Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG
Congestive Heart Failure (CHF) atau yang biasa disebut gagal jantung
kongestif merupakan satu-satunya penyakit kardiovaskuler yang insiden dan
angka kejadiannya (prevalensinya) terus meningkat. Risiko kematian akibat
gagal jantung berkisar antara 5-10% pertahun pada kasus gagal jantung ringan,
yang akan meningkat menjadi 30-40% pada gagal jantung berat. Selain itu,
gagal jantung merupakan penyakit yang paling sering memerlukan perawatan
ulang dirumah sakit (readmission), meskipun pengobatan rawat jalan telah
diberikan secara optimal.
CHF adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah keseluruh
tubuh (Ebbersole, Hess, 1998). Risiko CHF akan meningkat pada orang lanjut
usia (lansia) karena penurunan fungsi ventrikel akibat proses penuaan. CHF
ini dapat menjadi kronis apabila disertai dengan penyakit – penyakit seperti
hipertensi, penyakit katup jantung, kardiomiopati (kelainan fungsi otot
jantung), dan lain-lain.CHF juga dapat berubah menjadi akut dan berkembang
secara tiba-tiba pada kasus miokard infark (penyakit serangan jantung akibat
aliran darah ke otot jantung).
Baik di Negara maju maupun berkembang, penyebab yang sering
ditemukan adalah gaya hidup misalnya, diet yang salah, stress, kondisi
lingkungan yang buruk, kurang olahraga, kurang istirahat dan lain-lain. Diet
yang salah, seperti terlalu banyak mengkonsumsi junk food yang notabene
banyak mengandung kolesterol jahat, yang berujung pada kegagalan jantung.
Apalagi ditambah dengan lingkungan yang memiliki tingkat stressor tinggi,
kurang olahraga, dan istirahat, maka resiko untuk terkena penyakit jantung
akan semakin tinggi.

1
1.2.TUJUAN PENULISAN
A. TUJUAN UMUM
Untuk memenuhi tugas mata kuliah sistem kardiovaskuler
B. TUJUAN KHUSUS
1. Untuk mengetahui defenisi gagal jantung kongestif.
2. Untuk mengetahui tanda dan gejala gagal jantung kongestif.
3. Untuk mengetahui etiologi gagal jantung kongestif.
4. Untuk mengetahui patofisiologi gagal jantung kongestif.
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan gagal jantung kongestif.
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan gagal jantung kongestif.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1.DEFINISI CONGESTIVE HEART FAILURE


Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana jantung
mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan
sel-sel tubuh akan nutrient dan oksigen secara adekuat. Hal ini
mengakibatkan peregangan ruang jantung guna menampung darah lebih
banyak untuk dipompakan ke seluruh tubuh atau menyebabkan otot jantung
kaku dan menebal jantung hanya mampu memompa darah untuk waktu yang
singkat dan dinding otot jantung yang melemah tidak mampu memompa
dengan kuat. Sebagai akibatnya ginjal sering merespon dengan menahan air
atau garam. Hal ini akan mengakibatklan bendungan cairan dalam beberapa
organ tubuh seperti tangan, kaki, paru atau organ lainnya sehingga tubuh
klien menjadi bengkak. (Ujianti, 2010)
Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu keadaan patofisiologis
berupa kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak bisa memompa darah
untuk memenuhi kebutuhan metabolism jaringan dan kemampuannya hanya
ada kalau disertai ketinggian volum diastolic secara abnormal. (Mansjoer &
Trianti 2007)
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis berupa
kelainan fungsi jantung, sehingga jantung tidak mampu memompa darah
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan atau kemampuannya hanya
ada kalau disertai peninggian volume diastolik secara abnormal. Penamaan
gagal jantung kongestif yang sering digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi
kiri dan sisi kanan (Mansjoer, 2001).

2.2. KLASIFIKASI
Grade gagal jantung menurut New York Heart Associationterbagi dalam 4
kelainan fungsional :

3
1. Derajat I : timbul sesak pada aktifitas fisik berat, aktivitas fisiksehari-hari
tidak menimbulkan keluhan.
2. Derajat II : timbul sesak pada aktifitas fisik sedang ditandaidengan adanya
ronchi basah halus dibasal paru, S3 galop danpeningkatan tekanan vena
pulmonalis.
3. Derajat III : timbul sesak pada aktifitas fisik ringan ditandaidengan edema
pulmo.
4. Derajat IV : timbul sesak pada aktifitas fisik sangat ringan atauistirahat
ditandai dengan oliguria, sianosis, dan diaphoresis.
2.3. ETIOLOGI
Menurut Wajan Juni Udjianti (2010) etiologi gagal jantung congestive
dikelompokan berdasarkan faktor etiologi eksternal dan internal, yaitu:
1. Faktor eksternal, yaitu hipertensi renal, hipertiroid, anemia akut/berat.
2. Faktor internal, yaitu:
a. Disfungsi Katub: Ventrikular Septum Defect (VSD), Atria Septum
Defect (ASD), stenosis mitra dan infusiensi mitral.
b. Disritmia: atrial fibriasi dan heart blok
c. Kerusakan Miokard: kardiomiopati, miokarditis, dan infark miokard
d. Infeksi: indokarditis bacterial dan sub-akut
2.4. PATOFISIOLOGI
Penurunan kontraksi venterikel akan diikuti penurunan curah jantung yang
selanjutnya terjadi penurunan tekanan darah (TD), dan penurunan volume
darah arteri yang efektif. Hal ini akan merangsang mekanisme kompensasi
neurohurmoral. Vasokonteriksi dan retensi air untuk sementara waktu akan
meningkatkan tekanan darah, sedangkan peningkatan preload akan
meningkatkan kontraksi jantung melalui hukum Starling. Apabila keadaan ini
tidak segera diatasi, peninggian afterload, dan hipertensi disertai dilatasi
jantung akan lebih menambah beban jantung sehingga terjadi gagal jantung
yang tidak terkompensasi. Dengan demikian terapi gagal jantung adalah
dengan vasodilator untuk menurunkan afterload venodilator dan diuretik untuk
menurunkan preload, sedangkan motorik untuk meningkatkan kontraktilitas
miokard (Kabo & Karsim, 2002).

4
2.5.MANIFESTASI KLINIS
Pada penderita gagal jantung kongestif, hampir selalu ditemukan :
1. Gejala paru berupa dyspnea, orthopnea dan paroxysmal nocturnal dyspnea.
2. Gejala sistemik berupa lemah, cepat lelah, oliguri, nokturi, mual, muntah,
asites, hepatomegali, dan edema perifer.
3. Gejala susunan saraf pusat berupa insomnia, sakit kepala, mimpi buruk
sampai delirium
2.6.KOMPLIKASI
1. Tromboemboli adalah risiko terjadinya bekuan vena (thrombosis vena
dalam atau deep venous thrombosis dan emboli paru atau EP) dan emboli
sistemik tinggi, terutama pada CHF berat. Bisa diturunkan dengan
pemberian warfarin.
2. Komplikasi fibrilasi atrium sering terjadi pada CHF yang bisa menyebabkan
perburukan dramatis. Hal tersebut indikasi pemantauan denyut jantung
(dengan digoxin atau β blocker dan pemberian warfarin).
3. Kegagalan pompa progresif bisa terjadi karena penggunaan diuretik dengan
dosis ditinggikan.
4. Aritmia ventrikel sering dijumpai, bisa menyebabkan sinkop atau sudden
cardiac death (25-50% kematian CHF). Pada pasien yang berhasil
diresusitasi, amiodaron, β blocker, dan vebrilator yang ditanam mungkin
turut mempunyai perana

5
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1.LAPORAN PENDAHULUAN
1. Definisi
Gagal jantung kongestif adalah suatu keadaan patofisiologis adanya
kelainan fungsi jantung berakibat jantung agagal memompakan darah
untuk memenuhi kebutuhan metabolism jaringan atau kemampuannya
hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri.
2. Etiologi
a. Disfungsimiokard
b. Bebantekananberlebihan-pembebanansistolik (systolicoverload):
Volume (defek septum atrial, defek septum
ventrikel,duktusarteriosuspaten), Tekanan (stenosis aorta,
stenosispulmonal, koarktasi aorta),disritmia.
c. Beban volume berlebihan-pembebanan diastolic (diastolicoverload)
d. Peningkatankebutuhan metabolic (demand overload)
3. Faktor Risiko
a. Merokok
b. Hipertensi
c. Hyperlipidemia
d. Obesitas
e. Kurangaktivitasfisik
f. Stress
g. Emosi
h. Diabetes mellitus
4. Tanda dan Gejala
a) Gagal jantung kiri: kongesti vaskuler pulmonary, dipnea, orthopnea,
batuk iritasi, penurunan curah jantung, crackles paru, disripnia khusus,
sterans, peningkatan berat badan, pernafasan chyne stokes.

6
b) Gagal jantung kanan: curah jantung renadaah, distensi vena jugularis,
edema disritmia, hipersonor pada perkusi, imobilisasi diafragma
rendah, peningkatan diameter pada antropostarial.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaanlaboratorium
b. Radiologi
c. EKG
d. Ekokardiografi
e. Kateterisasijantung
6. Komplikasi
a. Asites
b. Hepatomegaly
c. Edema paru
d. Hidrotoraks
7. Penatalaksanaan
a. Terapi Non Farmakologi
Yaitu antara lain perubahan gaya hidup, monitoring dan control
faktor resiko
b. Terapi Farmokologi
Yaitu terapi yang dapat diberikan antara lain golongan diuretic,
angiostensin coferting enzyme inhibitor (ACEI), beta bloker,
angiostensin reseptor bloker ( ARB), glikosida jantung, vasodilator,
agnosi beta, serta biridin.

7
2.2.ASUHAN KEPERAWATAN
SKENARIO KASUS
Tn. F (50 tahun), dirawat karena mengalami sesak nafas, dada terasa berat,
edema pada ke-2 ekstremitas, terdengar ronchi pada ke-2 paru,
mengkonsumsi alkohol sejak 10 tahun yang lalu, merokok 2 bungkus/hari,
TB 160 cm BB 90 kg.
A. PENGKAJIAN
Tanggal masuk : 7 November 2016 Jam : 13.00
Tanggal pengkajian : 7 November 2016 Jam : 14.30
Ruang : Anggrek
Pengkaji : Perawat

1. Data Subjektif
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. F
Usia : 50 Tanhun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SD sederajat
Alamat : Sempor 01/007, Gombong Kebumen
Tanggal Masuk : 7 November 2016

b. Identitas Penanggung Jawab Paien


Nama : Ny. S
Usian : 50 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Penididkan : SD sederajat
Alamat : Sempor 01/007, Gombong Kebumen
Hub. Dengan Klien : Istri

c. Keluhan Utama

8
Pasien mengatakan sesak nafas

d. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Saat Ini
Pasien masuk rumah sakit pada tanggal 7 november 2016
dengan diantar istri. Pasien dirawat karena mengalami sesak
nafas, dada terasa berat dan terdapat edema di kedua
ekstremitas, TB: 160 cm, BB: 90 kg
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan mengkonsumsi alkohol sejak 10 tahun
yang lalu, merokok 2 bungkus/hari.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keluarga
seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes militu, gagal
ginjal dll.
e. Pengkajian Menggunakan Pola Virginia Henderson
1. Pola Oksigenasi
Sebelum sakit :Pasien mengatakaan tidak merasakan sesak
dalam bernafas
Saat dikaji : Pasien terlihat sesak nafas, RR: 32 x/menit
2. Pola Nutrisi
Sebelum sakit : Pasien mengatakan makan 3x/hari dan
minum 6-8x/hari
Saat di kaji : Pasien terlihat nafsu makan, sehari hanya
makan 2x dengan porsi sedikit dan minum
4-6x/hari
3. Pola Eliminasi
Sebelum sakit : Pasien mengatakan BAB 1 kali dan BAK
4-5 kali sehari.
Saat di kaji : Pasien mengatakan BAB tidak bermasalah
hanya 1kali sehari.
4. Pola Aktivitas

9
Sebelum sakit : Pasien mengatakan melakukan aktivitas
sehari-hari tanpa masalah
Saat di kaji : Pasien melakukan aktifitas terbatas karena
sesak nafas dan terdapat edema dikedua
ekstremitas .
5. Pola Istirahat
Sebelum sakit : Pasien mengatakan istirahat teratur 6-
7jam/hari, tidur dengan nyenyak
Saat di kaji : Pasien tidur kurang nyenyak hanya
4jam/hari
6. Pola Berpakaian
Sebelum sakit :Pasien mengatakan memakai baju sendiri
tanpa bantuan orang lain..
Saat di kaji :Pasien mengenakan saat berpakaian
dibantu oleh keluarganya
7. Pola Menjaga Suhu
Sebelum sakit :Pasien mengatakan biasanya berselimut dan
memakai jaket ketika dingin, dan memakai
kaos ketika udara panas
Saat di kaji : Pasien mengatakan pakai selimut ketika
udara dingin.
8. Pola Personal Hygiene
Sebelum sakit : Pasien mengatakan mandi 2x sehari,
gosok gigi sesudah makan tanpa bantuan
orang lain.
Saat dikaji : Pasien hanya diseka 2x sehari, gosok gigi
kalau merasa kotor.
9. Pola Menghindar Dari Bahaya
Sebelum sakit : Pasien mengatakan nyaman dilingkungan
rumahnya.
Saat dikaji : Pasien mengatakan tidak nyaman karena
suasana RS ramai.

10
10. Pola Komunikasi
Sebelum sakit : Pasien mengatakan berbicara dengan jelas
dengan orang lain.
Saat dikaji : Pasien berbicara dengan pelan karena
sesak nafas.
11. Pola Spiritual
Sebelum sakit : Pasien mengatakan beribadah berjamaah
dengan berjalan ke masjid
Saat dikaji : Pasien tidak sholat karena terpasang infus
dan oksigenasi
12. Pola Rekreasi
Sebelum sakit : Pasien mengatakan hanya berkumpul
dengan kelurga dan menonton televisi.
Saat dikaji : Pasien melakukan rekeasinya dengan
mengobrol
13. Pola Bekerja
Sebelum sakit : Pasien mengatakan selalu mengerjakan
pekerjaannya dengan baik dan terkadang
sesak nafas jika terlalu lelah. Saat dikaji
Saat Dikaji : Pasien tidak dapat mengerjakan
pekerjaannya dikarenakan keadaan yang
tidak memungkinkan.
14. Pola Belajar
Sebelum sakit : Pasien mengatakan tidak tahu tentang
penyakit yang di derita
Saat dikaji : Pasien memahami edukasi yang diberikan
oleh tim medis tentang penyakit yang dia
derita.

2. Data Objektif
a. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Sadar

11
Keadaan Umum : Composmentis
TD : 150/100 mmHg
RR : 35 x/menit
N : 110 x/menit
S : 37, 3 0C

b. Pemeriksaan Head Toe To


a. Kelapa
Simetris, tidak ada lesi dan tidak eda edema, tidak ada nyeri
tekan, rambut bersih dan sedikit beruban
b. Mata
Simetris, konjungtiva anemis, sclera ikterik, tidak ada lesi
dan edema
c. Hidung
Simetris, cuping hidung, tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi
dan edema, tidak ada pembesaran polip
d. Mulut
Mukosa kering, tidak ada stomtitis, gigi sedikit kotor, tidak
ada sianosi
e. Telinga
Simetris, tidak terdapat edema dan lesi, tidak ada
penumpukan serum, tidak menggunakan alat pendengaran
f. Leher
Simetris, tidak terdapat edema dan lesi, JVP 10 cm
g. Dada:
1. Paru: I: simetris, tidak ada edema dan lesi
P: stemfremitus melemah dikedua lapang paru
P: redup dikedua lapang paru
A: ronchi pada kedua lapang paru

2. Jantung I: tampak ictuskordis


P: ictuskordis teraba

12
P: pekak
A: murmur

h. Abdomen: I: tidak terdapat edema dan lesi, simetris


A: bisisng usus 18 x/menit
P: terdapat nyeri tekan pada bagian kanan
P: timpani

i. Genetalia
Jenis kelamin laki-laki, tidak terpasang DC, tidak terdapt
edema dan lesi
j. Ekstremitas
1. Atas: CRT 3 detik, turgor kulit kembali kering, tidak ada
edema dan lesi
2. Bawah: CRT 3 detik, terdapat edema diektremitas
B. ANALISIS DATA
No Hari, DATA FOKUS Problem Etiologi Nama
Tanggal, & ttd
jam perawat
1 Senin, Ds : Pasien Ketidakefekti Posisi tubuh yag
7-11- mengatakan fan pola menghambat
2016, sesak nafas, nafas ekspansi paru
09:30 dada terasa
berat, merokok
2 bungkus/hari.
Do :
- Warna kulit
sedikit pucat,
rontgen thorax
edema pulmo
RR : 35 x/menit
2 Senin, Ds : Pasien Intoleran Ketidakseimban

13
7-11- mengatakan kativitas gan antara
2016, sesak nafas, suplai dan
09.45 dada terasa kebutuhan
berat oksigen
Do :
Pasien terlihat pucat
& lemas
TD : 150/100
mmHg
N : 110 x/menit
RR : 35 x/menit
3. Senin, Ds : psien kelebihan Kelebihan
7-11- mengatakan volume asupan natrium
2016, sesak nafas, cairan
09.45 dada terasa
berat
Do :
- edema pada ke-2
ekstremitas,
- terdengar ronchi
pada ke-2 paru,
- TB 160 cm
- BB 90 kg.
- TD : 150/100
mmHg
4. Senin, Ds :Pasien Resiko Perubahan
7-11- mengatakan penurunan kontraktilitas
2016, mengkonsumsi curah jantung
10.15 alkohol sejak 10
tahun yang lalu,
merokok 2
bungkus/hari

14
Do :
BB : 90 kg
RR : 32 x/menit
5. Senin, Ds :Pasien Defisiensi Kurang
7-11- mengatakan pengetahuan informasi
2016, mengkonsumsi
10.30 alkohol sejak 10
tahun yang lalu,
merokok 2
bungkus/hari
Do :
BB : 90 kg
RR : 32 x/menit
TD : 150/100
mmHg
N : 110 x/menit
S : 37,5 ºC

C. PRIORITAS DIAGNOSA
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan posisi tubuh yang
menghambat ekspansi paru
2. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
3. kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan asupan natrium
4. resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
No. DIAGNOSA NOC NIC
Dx
00032 Ketidakefektifan Setelah dilakukan Manajemen jalan
pola nafas tindakan keperawatan nafas :
berhubungan 3x24jam diharapkan 1. Memposisikan

15
dengan posisi masalah keidakefektifan pasien untuk
tubuh yang pola nafas dapat diatasi memaksimalkan
menghambat dengan : bernafas
ekspansi paru a. Status pernafasan 2. Mendorong pasien
Indikator Normal untuk bernafas
Frekuensi pelan, dalam.
nafas 3. Auskultasi suara
Irama nafas, catat area
pernafasan ventilasi menurun
Kedalaman dan adanya suara
inspirasi tambahan
4. Memberikan obat
bronkodilator
5. Memantau pasien
status pernafasan
dan oksigenasi.
Terapi oksigen :
1. Berikan oksigen
tambahan
2. Memantau
efektifitas terapi
oksigen
3. Konsultasikan
dengan tenaga
kesehatan lain
mengenai
penggunaan
oksigen tambahan
00092 Intoleran Setelah dilakukan Terapi aktivitas :
aktivitas tindakan keperawatan 1. Mempertimbangka
berhubungan selama 2x24jam n kemampuan
dengan diharapkan masalah klien dalam

16
ketidakseimban intoleran aktivitas dapat aktivitas spesifik.
gan antara diatasi dengan : 2. Kolaborasi dengan
suplai dan a. Toleran terhadap terapis fisik
kebutuhan aktivitas 3. Pertimbangkan
oksigen Indikator Normal klien untuk
Saturasi meningkatkan
oksigen jarak aktivitas.
ketika 4. Membantu klien
aktivias untuk memperoleh
Frekuesi transportasi
nadi ketika aktivitas
aktivitas 5. Membntu aktivitas
Warna kulit fisik secara teratur
Kekuatan 6. Memantau
tubuh perkembangan
bagian atas klien untuk
Kekuatan mencapai tujuan
tubuh yang diharapkan
bagian 7. Ciptakan
bawah lingkungan yang
aman untuk
pergerakan otot
kelebihan Setelah dilakukan Manajemen
volume cairan tindakan keperawatan elektrolit/cairan
berhubungan selama 2x24jam 1. Memantau kadar
dengan diharapkan masalah serum elektrolit
kelebihan kelebihan volume cairan yang abnormal.
asupan natrium dapat diatasi dengan : 2. Memantau
a. Keseimbangan cairan perubahan status
Indikator Normal paru dan janung
TD yang menunjukan
BB stabil kelebihan cairan..

17
Keseimbang 3. Menimbang BB
an intake harian
dan output 4. Minimalkan
selama asuoan makanan
24jam dan minuman
dengan diuretik
5. Memonitot TTV
6. Menginstrusikan
pasien dan
keluarga tentang
batasan cairan.
Monitor cairan :
1. Memeriksa turgor
kulit
2. Memonitor warna,
kualitas, berat
jenis urin
3. Tentukan jumlah
dan jenis intake
cairan serta
kebiasaan
eliminasi
00200 Resiko Setelah dilakukan Perawatan jantung :
penurunan curah tindakan keperawatan 1. Memastikan
jantung selama 2x24jam aktivitas asien
berhubungan diharapkan masalah tidak
dengan resiko penurunan curah membahayakan
penurunan jantung dapat teratasi curah jantung
kontraktilitas dengan : 2. Lakukan
a. Kefektivan pompa penilaian
jantung komprehensif
Indikator Normal pada sirkulasi

18
TD sistolik perifer : cek nadi
TD diastol perifer , edema
Keseimbanga 3. Memonitor TTV
n intake dan 4. Melakukan terapi
output 24jam relaksasi
5. Mencatat tanda &
gejala penurunan
curah jantung
00126 Defisiensi Setelah dilakukan Pendidikan
pengetahuan tindakan keperawatan Kesehatan:
berhubungan selama 2x24jam 1. Melakukan
dengan kurang diharapkan masalah demonstrasi,
informasi defisiensi pengetahuan partisipasi
dapat teratasi dengan : pembelajar, dan
a. Pengetahuan : manipulasi bahan
manajemen penyakit (pembelajaran)
jantung ketika
Indikator Nomal mengajarkan
Tanda & keterampilan
gejala awal psikomotorik
penyakit 2. Pertimbangakan
Mengurangi dukungan
faktor resiko keluarga, teman
Mengurangi sebaya, dan
efek samping masyaralat
pengobatan terhadap prilaku
Manfaat olah yang kondusif bagi
raga teratur kesehatan.
3. Gunakan alat
modern untuk
menyampaikan
informasi

19
Pengajaran: Proses
Penyakit
1. Kaji tingkat
pengetahuan
pasien terkait
dengan proses
penyakit yang
spesifik.
2. Jelaskan mengenai
proses penyakit.
3. Intruksi pasien
menegenai
tindakan untuk
mencegah dari
penyakit
4. Diskusikan
perubahan gaya
hidup yang
diperlukan untuk
mencegah
komplikasi yang
mungkin terjadi.
5. Jelaskan tanda dan
gejala yang umum
dari penyakit.

E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari, No. IMPLEMETASI Respon pasien Nama,
tanggal, Dx & ttd
jam perawat
Senin, 1. Memposisikan pasien semi S : Pasien mengatakan
7-11- fowler merasa lebih

20
2016, nyaman
O : Pasien terlihat
mudah bernafas,
RR : 31x/menit
Senin, 1. Mengajarkan kepada pasien S : Pasien mengatakan
7-11- tentang teknik bernafas bisa memahani
2016, instruksi perawat
O : Pasien namapak
antusias mengikuti
perintah perawat.
Senin, 1. Memeberikan obat S : Pasien mengatakan
7-11- bronkodilator yang berguna tentang kerja obat.
2016, untuk melebarkan jalan O : Pasien menyimak
nafas penjelasan perawat
Senin, 1. Memeberikan terapi S : Pasien mengatakan
7-11- oksigen menggunakan bernafas menjadi
2016, masker non rebreathing 8 L lebih mudah
O : Pasien nampak
lebih tenang, RR :
28x/menit.
Senin, 2 Pertimbangkan klien untuk S : Pasien mengatakan
7-11- meningkatkan jarak lebih kuat
2016, aktivitas. O : Pasien mampu
menambah jarak
aktivitasnya
menjadi 30 M.
Senin, 2. Membantu klien untuk S : Pasien mengatakan
7-11- memperoleh transportasi lebih mudah
2016, aktivitas aktivitas karena
ada bantuan
O : Pasien lebih aktif
beraktivitas

21
Senin, 2 Ciptakan lingkungan yang S : Pasien mengatakan
7-11- aman untuk pergerakan otot aktivitas lebih
2016, mudah, karena
rintangan
terminimalisir
O : Pasien nampak
aktivitasnya lebih
aktif.
Senin, 3. Menimbang BB harian S : Psien mengatakan
7-11- persetujuan
2016, O : BB menunujukan
85 kg
Senin, 3 Memonitor TTV S :Pasien mengatakan
7-11- persetujuan
2016, O : TD :140/90
mmHg
Senin, 3 Menginstrusikan pasien S : Pasien
7-11- untuk membatasi asupan memperhatikan
2016, cairan penjelasan perawat
O : Edema nampak
berkurang.
Senin, 4. Melakukan penilaian S : -
7-11- komprehensif pada sirkulasi O : Nadi : 100 x/menit
2016, perifer CRT : > 2 detik
Senin, 5. Melakukan pendidikan S : Pasien mengatakan
7-11- kesehatan kepada pasien mulai memahami
2016, dan keluarga untuk atas penyakitnya
informasi tambahan. O : Pasien menyimak
dan mengajukan
beberapa
pertanyaan ke
perawat.

22
Senin, 5. Diskusikan perubahan gaya S : Pasien mengatakan
7-11- hidup yang diperlukan menginginkan
2016, untuk mencegah komplikasi gaya hidup yang
yang mungkin terjadi lebih sehat
O : Pasien namapak
bersemangat
Selasa, 1. Memposisikan pasien semi S : Pasien mengatakan
8-11- fowler nyaman
2016 O : Pasien nampak
tenang
Selasa, 2 Pertimbngkan klien untuk S : Pasien mengatakan
8-11- meningkatkan jarak mampu lebih kuat
2016, aktivitas O : Pasien mempu
berjalan 40 M
Selasa, 3. Menimbang BB harian S : Pasien mengatakan
8-11- persetujuan
2016, O : BB : 75 kg
Selasa, 3 Memonitor TTV S : Pasien mengatakan
8-11- persetujuan
2016, O : TD : 120/ 80
mmHg, N: 98
x/menit, S: 36,9
0
C, RR: 23 x/menit
Selasa, 4. Melakukan penilaian S : Pasien mengatakan
8-11- komprehensif pada sirkulasi persetujuan
2016, perifer O : Nadi : 90 x/menit
CRT : 2 detik
Selasa, 5 Melakukan pendidikan S : Pasien mangatakan
8-11- kesehatan pada pasien lebih memahami
2016, mengenai penyakitnya atas sakitnya
O : Pasien
menanyakan

23
beberapa
pertanyaan kepada
perawat
Selasa, 3. Menimbang BB harian S : Pasien mengatakan
8-11- persetujuan
2016, O : BB : 65 kg

F. EVALUASI
1. Evaluasi Hari Pertama
Hari, No. EVALUASI Nama & ttd
tanggal, Dx perawat
jam
Senin, 1 S: pasien mengatakan sesak nafas
7-11- O: pasien terlihat masih sesak nafas
2016 A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan interfensi ( terapi oksigen,
kolaborasi pemberian obat bronco dilator)
Senin, 2 S: pasien mengatakn dada terasa berat
7-11- O: pasien masih terlihat pucat dan lemah
2016 A: masalah belum teratasi
P: lanjjutkan intervensi (Pertimbngkan klien
untuk meningkatkan jarak aktivitas)
Senin, 3 S: pasien mengatakan dada terasa berat dan
7-11- lemah
2016 O: masih terdapat edama dalam kedua
ekstremitas pasien.
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi ( batasi cairan klien,
timbang BB, dsn monitor TTV)
Senin, 4 S: pasien mengatakan mengkonsumi alcohol
7-11- dan merokok 2 bungkus per hari, masih

24
2016 merasa sesak nafas
O: pasien terlihat sesak nafas RR: 32 x/menit
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi (lakukan penilaian
komprehensif pada sirkulasi perifer)
Senin, 5 S: pasien mengatakan belum mengerti
7-11- tentang penyakitnya
2016 O: pasien terlihat binggung saat ditanya
menegnai penyakitnya
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi ( lakukan pendidikan
kesehatan)

b. Evaluasi hari kedua


Hari, No. EVALUASI Nama & ttd
tgl jam Dx perawat
Selasa, 1 S: pasien mengtakan sudah tidak sesak
8-11- nafas
2016 O: pasien terlihat lebih tenang dan tidak
sesak nafsa, RR: 23 x/menit
A: masalah teratasi
P: pertahankan intervensi ( terapi oksigen,
posisikan semifowler)
Selasa, 2 S: pasien mengatakan dada terasa berat
8-11- O: pasien terlihat sudah tidak pucat dan
2016 tidak lemah
A: masalah teratasi
P: pertahankan intervensi (Pertimbngkan
klien untuk meningkatkan jarak aktivitas
dan Ciptakan lingkungan yang aman untuk
pergerakan otot)
Selasa, 3 S: pasien mengatakan dada tidak terasa

25
8-11- berat, kedua kaki tidak ada edema
2016 O: kedua ekstremitas pasien sudah tidak
ada edema dan BB normal
A: maslah teratasi
P: pertahankan intervensi (batasi asupan
cairan pasien dan monitor BB)
Selasa, 4 S: pasien mengatakan dada tidak terasa
8-11- berat, sudah tidak sesak nafas
2016 O: pasien kelihatan sudah tenang
A: masalah teratasi
P: pertahankan intervensi (lakukan
penilaian komprehensif pada sirkulasi
perifer)
Selasa, 5 S: pasien mengatakan sudah lebih
8-11- mengetahui penyakitnya
2016 O: saat diatanya menegnai penyakit pasien
bisa menjawaab pertanyaan peawat
A: masalah teratasi
P: pertahankan intervensi (kaji pemahaman
pasien mengenai penyakitnya)

26
BAB V
PENUTUP

5.1. KESIMPULAN
Gagal jantung adalah keadaan dimana jantung sebagai pompa tidak mampu
memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan , factor – factor yang
dapat melalui gagal jantung penekanan sirkulasi yan mendadak dapat berupa :
aritmia, infeksi sistemik dan infeksi paru – paru dan emboli paru – paru. Gagal
jantung ditangani dengan tindakan umum untuk menurani beban kerja jantung dan
manipulasi selektif terhadap ketidak penentu utama dari fungsi miokardium, baik
seara diri sendiri maupun gabungan dari: beban awal, kontraktilitas dan beban
akhir.
5.2. SARAN
Sangat diharapkan terhindar dari penyakit gagal jantung konestif ini dilakukan
dengan menghindari penyebab dari penyakit ini misalnya menjaga gaya hidup
yang sehat terutama pada makanan yan dikonsumsi diharapkan tidak melhat
enaknya saja tetapi mempertimbangkan gizi yang terkandung dalam makanan
tersebut.

27
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, Reni Yuli. 2010. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Kardiovaskular aplikasi NIC&NOC. Jakarta: EGC.
Nurarif, Amir Huda dkk. 2015.Aplikasi Asuhan Keperawtan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda NIC NOC. Jogjakarta: Media Action.
Arnold, Edward. 2006. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: EGC.
Tanto, Chris. 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
Buss, Jaime Stockslager. 2013. Buku Saku PATOFISIOLOGI. Jakarta: EGC.

28

Anda mungkin juga menyukai