Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Congestive heart failure (CHF) atau Gagal jantung adalah syndrome

klinis yang ditandai oleh sesak nafas dan fatik (saat istirahat atau saat aktivitas)

congestive heart failure ini dapat disebabkan oleh gagal jantung sistolik

dimana ketidakmampuan kontraksi jantung memompa sehingga curah jantung

menurun dan menyebabkan kelemahan, fatik, kemampuan aktivitas fisik

menurun serta gejala hipoperfusi lainnya (Amin & Hardhi.,2015).

Faktor penyebab terjadinya hospitalisasi pada penderita penyakit

Congestive heart failure adalah diet yang tidak sehat, memiliki berat badan

berlebih, kurangnya aktivitas, merokok, dan minum-minuman yang beralkohol

dalam jangka waktu panjang. Dari beberapa faktor tersebut dapat menyebabkan

tekanan darah tinggi, gula darah meningkat, kadar lemak pada darah juga

tinggi dan obesitas. Jika semua faktor tersebut tidak dapat dicegah maka akan

menyebabkan berbagai penyakit jantung diantaranya adalah serangan jantung

berulang, gagal jantung, dan penyakit komplikasi lainnya (WHO, 2016).

Menurut World Health Organisation (WHO) pada tahun 2016,

menyebutkan bahwa 17,5 juta orang meninggal akibat penyakit kardiovaskular,

yang mewakili dari 31% kematian di dunia. Di Amerika Serikat penyakit gagal
jantung hampir terjadi 550.000 kasus pertahun. Sedangkan di negara-negara

berkembang di dapatkan kasus sejumlah 400.000 sampai 700.000 per tahun.

Congestive heart failure merupakan salah satu diagnosis kardiovaskular

yang paling cepat meningkat jumlahnya (Schilling, 2014). dari 58 juta angka

kematian di dunia disebabkan oleh penyakit CHF. Dari seluruh angka tersebut,

benua Asia menduduki tempat tertinggi akibat kematian penyakit jantung

dengan jumlah penderita 712,1 ribu jiwa. Sedangkan di Asia Tenggara yaitu

Filipina menduduki peringkat pertama akibat kematian penyakit jantung

dengan jumlah penderita 376,9 ribu jiwa. Indonesia menduduki tingat kedua di

Asia Tenggara dengan jumlah 371,0 ribu jiwa (WHO, 2016).

Pravalensi penyakin congestive heart failure meningkat seiring dengan

bertambahnya umur, tertinggi pada umur 65-74 tahun (0.5%), untuk yang

terdiagnosis dokter, sedikit menurun >75 tahun (0,4%) tetapi untuk yang

terdiagnosis dokter prevalensi lebih tinggi dari pada perempuan (0,2%)

dibanding laki-laki (0,1%) berdasarkan diagnosis dokter atau gejala prevalensi

sama banyaknya antara laki-laki dan perempuan. Prevalensi CHF berdasarkan

diagnosis dan gejala di Sulawesi Tengah (0.7%) (Riskesdas, 2013).

Peran dan fungsi perawat dalam melakukan asuhan keperawatan yang

benar meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitasi kepada klien

dan keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan agar tidak

terjadi komplikasi pada penderita CHF yang ada di RSUD Mokopido Tolitoli.
Penanganan pada klien dengan kasus congestive heart failure antara lain

terapi non farmakologi yaitu antara lain perubahan gaya hidup, monitoring dan

control faktor risiko dan terapi farmakologi terapi yang dapat diberikan antara

lain golongan diuretik, Angiotensin Converting Enzym Inhibitor (ACEI), beta

blocker, Angiotensin Receptor Blocker (ARB), glikosida jantung, vasodilator,

agonis beta, serta bipiridin (Amin & Hardhi.,2015)

Congestive heart failure bukanlah penyakit yang tidak berdampak, CHF

jika tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan komplikasi yang

berbahaya seperti kerusakan atau kegagalan ginjal, kerusakan hati, serangan

jantung dan stroke. Mengingat komplikasi yang ditimbulkan oleh kasus CHF

berbahaya maka dapat diterapkan asuhan keperawatan yang di mulai dari

pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi

keperawatan dan evaluasi keperawatan

B.Rumusan Masalah

C.Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu menerapkan Asuhan keperawatan pada klien dengan kasus

congestive heart failure

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian pada klien dengan kasus congestive heartfFailure

b. Merumuskan diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada klien

dengan kasus congestive heart failure membuat perencanaan tindakan


keperawatan yang sesuai pada klien dengan kasus congestive heart

failure

c. Melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan kasus congestive

heart failure

d. Mengevaluasi tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien dengan

kasus congestive heart failure

e. Dapat melakukan dokumentasi perkembangan pada klien dengan kasus

congestive heart failure

D.Manfaat

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1.Bagi Klien dan Keluarga

Untuk menambah pengetahuan pada klien dan keluarga dalam mengatasi

penyakit congestive heart failure

2.Bagi penulis

Sebagai bahan pembelajaran atau masukan dalam penerapan Asuhan

keperawatan pada klien dengan kasus congestive heart failure.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori Penyakit CHF

1. Pengertian

Decompensasi cordis adalah kegagalan jantung untuk mempertahankan

peredaran darah sesuaii kekebalan tubuh.

Gagal jantung kongestif atau congestive heart failure (CHF) adalah

kondisi dimana fungsi janntung sebagai pompa untuk mengantarkan darah yang

kaya oksigen ke tubuh tidak cukup memenuhi keperluan-keperluan tubuh.

(Yessie Mariza dkk,2013)

Decompensasi cordis adalah suatu keadaan patofisiologis adanya kelainan

fungsi jantung yang berakibat jantung gagal dalam memompakan darah untuk

memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan atau kemampuannya ada

hanya kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri.

(Mansoer,2014)

Congestive heart failure (CHF) adalah suatu kondisi di mana jantung

mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-

sel tubuh akan nutrien dan oksigen secara adekuat (Udjianti, W J,2010).

2. Etiologi

a. Kelainan otot jantung, gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan

otot jantung, disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang

6
mendasari penyebab kelainan fungsi otot jantung mencakup ateroslerosis

koroner, hipertensi arterial dan penyakit degeneratif atau inflamasi

b. Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena

terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis

(akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung)

biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Peradangan dan penyakit

miokardium degeneratif berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi

yang secara langsung merusak serabut jantung menyebabkan kontraktilitas

menurun.

c. Hipertensi Sistemik atau pulmunal (peningkatan after load) meningkatkan

beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut

otot jantung.

d. Peradangan dan penyakit myocardium degenerative. berhubungan dengan

gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung,

menyebabkan kontraktilitas menurun.

e. Penyakit jantung lain, terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang

sebenarnya, yang secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme

biasanya terlibat mencakup gangguan aliran darah yang masuk jantung

(stenosis katub semiluner), ketidak mampuan jantung untuk mengisi darah

(tamponade, pericardium, perikarditif konstriktif atau stenosis AV),

peningkatan mendadak after load, Faktor sistemik Terdapat sejumlah besar

factor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya gagal jantung.


Meningkatnya laju metabolisme (misal : demam, tirotoksikosis). Hipoksia

dan anemi juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Grade gagal

jantung menurut New York Heart Association, terbagi dalam 4 kelainan

fungsional :

1) Timbul sesak pada aktifitas fisik berat.

2) Timbul sesak pada aktifitas fisik sedang.

3) Timbul sesak pada aktifitas fisik ringan.

4) Timbul sesak pada aktifitas fisik sangat ringan ( Padila, 2012 ).

3. Tanda dan Gejala

Tanda dominan : Meningkatnya volume intravaskuler

Kongestif jaringan akibat tekanan arteri dan vena meningkat akibat

penurunan curah jantung. Manifestasi kongesti berbeda tergantung pada

kegagalan ventrikel mana yang terjadi. (Yessie Mariza dkk,2013)

a. Gagal Jantung Kiri :

Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri karena ventrikel kiri tak

mampu memompa darah yang datang dari paru. Manifestasi klinis yang

terjadi yaitu :

1) Dispnea

Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan mengganggu

pertukaran gas. Dapat terjadi ortopnoe. Beberapa pasien dapat mengalami

ortopnoe pada malam hari yang dinamakan Paroksimal Nokturnal

Dispnea (PND)
2) Batuk 

Jika gagal jantung terjadi pada pompa bilik kiri jantung, maka darah akan

mengumpal dan menumpuk diparu (kongesti). Kongesti inilah yang

menimbulkan sesak nafas dan batuk. Akibatnya, kantung udara sebagai

tempat pertukaran oksigen dan karbon dioksida bisa terisi dengan cairan,

sehingga menggangu fungsi pernafasan.

3) Mudah lelah

Terjadi karena curah jantung yang kurang yang menghambat jaringan dan

sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil

katabolisme. Juga terjadi karena meningkatnya energi yang digunakan

untuk bernafas dan insomnia yang terjadi karena distress pernafasan dan

batuk 

4) Kegelisahan atau kecemasan

Terjadi karena akibat gangguan oksigenasi jaringan, stress akibat

kesakitan bernafas dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi

dengan baik.

b. Gagal jantung Kanan :

1) Kongestif jaringan perifer dan visceral.

2) Oedema ekstremitas bawah (oedema dependen), biasanya oedema pitting,

penambahan BB.

3) Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi

akibat pembesaran vena hepar


4) Anoreksia dan mual, terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena

dalam rongga abdomen

5) Nokturia

6) Kelemahan

4. Patofisiologi

Jantung yang normal dapat berespon terhadap peningkatan kebutuhan

metabolisme dengan menggunakan mekanisme kompensasi yang bervariasi

untuk mempertahankan kardiak output, yaitu meliputi :

a. Respon system saraf simpatis terhadap barroreseptor atau kemoreseptor

b. Pengencangan dan pelebaran otot jantung untuk menyesuaikan terhadap

peningkatan volume

c. Vaskontriksi arteri renal dan aktivasi system rennin angiotensin

d. Respon terhadap serum sodium dan regulasi ADH dan reabsorbsi terhadap

cairan.

Kegagalan mekanisme kompensasi dapat dipercepat oleh adanya volume

darah sirkulasi yang dipompakan untuk melawan peningkatan resistensi

vaskuler oleh pengencangan jantung. Kecepatan jantung memperpendek

waktu pengisian ventrikel dari arteri coronaria. Menurunnya COP dan

menyebabkan oksigenasi yang tidak adekuat ke miokardium. Peningkatan

dinding akibat dilatasi menyebabkan peningkatan tuntutan oksigen dan

pembesaran jantung (hipertrophi) terutama pada jantung iskemik atau

kerusakan yang menyebabkan kegagalan mekanisme pemompaan.


5. Komplikasi

a. Kerusakan atau kegagalan ginjal

Gagal jantung dapat mengurangi aliran darah ke ginjal, yang akhirnya dapat

menyebabkan gagal ginjal jika tidak ditangani. Kerusakan ginjal dari gagal

jantung dapat membutuhkan dialysis untuk pengobatan.

b. Masalah katup jantung

Gagal jantung menyebabkan penumpukan cairan sehingga dapat terjadi

kerusakan  pada katup jantung.

c. Kerusakan hati

Gagal jantung dapat menyebabkan penumpukan cairan yang menempatkan

terlalu  banyak tekanan pada hati. Cairan ini dapat menyebabkan jaringan

parut yang mengakibatkan hati tidak dapat ber!ungsi dengan baik.

d. Serangan jantung dan stroke

Karena aliran darah melalui jantung lebih lambat pada gagal jantung

daripada di  jantung yang normal, maka semakin besar kemungkinan akan

mengembangkan  pembekuan darah, yang dapat meningkatkan risiko

terkena serangan jantung atau stroke.

Menurut NHFA.,(2011) Komplikasi dari CHF yaitu sebagai berikut :

a. Ischemic heart disease

Yaitu keadaan berkurangnya pasokan darah pada otot jantung yang

menyebabkan nyeri dibagian tengah dada dengan intensitas yang beragam

dan dapat menjalar ke lengan serta rahang.


b. Valvular disease

Yaitu penyakit pada katup jantung dimana salah satu atau lebih katup

jantung tidak dapat bekerja dengan baik.

c. Aritmia

Yaitu masalah pada irama jantung ketika organ tersebut berdetak terlalu

cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur.

d. Arthritis

Yaitu peradangan kronis pada sendi yang menyebabkan rasa sakit, bengkak

dan kaku pada persendian.

e. Disfungsi ginjal

Yaitu ketidak mampuan ginjal menyaring darah dari limbah –limbah

metabolisme.

f. Anemia

Yaitu keadaan yang menggambarkan kadar hemoglobin atau jumlah eritrosit

dalam darah kurang dari nilai standar (normal)

g. Diabetes

Yaitu penyakit yang disebakan karena tingginya kadar gula dalam darah

akibat gangguan sekresi insulin.

6. Pemeriksaan Penunjang

a. Elektrokardiogram (EKG)

Hipertropi atrial atau ventrikuler, penyimpanan aksis,iskemia, disritmia,

takikardia, fibrilasi atrial.


b. Uji stress

Merupakan pemeriksaan non invasive yang bertujuan untuk menentukan

kemungkinan iskemia atau infark yang terjadi sebelumnya.

c. Ekokardiografi

1) Ekokardiografi model M ( berguna untuk mengevaluasi volume balik dan

kelainan regional, model M paling sering dipakai dan ditayangkan

bersama EKG)

2) Ekokardiografi dua dimensi (CT-scan)

3) Ekokardiografi doppler (memberikan pencitraan dan pendekatan

transesofageal terhadap jantung)

d. Kateterisasi jantung

Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal

jantung kanan dan gagal jangtung kiri stenosis katup atau insufisiensi.

e. Radiografi dada

Dapat menunjukan pembesaran jantung, bayangan mencerminkan dilatasi

atau hipertropi bilik, atau perubahan dalam pembuluh darah abnormal.

f. Elektrolit

Mungkin beruba karena perpindahan cairan/ penurunan fungsi ginjal, terapi

diuretic.

g. Analisa gas darah (AGD)

Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratori ringan (dini) atau

hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir).


h. Blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin

Peningkatan BUN menunjukan penurunan fungsi ginjal. Kenaikan baik BUN

dan kreatinin merupakan indikasi gagal ginjal.

i. Pemeriksaan tiroid

Peningkatan aktifitas tiroid menunujukan hiperaktivitas tiroid sebagai pre

pencetus gagal jantung. (Amin & Hardhi.,2015)

7. Pencegahan

Penyebab gagal jantung terutama berasal dari penyakit jantung, maka

pencegahan penyakit jantung merupakan tahap pertama pencegahan gagal

jantung. Pencegahan dini penyakit jantung seperti CAD, endokarditis infeksi,

perikarditis konstriktif, hipertensi, dan penyakit jantung reumatik sangat

penting, penyakit jantung tidak selalu dapat dicegah, maka tahap berikutnya

adalah menunda serangan mendadak gagal jantung. Hal ini meliputi

manajemen diet seperti dien rendah garam, rendah lemak atau diet untuk

menurunkan berat bada, program penghentian merokok, menyusun program

aktivitas/latihan dan pengobatan dini terhadap infeksi.

8. Penatalaksanaan

a. Terapi Non Farmakologis.

1) Istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung.

2) Oksigenasi.

3) Dukungan diit : Pembatasan natrium untuk mencegah, mengontrol atau

menghilangkan oedema.
b. Terapi Farmakologis :

1) Glikosida jantung.

Digitalis, meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan

memperlambat frekuensi jantung.

Efek yang dihasillkan : peningkatan curah jantung, penurunan tekanan

vena dan volume darah dan peningkatan diurisi dan mengurangi oedema.

2) Terapi diuretic, diberikan untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui

ginjal. Penggunaan harus hati-hati karena efek samping hiponatremia dan

hipokalemia.

3) Terapi vasodilator, obat-obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi

impadasi tekanan terhadap penyemburan darah oleh ventrikel (Padila,

2012).

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian (Yessie Mariza dkk,2013)

a. Identitas klien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, nomor rekam

medic, diagnosa medic, suku, status pernikahan dan agama.

b. Riwayat penyakit sekarang

Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit

yang dirasakan saat ini. Dengan adanya dada terasa berat (seperti memakai

baju ketat), palpitasi atau berdebar-debar, Parosysmal Nocturnal Dyspnea


(PND) atau orthopnea, sesak nafas saat beraktivitas, batuk (hemoptoe),

tidur harus pakai bantal lebih dari dua buah, tidak nafsu makan, mual,

muntah, letargi (kelesuhan) atau fatique (kelelahan), insomnia, kaki

bengkak, berat badan bertambah, jumlah urine menurun, serangan timbul

mendadak/sering kambuh mendorong penderita untuk mencari pengobatan.

c. Riwayat penykit terdahulu

Keadaan atau penyakit-penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang

mungkin sehubungan dengan congektive heart failure antara lain

hipertensi renal, angina, infark miokard kronis, diabetes melitus, bedah

jantung, dan distritmia.

d. Riwayat penyakit keluarga

Mencari diantara anggota keluarga yang menderita penyakit congektive

heart failure sehingga kemungkinan di teruskan penyakitnya.

e. Riwayat diet

Intake gula, garam, lemak, kafein, cairan, dan alkohol.

f. Riwayat pengobatan

Tolenransi obat, obat-obat penekan fungsi jantung, steroid, jumlah cairan

per-IV, alergi terhadap obat tertentu.

g. Pola eliminasi urine

Oliguria, nokturia.

h. Pola kebiasaan

Perokok , pola aktivitas


i. Pemeriksaan fisik

1) Evaluasi status jantung : berat badan, tinggi badan, kelemahan,

intoleransi aktivitas, nadi perifer, displace lateral PMI/iktus kordis,

tekanan darah, mean arterial pressure, bunyi jantung, denyut jantung,

pilsus alternans, gallop’s murmur, Obstruktif Idiopathic Hypertrophic

Sub- Aorti Stenosis (IHSS).

2) Respirasi : dispnea, orthopnea, PND, suara nafas tambahan (ronkhi,

rales, wheezing)

3) Tampak pulsasi vena jugularis, JVP > 3 cmH2O, hepatojugular refluks.

4) Evaluasi faktor stres : menilai insomnia, gugup atau rasa cemas/takut

yang kronis.

5) Palpasi abdomen : hepatomegali, splenomegali, asites.

6) Konjungtiva pucat, sklera ikterik.

7) Capilary Refill Time (CRT) > 2 detik, suhu akral dingin, diaforesis,

warna kulit pucat dan pitting edema.

2. Diagnosa Keperawatan  

Diagnosis keperawatan merupakan pernyataan yang menggambarkan

respons manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi actual, potensial,

dan resiko) dari individu atau kelompok ketika perawat secara legal

mengidentifikasi dan dapat memberikan intevensi secara pasti untuk menjaga

status kesehatan atau untuk mengurangi, menyingkirkan, atau mencegah

perubahan ( Rohmah N & Walid S.,2009)


Adapun Diagnosa keperawatan pada kasus Congestive heart faiure

menurut (Amin & Hardhi.,2015) yaitu :

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas nafas berhubungan dengan spasme

jalan nafas

b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan ketidak seimbangan suplay

O2 dalam tubuh

c. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi jantung

d. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis

e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

f. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan

g. Resiko Infeksi : faktor resiko prosedur invasive

h. Resiko ketidak efektifan perfusi jaringan Ginjal : faktor resiko efek samping

terkait (obat-obatan)

i. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan pada pada kasus Congestive heart faiure (Amin &

Hardhi.,2015)

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas nafas berhubungan dengan suara nafas

tambahan

Tujuan dan kriteria hasil :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan klien

dapat bernafas dengan mudah dan menunjukan jalan nafas yang paten.
Lanjutan tabel 2.1
Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan pada klien CHF

No Intervensi keperawatan Rasional


1 Kaji frekuensi pernafasan 1. Untuk mengetahui frekuensi
pernafasan klien
2 Auskultasi suara nafas 2. Untuk mengetahui perubahan
tambahan sebelum dan pola nafas
sesudah suction
3 Beri posisi semi fowler 3. Posisi semi fowler dapat
sesuai kebutuhan memaksimalkan ekspansi paru
dan menurunkan upaya bernafas
4 Ajarkan teknik relaksasi 4. Agar klien dapat dapat
nafas dalam menghembuskan nafas secara
perlahan, selain untuk teknik
relaksasi nafas dalam juga dapat
meningkatkan oksigenasi darah.
5 Kolaborasi pemberian 5. Pemberian terapi O2 sesuai
terapi O2 sesuai kebutuhan untuk membantu
kebutuhan klien agar mendapatkan udara

b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan ketidak seimbangan suplay

O2 dalam tubuh. Tujuan dan Kriteria hasil :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan pola

nafas klien kembali efektif dengan hasil : Klien tidak sesak, Respirasi klien

dalam batas normal.

Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan pada klien CHF


No Intervensi keperawatan Rasional
Lanjutan tabel 2.2
1. Kaji frekuensi pernafasan 1. Untuk mengetahui frekuensi
pernafasan klien
2. Beri posisi semi fowler sesuai 2. Posisi semi fowler dapat
kebutuhan memaksimalkan ekspansi paru
3. Ajarkan teknik relaksasi nafas 3. Agar klien dapat dapat
dalam menghembuskan nafas secara
perlahan, selain untuk teknik
relaksasi nafas dalam juga
dapat meningkatkan oksigenasi
darah.
4. Kolaborasi pemberian terapi O2 4. Pemberian terapi O2 sesuai
sesuai kebutuhan kebutuhan untuk membantu
klien agar mendapatkan udara

c. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi jantung

Tujuan dan Kriteria hasil :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan

frekuensi jantung kembali normal dengan hasil : KU : baik, tanda-tanda

vital dalam rentang normal, gambaran EKG normal, klien tidak sesak dan

nyeri dada.

Tabel 2.3 Intervensi Keperawatan pada klien CHF

No Intervensi keperawatan Rasional


1. Kaji frekuensi pernafasan klien 1. Untuk mengetahui keadaan
dan kondisi klien
2. Kaji jika ada nyeri dada 2. Untuk menandakan gejala awal
dari CHF
3. Ukur tanda-tanda vital 3. Untuk mengetahui keadaan
umum klien
4. Anjurkan pada klien untuk 4. Agar kondisi klien tetap terjaga
beristirahat
5. Kolaborasi pemberian obat 5. Kolaborasi pemberian obat
dapat mempercepat proses
penyembuhan

d. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis

Tujuan dan Kriteria hasil :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan nyeri

berkurang dengan hasil : Klien tidak nyeri, ekpresi wajah rileks.

Tabel 2.4 Intervensi Keperawatan pada klien CHF


No Intervensi keperawatan Rasional
1. Kaji skala nyeri yang dirasan 1. Untuk menilai skala nyeri yang
klien dirasakan klien
2. Beri posisi semi fowler sesuai 2. Posisi semi fowler dapat
kebutuhan klien memaksimalkan ekspansi paru
dan menurunkan upaya
bernafas
3. Ajarkan teknik relaksasi nafas 3. Agar klien dapat dapat
dalam dan teknik distraksi menghembuskan nafas secara
perlahan, juga dapat
meningkatkan oksigenasi
darah. Dan juga membantu
klien agar tidak focus pada
nyeri yang dirasakan
4. Analgetik mempunyai efek
4. Kolaborasi pemberian obat untuk mengurangi nyeri baik
nyeri dalam jangka pendek,
sedang dan berat.

e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

Tujuan dan kriteria hasil :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan klien

dapat berkativitas sesuai dengan kemampuan klien.

Tabel 2.5 Intervensi Keperawatan pada klien CHF


No Intervensi keperawatan Rasional
1. Kaji tingkat kemampuan klien 1. Untuk menilai sejauh mana
untuk melakukan aktivitas secara klien dapat melakukan
mandiri aktivitasnya secara mandiri
2. Anjurkan kepada keluarga klien 2. Agar klien tidak mengalami
untuk membantu aktivitas yang kesulitan dalam melakukan
tidak dapat klien lakukan sendiri aktivitasnya

3. Anjurkan pada klien untuk 3. Agar kondisi klien tetap terjaga


beristirahat
4. Beri kesempatan pada anggota 4. Agar klien klien tetap berupaya
keluarga lain untuk menjenguk dan tidak menyerah untuk
sekaligus memberikan penguatan kesembuhannya.
kepada klien
5. Jelaskan pada klien tahap-tahap 5. Melakukan aktivitas secara ber
aktivitas yang boleh dilakukan tahap dapat melatih otot klien

f. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan

Tujuan dan kriteria hasil :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan klien

bersih dan ADL nya terpenuhi.

Tabel 2.6 Intervensi Keperawatan pada klien CHF


No Intervensi keperawatan Rasional

1. Bantu klien memenuhi kebutuhan 1. Klien akan merasa diperhatikan


ADL nya dan merasa nyaman setelah
ADL nya terpenuhi
2. Beri sampiran saat klien ingin 2. Agar privasi klien tetap terjaga
memenuhi ADL nya ditempat
tidur
3. Anjurkan kepada keluarga untuk 3. Agar klien merasa lebih
membantu pemenuhan ADL klien nyaman jika ditemani atau
dibantu oleh keluarga.
4. Beri lingkungan yang nyaman 4. Lingkungan yang nyaman
dapat menurunkan rangsang
eksternal dan membuat klien
nyaman
Lanjutan tabel 2.7
g. Resiko infeksi : Faktor resiko prosedur invasive

Tujuan dan kriteria hasil :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan tidak

ada tanda-tanda infeksi dengan hasil : Tidak ada tanda-tanda infeksi (Merah,

panas, nyeri, bengkak dan Tanda-tanda vital dalam batas normal).

Tabel 2.7 Intervensi Keperawatan pada klien CHF


No Intervensi keperawatan Rasional
1. Ukur tanda-tanda vital 1. Peningkatan suhu tubuh
sampai 38º dalam 24 jam
pertama menandakan infeksi
2. Terapkan teknik septic dan 2. Menurunkan klien terkena
aseptik infeksi sekunder serta
mengontrol penyebaran
sumber infeksi
3. Kolaborasi dalam pemberian 3. Mencegah infeksi dan
Antibiotik penyebarannya kejaringan
sekitar dan dalam aliran darah

h. Resiko ketidak efektifan perfusi jaringan Ginjal : faktor resiko efek samping

terkait (obat-obatan)

Tujuan dan Kriteria Hasil :

Klien tidak merasakan mual dan muntah setelah pemberian obat lewat Intra

vena dan juga oral, BUN dan Creatinin dalam batas normal, produksi urine

normal.
Lanjutan tabel 2.8
Tabel 2.8 Intervensi Keperawatan pada klien CHF
No Intervensi keperawatan Rasional
1. Kaji jika ada mual dan muntah 1. Untuk mengetahui gejala awal
dari ketidak efektifan ginjal

2. Ukur tanda-tanda vital 2. Untuk mengetahui keadaan


umum klien
3. Anjurkan pada klien untuk banyak 3. Untuk membantu ginjal untuk
minum air membuang semua racun dari
dalam tubuh
4. Anjurkan untuk tidak menahan 4. jika jumlah urine dalam
buang air kecil kandung kemih melebihi
kapasitasnya maka akan
mempengaruhi filtrasi ginjal.
5. Kolaborasi pemberian obat sesuai 5. Untuk mencegah pemberian
dengan intruksi dari dokter obat yang tidak sesuai dengan
instruksi dari dokter.

i. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

Tujuan dan Kriteria hasil :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan

ansietas berkurang dengan hasil klien tenang dan tetap berupaya untuk

mengikuti semua proses pengobatan yang diberikan.

Tabel 2.9 Intervensi Keperawatan pada klien CHF


No Intervensi keperawatan Rasional
1. Kaji tanda-tanda verbal dari 1. Tingkat kecemasan dapat
ansietas berkembang ke panic yang
dapat merangsang respon
klien.
2. Beri kesempatan kepada orang 2. Respon terbaik adalah ketika
terdekat untuk mendampingi klien klien mengungkapkan
perasaan yang dihadapinya dan
keluarga dapat membantu
klien mengungkapkannya
3. Berikan motivasi kepada klien 3. Agar klien termotivasi dan
untuk tetap semangat dan terus tidak menyerah dengan
berusaha dan berdoa agar penyakit yang dideritanya
memperoleh kesembuhan

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

B. Saran
1. Bagi perawat diharapakan mampu memahami dan menerapkan falsafah dan para
digma keperawatan dalam praktek lapangan
2. Bagi pendidikan diharapkan perlunya menyediakan buku refrensi yang ada
kaitan dengan judul sehingga bias menambah wawasan yang lebih luas
3. Para pembaca khusunya mahasiswa keperawatan dapa tmengaplikasikannya
dalam kehidupan sehari - hari. Sehingga dapat mengetahui tentang apa itu
falsafah dan para digma keperawatan dalam perkembangan ilmu.

DAFTAR PUSTAKA

Amin, H.N & Hardhi, K. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta : Penertbit Medication
Bahtiar, S. 2009. Manajemen Keperawatan dengan pendekatan praktis. Jakarta
: erlangga
Budi, A.K & Heni, D.W. 2015-2017. Diagnosis Keperawatan; Definisi dan
Klasifikasi. Jakarta : EGC
Buku Profil Kesehatan Kabupaten Tolitoli. 2014. Angka Penderita Congestive Heart
Failure : Tolitoli diakses tanggal 28 Februari 2019, dari
http://Profilekesehatankabupatentolitoli-pdf
Departemen Kesehatan RI. 2013, Profil Kesehatan RI. Di akses tanggal 26
februari 2019, dari <http://www.depkes.go.id
Mansjoer dan Triyanti. 2000. kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : penerbit
pustakarya
Medical Record. (2018) Kasus Pasien Congestive Heart Failure Rumah Sakit
Umum Mokopido Tolitoli. Tolitoli
NHFA. 2011. KTI Congestive Heart Failure :Diakses tanggal 28 Februari
2019. Dari http://chfbab1-pdf
Padila, 2012. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha Medika
Rohmah, N & Walid , S. 2009. Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi. Jogjakarta :
Ar-Ruzz Media
Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Maulidta K.W ,
Gambaran Karakteristik Pasien CHF di Suddarth, edisi8, Volume 2,
Jakarta : EGC.
Supardi, 2013. Aplikasi Statistika dalam Penelitian Konsep Statistika yang
Lebih Komprehensif. Jakarta : change publication
Udjianti, W.J. 2010. Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta : Salemba Medika
World health organization. 2016. Global status.., di akses pada tanggal 11
maret 2019. Dari https//www.google.com/url?sa=t&source=web&rct

Anda mungkin juga menyukai