Oleh :
Irma Yuza
61112041
Pembimbing :
dr. Murfariza Herlina, Sp.A
3
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
D. Patofisiologi
Penyebab pasti masih belum diketahui jelas. Beberapa mekanisme adaptasi
terjadi pada gagal jantung : 3
1. Faktor mekanis berupa hipertrofi dan dilatasi. Hipertrofi ventrikel
karena hyperplasia yang menyebabkan otot jantung bertambah tidak
sebanding dengan jumlah kapiler dan suplai oksigen akan
mengakibatkan insufisiensi koroner relatif.
2. Faktor biokimia. Terdapat perubahan bikomia mengenai produksi
energy, penyimpanan dan penggunaannya.
3. Peranan sistem saraf adrenergik. Cadangan norepinefrin dalam otot
jantung berkurang mungkin karena kesanggupan ujung saraf untuk
mengambil serta mengikat norepinefrin berkurang atau berkurangnya
jumlah ujung saraf dalam miokard.
4. Peranan ginjal. Ketidakmampuan ginjal untuk mengeluarkan natrium
dan air karena:
a. Bertambahnya resorbsi natrium pada tubulus.
b. Aliran darah ke ginjal relative menurun sehingga glomerulus
filtration rate menurun dan produksi urin berkurang.
c. Peningkatan rangsangan simpatis.
d. Menurunnya aliran darah ke ginjal akan merangsang pengeluaran
rennin yang selanjutnya melalui angiotensin akan mengakibatkan
rangsangan pembentukan aldosteron.
5. Peranan eritrosit. Terdapat pergeseran pada disosiasi
oksigenhemoglobin, seperti tambak juga pada anemia, hipoksia dan
tinggal di tempat yang tinggi.
10
Gagal jantung akut didefinisikan sebagai timbulnya gejala sesak nafas secara
cepat <24 jam akibat kelaina fungsi jantung. Keadaan mengancam jiwa bila
tidak ditangani dengan cepat
Gagal jantung menahun merupakan sindrom klinis yang kompleks akibat
kelainan struktural atau fungsional yang mengganggu kemampuan pompa
jantung atau mengganggu pengisisan jantung
High output failure : curah jantung tinggi, takikardi (dapat disebabkan
anemia, aritmia, tirotoksikosis, iatrogenik), akral hangat, kongesti paru,
kadang tekanan darah rendah seperti pada syok septik
Hypertensive acute heart failure : gejala disertai tekanan darah tinggi dan
fungsi ventrikel masih baik, gambara rontgen thoraks sesuai dengan edema
paru akut
Edema paru verifikasi dengan rontgen thoraks, sesak nafas berat, dengan
ronkhi basah kasar hampir semua lapangan paru, saturasi O2 <90% sebelum
diterapi O2
Bukti adanya hipoperfusi jaringan walaupun preload sudah dikoreksi. Laju
nadi >60x/m (tidak ada blok jantung) dengan atau tanpa kongesti paru,
produksi urin 0,5 cc/kgBB/jam
Disebut gagal jantung bila ada keluhan sesak, sedang disfungsi ventrikel
mungkin terjadi tanpa keluhan sesak.
Pemeriksaan Fisik
Tergantung pada ada tidaknya kongesti vena pulmonal adanya tanda retensi
cairan edema pergelangan kaki, kongesti vena sistemik, atau keduanya
Takikardia, irama derap (gallop), dan nadi yang halus (thready) dapat timbul
pada berbagai penyebab
Gagal jantung kiri (tanda kongesti vena paru) dapat ditemukan takipnea,
sesak nafas terutama saat aktivitas, ortopnea, mengi atau ronkhi, batuk dan
edema paru
Gagal jantung kanan (tanda kongesti vena sistemik) dapat ditemukan
hepatomegali ( 2 cm atau lebih dibawah arcus kosta, kenyal dan tepi tumpul),
edema perifer dan peningkatan vena jugularis, hipotensi
12
Pemeriksaan Laboratorium
Darah rutin : kadar Hb, Ht
Elektrolit : Na+, Ka+, Cl-
Analisa gas darah : pH
Pemeriksaan Pencitraan
Studi non-invasif seperti foto thoraks, tidak bersifat spesifik. Namun, tidak
adanya kardiomegali pada foto thoraks atau kelainan struktur biasanya
menyingkirkan diagnosis gagal jantung.
Ekokardiogram dapat menilai ukuran ruang jantung, mengukur fungsi
miokard dan mendiagnosis kelainan jantung bawaan jika ada
EKG : Left Ventrikel Hipertrofi (LVH), Right Ventrikel Hipertrofi (RVH)
Diuretik (preload)
Furosemid Ekskresi garam pada Hansa Henle (loop) pars
Dosis : 1-2 mg/kgBB/hari asenden, reduksi preload, reduksi afterload
Sediaan IV/IM 1mg/kgBB/dosis dan pengendalian hipertensi, dan efek
vasodilatasi vena.
Dapat menimbulkan hipokalemi
Spironolakton Dosis : 1-3 mg/kgBB, bersifat menahan
kalium
Kombinasi diuretik loop dan Peningkatan ekskresi natrium
tubulus distal
Agen Inotropik (kontraktilitas otot jantung)
Digitalis Inhibisi enzim Na+, K+-ATPase di membran
Digoxin (lanoxin) sel dan meningkatkan Ca2+ intrasel,
Dosis Awal mg/kgBB : memperlambat dan memperkuat kontraktilitas
premature 0,0035, bayi : 0,05- jantung, meningkatkan konsumsi oksigen
0,07, anak : 0,02-0,03 miokardium. Dosis digitalisasi dapat diberikan
Dosis Rumatan : dalam 1-3 hari tergantung keadaan.
Premature : -1/3 dosis Sediaan : tab 0,25 mg, parenteral 0,1 mg/ml
awal/hari dalam 2 dosis dan 0,5mg/ml
Bayi : dosis awal/hari dalam 2
dosis. Anak : 1/5 dosis awal
Dopamin Pelepasan norepinefrin miokardium dan efek
Dosis:5-10 Ug/kgBB/menit langsung pada reseptor , dapat meningkatkan
secara I.V drip tekanan darah sistemik; pada laju infus rendah
menyebabkan dilatasi arteri renalis, takikardia
dan memfasilitasi dieresis
Dobutamin Agen reseptor , sering dikombinasikan
Dosis :5-8 g/kgBB/ menit dengan dobutamin. Inotropik tanpa efek
secara I.V drip vasodilatasi rebnal maupun takikardia.
Menurunkan/Reduksi Afterload
Hidralazin Vasodilatasi arteriol
Nitroprusid Relaksasi arteri dan vena; venodilatasi yang
mereduksi preload
Kaptopril/enalapril Inhibisi enzim konversi angiotensin;
Dosis : 0,3-0,6 mg/kgBB/hari mengurangi produksi angiotensin II. Diberikan
dibagi 2-3 dosis pada gagal jantung akibat beban volum,
kardiomiopati, insufisiensi mitral atau aorta
berat, pirau dari kiri kekanan yang besar.
Kaptopril menyebabkan retensi kalium tidak
di berikan bersamaan dengan spironolakton
Terapi Lain
Kounter pulsasi mekanis Memperbaiki aliran koroner, afterload
Transplantasi Mengganti jantung yang sakit
Oksigenasi membran Pintas jantung
ekstrakorporeal
Karvedilol Agen penghambat
3. Pemberian oksigen dapat menaikan kadar oksigen darah arteri pada bayi
dan anak dengan dekompensasi berkisar antara 10-20%, bergantung pada
macam kelainannya. Kadar oksigen incubator harus dijaga 40-50%,suhu
diperthankan 370C dicegah keadaan panas dan dijaga kelembabannya.
Aliran oksigen diperlukan 4-5liter/menit pada inkubator atau 8-10
liter/menit pada tenda.
4. Penenang dapat diberikan luminal, kloralhidrat, atau morfin dianjurkan
terutama untuk anak yang gelisah. Gejala-gejala edema paru akan banyak
berkurang dengan pemberian morfin 0,1-0,2 mg/kgBB subkutan.
5. Perbaiki anemia pada gagal jantung yang disebabkan anemia berat maka
pengobatan harus diberikan transfusi darah (terbaik: packed cell untuk
mengurangi beban volum) juga pada gagal jantung yang disertai anemia
(Hb<7gr%) transfus perlahan dan hati-hati.
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
4. Hardiono Pusponegoro D,. Sri Rezeki,. Dody Firnanda, dkk. Ikatan Dokter
Anak Indonesia. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Badan
Penerbit: IDAI, 2005: H.143-146.
5. Daniel, S. Schneider. BAB 136 Gagal Jantung. Dalam: Karen JM, Robert
MK, Hal BJ, Richard EB. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial. Edisi
keenam. Singapore: Elsevier. Edisi Bahasa Indonesia oleh Ikatan Dokter
Anak Indonesia, 2014: H.583-585.