Disusun oleh:
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jantung memiliki sebutan lain yaitu kardio, maka kita sering mendengar istilah
1. Tujuan umum
Makalah ini terdiri dari enam bab yang disusun dengan sistematika penulisan
sebagai berikut:
BAB I: Pendahuluan (latar belakang, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan).
BAB II: Membahas konsep dasar gagal napas
BAB III: Resume asuhan keperawatan pada Tn. T. dengan gagal napas
BAB IV: Aplikasi jurnal evidence based practice nursing riset pada
pasien.
BAB V: pembahasan terkait hasil pengelolaan kasus aplikasi evidence
based practice nursing
BAB VI: penutup (kesimpulan dan saran)
BAB II
KONSEP DASAR
A. Konsep Penyakit
1. Pengertian
1) Volume : defek septum atrial, defek septum ventrikel, duktus arteriosus paten
2) Tekanan : stenosis aorta, stenosis pulmonal, koarktasi aorta
3) Disaritmia
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, disebabkan
menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan
fungsi otot jantung mencakup aterosklerosis koroner, hipertensi arterial dan
penyakit degeneratif atau inflamasi misalnya kardiomiopati.
Peradangan dan penyakit miocardium degeneratif, berhubungan dengan gagal
jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan
kontraktilitas menurun .
b. Aterosklerosis koroner
Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena
terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat
penumpukan asam laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya
mendahului terjadinya gagal jantung. Infark miokardium menyebabkan
pengurangan kontraktilitas, menimbulkan gerakan dinding yang abnormal dan
mengubah daya kembang ruang jantung .
c. Hipertensi Sistemik atau pulmonal (peningkatan after load)
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi
serabut otot jantung. Hipertensi dapat menyebabkan gagal jantung melalui beberapa
mekanisme, termasuk hipertrofi ventrikel kiri. Hipertensi ventrikel kiri dikaitkan
dengan disfungsi ventrikel kiri sistolik dan diastolik dan meningkatkan risiko
terjadinya infark miokard, serta memudahkan untuk terjadinya aritmia baik itu
aritmia atrial maupun aritmia ventrikel.
d. Penyakit jantung lain
Terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya, yang secara langsung
mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat mencakup gangguan aliran
darah yang masuk jantung (stenosis katub semiluner), ketidakmampuan jantung
untuk mengisi darah (tamponade, pericardium, perikarditif konstriktif atau
stenosis AV), peningkatan mendadak after load. Regurgitasi mitral dan aorta
menyebabkan kelebihan beban volume (peningkatan preload) sedangkan stenosis
aorta menyebabkan beban tekanan (after load)
e. Faktor sistemik
Terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya
gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme (misal : demam, tirotoksikosis).
Hipoksia dan anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis
respiratorik atau metabolik dan abnormalitas elektronik dapat menurunkan
kontraktilitas jantung.
3. Tanda Gejala
Manifestasi klinik CHF akibat akumulasi cairan dapat menimbulkan gejala seperti
dispnea, orthopnea, edema, nyeri dari congestiv hepatic, dan distensi abdomen akibat
asites. Selain itu penurunan kardiak output menyebabkan kelelahan dan kelemahan
pada pasien dengen CHF. Manifestasi akut dari CHF (hari ke minggu) menunjukkan
karakteristik gejala napas pendek saat istirahat dan atau beraktivitas, orthopnea,
paroxysmal nocturnal dyspnea, dan ketidaknyamanan abdomen kuadrant atas akibat
kongestif hepatic hingga palpitasi. Sedangkan manifestasi kronik, selain masalah
pernapasan seperti dispnea dan juga distensi abdomen, gejala seperti anoreksia dapat
muncul akibat buruknya perfusi pada sirkulasi splenic, edema bowel, dan juga
menyebabkan muntah (Malik et al., 2021).
Menurut Mahananto & Djunaidy (2017), manifestasi gagal jantung sebagai berikut:
a. Gagal Jantung Kiri
Kongestif jaringan perifer dan viscelar menonjol, karena sisi kanan jantung tidak
mampu mengosongkan volume darah dengan adekuat sehingga tidak dapat
mengakomondasikan semua darah yang secara normal kembali dari sirkulasi vena.
1) Edema ekstremitas bawah
2) Distensi vena leher dan escites
3) Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat
pembesaran vena di hepar.
4) Anorexia dan mual
5) Kelemahan
4. Patofisiologi
Pemeriksaan Penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan kasus gagal jantung
kongestive (Mahananto & Djunaidy,2017) di antaranya sebagai berikut :
a. Elektrokardiogram : Hiperatropi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis,
iskemia, disaritmia, takikardia, fibrilasi atrial.
b. Uji stress : Merupakan pemeriksaan non-invasif yang bertujuan untuk menentukan
kemungkinan iskemia atau infeksi yang terjadi sebelummnya.
c. Ekokardiografi
(terlampir)
1. Pengkajian Primer
a. Airway
Bersihan jalan napas dapat terganggu akibat produksi sputum pada pasien dengan gagal
jantung kiri.
b. Breathing
Dispnea, batuk, edema pulmonal, suara napas ronkhi.
c. Circulation
Terdapat kelemahan fisik dan edema ekstremitas, denyut nadi melemah, tekanan darah
menurun. Biasanya terdapat bunyi jantung tambahan. Kaji adanya disritmia, distensi vena
jugularis, CRT.
d. Disability
e. Pemeriksaan kesadaran GCS, refleks fisiologis/patologis dan kekuatan otot.
2. Pengkajian skunder
a. Riwayat kesehatan dahulu, seperti riwayat hipertensi, DM, atau pernah mengalami
serangan jantung atau nyeri dada.
b. Riwayat kesehatan sekarang
d. Pemeriksaan fisik, pada pemeriksaan fisik jantung paru dapat ditemukan suara
napas ronkhi, suara jantung tambahan. Pada ekstremitas dapat ditemukan edema.
Auskultasi paru dan identifikasi adanya suara crackles dan wheezes. Auskultasi
jantung dan identifikasi adanya suara S3. Kaji adanya distensi vena jugularis atau
JVD. Evaluasi tingkat kesadaran. Kaji perfusi bagian tubuh pasien dan adanya
edema. Kaji liver dan identifikasi adanya hepatojugular reflux. Ukur haluaran
urine (urine output) untuk mengkaji efektivitas dari penggunaan diuretic. Timbang
berat badan pasien secara rutin baik rumah sakit maupun di rumah (Belleza,
2021).
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul adalah sebagai berikut (PPNI, 2017):
a. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan aliran arteria tau vena (D.0009)
A. Pengkajian Fokus
1. Identitas Pasien
Pasien datang mengeluh sesak nafas sudah 3 hari yang lalu sebelum masuk rumah
sakit, karena sesak nafas tidak kunjung sembuh, keluarga membawa ke IGD RSUD
Tugurejo semarang tanggal 11 April jam 20.50 WIB dengan TTV : 160/100 mmHg,
suhu 36,4 nadi 143 x/menit, RR 30 x/menit dengan kesadaran somnolen GCS
E3M5V4, akral dingin. Kemudian pasien di pindah di ICU setelah stabil pada jam
21.30. saat dilakukan pengkajian pada tanggal 12 April 2021 pasien mengatakan
sesak nafas, mempunyai riwayat hipertensi, KU lemas, tingkat kesadaran pasien
composmentis, GCS E4M6V5, dengan TD: 125/93 mmHg, RR : 26x/menit, SpO2:
96%, HR: 120x/menit, suhu 36,8 dan terpasang oksigen nasal kanul 4 lpm. Dan
terpasang infus Rl 20 tpm,
3. Pengkajian primer
Oral
1) Spironolactone 25mg
2) NAC 3x20mg
3) CPG 1x75mg
4) Nastrok 1x10mg
Injeksi
1) Furosemide 1/24 jam
2) Bactesyn 1,5/8 jam
3) OMZ 1/12 jam
4) Citicolin 500/12 jam
5) Neurosanbe 1/24 jam
6. Analisa data
TD 125/95 mmHg
HR 120x/menit
CRT 3 detik
RR 26 x/menit
2. DS : pasien mengatakan sesak Gangguan perubahan
DO : pertukaran gas membrane
Bunyi nafas ronchi (D.0003) alveolus-kapiler
HR 120 x/menit
Ph 7.43
PCO2: 30 mmol/L
HCO3: 19.9
3 DS : pasien mengatakan sesak Hipervolemi Gangguan aliran
DO : (D.0022) balik vena
Edema pada ekstremitas
bawah
Urine 500cc/7jam
Hematokrit 37.9%
B. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung b.d Perubahan afterload
C. Fokus Intervensi
membaik Edukasi
A. INDENTITAS PASIEN
Nama pasien : Tn. T
Umur : 67 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Diagnosa medis : CHF
Keluhan Utama : mengeluh sesak nafas
B. DATA FOKUS
HR 120 x/menit
Ph 7.43
PCO2: 30 mmol/L
HCO3: 19.9
Beban ventrikel
kanan meningkat Penekanan hepar ke
diagfragma
1. Memberikan posisi head up terlebih dahulu (30˚) yang dilakukan selama 15 menit,
selanjutnya dilakuakn pengukuran SPO2 dan RR (waktu pengukuran dengan istirahat
kurang lebih 10 menit)
2. Memberikan posisi semi fowler 45˚ selama 15 menit, kemudian pengukuran SPO2
dan RR.
3. Dan selanjutnya diposisikan
A. Kesimpulan
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terjadi penurunan
dari head up ke semi fowler dengan RR yang mulanya 26x/menit turun menjadi
20x/menit dan peningkatan Saturasi oksigen dari 90% menjadi 100%, Penggunaan
perubahan posisi elevasi tubuh bagian dada sampai kepala dapat mengurangi sesak nafas,
teknik non-farmakologi ini merupakan salah satu pilihan yang mudah diterapkan dan
Pasien juga mengatakan lebih nyaman dengan posisi semi fowler karena nafas menjadi
tidak berat dan sesak berkurang. Selain itu berbagai artikel penelitian juga menunjukkan
manfaatnya dalam menangani masalah sesak napas
B. Saran
Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi institusi rumah sakit dan dapat
menjadikan acuan untuk membuat Standar Operasional Prosedur (SOP) tentang pemberian
posisi tidur semi fowler bagi pasien gagal jantung sehingga setiap ada pasien gagal jantung
dapat diberikan posisi tidur semi fowler untuk mencegah terjadinya penurunan saturasi
oksigen
DAFTAR PUSTAKA
Hinkle, J. L., & Cheever, K. H. (2018). Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical-Surgical
Nursing (14th ed.). Philadelphia: Wolters Kluwer.
Mahananto, F.,& Djunaidy, A (2017) Simple Symbolic Dynamic Of Heart Rate Vanability
Identifity Patient With Congestive Heart Failure. Procedia ComputerSciience
Malik, A., Brito, D., & Chanbra, L. (2021). Congestive Heart Failure. Retrieved from
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430873/#_NBK430873_pubdet_
Peate, I. (2018). Fundamentals of Applied Pathophysiology. (I. Peate, Ed.) (1st ed.). United
Kingdom: John Wiley & Sons Ltd.
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Definsi dan indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI