontraksi dan relaksasi. Satu kali siklus jantung sama
dengan satu periode sistole (saat ventrikel kontraksi) dan satu periode diastole
( saat ventrikel relaksasi). Normalnya, siklus jantung dimulai dengan
depolarisasi spontan sel pacemarker dari SA node dan berakhir dengan
keadaan relaksasi ventrikel.
Pada siklus jantung, sistole(kontraksi) atrium diikuti sistole ventrikel
sehingga ada perbedaan yang berarti antara pergerakan darah dari ventrikel ke
arteri. Kontraksi atrium akan diikuti relaksasi atrium dan ventrikel mulai ber
kontraksi. Kontraksi ventrikel menekan darah melawan daun katup
atrioventrikuler kanan dan kiri dan menutupnya. Tekanan darah juga
membuka katup semilunar aorta dan pulmonalis. Kedua ventrikel melanjutkan
kontraksi, memompa darah ke arteri. Ventrikel kemudian relaksasi bersamaan
dengan pengaliran kembali darah ke atrium dan siklus kembali
Curah jantung merupakan volume darah yang dipompakan selama satu menit.
Curah jantung ditentukan oleh jumlah denyut jantung permenit dan stroke
volume. Isi sekuncup ditentukan oleh :
a. Beban awal (pre-load)
1) Pre-load adalah keadaan ketika serat otot ventrikel kiri jantung
memanjang atau meregang sampai akhir diastole. Pre-load adalah
jumlah darah yang berada dalam ventrikel pada akhir diastole.
2) Volume darah yang berada dalam ventrikel saat diastole ini tergantung
pada pengambilan darah dari pembuluh vena dan pengembalian darah
dari pembuluh vena ini juga tergantung pada jumlah darah yang
beredar serta tonus otot.
3) Isi ventrikel ini menyebabkan peregangan pada serabut miokardium.
4) Dalam keadaan normal sarkomer (unit kontraksi dari sel miokardium)
akan teregang 2,0 µm dan bila isi ventrikel makin banyak maka
peregangan ini makin panjang.
5) Hukum frank starling : semakin besar regangan otot jantung semakin
besar pula kekuatan kontraksinya dan semakin besar pula curah
jantung. pada keadaan preload terjadi pengisian besar pula volume
darah yang masuk dalam ventrikel.
6) Peregangan sarkomet yang paling optimal adalah 2,2 µm. Dalam
keadaan tertentu apabila peregangan sarkomer melebihi 2,2 µm,
kekuatan kontraksi berkurang sehingga akan menurunkan isi
sekuncup.
b. Daya kontraksi
1) Kekuatan kontraksi otot jantung sangat berpengaruh terhadap curah
jantung, makin kuat kontraksi otot jantung dan tekanan ventrikel.
2) Daya kontraksi dipengaruhi oleh keadaan miokardium, keseimbangan
elektrolit terutama kalium, natrium, kalsium, dan keadaan konduksi
jantung.
c. Beban akhir
1) After load adalah jumlah tegangan yang harus dikeluarkan ventrikel
selama kontraksi untuk mengeluarkan darah dari ventrikel melalui
katup semilunar aorta.
2) Hal ini terutama ditentukan oleh tahanan pembuluh darah perifer dan
ukuran pembuluh darah. Meningkatnya tahanan perifer misalnya
akibat hipertensi artau vasokonstriksi akan menyebabkan beban akhir.
3) Kondisi yang menyebabkan baban akhir meningkat akan
mengakibatkan penurunan isi sekuncup.
4) Dalam keadaan normal isi sekuncup ini akan berjumlah ±70ml
sehingga curah jantung diperkirakan ±5 liter. Jumlah ini tidak cukup
tetapi dipengaruhi oleh aktivitas tubuh.
5) Curah jantung meningkat pada waktu melakukan kerja otot, stress,
peningkatan suhu lingkungan, kehamilan, setelah makan, sedang kan
saat tidur curah jantung akan menurun. (Pearce, E. 2017)
C. ETIOLOGI
Penyebab dari hypertensive heart disease adala hipertensi kronis ; akan tetapi,
penyebab dari hipertensi sangat bcrvariasi (Riaz, 2012) .
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan.
1. Hipertensi esensial (Primer)
Hipertensi esensial (Primer) didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah
yang tidak diketahui penyebabnya secara pasti. Beberapa faktor yang diduga
berkaitan dengan terjadinya hipertensi esensial diantaranya:
a. Genetik: individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi,
harus bisa menjaga kesehatan dengan baik dan benar agar tidak mudah
mengalami berbagai macam penyakit, termasuk penyakit hipertensi.
b. Jenis kelamin atau faktor usia: umur atau usia yang menginjak 45 tahun
keatas. Orang yang sudah berumur tua ,akan rentan terhadap penyakit
apapun termasuk hipertensi. Penyebab hipertensi salah satunya adalah
faktor usia, oleh sebab itu jika sudah berumur atau menginjak umur 45
alangkah baiknya harus menerapkan pola hidup yang sehat yang di mulai
dari makanan dan pola kegiatan sehari-hari.
c. Diet: konsumsi garam yang berlebihan bisa menyebabkan hipertensi.
d. Kelebihan berat badan atau obesitas: sangatlah tidak baik untuk kesehatan.
Orang obesitas akan mudah terserang penyakit yang terjadi misalnya
hipertensi.
e. Gaya hidup: gaya hidup yang buruk termasuk bagian dari penyebab
hipertensi biasanya pola hidup yang seperti ini dengan mengkonsumsi
makanan yang tidak sehat dan suka merokok atau menjalankan kegiatan
yang negatif. Inilah yang menyebabkan penyakit dengan gampang masuk.
Hindarilah kebiasaan yang seperti ini, yang bisa merusak badan (Udjianti,
2010).
2. Hipertensi sekunder
Pada hipertensi sekunder penyebabnya dapat diketahui dengan jelas sehingga
lebih mudah untuk dikendalikan dengan obat-obatan. Penyebab hipertensi
sekunder diantaranya berupa kelainan ginjal seperti tumor, diabetes, kelainan
adrenal, kelainan endokrin lainnya seperti obesitas, resistensi insulin, dan
pemakaian obat-obatan seperti kontrasepsi oral, kehamilan, stress (Pitara.T,
2014).
Kurang terpajang
Stress lingkungan informasi
Insulin
Kebiasaan hidup Obesitas meningkat Kurang
pengetahuan
Merokok, Hipertensi
alkohol, primer
konsumsi garam ANSIETAS
berlebihan
PENURUNAN CURAH
Saraf stroke, Hipertensi JANTUNG
ensephalitis, SGB sekunder
Kelemahan
Vaskular: arteroklerosis, NYERI umum
hiperplasia, trombosis,
aneurisma, emboli INTOLERANSI
kolesterol, vaskulitis Suplai darah ke AKTIVITAS
otak menurun
Kelainan, DM,
hipertiroidisme, RESIKO KETIDAKEFEKTIFAN
hipotiroidisme PERFUSI JARINGAN OTAK
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG/DIAGNOSTIK
1. Tes Laboratorium
Berdasarkan rekomendasi JNC VII pemeriksaan laboratorium yang perlu
dilakukan sebelum memulai pengobatan hipertensi meliputi urinalisis, glukosa
darah dan hematokrit, potassium serum, kreatinin, kalsium dan profil lipid
(setelah 9-12 jam puasa) meliputi kadar kolesterol total, LDL, HDL, dan
trigliscrida .
2. Radiologi
Poto toraks AP sangat penting dilakukan pada penderita hypertensive heart
disease untuk melihat perubahan-perubahan pada jantung akibat hipertensi
yang tidak terkontrol
3. Elektrokardiogram (EKG )
Hipertropi ventrikel kiri, hipertropi atrium kiri, fibrilasi atrium dan iskemik
atau infark miokard sering ditemukan pada penderita hypertensive heart
disease. Gangguan-gangguan pada jantung ini dapat dideteksi melalui EKG
4. Ekhokardiografi
Ekhokardiografi digunakan untuk melihat ketebalan dinding dan dimensi
ruang ventrikel kiri dan atrium kiri .
H. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Nonfarmakologi :
Penatalaksanaan nonfarmakologis dengan gaya hidup sangat penting dalam
mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dalam mengobati tekanan darah tinggi. Penatalaksanaan hipertensi
dengan nonfarmakologi terdiri dari berbagai macam gaya hidup untuk
menurunkan tekanan darah tinggi yaitu:
a. Mempertahankan berat badan ideal
Mempertahankan berat badan ideal sesuai Body Mass Index (BMI)
b. Kurangi asupan garam
Mengurangi asupan garam dapat dilakukan dengan cara diet rendah
garam. Pengurangan konsumsi garam menjadi ½ sendok teh/hari, dapat
menurunkan tekanan darah sistolik 5 mmHg dan diastolik 2,5 mmHg
c. Batasi konsumsi alkohol
Konsumsi alkohol harus dibatasi karena konsumsi alkohol berlebihan
dapat meningkatkan tekanan darah
d. Menghindari merokok
Merokok memang tidak berhubungan secara langsung dengan timbulnya
hipertensi, tetapi merokok dapat meningkatan resiko komplikasi pada
pasien hipertensi seperti penyakit jantung dan stroke.
e. Penurunan stres
Stres memang tidak menyebabkan hipertensi yang menetap akan tetapi
stress sering terjadi menyebabkan kenaikan tekanan darah sementara yang
sangat tinggi
2. Pengobatan farmakologi
a. Diuretik
Mengeluarkan cairan tubuh sehingga volume cairan ditubuh berkurang
yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan.
b. Penghambat Simpatetik
Menghambat aktivitas saraf simpatis.
c. Betabloker
Tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap gangguan
pernapasan seperti asma bronkial.
d. Vasodilator
Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos
pembuluh darah.
e. ACE inhibitor
Menghambat pembentukan zat Angiptensin II.
f. Penghambat Reseptor Angiotensin II
Menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada reseptor sehingga
memperingan daya pompa jantung.
g. Antagonis kalsium
Menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas).
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.
2. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral.
3. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen.
4. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan dan krisis situasional.
5. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan hipertensi.
C. RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan criteria Intervensi
Hasil
1 Penurunan curah jantung berhubungan dengan NOC: NIC :
peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia 1. Cardiac pump effectiveness. Cardiac Care
miokard, hipertropi ventricular. 2. Circulation status. 1. Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi,
3. Vital sign status. durasi).
2. Catat adanya distrimia jantung.
Kriteria Hasil : 3. Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac
1. Tanda Vital dalam rentang normal (Tekanan putput.
darah, Nadi, respirasi). 4. Monitor status cardiovaskuler.
2. Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada 5. Monitor status pernafasan yang menandakan
kelelahan. gagal jantung.
3. Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada 6. Monitor balance cairan.
asites. 7. Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan
4. Tidak ada penurunan kesadaran. antiaritmia.
5. AGD dalam batas normal. 8. Atur periode latihan dan istirahat.
6. Tidak ada distensi vena leher. Vital Sign Monitoring
7. Warna kulit normal. 1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR.
2. Monitor Vital sign saat pasien berbaring, duduk
atau berdiri.
3. Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan.
4. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama dan
setelah aktivitas.
5. Monitor jumlah, bunyi dan irama jantung
Anies. 2021. Penyakit Jantung & Pembuluh Darah. Yogyakarta: Arruzz Media
Pearce, E. 2017. Anatomi & Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
Pitara, T. 2014. Cara Mudah Belajar Fisiologi Kedokteran. Yogyakarta: Nuha Medika