Anda di halaman 1dari 18

“ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN CARDIOVASCULAR

MASALAH

Oleh:

NURSYIFA
(183010017)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS PATRIA ARTHA

TAHUN 2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sekitar 1% bayi baru lahir menderita kelainan jantung bawaan atau penyakit jantung kongenital.
Sebagian bayi lahir tanpa gejala dan gejala baru tampak pada masa kanak-kanak. Sebagian lagi tanpa
gejala sama sekali.ada pula gejala langsung terlihat begitu bayi lahir dan memerlukan tindakan medis
secepatnya. Kelainan Jantung Bawaan adalah kelainan atau ketidaksempurnaan struktur jantung dan
perangkatnya yang dibawa sejak lahir.

Penyakit jantung bawaan adalah penyakit struktural jantung dan pembuluh darah besar yang sudah
terdapat sejak lahir. Perlu diingatkan bahwa tidak semua penyakit jantung bawaan tersebut dapat
dideteksi segera setelah lahir, tidak jarang penyakit jantung bawaaan baru bermanifestasi secara klinis
setelah pasien berusia beberapa minggu, beberapa bulan, bahkan beberapa tahun.

Oleh karena itu, penyakit jantung bawaan yang ditemukan pada orang dewasa menunjukkan bahwa
pasien tersebut mampu melalui seleksi alam, atau telah mengalami tindakan operasi dini pada usia
muda. Hal ini pulalah yang menyebabkan perbedaan pola penyakit jantung bawaan pada anak dan
pada orang dewasa.

Jantung merupakan salah satu organ vital dalam tubuh manusia yang terletak dalam mediastinum di
antara kedua paru-paru. Jantung memiliki fungsi utama sebagai pemompa darah. Jantung merupakan
salah satu organ yang tidak pernah beristirahat Dalam keadaan fisiologis, pembentukan rangsang
irama denyut jantung berawal dari nodus sinoatrial (nodus SA) dan menyebar ke serat otot lainnya
sehingga menimbulkan kontraksi jantung. Jika rangsang irama ini mengalami gangguan dalam
pembentukannya dan penghantarannya, maka dapat terjadi gangguan pada kinerja jantung.

Gangguan pada sistem kardiovaskuler merupakan masalah kesehatan utama yang dialami masyarakat
pada umumnya. Hal ini dikarenakan, jantung mempunyai suatu sistem pembentukan rangsang
tersendiri. Pada zaman modern ini. Angka kejadian penyakit jantung semakin meningkat. Baik di
Negara maju maupun berkembang, penyebab yang sering ditemukan adalah gaya hidup misalnya, diet
yang salah, stress, kondisi lingkungan yang buruk, kurang olahraga, kurang istirahat dan lain-lain. Diet
yang salah, seperti terlalu banyak mengkonsumsi junk food yang notabene banyak mengandung
kolesterol jahat, yang berujung pada kegagalan jantung. Apalagi ditambah dengan lingkungan yang
memiliki tingkat stressor tinggi, kurang olahraga, dan istirahat, maka resiko untuk terkena penyakit
jantung akan semakin tinggi.

B. Tujuan

1. Tujuan umum
Untuk memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan sistem kardiovaskuler.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui anatomi fisiologi dari sistem kardiovaskuler.

b. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dari gangguan sistem kardiovaskuler.

c. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari gangguan sistem kardiovaskuler.

d. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari gangguan sistem kardiovaskuler.


e. Untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan anak tentang “ Asuhan
Keperawatan Pada Bayi Dan Anak Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler”

C. Manfaat

Manfaat yang dapat diperoleh yaitu dapat menambah pengetahuan seputar asuhan keperawatan
klien dengan Gagal jantung.
BAB II

KONSEP DASAR

A. Anatomi Fisiologi

Secara fisiologi, jantung adalah salah satu organ tubuh yang paling vital fungsinya dibandingkan dengan organ
tubuh vital lainnya. Dengan kata lain, apabila fungsi jantung mengalami gangguan maka besar pengaruhnya
terhadap organ-organ tubuh lainya terutama ginjal dan otak. Karena fungsi utama jantung adalah sebagai
single pompa yang memompakan darah ke seluruh tubuh untuk kepentingan metabolisme sel-sel demi
kelangsungan hidup.

Secara anatomi ukuran jantung sangatlah variatif. Ukuran jantung manusia mendekati ukuran kepalan
tangannya atau dengan ukuran panjang kira-kira 5″ (12cm) dan lebar sekitar 3,5″ (9cm). Jantung terletak di
belakang tulang sternum, tepatnya di ruang mediastinum diantara kedua paru-paru dan bersentuhan dengan
diafragma. Bagian atas jantung terletak dibagian bawah sternal notch, 1/3 dari jantung berada disebelah kanan
dari midline sternum , 2/3 nya disebelah kiri dari midline sternum. Sedangkan bagian apek jantung di
interkostal ke-5 atau tepatnya di bawah puting susu sebelah kiri.

Katup jatung terbagi menjadi 2 bagian, yaitu katup yang menghubungkan antara atrium dengan ventrikel
dinamakan katup atrioventrikuler, sedangkan katup yang menghubungkan sirkulasi sistemik dan sirkulasi
pulmonal dinamakan katup semilunar.

Katup atrioventrikuler terdiri dari katup trikuspid yaitu katup yang menghubungkan antara atrium kanan
dengan ventrikel kanan, katup atrioventrikuler yang lain adalah katup yang menghubungkan antara atrium kiri
dengan ventrikel kiri yang dinamakan dengan katup mitral atau bicuspid.

Katup semilunar terdiri dari katup pulmonal yaitu katup yang menghubungkan antara ventrikel kanan dengan
pulmonal trunk, katup semilunar yang lain adalah katup yang menghubungkan antara ventrikel kiri dengan
asendence aorta yaitu katup aorta.

Katup berfungsi mencegah aliran darah balik ke ruang jantung sebelumnya sesaat setelah kontraksi atau sistolik
dan sesaat saat relaksasi atau diastolik. Tiap bagian daun katup jantung diikat oleh chordae tendinea sehingga pada
saat kontraksi daun katup tidak terdorong masuk keruang sebelumnya yang bertekanan rendah. Chordae tendinea
sendiri berikatan dengan otot yang disebut muskulus papilaris.

B. GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER


1. Penyakit Jantung Kongenital

Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah sekumpulan malformasi struktur
jantung atau pembuluh darah besar yang telah ada sejak lahir. Penyakit jantung bawaan yang
kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak. Apabila tidak dioperasi, kebanyakan akan
meninggal waktu bayi. Apabila penyakit jantung bawaan ditemukan pada orang dewasa, hal ini
menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui seleksi alam, atau telah mengalami tindakan
operasi dini pada usia muda (IPD FKUI,1996)

2. CHF (Congestive Heart Failure)

Congestive Heart Failure atau Gagal Jantung Kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk
memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi.
(Brunner & Suddarth, hal. 805).

Congestive Heart Failure adalah kondisi kardiovaskuler dimana jantung tidak mampu memompa
adekuat sejumlah darah untuk memenuhi kebutuhan metabolik jaringan tubuh (Lewis, 2000).

Gagal jantung kongestif adalah sindrom yang karena kegagalan pompa atau kontraktil jantung
sehingga tidak dapat memasok aliran darah yang cukup ke jaringan atau tidak dapat mempertahankan
curah normal hanya dengan mekanisme kompensasi sehingga menimbulkan kesukaran ( Rudolph,
2006).

C. Pemeriksaan Diagnostik

1. EKG : Hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia kerusakan pola mungkin
terlihat. Disritmia mis : takhikardi, fibrilasi atrial. Kenaikan segmen ST/T persisten 6 minggu atau
lebih setelah imfark miokard menunjukkan adanya aneurime ventricular.

2. Sonogram : Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam fungsi/struktur katub
atau penurunan kontraktilitas ventricular.

3. Skan jantung : Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan pergerakan dinding.

4. Kateterisasi jantung : Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal
jantung sisi kanan dan sisi kiri, dan stenosi katup atau insufisiensi. Juga mengkaji potensi arteri
koroner. Zat kontras disuntikkan kedalam ventrikel menunjukkan ukuran bnormal dan ejeksi
fraksi/perubahan kontrktilitas.
5. Rontgen dada

Dapat menunjukkan pembesaran jantung, bayangan mencerminkan dilatasi

Atau hipertropi bilik, atau perubahan dalam pembuluh darah abnormal.

6. Oksimetri nadi

Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika gagal jantung kongestif akut

Menjadi kronis.

7. Analisa gas darah (AGD)

Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkaliosis respiratori ringan (dini) atau

Hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir).

8. Blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin

Peningkatan BUN menunjukkan penurunan fungsi ginjal. Kenaikan baik BUN

Dan kreatinin merupakan indikasi gagal ginjal.

9. Pemeriksaan tiroid

Peningkatan aktifitas tiroid menunjukkan hiperaktifitas tiroid sebagai pre

Pencetus gagal jantung kongesti

D. Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan adalah :

1. Dukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung.

2. Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraktilitas miokarium dengan preparat farmakologi

3. Membuang penumpukan air tubuh yang berlebihan dengan cara memberikan terapi antidiuretik, diit
dan istirahat.
Terapi Farmakologis :

1. Glikosida jantung.

Digitalis , meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan memperlambat frekuensi jantung. Efek yang
dihasilkan : peningkatan curah jantung, penurunan tekanan vena dan volume darah dan peningkatan
diuresisidan mengurangi edema

2. Terapi diuretik.

Diberikan untuk memacu eksresi natrium dan air mlalui ginjal.Penggunaan harus hati – hati karena efek
samping hiponatremia dan hipokalemia.

3. Terapi vasodilator.

Obat-obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi impadansi tekanan terhadap penyemburan darah oleh
ventrikel. Obat ini memperbaiki pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan
pengisian ventrikel kiri dapat diturunkan.

4. Penatalaksanaan Konservatif : Restriksi cairan & bemberian obat-obatan Furosemid (lasix) diberikan bersama
restriksi cairan buat meningkatkan diuresis & mengurangi efek kelebihan beban kardiovaskular, Pemberian
indomethacin (inhibitor prostaglandin) buat mempermudah penutupan duktus, pemberian antibiotik profilaktik
buat mencegah endokarditis bakterial.

5. Pembedahan : Pemotongan atau pengikatan duktus.

6. Non pembedahan : Penutupan dgn alat penutup dilakukan pada waktu kateterisasi jantung

E. Pemeriksaan Diagnostik

1. EKG
EKG menunjukkan gambaran normal sampai ada kalainan;
a. Hipertrofi ventrikel kiri dan Abnormalitas atrium kiri didapatkan pada penderita dengan
defek sedang.

b. .Pada VSD dengan defek besar didapatkan adanya hipertofi ventrikel kiri maupun kanan
dengan atau tanpa abnormalitas atrium kiri

c. Pada sindroma Eisenmenger didapatkan gambaran hipertropfi ventnikel kanan dengan atau
tanpa hipertrofi ventrikel kiri.

2. Foto Thoraks

Kardiomegali dengan gambaran adanya pembesaran Atrium kiri, venrikel kiri kadang-
kadang ventrikel kanan, arteri pulmonalis yang prominen serta peningkatan vaskularisasi paru
berkorelasi langsung dengan besarnya pirau3.

3. Ekhokadiografi

Pemeriksaan two -dimeflsiOflal dan doppler echocardlogrphy dapat mengidentifikasi besar


dan lokasi defek, meinperkirakan besarnya tekanan arteri pulmonalis, juga mengidentifikasi
kelainafl lain yang rnenyertai serta mengestifliasi besarnya pirau.

4. Kateterisasi Jantung

a. Terdapat peningkatan saturasi oksigen di ventrikel kanan serta peningkatan tekanan di


atrim kin, ventrikel kin maupun arteri pulmonalis pada VSD yang sedang dan berat.

b. Menentukan rasio aliran darab ke paru dan sistemik (Qp/Qs ) seda menentukan raslo
tahanan paru dan sistemik (RpiRs) ,nilai tensebijt kemudian dipakal sebagal pedoman
indikasi dan kontraindikasi penutupan defek.
c. Jika tekanan di arteri pulmonalis sangat meningkat, tes dengan pembenian oksigen 100%
untuk menilai reversibilitas vaskuler paru.

F. Komplikasi

Komplikasi dapat berupa :

1. Kerusakan atau kegagalan ginjal

Gagal jantung dapat mengurangi aliran darah ke ginjal, yang akhirnya dapat menyebabkan gagal
ginjal jika tidak di tangani. Kerusakan ginjal dari gagal jantung dapat membutuhkan dialysis untuk
pengobatan.

2. Masalah katup jantung

Gagal jantung menyebabkan penumpukan cairan sehingga dapat terjadi kerusakan pada katup
jantung.

3. Kerusakan hati

Gagal jantung dapat menyebabkan penumpukan cairan yang menempatkan terlalu banyak tekanan
pada hati. Cairan ini dapat menyebabkab jaringan parut yang mengakibatkanhati tidak dapat berfungsi
dengan baik.

4. Serangan jantung dan stroke.

Karena aliran darah melalui jantung lebih lambat pada gagal jantung daripada di jantung yang normal,
maka semakin besar kemungkinan Anda akan mengembangkan pembekuan darah, yang dapat
meningkatkan risiko terkena serangan jantung atau stroke.

G. Macam – macam penyakit kardiovaskuler

1. Gagal Jantung Kongestif.

Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah secara efektif ke seluruh
tubuh. Jantung dikatakan gagal bukan karena berhenti bekerja, namun karena tidak memompa sekuat
yang seharusnya. Sebagai dampaknya, darah bisa berbalik ke paru-paru dan bagian tubuh lainnya.

2. Inflamasi Jantung

Inflamasi jantung dapat terjadi pada dinding jantung (miokarditis), selaput yang menyelimuti jantung
(perikarditis), atau bagian dalam (endokarditis). Inflamasi jantung dapat disebabkan oleh racun
maupun infeksi.

3. Penyakit Jantung Rematik

Penyakit jantung rematik adalah kerusakan pada katup jantung karena demam rematik, yang
disebabkan oleh bakteri streptokokus.

4. Kelainan Katup Jantung

Katup jantung berfungsi mengendalikan arah aliran darah dalam jantung. Kelainan katup jantung
yang dapat mengganggu aliran tersebut, antara lain karena pengecilan (stenosis), kebocoran
(regurgiasi), atau tidak menutup sempurna (prolapsis). Kelainan katup dapat terjadi sebagai bawaan
lahir maupun karena infeksi dan efek samping pengobatan.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

A. Wawancara

a. Riwayat terjadinya infeksi pada ibu selama trimester pertama. Agen penyebab lain adalah rubella,
influenza atau chicken pox.

b. Riwayat prenatal seperti ibu yang menderita diabetes mellitus dengan ketergantungan pada insulin.

c. Kepatuhan ibu menjaga kehamilan dengan baik, termasuk menjaga gizi ibu, dan tidak kecanduan
obat-obatan dan alcohol, tidak merokok.

d. Proses kelahiran atau secara alami ataua adanya factor-faktor memperlama proses persalinan,
penggunaan alat seperti vakum untuk membantu kelahiran atau ibu harus dilakukan SC.

e. Riwayat keturunan, dengan rnemperhatikan adanya anggota keluarga lain yang juga mengalami
kelainan jantung

B. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan sama dengan pengkajian fisik yang dilakukan terhadap pasien yang
menderita penyakit jantung pada umumnya. Secara spesifik data yang dapat ditemukan dari hasil pengkajian
fisik pada penyakit jantung congenital ini adalah:

a. Bayi baru lahir berukuran kecil dan berat badan kurang. Anak terlihat pucat, banyak keringat
bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik.

b. Diameter dada bertambah, sering terlihat pembonjolan dada kiri. .

c. Tanda yang menojol adalah nafas pendek dan retraksi pada jugulum, sela intrakostal dan region
epigastrium.

d. Pada anak yang kurus terlihat impuls jantung yang hiperdinarnik.

e. Anak mungkin sering mengalami kelelahan dan infeksi saluran pernafasan atas.

f. Neonatus menunjukan tanda-tanda respiratory distress seperti mendengkur, tacipnea dan retraksi.

g. Anak pusing, tanda-tanda ini lebih nampak apabila pemenuhan kebutuhan terhadap O2 tidak
terpenuhi ditandai dengan adanya murmur sistolik yang terdengar pada batas kiri sternum,Adanya
kenaikan tekanan darah. Tekanan darah lebih tinggi pada lengan daripada kaki. Denyut nadi pada
lengan terasa kuat, tetapi lemah pada popliteal.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas miokardial, frekuensi,
irama.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler-alveolus yang


diakibatkan oleh tekanan kapiler paru.

3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya curah jantung/meningkatnya


produksi ADH dan retensi natrium/air.

4. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai okigen, kelemahan umum, dan
immobilisasi.

Kurang pengetahuan mengenai kondisi berhubungan dengan kurang pemahaman tentang kondisi gagal jantung

1. Intervensi

No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1 Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas miokardial, frekuensi, irama dan
konduksi listrik
-Curah jantung mencukupi kebutuhan individual

-komplikasi teratasi

-tingkat aktivitas optimal

-proses penyakit dimengerti menunjukkan tanda vital dalam batas yan bisa diterima

-melaporkan penurunan dispnea

-ikut serta dalam aktivitas yang mengurangi beban kerja jantung

1. Auskultasi nadi apikal dan mengkaji frekuensi, irama jantung .


1. Catat bunyi jantung

2. Mengkaji kulit terhadap adanya pucat dan sianosis

3. Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker dan obat sesuai indikasi (kolaborasi)

1. Mengetahui terjadinya takikardi (meskipun pada saat istirahat) untuk mengkompensasi


penurunan kontraktilitas ventrikel.

2. Pada auskultasi, S1 dan S2 mungkin terdengar lemah karena menurunnya kerja pompa. Irama
Gallop umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran darah ke serambi yang disteni. Murmur
dapat menunjukkan Inkompetensi/stenosis katup.

3. Pucat menunjukkan menurunnya perfusi perifer ekunder terhadap tidak adekutnya curah jantung,
vasokontriksi dan anemia. Sianosis dapt terjadi sebagai refrakstori GJK. Area yang sakit sering
berwarna biru atu belang karena peningkatan kongesti vena.

4. Meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard untuk melawan efek hipoksia/iskemia.
Banyak obat dapat digunakan untuk meningkatkan volume sekuncup, memperbaiki kontraktilitas
dan menurunkan kongesti

1. Pola nafas tidak efektif b.d kelemahan spasme otot Pola nafas efektif setelah dilakukan tindakan
keperawatan selam di RS, RR Normal , tak ada bunyii nafas tambahan dan penggunaan otot Bantu
pernafasan. Dan GDA Normal
1. Pola nafas kembali teratur

2.RR kembali normal 16-24 x/menit

1. Monitor kedalaman pernafasan, frekuensi, dan ekspansi dada.

2. Catat upaya pernafasan termasuk penggunaan otot Bantu nafas

2. Auskultasi bunyi nafas dan catat bila ada bunyi nafas tambahan

3. Tinggikan kepala (posisikan semifowler) dan Bantu untuk mencapai posisi yang senyaman mungkin.
Kolaborasi pemberian Oksigen dan px BGA 1. Terapi oksigen membantu pasien memenuhi
kebutuhan oksigen dan mencegah terjadinya hipoksia.

C. Memudahkan aliran oksigen

3 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler-alveolus yang diakibatkan
oleh tekanan kapiler paru. Gangguan pertukaran gas berkurang atau hilang Menunjukkan status
pernafasan yang normal berdasarkan :

PaO2 PaCO2, pH arteri, dan saturasi o2 dalam batas normal 1. Pantau bunyi nafas dan catat adanya
crackles pada pasien.

2. Membantu pasien untuk melakukan perubahan posisi secara berkala.

D. Pantau hasil dari GDA dan nadi oksimetri.

1. Menyatakan adanya kongesti paru/pengumpulan secret menunjukkan kebutuhan untuk


intervensi lebih lanjut.

2. Membantu mencegah terjadinya atelektasis dan pneumonia pada pasien.

3. Hipoksemia dapat memberat selama edema paru.

4 Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya curah jantung/meningkatnya produksi ADH
dan retensi natrium/air Keseimbangan volume cairan dapat dipertahankan selama dilakukan tindakan
keperawatan Mempertahankan keseimbangan cairan seperti dibuktikan oleh tekanan darah dalam batas
normal, tak ada distensi vena perifer/ vena dan edema dependen, paru bersih dan berat badan ideal ( BB ideal TB
–100 ± 10 %)
1. Pantau pengeluaran urine, catat jumlah dan warna saat dimana diuresis terjadi.

2. Pantau/hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaran selama 24 jam. Dan terapkan terapi diuretic.
3. Pertahankan pasien duduk atau tirah baring dengan posisi semifowler selama fase akut.
4. Kaji bising usus. Catat keluhan anoreksia, mual, distensi abdomen dan konstipasi.
5. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan diet yang akan dilakukan oleh pasien. 1.

Pengeluaran urine mungkin sedikit dan pekat karena penurunan perfusi ginjal.
1.Posisi terlentang membantu diuresis sehingga pengeluaran urine dapat ditingkatkan selama tirah baring.

2.Terapi diuretic yang diberikan dapat menyebabkan kehilangan cairan tiba-tiba/berlebihan sehingga terjadi
hipovolemia.
3.Posisi tersebut meningkatkan filtrasi ginjal dan menurunkan produksi ADH sehingga meningkatkan
diuresis.
4.Kongesti visceral (terjadi pada GJK lanjut) dapat mengganggu fungsi gaster/intestinal.

5.Pasien perlu diberikan diet yang tepat untuk memenuhi kebutuhan kalori dalam pembatasan natrium.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai okigen, kelemahan umum, dan immobilisasi
Terjadi peningkatan toleransi pada klien setelah dilaksanakan tindakan keperawatan selama di perawatan
-berpartisipasi aktif pada aktivitas yag diinginkan, memenuhi kebutuhan perawatan diri sendiri.

-mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur, dibuktikan oleh menurunnya kelemahan dan
kelelahan dan tanda vital DBN selama aktivitas

1.Periksa tanda vital sebelum dan setelah aktivitas, khususnya bila klien menggunakan vasodilator dan obat-obat
diuretic.

2.Catat respons kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat adanya takikardi, diritmia, dispnea berkeringat dan pucat.

3.Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas.

4.Implementasi program rehabilitasi jantung.

4. Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek obat (vasodilasi), perpindahan
cairan (diuretic) atau pengaruh fungsi jantung.

5. Penurunan/ketidakmampuan miokardium untuk meningkatkan volume sekuncup selama aktivitas


dpat menyebabkan peningkatan segera frekuensi jantung dan kebutuhan oksigen juga
peningkatan kelelahan dan kelemahan.

6. Dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung daripada kelebihan aktivitas.

7. Peningkatan bertahap pada aktivitas menghindari kerja jantung/konsumsi oksigen berlebihan.


Penguatan dan perbaikan fungsi jantung dibawah stress, bila fungsi jantung tidak dapat membaik
kembali.

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN.

Penyakit jantung bawaan adalah penyakit struktural jantung dan pembuluh darah besar yang sudah
terdapat sejak lahir. Perlu diingatkan bahwa tidak semua penyakit jantung bawaan tersebut dapat
dideteksi segera setelah lahir, tidak jarang penyakit jantung bawaaan baru bermanifestasi secara klinis
setelah pasien berusia beberapa minggu, beberapa bulan, bahkan beberapa tahun.

Oleh karena itu, penyakit jantung bawaan yang ditemukan pada orang dewasa menunjukkan bahwa
pasien tersebut mampu melalui seleksi alam, atau telah mengalami tindakan operasi dini pada usia muda.
Hal ini pulalah yang menyebabkan perbedaan pola penyakit jantung bawaan pada anak dan pada orang
dewasa.

Jantung merupakan salah satu organ vital dalam tubuh manusia yang terletak dalam mediastinum di
antara kedua paru-paru. Jantung memiliki fungsi utama sebagai pemompa darah. Jantung merupakan
salah satu organ yang tidak pernah beristirahat Dalam keadaan fisiologis, pembentukan rangsang irama
denyut jantung berawal dari nodus sinoatrial (nodus SA) dan menyebar ke serat otot lainnya sehingga
menimbulkan kontraksi jantung. Jika rangsang irama ini mengalami gangguan dalam pembentukannya
dan penghantarannya, maka dapat terjadi gangguan pada kinerja jantung.

B. SARAN.

Dalam menerapkan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gagal jantung diperlukan pengkajian,
konsep dan teori oleh seorang perawat.

Informasi atau pendidikan kesehatan berguna untuk keluarga klien yang mengalami penyakit
kardivaskuler maupun yang tidak mengalami, karena ini merupakan sebuah penyakit bawaan dan
kelainan, jadi perlu diberitahu mengenai pendidikan kesehatan.
Daftar Pustaka

Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo Agung., Yasmin Asih.,
Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.

Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, alih bahasa: Tim PSIK UNPAD
Edisi-6, EGC, Jakarta

Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.Arif Mansjoer, Suprohaitan,

http://agustinus-profile.blogspot.com/2009/07/asuhan-keperawatan-pada-sistem-imunitas.htm

NANDA, 2001-2002, Nursing Diagnosis: Definitions and classification, Philadelphia, USA

Wahyu Ika W, Wiwiek S. Kapita Selekta Kedokteran. Penerbit Media Aesculapius. FKUI Jakarta : 2000

Anda mungkin juga menyukai