Oleh :
1971011006
Pembimbing :
BAB I
PENDAHULUAN
kegagalan jantung untuk mengirimkan oksigen pada tingkat yang sepadan dengan kebutuhan
metabolisme jaringan, meskipun tekanan pengisian normal. Gagal jantung kongestif pada bayi
dan anak merupakan kegawatdaruratan yang sangat sering dijumpai oleh petugas kesehatan
dimanapun berada. Keluhan dan gejala sering tidak khas dan sangat bervariasi sehingga sulit
dibedakan dengan akibat penyakit lain diluar jantung. Penyebab, gejala klinis, determinan dan
penatalaksanaan gagal jantung kongestif pada bayi dan anak berbeda dengan orang dewasa,
1.2 Tujuan
untuk membahas dan mengetahui secara ringkas mengenai definisi hingga tatalaksana gagal
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
miokardium memompa darah ke seluruh tubuh untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh
2.2 Epidemiologi
Sampai saat ini belum ada data yang valid mengenai insidensi gagal jantung akut pada anak.
Gagal jantung memberi kontribusi terhadap estimasi 15 juta kematian anak tiap tahun di dunia,
dengan penyebab terseringnya adalah PJB. Menurut dr. Sukma Tulus Putra, Sp.A, ketua divisi
kardiologi anak RSCM, penderita PJB 90% meninggal karena gagal jantung dalam usia kurang
dari 1 tahun, sedangkan sisanya terjadi pada umur 1-5 tahun. Penyebab gagal jantung pada umur
2.3 Etiologi
1. Gangguan mekanik : Beberapa faktor yang mungkin bisa terjadi secara tunggal atau bersamaan,
yaitu:
a. Beban tekanan Sentral ( Aorta stenosis, koartasio aorta, stenosis pulmonalis) Perifer
b. Beban volume, Pirau kiri ke kanan, regurgitasi katup, arteriovenous fistula, anemia, gangguan
e. Aneurisma ventrikel
f. Disinergi ventrikel.
a. Primer : Kardiomiopati, miokarditis metabolik (diabetes, gagal ginjal kronis, anemia) atau
korpulmonal, Kawasaki).
b. Bradidisritmia/standstill.
2.4 Patofisiologi
Kemampuan jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh dipengaruhi oleh 4
faktor yaitu: preload, afterload, kontraktilitas otot jantung, dan frekuensi denyut jantung.8
2.4.1 Preload
Preload adalah beban volume dan tekanan yang diterima ventrikel kiri pada akhir
diastol. Preload ditentukan oleh tekanan pengisian ventrikel dan jumlah darah yang
2.4.2 Afterload
Afterload yaitu tahanan total untuk melawan ejeksi ventrikel yang merupakan keadaan
beban sistolik. Apabila afterload meningkat maka isi sekuncup dan curah jantung
Kontraktilitas otot jantung yaitu kemampuan intrinsik otot jantung berkontraksi tanpa
tergantung preload maupun afterload tapi hanya dipengaruhi oleh frekuensi denyut
jantung. Derajat aktivitas serabut otot jantung ditentukan oleh perubahan kadar kalsium
intrasel atau sensitivitas protein miofibril terhadap kalsium. Konsep ini merupakan
dasar penggunaan obat gagal jantung melalui salah satu mekanisme sinergik yang juga
pump sehingga meningkatkan frekuensi denyut jantung dan kekuatan kontraksi maupun
Frekuensi denyut jantung setiap menit dikalikan dengan volume darah yang dipompa
keluar pada 1 kali kontraksi jantung adalah besar curah jantung. Peningkatan frekuensi
denyut jantung akan meningkatkan curah jantung. Akan tetapi, frekuensi denyut
jantung yang terlalu tinggi tidak akan memberikan kesempatan jantung untuk relaksasi
sehingga akan menurunkan volume diastolik akhir, meningkatkan kebutuhan oksigen
Mekanisme gagal jantung kongestif pada dasarnya dibagi dalam 2 kategori yaitu:8
1. Jantung memompa darah dengan kekuatan normal tetapi darah yang mengalir ke sistem
arteri perifer tidak efekif, hal ini akibat sebagian besar darah yang keluar dari jantung
mengalir ke paru oleh adanya defek anatomis sehingga menimbulkan aliran kiri ke kanan
(left to the right shunt). Pada saat ini jantung dan paru tidak mampu lagi mengatasi
perubahan hemodinamik yang terjadi. Mekanisme ini sering terjadi pada bayi dan anak
2. Jantung tidak kuat memompa darah ke aliran sistemik oleh karena kelainan struktur jantung
yaitu jantung kiri terlalu kecil atau terlalu sempit (stenosis katup aorta, koartasio aorta) atau
oleh karena otot jantung sangat lemah sehingga tidak kuat memompa darah keluar menuju
kawasaki).8
Dengan melalui salah satu atau kedua mekanisme tersebut, gagaljantung kongestif terjadi bila
ada penurunan fungsi ventrikel kanan dan atau ventrikel kiri. Penurunan fungsi ventrikel kanan,
sehingga tidak mampu memompa darah menuju paru, selalu ada darah sisa di ventrikel kanan,
sementara darah dari vena sistemik akan terus mengisi ventrikel kanan setiap diastol.
Akibatnya terjadi bendungan di ventrikel kanan yang akan diteruskan ke seluruh sistem vena
perifer termasuk hepar. Penurunan fungsi ventrikel kiri sehingga tidak mampu memompa darah
2.5 Klasifikasi
New York Heart Association (NYHA), pada tahun 1994 mempublikasikan klasifikasi
fungsional gagal jantung, namun klasifikasi yang dipublikasikan NYHA kurang dapat
diaplikasikan pada anak, karena terdapat perbedaan gejala dan tanda antara anak dengan
dewasa. Untuk itu, digunakanlah klasifikasi gagal jantung yang dibuat Ross, dengan
Tabel 1. Klasifikasi Ross untuk gagal jantung pada bayi sesuai NYHA
Ross pada tahun 1992 mempublikasikan sistem skoring untuk mengklasifikasikan gagal
jantung secara klinis pada bayi usia <6 bulan yang dapat dilihat pada tabel 2.9
Klasifikasi gagal jantung anak tidak mudah dibuat karena luasnya kelompok umur
dengan variasi angka normal untuk laju napas dan laju jantung, rentang kemampuan kapasitas
latihan yang lebar (mulai dari kemampuan minum ASI sampai kemampuan mengendarai
sepeda) dan variasi etiologi yang berbeda pula. Kriteria Ross hanya dapat digunakan untuk
bayi, sehingga Reithman, membuat sistim skor gagal jantung modifikasi skor Ross, yang dapat
digunakan untuk anak usia 0 sampai dengan 14 tahun. Skor klinis gagal jantung modifikasi
Ross dapat dilihat pada Tabel 7, dengan interpretasi skor 0-2 : tanpa gagal jantung, skor 3-6 :
gagal jantung ringan, skor 7-9 : gagal jantung sedang dan skor 10-12 : gagal jantung berat.
- Sesak napas terutama saat beraktivitas. Sesak napas dapat mengakibatkan kesulitan
makan/minum dan dalam jangka panjang dapat menyebabkan gagal tumbuh.
2.6 Diagnosis
2.6.1 Anamnesa
a) Sesak napas terutama saat beraktivitas. Sesak napas dapat mengakibatkan kesulitan
c) Ortopnea
c) Kardiomegali
e) Terjadi akibat penurunan perfusi di kulit dan peningkatan ekstraksi oksigen jaringan.
Ekstremitas teraba dingin, pulsasi perifer melemah, tekanan darah sistemik menurun,
f) Pulsus paradoksus (pirau kiri ke kanan yang besar), pulsus alternans (penurunan fungsi
h) Bising bising: Bising jantung mendukung diagnosis tapi tidak terdengarnya bising jantung
berlangsung terus maka akan timbul edema alveoli dan edema bronkiolar yang memberikan
gejala berupa retraksi, grunting, wheezing ekspirasi (akibat obstruksi saluran napas besar oleh
pendesakan dari pelebaran arteri pulmonalis atau atrium kiri). Tampak sianosis sentral yang
ringan akibat penurunan fungsi pertukaran gas oleh penumpukan cairan di alveoli.8 Gejala
bendungan vena pulmonalis juga dapat berupa takipnea, sesak nafas terutama saat beraktivitas,
Gejala bendungan vena sistemikyBendungan vena perifer akibat jantung mengalami beban
volume yang berlebihan menimbulkan pembesaran hati (hepatomegali), bendungan vena di leher,
edema perifer dan asites terutama pada anak yang lebih besar.8
- Foto Toraks
Foto toraks penting sebagai pemeriksaan rutin untuk melihat besarnya jantung serta
vaskularisasi paru. Hampir selalu ditemukan kardiomegali. Tidak ditemukannya
kardiomegali hampir dapat menyingkirkan diagnosis gagal jantung. Dikatakan
kardiomegali pada foto torak posteroanterior (PA) jika ratio antara diameter jantung
dengan dimensi toraks internal (cardiothoracic ratio) melebihi 50% pada dewasa, 55%
pada anak dan sekitar 60% pada bayi. Peningkatan CTR terjadi akibat dilatasi ventrikel kiri
atau kanan, hipertrofi ventrikel kiri, atau efusi perikardium. Vaskularisasi paru perlu dinilai
untuk melihat adanya peningkatan atau bahkan kongesti vena. Foto toraks juga dapat
digunakan untuk memantau hasil terapi.12
- EKG
Hasil tergantung penyebabnya, terutama adalah untuk melihat adanya hipertrofi atrium/
ventrikel dan gangguan irama misalnya takikardia supra ventrikular.12
- Ekokardiografi
11
Ekokardiografi dapat memberikan gambaran terinci dan kuantitatif mengenai anatomi dan
fungsi jantung. Ekokardiografi dapat memastikan pembesaran runag jantung, gangguan
fungsi ventrikel kiri, dan juga dapat mendeteksi penyebab dari gagal jantung tersebut
misalnya ditemukan defek septum ventrikel besar. Ekokardiografi juga bermanfaat untuk
melihat efektivitas terapi.12
- Kateterisasi dan Angiokardiografi
Suatu pemeriksaan invasif, untuk menilai hemodinamik, anatomi, elektrofisiologi dan
sekaligus intervensi non bedah berupa blade dan balloon atrial septostomy sebagai upaya
dekompresi tekanan atrium kiri pada stenosis mitral yang berat, dan transposisi pembuluh
darah besar.8
- Biomarker : Peptida natriuretik (peptida natriuretik otak [BNP] atau terminal amino [NT]
-proBNP) berguna untuk membedakan gagal jantung dari penyebab.11 Peningkatan kadar
peptida natriuretik mungkin berhubungan dengan hasil yang buruk pada gagal
jantung.13Pengukuran protein antistreptolisin O dan C-reaktif harus dilakukan pada kasus
gagal jantung dengan demam rematik akut atau reaktivasi penyakit jantung reumatik
kronis.
2.1. Tatalaksana
1. Umum
- Pemberian Oksigen.
- Tirah baring, posisisemifowler. Sedasi kadang diperlukan pada anak yang sangat
gelisah : fenobarbital 2-3mg/kgBB/dosis tiap 8 jam selama 1-2 hari.
- Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit yang timbul.
- Restriksi garam jangan terlalu ketat. Pada anak, garam diberikan <0.5g/hari
- Timbang berat badan tiap hari pada pasien yang dirawat inap. Hal ini untuk menilai
apakah retensi cairan yang bertambah atau berkurang.
- Menghilangkan faktor yang memperberat seperti demam (diberi anti piretik), anemia
(berikan transfusi), atasi infeksi jika ada.8
- Diet makanan berkalori tinggi.14
2. Medikamentosa
Ada 3 jenis obat yang digunakan untuk gagal jantung:11,12
1. Inotropik : Meningkatkan kontraktilitas miokardium
12
2. Diuretik : Mengurangi preload
3. Pengurang afterload
Inotropik
Obat inotropik yang bekerja cepat seperti dopamin dan dobutamin digunakan pada kasus kritis
atau akut sedangkan obat inotropik lain seperti digoksin untuk kasus yang tidak kritis.Digoksin
masih merupakan preparat digitalis yang paling sering digunakan dalam mengobati gagal
jantung pada anak. Pada semua kasus gagal jantung dapat diberikan digoksin kecuali jika ada
kontraindikasi seperti kardiomiopati hipertrofik, blok jantung komplit, atau tamponade jantung.
Digoksin harus diberikan secara hati-hati karena sempitnya rentang antara dosis efektif dengan
dosis toksik. Sebelum pemberian digoksin, harus dilakukan EKG untuk melihat irama jantung
dan interval PR. Digoksin bermanfaat sebagai inotropik ; menambah kekuatan dan kecepatan
kontraksi ventrikel, mengurangi tonus simpatis, menurunkan resistensi sistemik dengan
vasodilatasi perifer, menurunkan frekuensi denyut jantung dan juga mengaktivasi
neurohormonal jantung. Digitalisasi diberikan dengan cara pemberian awal ½ dosis digitalisasi
total kemudian dilanjutkan dengan ¼ dosis digitalisasi total setelah 8 jam, kemudian sisanya
diberikan setelah 8 jam lagi. Dosis rumat diberikan dalam 2 dosis terbagi perhari pada usia <
10 tahun, sedangkan pada usia > 10 tahun dapat diberi sebagai dosis tunggal perhari.12
Prematur 20 5
13
Dopamin dan dobutamin merupakan obat inotropik secara parenteral. Mempunyai mula
kerja yang cepat dan lama kerja yang singkat. Dopamin dan dobutamin bersifat simpatomimetik
sehingga meningkatkan curah jantung, tekanan darah dan denyut jantung. Dopamin mempunyai
efek vasodilatasi renal yang bermanfaat untuk mempertahankan fungsi ginjal yang baik pada
penderita gagal jantung tetapi juga dapat menimbulkan takikardia dan bahkan vasokonstriksi
pada dosis tinggi. Efek vasodilatasi renal tidak dimiliki oleh dobutamin sehingga relatif tidak
menimbulkan takikardi. Atas dasar ini, penggunaan gabungan dobutamin dan dopamin dosis
rendah memberikan hasil yang cukup baik. Dosis dopamin (iv drip) biasanya 5-10
µg/kgBB/menit. Dosis dobutamin (iv drip) 5-8 µg/kgBB/menit.12
Diuretik
Furosemid biasanya dipakai pada anak dengan dosis 1-2 mg/kgBB/hari yang dapat diberikan
secara oral atau intravena dengan dosis yang sama. Furosemide menghambat reabsorpsi air dan
natrium di ginjal sehingga mengurangi volume sirkulasi sehingga mengurangi preload jantung.
Furosemid sering diberikan bersamaan dengan digoksin. Efek samping furosemid adalah
hipokalemia sehingga pada pemberian furosemid kadar elektrolit harus dimonitor. Pemberian
preparat kalium pada pemberian furosemid yang lama dengan dosis yang tinggi seringkali
diperlukan untuk mencegah terjadinya hipokalemia. Pada penderita gagal jantung, kadar
aldostreronnya meningkat secara bermakna sehingga pemberian spironolakton, suatu diuretik
inhibitor aldosteron yang bersifat meretensi kalium dapat digunakan bersamaan dengan
furosemid dengan dosis yang sama. Berbeda dengan furosemid, spironolakton hanya dapat
diberikan per oral.12
Pengurang afterload
Sebagai mekanisme kompensasi dari berkurangnya curah jantung pada penderita gagal jantung,
terjadi vasokonstriksi sebagai akibat dari peningkatan tonus simpatik, peningkatan katekolamin
dan juga aktivitas sistem renin-angiotensin. Vasokonstriksi memperberat keadaan ventrikel
sehingga menambah beban kerjanya dan dapat memperburuk gagal jantung. Pada keadaan ini,
pengurang afterload merupakan pilihan yang tepat. Obat ini mengurangi afterload dengan cara
mengurangi resistensi vaskular perifer melalui vasodilatasi arteri atau bahkan vena. Bersifat
meningkatkan isi sekuncup tetapi tidak meningkatkan kontraktilitas sehingga tidak
meningkatkan konsumsi oksigen pada otot jantung. Kaptopril merupakan obat golongan ini
yang paling sering dipakai dengan dosis 0,3-0,6 mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dosis,
14
dimulai dengan dosis rendah. Pemberian harus dilakukan 1 jam sebelum atau 2 jam setelah
makan mengingat absorpsinya terganggu oleh makanan.12
3. Pembedahan
Tergantung penyebab misalnya pada defek septum ventrikel dilakukan penutupan defek
setelah gagal jantung teratasi.11
2.2. Prognosis
Prognosis gagal jantung bergantung pada derajat beratnya dan penyebab gagal jantungnya.
Gagal jantung yang penyebabnya non-struktural jantung, prognosisnya tergantung keberhasilan
menangani penyakit dasanya, sedangkan gagal jantung karena malformasi jantung, tindakan
operasi akan memberikan prognosis lebih baik. Tindakan operasi pada pasien kelainan jantung
kongenital hanya bersifat paliatif.11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gagal jantung merupakan sindroma klinis yang ditandai oleh ketidakmampuan miokardium
memompa darah ke seluruh tubuh untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh termasuk
kebutuhan untuk pertumbuhan.Kemampuan jantung memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan tubuh dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu: preload, afterload, kontraktilitas otot jantung,
dan frekuensi denyut jantung.Prognosis gagal jantung bergantung pada derajat beratnya dan
penyebab gagal jantungnya.
Daftar Pustaka
17
8. Ontoseno T. 2002. Konsep Terbaru Mengenai Gagal Jantung pada Anak.
Dalam: Noer MS, Ismoedijanto dan Untario MC, editors. Bunga Rampai
Pediatri. Lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair RSUD Dr Sutomo.
Surabaya; 122-142.
9. Alsagaff Hood, Mukty H.Abdul. 2008. Pneumonia. Dasar– Dasar Ilmu
Penyakit Paru. Surabaya :Airlangga University Press. Hal ; 193-7
10. Pratama, Eka Putera. 2013, Gambaran pasien gagal jantung kongestif di
Unit Rawat Kardiovaskular RSUP H.Adam Malik Tahun 2012., skripsi
program pendidikan sarjana, Universitas Sumatera Utara.
11. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2009. Gagal Jantung. Pedoman Pelayanan
Medik.Jakarta: hal: 79-83.
12. Ganda, I.J. Gagal Jantung Pada Anak. [Online], accessed 25 December 2018,
available from :https://www.scribd.com/doc/279100983/Gagal-Jantung-
Pada-Anak.
13. N. Jayaprasad. Heart Failure in Children.Heart Views. 2016 Jul-Sep; 17(3):
92–99. doi: 10.4103/1995-705X.192556
14. Sucipto, N.I. 2011. Referat Gagal Jantung Pada Anak. SMF Ilmu Kesehatan
Anak RSUD Dr. Soebandi Jember; 21.