PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
irama jantung, merupakan penyebab utama dari banyak kematian di dunia, sekitar 13 juta
jiwa melayang tiap tahunnya, dan angka tersebut terus meningkat (Marcum, 2008). CHF
(Congestive Heart Failure) atau gagal jantung kongestif, menyerang lebih dari 6 juta jiwa di
Amerika utara dan penyakit ini menjadi penyebab umum hospitalisasi dari pasien di atas 65
tahun (C-Health, 2008). Gagal jantung kongestif adalah suatu keadaan di mana fungsi
jantung sebagai pompa darah yang mendistribusikan oksigen ke seluruh tubuh tidak dapat
memenuhi kebutuhan secara adekuat (MedicineNet, 2008). Manifestasi klinis terburuk yang
dapat terjadi pada gagal jantung kongestif adalah edema paru, yang terjadi karena adanya
peningkatan cairan pada paru sebagai akibat dari kelemahan dari kapiler paru menuju ke
intersisium dan alveoli (eMedicine, 2008). Gejala umum dari gagal jantung kongestif adalah
kesulitan bernafas ketika malam hari atau ketika berbaring, batuk, lemah, lekas lelah, nafas
masyarakat mengenai penyakit ini masih kurang. Pola hidup yang tidak sehat menjadi faktor
utama bagi tubuh rentan terkena penyakit kardiovaskular. Selain itu, berdasarkan artikel pada
menyatakan polusi udara memiliki efek toksik baik jangka panjang maupun jangka panjang.
1
Efek toksik ini dapat merusak jantung, pembuluh darah, serta dapat menigkatkan angka
hospitalisasi dari penyakit jantung, bahkan dapat menyebabkan kematian (Anonim, 2008).
Keadaan ini diperparah dengan pola makan kebanyakan masyarakat di dunia yang jauh
dari sehat. Konsumsi makanan fast food yang semakin tinggi disertai minuman bersoda dan
berbagai minuman tak sehat lainnya memiliki andil yang cukup besar dalam menyebabkan
gangguan jantung. Apalagi jika tidak diimbangi dengan olahraga yang teratur, maka
sirkulasi darah sangat ditentukan oleh sehat atau tidaknya kondisi jantung individu. Darah
berfungsi membawa oksigen, zat-zat makanan dan ion-ion yang diperlukan oleh tubuh.
Kelainan, kerusakan atau ketidaknormalan pada jantung akan berakibat pada gangguan
Selain itu gangguan pada jantung berakibat sistemik bagi seluruh tubuh, hal ini
dikarena sirkulasi darah yang terhambat akan membuat organ-organ penting dalam tubuh
seperti ginjal, hati, limfa dan otak mengalami keadaan hipoksia atau kekurangan oksigen
B. Tujuan Penulisan
1. Umum
Heart Failure dan patomekanismenya baik secara teoritis medis dan teoritis keperawatan.
2. Khusus
2
b. Memahami patomekanisme penyakit Congestive Heart Failure
c. Mengerti dan memahami konsep asuhan keperawatan secara teoritis pada pasien
d. Memahami dan mengerti pelaksanaan asuhan keperawatan secara kasus pada pasien
3
BAB II
KONSEP MEDIS
Jantung merupakan struktur kompleks yang terdiri atas jaringan fibrosa, otot-otot
jantung dan jaringan konduksi listrik. Mempunyai fungsi utama untuk memompadarah
keseluruh tubuh yang dapat dilakukan jika jantung mempunyai kemamputan memompa
yang optimal, system katup yang baik, serta irama pemompaan yang baik pula. Jika
ditemukan ketidaknormalan pada salah satu unsur tadi maka akan berpengaruh terhadap
2012)
CHF adalah sindrom yang disebabkan oleh disfungsi jantung ,umumnya akibat
disfungsi atau kerusakan otot miokard yang ditandai dengan terjadinya hipertrofi LV atau
keduanya (Heart Failure Society of America, 2010). CHF adalah sindrom yang ditandai
oleh disfungsi salah satu atau kedua paru dan vena sistemik sehingga asupan oksigen ke
jaringan perifer kurang baik pada saat relaks atau selama stressor berlangsung , yang
fungsi jantung, sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan atau kemampuannya hanya ada jika disertai peninggian
volume diastolik secara abnormal. Penamaan gagal jantung kongestif yang sering
digunakan jika terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan (Mansjoer, 2008).
4
Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk mempertahankan curah
jantung (Caridiac Output = CO) dalam memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Apabila
tekanan pengisian ini meningkat sehingga mengakibatkan edema paru dan bendungan di
sistem vena, maka keadaan ini disebut gagal jantung kongestif (Kabo & Karim, 2007).
yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi. Gagal
jantung kongestif ( CHF ) adalah gangguan klinis yang umum yang menyebabkan
gangguan pada pembuluh darah paru dan penurunan curah jantung (Figueroa, 2006)
Gagal jantung adalah komplikasi yang paling sering dari semua penyakit jantung
mencakup keadaan yang meningkatkan beban awal, beban akhir atau menurunkan
kontraktilitas miokardium. Keadaan yang meliputi beban awal seperti : regurgitasi aorta,
cacat septum ventrikel dan beban akhir meningkat pada kondisi stenosis aorta dan
hipertensi sistemik.
5
Kelainan Mekanis Kelainan Miokardial Gangguan Irama Jantung
1. Peningkatan beban Primer 1. Henti jantung
tekanan Kardiomiopati 2. Ventrikular fibrialasi
Dari sentral (stenosis Gangguan neuromuscular 3. Takikardi atau bradikardi
aorta) miokarditis ekstrim
Dari peripheral Diabetes mellitus 4. Asinkronik listrikndan
(hipertensi sistemik) (metabolic) gangguan konduksi
2. Peningkatan beban Keracunan
volume Sekunder
Regurgitasi katup Iskemia (PJK)
Peningkatan beban Gangguan metabolic
awal Inflamasi
3. Obstruksi pengisian Penyakit infiltrative
ventrikel (restriksi kardiomiopati)
Stenosis mitral atau Penyakit sistemik
trikuspidalis
PPOM
4. Tamponade pericardium
Terapi depresi miokard
5. Restriksi endokardium
dan miokardium
6. Aneurisma ventricular
7. Dis- sinergi ventrikuler
Setiap hambatan pada arah aliran (forward flow) dalam sirkulasi akan menimbulkan
pengaliran (forward failure) akan menimbulkan adanya gejala backward failure dalam
sistim sirkulasi aliran darah. Mekanisme kompensasi jantung pada kegagalan jantung
adalah upaya tubuh untuk mempertahankan peredaran darah dalam memenuhi kebutuhan
metabolisme jaringan.
6
Mekanisme kompensasi yang terjadi pada gagal jantung ialah : dilatasi ventrikel,
perifer, peninggian kadar katekolamin plasma, retensi garam dan cairan badan dan
peningkatan eksttraksi oksigen oleh jaringan. Bila jantung bagian kanan dan bagian kiri
bersama-ama dalam keadaan gagal akibat gangguan aliran darah dan adanya bendungan,
maka akan tampak tanda dan gejala gagal jantung pada sirkulasi sistemik dan sirkulasi
paru. Keadaan ini disebut Gagal Jantung Kongestif (CHF).(American Heart Association,
2009 p. 1983)
Sebagai respon terhadap gagal jantung kongestif, ada tiga mekanisme yang
3. Hipertrofi ventrikel
Ketiga respon diatas bertujuan untuk mempertahankan curah jantung pada tingkat
normal atau hamper normal pada gagal jantung. Namun kelainan pada kerja ventrikuler
7
D. Klasifikasi Derajat Congesti Heart Failure
Pada Guidelines Heart Failure yang dikeluarkan oleh Heart Failure Society of America
tahun 2010 maka klasifikasi CHF dari New York Heart Association (NYHA) , yaitu :
gas.
2) Batuk, berhubungan dengan gagal ventrikel kiri. Tersering adalah batuk basah.
3) Mudah lelah. Akibat curah jatung yang kurang sehingga darah tidak sampai
8
b. Gagal jantung kanan
1) Edema, biasa pada kaki dan tumit dan secara bertahap bertambah keatas tungkai
dan paha.
2) Hepatomegali dan nyeri pada kuadran kanan, akibat pembesaran vena di hepar.
3) Anoreksia dan mual, akibat pembesaran vena dan stasis vena didalam rongga
abdomen.
4) Nokturia, dieresis sering terjadi pada malam hari karena curah jantung akan
iskemi miokard
2) Angina dan infark miokard, Terjadi akibat dari peningkatan kerja otot jantung
9
b. Komplikasi akibat dari pengobatan :
terapi diuretik
intoksikasi digitalis
5) Infark Miokard, Terjadi akibat dari beban kerja miokard yang meningkat serta
sehingga dapat terjadi penurunan tekanan darah arteri ke organ-organ vital seperti
masuknya cairan dalam kantung pericardium, jika terjadi efusi yang cepat dapat
10
G. Pemeriksaan penunjang Congestive Heart Failure (HFSA, 2010)
a) EKG; mengetahui hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpanan aksis, iskemia dan
atau hipertrofi bilik atau perubahan dalam pembuluh darah atau peningkatan tekanan
pulnonal.
membedakan gagal jantung sisi kanan dan kiri, stenosis katub atau insufisiensi serta
e) Elektrolit; mungkin berubah karena perpindahan cairan atau penurunan fungsi ginjal,
terapi diuretic.
f) Oksimetri nadi; Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika CHF memperburuk
PPOM.
g) AGD; Gagal ventrikel kiri ditandai alkalosis respiratorik ringan atau hipoksemia
11
H. Penatalaksanaan Congestive Heart Failure (HFSA, 2010)
1) Instruksi diet mengenai asupan natrium disarankan pada semua pasien dengan
CHF. Pasien dengan HF dan diabetes, dislipidemia, atau obesitas berat harus
2) diet pembatasan sodium (2-3 g sehari) disarankan untuk pasien dengan sindrom
klinis HF dan fraksi ejeksi ventrikel kiri menetap (LVEF). Pembatasan lebih
3) Pembatasan asupan cairan harian kurang dari 2 L/hari, dianjurkan pada pasien
untuk semua pasien yang menunjukkan retensi cairan yang sulit untuk mengontrol
b. Non Farmakologis
1) CHF Kronik
12
2) CHF Akut
b) Pembatasan cairan
c. Farmakologis
pada disfungsi diastolic, seperti :.thiazide diuretics untuk CHF sedang, loop
relaksasi
dan pengisian dan pengisian ventrikel (jangan dipakai pada CHF kronik).
13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Congestive Heart Failure
A. PENGKAJIAN DATA
Pengkajian pada pasien CHF ditujukan sebagai pengumpulan data dan informasi terkini
berhubungan dengan nyeri dada, sulit bernafas, palpitasi, riwayat pingsan, atau keringat
dingin ( diaphoresis). Selain itu perlu pula dikaji mengenai data yang berkaitan dengan
fungsi ginja; maupun data pasien yang sudah memerlukan terapi hemodialisa. Masing-
masing gejala harus dievaluasi waktu dan durasinya serta factor pencetusnya.
a. Anamnesa
1) Keluhan Utama
Keluhan utama pada CHF sehingga pasien mencari bantuan atau pertolongan
antara lain :
a) Dyspneu
vascular paru. Jika tekanan hidrostatik dari anyaman kapiler paru melebihi
intersistial. Dimana cairan masuk kedalam alveoli dan terjadilah edema paru
14
b) Kelemahan fisik
c) Edema sistemik
a) Orthopnea
tidak adekuat
Terjadinya sesak nafas atau nafas pendek pada malam hari yang disebabkan
c) Batuk
serta pendek.
15
d) Edema pulmonal
Terjadi bila tekanan kapiler pulmonal melebihi tekanan dalam vascular (30
Apakah pasien pernah mengalami nyeri dada akibat Infark Moikard akut,
hipertensi, DM. Konsumsi obat yang digunakan dan alergi terhadap makanan
atau obat
b. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Didapakan kesadaran baik dan akan berubah sesuai tingkat gangguan yang
2) Pemeriksaan system
atau ronchi basah dapat ditemukan pada posterior paru. Yang dikenali
Inspeksi : adanya parut pasca bedah jantung, distensi vena jugularis (gagal
16
Palpasi : perubahan nadi (cepat dan lemah) sebagai manifestasi dari
serta crackles pada paru-paru. S3 atau gallop adalah tanda penting dari gagal
ventrikel kiri.
kegawatan penyakitnya
mengukur haluaran urine yang dihubungkan pada asupan cairan dan fungsi
ginjal.
kulit dingin, mudah lelah sebagai akibat penurunan curah jantung dan
17
3) Pemeriksaan diagnostic
b. Echocardiography
jantung.
membantu membedakan gagal jantung sisi kanan dan kiri, stenosis katub
memperburuk PPOM.
18
h. AGD; Gagal ventrikel kiri ditandai alkalosis respiratorik ringan atau
19
B. Penyimpangan KDM Congestive Heart Failure
Peningkatan aktivasi
Aritmia ventrikular otomatik (afternpotential) CHF
dan re-entry
Kongesti Pulmonalis
Kematian mendadak Penurunan curah jantung
Tekanan hidrostatiklebih
besar dari tekanan osmotik
Pengembangan paru
Aliran darah tidak
tidak optimal
Penurunan eksresi Natrium dan Peningkatan reabsorbsi adekuat ke jantung dan
H2o dalam Urine natrium dan H2o dalam otak
tubulus
Pola nafas tidak efektif
PK GGA
20
Penurunan urine output,
peningkatan volume plasma, Gangguan perfusi Penurunan tingkat Resti kelebihan volume
peningkatan tekanan hidrostatik Kelemahan fisik jaringan kesadaran cairan
Pasien selalu
Penurunan suplai O2 ke Syok Kardiogenik terjaga
miokardium
Kondisi dan prognosis
penyakit Kematian
Perubahan metabolism Peningkatan hipoksia
miokardium jaringan miokardium
Insomnia
Iskemia miokardium
Nyeri dada
Infark Miokardium
21
C. Diagnosa Keperawatan Congestive Heart Failure
kongesti paru sekunder, peubahan membrane kapiler alveoli dan retensi cairan
interstitial
4. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru tidak optimal dan
12. Cemas berhubungan dengan rasa takut akan kematian, penurunan status kesehatan,
13. Konstipasi berhubungan dengan penurunan intake, serat dan penurunann bisisng usus.
22
D. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
23
Menunjukkan ketidakadekuatan perfusi
7. Kaji perubahan sensori (letargi, serebral sekunder terhadap penurunan CO
cemas dan depresi)
Stress emosi menghasilkan vasokontriksi
8. Ciptakan lingkungan tenang dan meningkatkan tekanan darah serta kerja
jantung
24
dengan penurunan suplai Kriteria hasil : kardiogenik dengan dampak kematian
darah ke miokardium, 1. Secara subjektif pasien 2. Anjurkan pada pasien untuk
perubahan metabolism mengatakn penurunan rasa nyeri melaporkan nyeri dengan segera
dan peningkatan prosuksi 2. TD 110-120/ 70-90 mmHg
asam laktat 3. Nadi 80-100 x/ menit
4. Wajah rileks Meningkatkan asupan O2 sehingga
5. Tidak terjadi penurunan perfusi 3. Lakukan managemen nyeri : menurunkan nyeri sekunder dari iskemia
perifer a. Atur posisi fisiologis pasien jaringan
25
Dalam waktu 3 x 24 jam tidak terjadi 1. Auskultasi bunyi nafas (crackles) Menunjukkan tanda kongesti atau overload
perbahan pola nafas cairan
Kriteria hasil :
3. Pola nafas tidak efektif 1. Secara subjektif pasien 2. Kaji edema
berhubungan dengan melaporkan sesak berkurang
ekspansi paru tidak 2. RR 18-20 x/menit Penurunan CO berakibat gangguan pada
optimal dan kelebihan 3. Respon batuk berkurang ginjal, retensi natrium/ air
cairan pada paru-paru.
3. Ukur intake dan output urine Memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang
dewasa, namun tetap dalam pembatasan
terkait dekompensasi jantung
4. Pertahankan asupan cairan 2000 cc/
24 jam dalam toleransi
kardiovaskuler Natrium dapat meningkatkan retensi cairan
dan meningkatkan volume plasma yang
5. Kolaborasi : berdampak terhadap peningkatan beban
a. Diet tanpa garam kerja jantung
26
berhubungan dengan melaporkan sesak berkurang
perembesan cairan ke 2. RR 18-20 x/menit Kongesti berat memperburuk proses
alveoli, kongesti paru 3. Tidak ada penggunaan otot bantu 3. Koreksi keseimbangan asam basa pertukaran gas dengan dampak hipoksia
sekunder, perbahan nafas
membrane kapiler alveoli
dan retensi cairan 4. Cegah atelektasis dengan melatih
interstitial batuknefektif dan nafas dalam Meningkatkan kontraktilitas otot jantung
dan mencegah timbulnya edema
27
Menunjukkan komplikasi disritmia
6. Catat suara murmur
Makanan besar meningkatkan kerja
miokardium
28
7. Kelebihan volume cairan 3. Pitting edema negative
berhubungan dengan 4. Produksi urin > 600 cc/hari Penurunan CO dapat diakibatkan karena
penurunan perfusi organ. 3. Kaji distensi vena jugularis gangguan perfusi ginjal, retensi natrium/air
dan penurunan haluaran urine
b. Beri diuretic
29
jantung. 5. Evaluasi TTV saat ada kemajuan
aktivitas Pemahaman yang baik akan membuat
6. Beri waktu istirahat diantara pasien kooperatif dalam mengikuti anjuran
aktivitas
7. Observasi frekuensi nafas, dysonea, Menghindari makanan yang dapat
sianosis serta diaphoresis mengakibatkan komplikasi penyakitnya
30
10. Insomnia berhubungan tidur 4. Ciptakan lingkungan yang nyaman membantu pemenuhan tidur pasien
dengan batuk dan sesak 2. Klien menyatakan rasa segar
nafas saat bangun tidur 5. Lakukan managemen sentuhan
3. Kuantitas tidur pasien 6-7 jam/ Cemas berkepanjangan memberikan
24 jam dampak serangan jantung
6. Kolaborasi pemberian sedative
Reaksi verbal/non verbal dapat
menunjukkan rasa agitasi, marah dan
1. Bantu pasien mengekspresikan gelisah
perasaan cemasnya
Dalam waktu 1 x 24 jam kecemasan Membangkitkan rasa marah dan
pasien berkurang 2. Kaji tanda verbal dan non verbal menghilangkan BHSP
Kriteria hasil kecemasan serta damping pasien Beri informasi tentang kondisi pasien,
1. Pasien menyatakan hargai beri pujian yang wajar.
kecemasannya berkurang
2. Pasien mampu mengidentifikasi 3. Hindari konfrontasi Menghilangkan ketegangan terhadap rasa
11. Cemas berhubungan penyebab cemas khawatir
dengan rasa takut akan 3. Pasien kooperatif terhadap
kematian, penurunan 4. Tingkatkan control sensasi pasien
tindakan Keterlibatan orang terdekat memotivasi
status kesehatan, situasi 4. Wajah terlihat rileks pasien untuk tetap yakin dan bersemangat
krisis dan ancaman.
mengikuti proses pengobatannya.
5. Beri kesempatan pasien untuk
mengungkapkan kecemasannya
31
32
E. EVALUASI
4) Tidak sesak
2) Mengetahui kapan harus meminta bantuan jika episode nyeri atau kegawatan
muncul
komplikasi
33
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN (KASUS)
A. Pengkajian
1. Informasi Umum
Nama : Ny. S
Usia : 54 tahun
2. Keluhan Masuk RS
a. Kronologis kejadian
3 bulan sebelumnya klien merasakan keletihan yang amat sangat walaupun tanpa
aktivitas yang berarti atau sedang dalam kondisi istirahat.. Ketika keletihan itu
datang, klien mengalami sesak nafas, berkeringat dingin yang banyak dan jantung
terasa berdebar sangat kencang. 1 bulan sebelum MRS, klien masih mampu tidur
dengan posisi baring terlentang, namun lama kelamaan klien merasakan sesak nafas
jika harus berbaring sehingga pasien kemudian tidur dengan cara duduk. Satu minggu
sebelum MRS, pasien kehilangan nafsu makan sehingga pasien selalu merasa mual
34
dan muntah-muntah, karena kondisinya yang terus memburuk, keluarga memutuskan
1) Primary Survey
a) Airway
Tidak ada dahak atau secret pada tenggorokannya, pasien masih mampu untuk
Objektif
Jalan nafas bersih, tidak terdengar gargling atau rales, pasien mampu batuk
b) Breathing
Objectif
Pola nafas reguler, Respirasi Rate 18-20 kali/ menit, SpO2 98% - 99% , bunyi
nafas vesikuler dengan I : E rasio 1 : 2. Irama nafas dalam teratur, tidak ada
penggunaan otot bantu nafas ( cuping hidung, retraksi iga dan distensi vena
35
c) Circulation
Objectif
Tekanan Darah 100/90 mmHg, Perfusi akral Dingin Pucat Kering, tidak
ditemukan sianosis, diaphoresis negatif, CRT 4 detik, nadi teraba kecil, dalam
dan cepat, frekuensi nadi 110 kali per menit. Auskultasi jantung terdengar BJ
1 lub, BJ 2 dub tanpa ada friksi gesek. Konjungtiva kemerahan, sclera putih.
Tidak ada riwayat diare ataupun trauma dalam, tekstur kulit lembab, turgor
d) Disability/ Disintegrity
Objektif
isokor diameter 2 mm, reflek cahaya positif, orientasi nama, waktu dan tempat
baik. Pergerakan ekstermitas baik, rentang gerak penuh, tidak ada nyeri,
e) Exposure
36
Q (Quality/kualitas) : nyeri sedang
S (Scale/skala) : 1-10 = 6
sedang beraktivitas
Objektif
Suhu tubuh 36,70C, tidak ada riwayat pemakaian obat atau riwayat penyakit
metabolic, tidak ada riwayat cedera kepala atau pemberian tranfusi darah
2) Secondary Survey
a) Riwayat penyakit
Menurut anak kandung pasien, ibunya tidak pernah menderita sakit berat
rumah sakit.
b) Riwayat alergi
pasien dan keluarga tidak mengtahuinya. Obat yang sering dikonsumsi oleh
pasien adalah obat-obat yang dijual bebas di warung seperti obat pusing atau
demam.
37
c) Intake oral
Satu minggu sebelum MRS pasien tidak nafsu makan dan sering merasakan
mual. Sebelum MRS pasien hanya mengkonsumsi kue ringan dan segelas
Tidak ada hal spesifik yang menjadi penyebab dirasakannya kelelahan atau
nyeri dada pasien, karena dapat terjadi setiap saat, baik hanya sesaat maupun
menetap. Namun nyeri dada dapat bertambah jika pasien melakukan aktivitas
e) Pengkajian fisik
(3) Dada
Tidak ada nyeri ataupun kelainan pada pelvis. Perineum tidak dikaji
38
(5) Ekstermitas
Tidak ada odema, varises positif, rentang gerak bebas, tidak ada nyeri
sendi.
(6) Psikososial
sakit.
Psien terlihat tenang dan tidak gelisah. Selalu berzikir dan memamjatkan
doa.
EKG :
39
Foto thorax PA : Kesan: Cardiomegali
Laboratorium :
40
B. Penyimpangan KDM
Hiperkalemia
Dilatasi LV dan
peningkatan Kontraktilitas
41
Hipertrofi ventrikel
Pemendekan miokard
Pengisian LV turun
Peningkatan hipoksia
Gangguan perfusi jaringan miokardium
jaringan perifer
Perubahan metabolism
miokardium (anerob)
Nyeri dada
42
C. Analisa Data
43
D. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan Cardiac Output berhubungan dengan kegagalan ventrikel kiri dalam memompa darah ke sirkulasi sistemik
3. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kelemahan konraktilitas ventrikel kiri
E. Rencana Keperawatan
44
cc/KgBB/jam 10. Hindarkan maneuver dinamik (mengejan pada saat BAB)
11. Kolaborasi pemberian diet jantung
45
ventrikel kiri 1. Pasien tidak mengeluh pusing
2. Perbedaan TD kiri dan kanan 2. Kaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi perifer dan diaphoresis
dalam 3 posisi : baring, duduk secara periodic
berdiri < 10 mmHg
3. Nadi 80-100 x/ menit 3. Kaji kualitas peristaltic
4. CRT < 3 detik
5. Haluaran urine > 600 cc/hari 4. Kaji adanya kongesti hepar
46
F. Implementasi
47
yang diberikan
9. Menganjurkan pasien untuk membatasi
asupan cairan oral 600 cc – 800 cc
perhari
48
Diagnosa Tanggal / Jam Implementasi Jam Evaluasi SOAP
Keperawatan
Gangguan perfusi Senin, 21.45 Subjektif, pasien mengatakan
jaringan perifer 4 Agustus 2014 1. Pusing yang dirasakan mulai
berhubungan 08.00 berkurang
1. Mengkaji status mental pasien, hasil :
dengan kelemahan kesadaran kompos mentis, komunikasi baik, Objektif :
konraktilitas pola pikir terorientasi baik 1. Akral pucat, dingin, kering CRT
ventrikel kiri 4 detik
2. Memberikan support O2 canul nasal 3 lpm,
2. Tidak ada diaporesis
hasil : saturasi pasien 99% Analisa
3. Mengkaji warna, suhu, sianosis, nadi perifer Perfusi jaringan perifer belum adekut
dan diaphoresis, hasil : kulit tampak pucat, adekuat
tidak ada sianosis Planning
4. Menganjurkan pasien untuk membatasi 1. Obs. Tanda-tanda penurunan CO
aktivitas, hasil : pasien mobilisasi di tempat secara periodic
2. Obs. Aktivitas yang pasien
tidur
lakukan secara periodic
5. Mencatat adanya keluhan pusing, hasil : pasien 3. Ukur perbedaan TD pasien dalam
mengatakan pusing yang dirasakan terjadi 3 posisi secara periodik
pada saat ia bangun dari berbaring 4. Observasi bila ada keluhan
pusing dari pasien
5. Pertahankan support O2 3 lpm
49
50
BAB V
KESENJANGAN TEORI DAN KASUS
A. Pengkajian
Baik secara teori maupun kasus berdasarkan manifestasi klinik yang dialami oleh
pasien, maka seluruh tanda dan gejala CHF kelas 4 NYHA dialami oleh klien seperti :
kelelahan berat tanpa menjalankan aktivitas ringan, pucat, akral dingin basah dan pucat,
palpasi nadi perifer yang kecil, dalam dan cepat. Selain keluhan tersebut, riwayat penyakit
juga penting untuk dikaji. Hal ini disebabkan CHF merupakan penyakit jantung yang dapat
merupakan komplikasi dari penyakit gangguan system tubuh yang lain seperti gangguan
ginjal ataupun disebabkan karena penyakit metabolic seperti diabetes mellitus. American
Heart Association 2013 menyebutkan “CHF merupakan pencetus dan dapat pula merupakan
Pengkajian pada kasus hanya didasarkan pada pengkajian primer dari keluhan
utama yang dirasakan pasien berhubungan dengan diagnose penyakit yang ditegakkan.
Pengkajian sekunder dilakukan tidak secara mendetail dikarenakan suasana kerja pada IGD
non bedah yang cukup sibuk, sehingga data yang didapatkan tidak spesifik.
B. Diagnosa Keperawatan
yang dibuat terdapat perbedaan pada masalah keperawatan seperti tidak munculnya
ketidakefektifan pola nafas, kerusakan pertukaran gas dan gangguan perfusi cerebral. Hal ini
51
Sementara diagnose sekunder tidak diangkat dikarenakan kondisi pasien yang
membutuhkan banyak istirahat sehingga tidak memungkinkan untuk dikaji lebih jauh. Tiga
diagnose primer yang didapatkan berdasarkan pengkajian primer adalah : Penurunan Cardiac
C. Intervensi
analisa SWOT (streght, Weaklees, Opportunity and Threat) agar intervensi yang kami
rencana dapat kami sadari akan kemampuan yang kami miliki, kelemahan yang dapat kami
temui serta kesempatan yang kami miliki untuk melaksanakan intervensi tersebut, selain itu
intervensi dilakukan berdasarkan kebutuhan yang lebih prioritas yang kami lihat dan kami
Tidak semua intervensi dapat terlaksana, hal ini disebakan kondisi kegawat
sementara beberapa intervensi yang memerlukan proses sebelum diketahui hasilnya, sebagian
dapat kami laksanakan namun tidak kami prioritaskan untuk dilakukan atau dilaksanakan.
D. Implementasi
implementasi dapat dilakukan secara mandiri namun sebagian merupakan kolaboratif baik
dengan teman sejawat ataupun profesi lain. Beberapa implementasi berdasarkan intervensi
yang belum dapat dilakukan diharapkan dapat dilakukan ketika pasien sudah berada di ruang
perawatan kardiologi.
52
Beberapa implementasi seperti pembacaan EKG dan pembacaan hasil radiologi
dilakukan bersama-sama dokter residen kardiologi yang bertugas pada saat itu. Sementara
implementasi pemeriksaan AGD, pengukuran tekanan darah dalam 3 posisi tidak dapat
dilakukan dikarenakan situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan untuk dilakukannya
implementasi tersebut.
E. Evaluasi
Evaluasi dilakukan beberapa saat sebelum pasien dipindahkan menuju ruang rawat
kardiologi. Dari 3 diagnosa yang kami tegakkan belum ada diagnose yang memenuhi criteria
keberhasilan yang kami targetkan. Hal ini dikarenakan penyakit jantung memerlukan
penanganan komprehensif dan terpadu sehingga memerluka proses untuk mengetahui hasil
yang diharapkan.
53
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Manifestasi klinis pada pasien dengan CHF kelas IV NHHA baik secara teoritis maupun
temuan pada kasus dapat terdeteksi dan dikaji dengan baik. CHF kelas IV NYHA
memiliki manifestasi klinis yang spesifik yaitu nyeri dada atau gejala simpomatik
kardiovaskuler lainnya dapat muncul walaupun pasien tidak melakukan aktivitas atau
istirahat.
2. Diagnosa yang ditegakkan berdasarkan pada pengkajian primer dan analisa data yang
didapat, yaitu : penurunan cardiac output, nyeri dada dan gangguan perfusi jaringan
perifer. Diagnose sekunder tidak diangkat didasarkan pada pertimbangan kondisi pasien
intervensi tersebut dapat terlaksana ketika pasien menerima perawatan di ruang rawat
kardiologi.
terima pada saat pergantian jaga sebagian lagi merupakan tindakan kolaboratif.
5. Evaluasi dilakukan beberapa saat sebelum pasien dipindahkan keruang rawat. Belum ada
diagnose yang dinyatakan berhasil berdasarkan criteria keberhasilan yang kami targetkan
54
B. Saran
Diharapkan data-data yang didapatkan pada pengkajian sekunder dapat dijadikan sumber
bagi penegakkan diagnose keperawatan lainnya. Selain itu beberapa diagnose lain dapat
dimunculkan terkait kondisi dan penyakit pasien. Intervensi yang belum dapat terlaksana
55
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth (2001), Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3, Edisi 8, Unit 16. Editor :
Smeltzer & Bare, Alih Bahasa : Agung Waluyo et al, Editor bahasa Indonesia : Monica
Doenges, E. Maryllin (2010). Nursing Care Plans, Guidelines for Individualizing Client Care
Figueroa M & Peters J. 2006. Congestive Heart Failure: Diagnosis, Pathophysiology, Therapy,
Hopkins TA (2005) Lab Notes, Guide to lab and Diagnostic Test. . FA Davis Company,
Philadelphia
Muttaqin, Arif. 2012. Buku Ajar Asuhan keperawatan klien dengan gangguan system
Price & Wilson, (2005), Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Volume 2, Edisi 6.
Alih Bahasa : Brahm U. Pedit et al; editor : Huriawati Hartanto et al. EGC, Jakarta.
O’Garra Patrick, et al (2013) Guideline for Management Congestive Heart Failure, available
Silbernagi, S. & Florian, Lang (2006). Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi. Alih Bahasa : Iwan
56
Wilkinson, Judith M. & Ahern Nancy R. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan : diagnose
NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Edisi 9. Alih Bahasa : Esty
57