PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
CHF (Congestive Heart Failure) merupakan penyakit
kardiovaskuler penyebab utama dari banyak kematian di dunia, sekitar
13 juta jiwa melayang tiap tahunnya, dan angka tersebut meningkat dari
tahun ke tahun (Marcum, 2008). CHF (Congestive Heart Failure) atau
gagal jantung kongestif di Amerika menyerang lebih dari 6 juta jiwa.
Penyakit ini menjadi penyebab umum dari pasien diatas 65 tahun (C-
Health, 2008).
Di Asia, terjadi perkembangan ekonomi secara cepat, kemajuan
industri, urbanisasi dan perubahan gaya hidup, peningkatan konsumsi
kalori, lemak dan garam, peningkatan konsumsi rokok, dan penurunan
aktivitas. Akibatnya terjadi peningkatan insiden hipertensi, diabetes
melitus, dan penyakit vaskular yang berujung pada peningkatan insiden
gagal jantung (Anonim, 2009).
Walaupun angka-angka yang pasti belum ada untuk seluruh
Indonesia, dapat diperkirakan jumlah penderita gagal jantung akan
bertambah setiap tahunnya. Prevalensi gagal jantung di negara
berkembang cukup tinggi dan makin meningkat (Arjatmo, 2004). Di
Indonesia, data dari Departemen Kesehatan tahun 2008 menunjukan
pasien yang diopname dengan diagnosis gagal jantung (CHF) mencapai
14.449 penderita (Depkes, 2008).
Berdasarkan data yang diperoleh di Ruang DAHLIA RSUD
Cilacap, kasus CHF di Ruang DAHLIA merupakan penyakit rangking
ke-2 setelah penyakit Stroke, dimana selama bulan januari samapai maret
ada 14 pasien yang dirawat di DAHLIA dengan diagnosa CHF, hal ini
membuktikan bahwa prevalensi penyakit CHF di Ruang DAHLIA
RSUD Cilacap meningkat (Data Pasien Ruang DAHLIA, 2018).
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa jumlah penderita gagal
1
jantung (CHF) memiliki angka prevalensi yang cukup tinggi, Oleh
karena itu penulis tertarik mengambil sebuah asuhan keperawatan yang
berjudul “Asuhan Keperawatan pada Tn.S dengan Congestive Heart
Failure (CHF) di Ruang DAHLIA RSUD Cilacap “.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Menggambarkan asuhan keperawatan pada Tn. S dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskuler : Gagal Jantung Kongestif (CHF)
Hari Kedua di ruang Dahlia RSUD Cilacap.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini
diharapkan penulis mampu:
a. Melakukan pengkajian pada Tn. S dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler : Gagal Jantung Kongestif (CHF) Hari Kedua di
ruang Dahlia RSUD Cilacap.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. S dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskuler : Gagal Jantung Kongestif
(CHF) Hari Kedua di ruang Dahlia RSUD Cilacap.
c. Merumuskan rencana tindakan pada Tn. S dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskuler : Gagal Jantung Kongestif (CHF) Hari
Kedua di ruang Dahlia RSUD Cilacap.
d. Melakukan rencana tindakan keperawatan pada Tn. S dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskuler : Gagal Jantung Kongestif
(CHF) Hari Kedua di ruang Dahlia RSUD Cilacap.
e. Melakukan evaluasi pada Tn. S dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler : Gagal Jantung Kongestif (CHF) Hari Kedua di
ruang Dahlia RSUD Cilacap.
2
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis
Menambah serta meningkatkan wawasan, pengetahuan dan
keterampilan di dalam memberikan asuhan keperawatan pasien
dengan Congestive Heart Failure (CHF)
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai referensi dan acuan proses keperawatan dengan
kasus Congestive Heart Failure (CHF)
3. Bagi Mahasiswa
Menambah pengetahuan tentang proses keperawatan dengan
kasus Congestive Heart Failure (CHF).
D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam pembuatan makalah
ini adalah sebagai berikut :Bab I.Pendahuluan, berisi pendahuluan yang
menjelaskan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat
penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II. Tinjauan teori, berisi
konsep penyakit CHF dan konsep perawatan. Bab III. Tinjauan kasus,
berisi pengkajian dan analisa data Bab IV. Pembahasan, berisi pengkajian
dan diagnosa keperawatan Bab V. Penutup, berisi kesimpulan dan
saran, dan lampiran.
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
Congestive Heart Failure (CHF) merupakan kondisi dimana
fungsi jantung sebagai pompa untuk mengantar darah yang kaya
oksigen keseluruh tubuh tidak cukup untuk memenuhi keperluan-
keperluan tubuh (Andra Saferi, 2013).
Gagal jantung kongestif dapat didefinisikan sebagai abnormalitas
dari fungsi struktural jantung atau sebagai kegagalan jantung dalam
mendistribusikan oksigen sesuai dengan yang dibutuhkan pada
metabolisme jaringan, meskipun tekanan pengisian normal atau
adanya peningkatan tekanan pengisian (Mc Murray et al., 2012).
Gagal jantung kongestif adalah sindrom klinis progresif yang
disebabkan oleh ketidakmampuan jantung dalam memompa darah
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh (Dipiro et al., 2015).
2. Klasifikasi
Berikut 4 klasifikasi CHF dari NYHA (New York Heart
Association):
a. NYHA I (satu): merupakan gagal jantung ringan., pada umumnya
penderita yang dimasukkan ke dalam kelas NYHA I ini dapat
melakukan aktifitas berat tanpa keluhan dan baru merasakan
sesak pada aktivitas fisik yang sangat berat.
b. NYHA II (dua): Jika pada NYHA I penderita merasakan sesak
ketika melakukan aktivitas sangat berat maka pada penderita
dengan NYHA II akan merasakan sesak ketika melakukan
aktivitas sedang atau bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas
sehari-hari.
c. NYHA III (tiga): Penderita yang masuk ke kelas ini umumnya
akan merasakan sesak hanya dengan melakukan aktivitas ringan,
seperti: berjalan, makan, dll.
d. NYHA IV (empat): merupakan gagal jantung berat. Penderita
untuk melakukan pekerjaan yang sangat ringan atau istirahat saja
sudah sesak.
4
Menurut Wajan Juni Udjanti (2010) etiologi gagal jantung
kongestif yaitu sebagai berikut :
a. Faktor eksternal (dari luar jantung) : hipertiroid, hipertensi renal,
dan anemi berat atau sedang.
b. Faktor internal (dari dalam jantung) :
1) Disfungsi katup : ventrikuler septum defect (VSD), atrial
septum defect (ASD), stenosis mitral, dan mususfiensi mitral.
2) Disritmia : atrial fibrilasi, ventrikel vibrilasi, dan hert block.
3) Kerusakan miokard : kardiomiopati, miokarditis, dan infark
miokard.
4) Infeksi : endokarditis bacterial sub-akut.
5
ventrikel, kenaikan rangsang simpatis berupa takikardi dan vasikonstriksi
perifer, peninggian kadar katekolamin plasma, retensi garam dan cairan
badan dan peningkatan eksttraksi oksigen oleh jaringan. Bila jantung
bagian kanan dan bagian kiri bersama-ama dalam keadaan gagal akibat
gangguan aliran darah dan adanya bendungan, maka akan tampak tanda
dan gejala gagal jantung pada sirkulasi sistemik dan sirkulasi paru.
Keadaan ini disebut Gagal Jantung Kongestif (CHF).
Bagian ventrikel kiri jantung kiri tidak dapat memompa dengan
baik sehingga keadaan tersebut dapat menurunkan aliran dari jantung
sebelah kiri keseluruh tubuh. Akibatnya, darah akan mengalir balik ke
dalam vaskulator pulmonal (Berkowitz, 2013). Pada saat terjadinya
aliran balik darah kembali menuju ventrikular pulmonaris, tekanan
kapiler paru akan meningkat (>10 mmHg) melebihi tekanan kapiler
osmotik (>25 mmHg). Keadaan ini akan menyebabkan perpindahan
cairan intravaskular ke dalam interstitium paru dan menginisiasi edema
(Porth, 2007).
Disfungsi ventrikel kanan dapat dikatakan saling berkaitan
dengan disfungsi ventrikel kiri pada gagal jantung apabila dilihat dari
kerusakan yang diderita oleh kedua sisi jantung, misalnya setelah
terjadinya infark miokard atau tertundanya komplikasi yang ditimbulkan
akibat adanya progresifitas pada bagian jantung sebelah kiri. Pada gagal
9 jantung kanan dapat terjadi penumpukan cairan di hati dan seluruh
tubuh terutama di ekstermitas bawah (Acton, 2013).
6
PATHWAY
CHF
7
5. Manifestasi Klinik
a. Anoreksia
b. Nokturia
c. Edema perifer
d. Hiperpigmentasi ekstremitas bawah
e. Kelemahan
f. Hepatomegali
g. Dyspnea
h. Intoleransi aktivitas barat
i. Fatigue
j. Orthopnea
k. Penurunan urin output
l. Nafas pendek, wheezing bronkhial,
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien CHF yaitu :
a. Penatalaksanaan pengkajian
1) Anamnesa
2) Pemeriksaan fisik
b. Penatalaksanaan mandiri :
1) Memberikan oksigen dengan nasal kanul 3 liter
2) Memposisikan pasien semi fowler
3) Menganjurkan pasien untuk bedrest
4) Pemeriksaan EKG
c. Penatalaksaan Kolaborasi
1) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet
rendah natrium dan rendah garam
2) Kolaborasi dalam pemeriksaan sample darah
3) Kolaborasi dalam pemeriksaan radiologi
d. Penatalaksanaan medis
1) Pemberian diuretik : Injeksi Furosemid
2) Pemberian antibiotic : Ceftriaxon
3) Pemberian obat vasodilator : Citicolin
8
4) Pemberian obat untuk mengurangi beben jantung :
Laxadyn
B. Konsep Perawatan
1. Pengkajian
Pengkajian yang digunakan adalah menggunakan pola fungsional
Gordon, yaitu :
a. Pola persepsi kesehatan
b. Pola nutrisi
c. Pola eliminasi
d. Pola latihan dan aktivitas
e. Pola istirahat dan tidur
f. Pola persepsi sensori dan kognisi
g. Pola konsep diri dan persepsi diri
h. Pola hubungan dan peran
i. Pola reproduksi dan seksual
j. Pola koping stress dan toleransi
k. Pola keykinan dan nilai
2. Pengkajian pada pasien CHF
a. Airways
1) Sumbatan atau penumpukan sekret
2) Wheezing atau krekles
b. Breathing
1) Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
3) Ronchi, krekles
9
c. Circulation
1) Nadi lemah , tidak teraba
2) Takikardi
3) TD meningkat / menurun
4) Edema
5) Gelisah
6) Akral dingin
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnoasa yang muncul pada pasien CHF adalah penurunan
cardiac output berhubungan dengan perubahan konraktilitas
miokard, pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ventilasi yang
tidak adekuat, imtoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak
seimbangan oksigen dengan kebutuhan tubuh.
4. Fokus Intervensi
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ventilasi yang tidak
adekuat
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selam 3x24 jam diharapkan
pasien menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan
adekuat dengan kriteria hasil sebagai berikut :
Indikator IR ER
1. frekuensi nafas
2. Dyspnea
3. suara ronkhi
Keterangan :
1) Berat dari kisaran normal
10
2) Cukup berat dari kisaran normal
3) Sedang dari kisaran normal
4) Ringan dari kisaran normal
5) Tidak ada
Intervensi : Respiratory monitoring
1) Monitor irama, kedalaman, usaha respirasi
2) Monitor ttv
3) Monitor frekuensi nafas
4) Tinggikan tempat tidur
5) Kaji warna kulit
6) Auskultasi suara nafas
7) Pemberian oksigen dengan nasal kanul
Keterangan :
1) Ekstrim
2) Berat
3) Sedang
4) Ringan
5) Tidak ada
11
7) Penggunaan peralatan saperti oksigen saat beraktivitas
Indikator IR ER
1.Sianosis
2.Kelelahan
3.Edema perifer
Keterangan
1) Sangat berat
2) Banyak terganggu
3) Cukup terganggu
4) Ringan terganggu
5) Tidak ada
Internvensi : Cardiac care
1) Panatau tekanan darah pasien
2) Pantau denyut nadi pasien
3) Pantau respirasi rate pasien
4) Kaji perubahan pola sensori
5) Catat lethargi, kecemasan, dan depresi
6) Kolaborasi pemberian diuretik
7) Monitor EKG dalam perubahan ST
BAB III
TINJAUAN KASUS
12
A. Pengkajian
Dilakukan oleh penulis di Ruang Dahlia RSUD Cilacap.pada tanggal
16 Maret 2018, pukul 10.00 WIB dengan sumber data dari pasien,
keluarga pasien, perawat ruangan dan rekam medis.
1. Identitas
Pasien bernama Tn.s berusia 62 tahun berjenis kelamin laki-
laki yang beralamat di Jalan Sirkaya Cilacap Selatan. Pasien
beragama islam bersuku jawa pasien mengatakan bahwa pasien
mengenyam bangku pendidikan hanya setingi SMA.Pasien
mempunyai pekerjaan sebagai pedagang, dan diagnosa penyakit
pasien adalah CHF
2. Riwayat Penyakit
Keluhan utama pasien saat masuk ruang dahlia dalam
pengkajian penulis adalah dada terasa sesak, sulit bernafas, nafas
cuping hidung, rr : 28x/menit. Riwayat penyakit sekarang pasien
mengatakan selama beberapa hari terakhir mengalami sesak nafas
hilang timbul, nyeri dada, kemudian pasien dibawa ke RS.S tidak ada
perubahab lalu sampai akhirnya dibawa ke RSUD CILACAP pada
tanggal 13 maret 2018.Riwayat penyakit dahulu pasien mengatakan
bahwa pasien tidak mempunyai riwayat penyakit dahulu. Riwayat
penyakit keluarga pasien mengatakan bahwa keluarga pasien tidak
mempunyai riwayat penyakit keluarga.
3. Pengkajian pola gordon
a. Persepsi kesehatan pengetahuan tentang penyakit pasien sudah
mengerti kenapa pasien menderita penyakit sesak nafas yang
seperti ini dan ingin segera sembuh. Masalah keperawatan tidak
ada.
b. Pola nutrisi dan metabolik program diet Rs pasien mengatakan
makanan diet Rs terdiri atas sayuran yang berkuah, lauk
berprotein seperti tempe, dan nasi sesuai porsinya ,sebelum sakit
pasien mengatak makan seperti biasa dan tidak ada makanan
yang menjadi pantangan, saat sakit pasien mengatakan makan
13
hanya habis seperempat porsi, karena pasien merasakan mual,
intake cairan sebelum sakit hanya minum air putih saja dan
sebanyak 750 ml/hari,saat sakit dianjurkan untuk minum air putih
hangat. Masalah keperawatan mual
c. Pola eliminasi buang air besar sebelum sakit pasien mengatakan
bab sebanyak 1x,saat sakit pasien mengatakan tak ada gangguan
dalam bab. Buang air kecil sebelum sakit pasien mengatakan tak
ada gangguan dalam baknya,saat sakit pasien mengatakan t
baknya sedikit dan berwarna coklat pekat. Masalah keperawatan
kurangnya asupan cairan.
d. Pola aktivitas dan latihan pasien mengatakan pasien masih bisa
melakukan aktivitas seperti melakukan makan dan minum,
mandi, toileting, berpakaian, mobilitas ditempat tidur, berpindah,
dan ambulasi/rom secara mandiri tanpa bantuan orang lain
meskipun harus diawasii oleh suami ataupun anaknya, selama
sakit pasien mengatakan buat tiduran saja masih sesak apa lagi
buat aktivitas. Masalah keperawatan intoleransi aktivitas
berhubungan engan ketidakseimbangan oksigen dengan
kebutuhan tubuh.
e. Pola tidur dan istirahat sebelum sakit pasien mengatakan sebelum
sakit pasien tidur seperti biasa dan tak ada gangguan tidur.
Selama sakit pasien mengatakan tidurnya menjadi sangat
terganggu karena rasa sesak nafas yang pasien rasakan. Masalah
keperawatan gangguan pola tidur berhubungan dengan dengan
ketidaknyamanan (sesak nafas).
f. Pola perseptual sebelum sakit pasien mengatakan fungsi
penglihatan,pendengaran,pengecap,sensasi tidak ada yang
terganggu.Selama sakit pasien mengatakan mengalami sakit
kepala 1x, dan merasakan sesak yang tak kunjung sembuh.
Masalah keperawatan sesak nafas.
14
g. Pola persepsi diri pasien mengatakan sudah menyerahkan
semuanya pada yang maha kuasa. Jadi pasien tidak merasa cemas
dan was-was. Masalah keperawatan tidak ada.
h. Pola seksualitas pasien mengatakan masih melakukan seksual
seperti biasa. Masalah keperawatan tidak ada.
i. Pola peran hubungan pasien mengatakan sebelum dan selama
sakit pasien masih bisa berhubungan dengan orang lain. Masalah
keperawatan tidak ada.
j. Pola management koping-stress pasien mengatakan selalu
menyelesaikan masalah dengan keluarganya. Masalah
keperawatan tidak ada.
k. Pola keagamaan pasien mengatakan sebelum sakit bisa
melakukan ibadah sholat, selama sakit pasien tidak bisa
melakukan ibadah seperti biasa. Masalah keperawatan hambatan
beribadah.
4. Pemeriksaan fisik head to toe
Kesadaran CM,Nadi: 80x/menit, Tekanan darah:
140/90mmHg, Respirasirate: 28x/menit, Suhu: 36,8°C, Berat badan:
75 kg, Tinggi badan:160 cm, Kepala: bentuk normal, tak ada
benjolan, tak ada luka, dan warna rambut hitam kadang kering dan
kadang basah, basah karena bila pasien sesak nafas akan
mengeluarkan banyak keringat, Mata: warna kornea hitam,selaput
mata putih, pupil isokor (3mm/3mm), Hidung: Pernafasan kuping
hidung, Telinga: normal,tak ada gangguan pada telinga, Mulut:
selaput mukosa bibir tampak kering, bibir pecah-pecah dan tampak
pucat, Leher: tidak ada pembesaran kelenjar getah bening : negatif,
vena membesar. Thorak meliputi :Jantung: Inspeksi: ictus kordis
tampak, Palpasi: tidaka ada nyeri tekan, Perkusi : sonor, Auskultasi:
gallop, Paru-paru: Inspeksi: simetris, pergerakan cepat, Terlihat
penggunaan dan hipertrofi (pembesaran) otot bantu nafas, Pelebaran
sela iga, Palpasi : ictus cordis teraba, Perkusi : bunyi pekak pada
paru-paru, Auskultasi : ronkhi. Abdomen: Inspeksi: datar,
15
Auskultasi: peristaltik usus positif, Palpasi: supel positif, Perkusi:
timpani positif. Genetalia: normal, Punggung: tampak membungkuk
untuk memudahkan bernafas. Ekstreminatas: Atas : normal,Bawah :
pitting edema pada ektremitas bawah grade 3 (2mm). Kulit: turgor
kulit tidak bagus, kering, sianosis.
5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk menegakkan
diagnosa pada pasien yaitu pemeriksaan laboratorium untuk
hematologi, rontgen thorax, dan pemeriksaan EKG pada tanggal 13
maret 2018. Pada pemeriksaan hematologi untuk penyakit CHF
3
ditemukan hasil : wbc : 10,700 /uL (N : 3.8-10.6), trombosit:
173,00/uL, hgb : 14,3 g/Dl, hct : 4I,0%, troponin I: negative, ckmb:
34,0ng/ml (N: 0-3,74ng/ml), ureum: 124,0mg/dl (N: 15-50mg/dl),
kreatinin: 4,34mg/dl (N: 0,8-1,5mg/dl), asam urat: 14,1mg/dl
(N: 3,5-8,5mg/dl).
Thorax : tampak cardiomegali
Kemudian untuk hasil EKG adalah sinus rythm, Abnormal ST
dan T, dan iskemi lateral.
6. Program Terapi
Mengenai program terapi yang diberikan kepada tn.s sesuai
dengan resep dokter yaitu: infus RL 20 tpm, oksigen 3 liter/menit,
aminofluid 550 ml : 20 tpm, ceftriaxon: 2x1 gr, furosemid: 2x20 mg,
valesco: 1x40 mg, prorenal, allopurinol: 1x300mg, alprazolam:
1x0,5mg, irbesartan: 1x150mg, laxadyn.
B. Analisa Data
1. Analisa data yang disusun dengan tabel
Tanggal Data Etiologi Masalah
18JUNI Ds : Pasien mengatakan sesak nafas saat beristirahat Perubahan Penurunan
2017 maupun saat beraktifitas ringan kontraktilitas cardiac
Do : Tampak pitting edema pada ektremitas bawah grade 1
miokard output
16
(2mm), CRT>3 detik, ST dan T abnormal, td:
140/90mmHg, oliguria.
18JUNI Ds : Pasien mengatakan sesak nafas saat beraktivitas, dan Ketidakseimbangan Intoleransi
2017 kelelahan saat melakukan aktivitas ringan. suplai oksigen aktivitas
Do : Pasien tampak tiduran dan duduk ditempat tidur
saja,gelisah,rr : 28x/menit,kedalaman nafas,sianosis,warna
kulit kering,dan bibir kering
18JUNI D s : Pasien mengatakan sesaka nafas Ventilasi tidak Pola nafas
Do : Pasien tampaksangat sesak nafas, ortopnea, rr :
2017 adekuat tidak
28x/menit, pasien tampak menggunakan oksigen,
efektif
pernafasan cuping hidung, nafas pendek
17
Keterangan
1.Sangat berat
2.Banyak tergangu
3.Cukup terganggus
4.Ringan terganggu
5.Tidak ada
18
2 4 3
P : Lanjutkan intervensi
1) Menganjurkan bedrest
Keterangan :
1) Berat
2) Cukup berat
3) Sedang
4) Ringan
5) Tidak ada
Intervensi : Cardiac care : Rehabilitative
1) Kaji respon individu terhadap aktivitas : nadi, td, rr
2) Tingkatkan aktivitas secara bertahap
3) Sarankan konsultasi dengan ahli terapi fisik
4) Ukur TTV setelah melakukan aktivitas 3 menit
5) Dukung pasien dalam menegakkan latihan seperti
beraktivitas ditempat tidur
6) Motivasi pasien untuk melakukan aktivitas secara bertahap
7) Penggunaan peralatan saperti oksigen saat beraktivitas
Implementasi
Hari 1
1) Mengkaji respon pasien terhadap aktivitas
19
Hari 2
1) Membantu pasien utuk duduk ditempat tidur dengan kaki
menggantung
Hari 3
1) Membantu pasien utuk duduk ditempat tidur dengan kaki
menggantung
Evaluasi
S : Pasien mengatakan sesak saat aktivitas
O : Pasien tampak bias aktivitas di bed saja
A : Masalah intoleransi aktivitas belum teratasi
Indikator Awal Target Akhir
1.Menurunnya keluhan 1 5 3
nafas pendek 1 5 3
2.Lemah dalam aktivitas
P : Lanjutkan intervensi
1. Monitor ttv
2. Bantu dalam peningkatan aktifitas bertahap
20
1. frekuensi nafas 2 2
2. Dyspnea 2 2
3. suara ronkhi 2 3
Keterangan
1. Berat dari kisaran normal
2. Cukup berat dari kisaran
normal
3. Sedang dari kisran normal
4. Ringan dari kisaran
normal
5. Tidak ada
Implementasi
Hari 1
1) Pengkajian pada pasien
2) Memberikan posisi semi fowler
3) Memberiakn oksigen dengan nasal akanul 3liter
Hari ke2
1) Monitor ttv
2) Pemeriksaan fisik dada paru-paru
Hari ke 3
1) Monitor ttv
2) Monitor rr
Evaluasi
S : Pasien mengatakan sesak nafas
O : Pasien tampak sesak nafas, rr: 23x/menit
A : Masalah pola nafas tidak efektif belum teratasi
Indikator Awal Target Akhir
21
1. frekuensi nafas 2 4 3
2. Dyspnea
2 5 3
3. suara ronkhi
2 5 3
P : Lanjutkan intervensi
1.Monitor ttv
2.Pertahankan posisi semi fowler
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan membahas tentang Asuhan Keperawatan pada Tn.
S dengan penyakit CHF, mulai dari pengkajian sampai dengan diagnosa. Pembahasan
ini, penulis mencoba untuk mengkaitkan antara referensi yang didapat tentang pasien
dengan kondisi pasien.
A. PENGKAJIAN
Muttaqin tahun 2009 menjelaskan definisi pengkajian adalah salah satu dari
komponen proses keperawatan yang merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh
perawat dalam menggali permasalahan pasien, meliputi usaha pengumpulan data dan
membuktikan data tentang status kesehatan seorang pasien. Keahlian dalam melakukan
observasi, komunikasi, wawancara, dan pemeriksaan fisik sangat penting untuk
mewujudkan fase proses keperawatan.
22
Penulis dalam mendapatkan data dari pasien menggunakan teknik
pengumpulan data dengan wawancara dan studi pustaka. Dalam pengumpulan data,
penulis menggunakan pengkajian pola fungsional Gordon. Alasan penulis
menggunakan pola pengkajian fungsional menurut Gordon adalah bahwa pola
fungsional Gordon ini mempunyai aplikasi luas untuk para perawat dengan latar
belakang praktek yang beragam. Model pola fungsional kesehatan terbentuk dari
hubungan antara pasien dan lingkungan dan dapat digunakan untuk perseorangan,
keluarga dan komunitas. Setiap pola merupakan suatu rangkaian perilaku yang
membantu perawat mengumpulkan, mengorganisasikan dan memilah-milah data
(Judith M. Wilkinson, 2012).
1. Kepala: bentuk normal, tak ada benjolan, tak ada luka, dan warna rambut hitam
kadang kering dan kadang basah, basah karena bila pasien sesak nafas akan
mengeluarkan banyak keringat,
2. Mata: warna kornea hitam,selaput mata putih, pupil isokor (3mm/3mm),
23
3. Hidung: Pernafasan kuping hidung,
4. Telinga: normal, tak ada gangguan pada telinga,
5. Mulut: selaput mukosa bibir tampak kering, bibir pecah-pecah dan tampak
pucat, Leher: kelenjar getah bening : negatif, vena membesar.
6. Thorak meliputi :Jantung: Inspeksi: ictus kordis tampak, Palpasi: tidaka ada
nyeri tekan, Perkusi : sonor, Auskultasi: gallop, Paru-paru: Inspeksi: simetris,
pergerakan cepat, Terlihat penggunaan dan hipertrofi (pembesaran) otot bantu
nafas, Pelebaran sela iga, Palpasi : ictus cordis teraba, Perkusi : bunyi pekak
pada paru-paru, Auskultasi : ronkhi.
7. Abdomen: Inspeksi: datar, Auskultasi: peristaltik usus positif, Palpasi: supel
positif, Perkusi: timpani positif. Genetalia: normal, Punggung: tampak
membungkuk untuk memudahkan bernafas.
8. Ekstreminatas:Atas : normal, Bawah : pitting edema pada ektremitas bawah
grade 1 (2mm). Kulit: turgor kulit tidak bagus, kering, sianosis.
B. Diagnosa Keperawatan
24
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplay
oksigen. Pengertian adalah ketidakcukupan energy psikologis atau
fisiologi untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan
sehari-hari yang harus atau ingin dilakukan. Karakteristiknya adalah
respon tekanan darah abnormal terhadap aktivitas, respon frekuensi
jantung abnormal terhadap aktivitas, perubahan ekg yang mencerminkan
aritmia atau iskemia, ketidaknyamanan setelah beraktivitas, dyspnea
setelah beraktivitas, letih dan lemah,
c. Penurunan cardiac output berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
miokard. Pengertian adalah ketidakadekuatan darah yang dipompa oleh
jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolic tubuh. Karakteristinya
adalah dispnea, oliguria, perubahan warna kulit, aritmia, bardikardi,
edema, peningkatan cvp, distensi vena jugularis.
2. Diagnosa keperawatan yang tidak ditemukan pada kasus Tn. S tetapi ada
konsep teori
a. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
tirah baring lama, edema dan penurunan perfusi jaringan. Pengertian
adalah pertukaran udara ekspirasi dan inspirasi yang tidak adekuat.
Karakteristinya adalah penurunan tekanan ekspirasi atau inspirsi,
penurunan pertukaran udara per menit, menggunakan otot pernafsan
tambahan, nafas pendek, pernafasan pursed-lip, dyspnea, orthopnea,
dan peningkatan diameter anterior-posterior.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan ketidaksamaan ventilasi perfusi.
Pengertian adalah kelebihan atau kekurangan pada oksigenasi dan
eliminasi karbindioksida pada membrane alveolar-kapiler.
Karakteristiknya adalah pH arteri abnormal, pernafasan abnormal,
warna kulit abnormal, penurunan karbondioksida, dyspnea, sakit
kepala, hipoksia, hiperkapnia, gelisah, nafas cuping hidung, somnolen,
takikardia, dan gannguan penglihatan.
c. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
hipertensi. Pengertian adalah penurunan sirkulasi darah ke perifer yang
25
dapat mengganggu kesehatan. Karakteristiknya adalah crt>3detik,
perubahan karakteristik kulit, edeme, parastesia, nyeri ekstremitas,
penurunan nadi, dan perubahan tekanan darah.
26
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
27
Gordon, dalam menegakkan diagnosa penulis memakai NANDA, NIC, dan NOC
sebagai acuan pembuatan Asuhan Keperawatan ini.
B. Saran
1. Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas
Perlu adanya pengobatan yang efektif agar pasien tidak merasakan sesak
nafas yang sangat lama dan bisa beristirahata dengan nyaman.
2. Institusi Akper Serulingmas Cilacap
Perlu ditingkatkan pembelajaran pada mahasiswa Akper Serulingmas
tentang pembelajaran praktek yang sesuai dengan teori dan peningkatan
pemahaman tentang teori asuhan keperawatan.
3. Mahasiswa
Lebih termotivasi untuk mencari informasi atau menambah pengetahuan
dan wawasan dari buku atau tenaga kesehatan sehingga dapat mencegah atau
menangani penyakit CHF yang banyak diderita oleh masyarakat indonesia.
28
DAFTAR PUSTAKA
DiPiro, C.V., 2015, Anemias, dalam Wells, B.G., Dipiro, J.T., Schwinghammer, T.C.,
Pharmacotherapy Handbook. Mc Graw Hill, New York.
Maas, Morhead, Jhonson dan Swanson. Nursing Out Comes (NOC), United States Of
America: Mosby Elseveir Acadamic Press, 2004.
29