Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN CONGESTIVE HEART FAILURE

(CHF) DI RUANG IGD RSUD dr.SOEHADI PRIJONEGORO


SRAGEN

Di susun untuk memenuhi


Tugas Stase Keperawatan Gawat Darurat

Oleh:
HERMINA KAMAMA

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS SAINS TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS SAHID SURAKARTA
TA.2018/2019

1
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI
RUANG IGD RSUD dr.SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN

Oleh:

Hermina Kamama

Laporan Pendahuluan ini telah diterima dan disahkan oleh CI Ruangan


Program Studi Profesi Ners
Universitas Sahid Surakarta

Pada Hari : ………………..


Tanggal : ………………..

CI Ruangan Mahasiswa

Untung Budi Sadono,SST Hermina Kamama,S.Kep

Dosen pembimbing

Fajar Alam Putera S.Kep., Ns.

2
LAPORAN PENDAHULUAN

CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF)

A. KONSEP PENYAKIT
1. DEFINISI
Kelainan primer pada gagal jantung adalah berkurang atau
hilangnya sebagian fungsi miokardium yang menyebabkan penurunan
curah jantung.
Ada beberapa definisi gagal jantung, namun tidak ada satu pun
yang benar-benar dapat memuaskan semua pakar atau klinisi yang
menangani masalah gagal jantung. Gagal jantung adalah suatu keadaan
ketika jantung tidak mampu mempertahankan sirkulasi yang cukup
bagi kebutuhan tubuh, meskipun tekanan pengisian vena normal.
Namun, definisi - definisi lain menyatakan bahwa gagal jantung
bukanlah suatu penyakit yang terbatas pada satu sistem organ,
melainkan suatu sindrom klinis akibat kelainan jantung yang ditandai
dengan suatu bentuk respons hemodinamik, renal, neural dan
hormonal, serta suatu keadaan patologis di mana kelainan fungsi
jantung menyebabkan kegagalan jantung memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan jaringan, atau hanya dapat memenuhinya dengan
meningkatkan tekanan pengisian (Muttaqin, 2012).
Saat ini dikenal beberapa istilah gagal jantung, yaitu :
- Gagal jantung kiri: terdapat bendungan paru, hipotensi, dan
vasokontriksi perifer dengan penurunan perfusi jaringan.
- Gagal jantung kanan: ditandai dengan adanya edema perifer, asites,
dan peningkatan tekanan vena jugularis.
- Gagal jantung kongestif adalah gabungan kedua gambaran
tersebut (Muttaqin, 2012)

3
2. ETIOLOGI
Ada beberapa etiologi / penyebab dari gagal jantung :
a. Kelainan otot jantung
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,
disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang
mendasari penyebab kelainan fungsi otot mencakup aterosklerosis
koroner, hipertensi artikel, dan penyakit degeneratif atau inflamasi
(Kasron, 2012).
b. Aterosklerosis koroner
Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium
karena terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia
dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium
(kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal
jantung. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif,
berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi yang secara
langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas
menurun (Kasron, 2012).
c. Hipertensi sistemik atau pulmonal
Meningkatnya beban kerja jantung dan pada gilirannya
mengakibatkan hipertrophi serabut otot jantung (Kasron, 2012).
d. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif
Sangat berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara
langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas
menurun (Kasron, 2012).
e. Penyakit jantung lain
Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang
sebenarnya, yang secara langsung mempengaruhi jantung.
Mekanisme biasanya terlibat mencakup gangguan aliran darah
yang masuk jantung (stenosis katup semiluner), ketidak mampuan
jantung untuk mengisi darah (tamponade, perikardium, perikarditif

4
kostriktif, atau stenosis AV), peningkatan mendadak afteer load
(Kasron, 2012).
f. Faktor sistematik
Terdapat sejumlah faktor yang berperan dalam perkembangan dan
beratnya gagal ginjal. Meningkatnya laju metabolisme, hipoksia
dan anemia memerlukan peningkatan curah jantung untuk
memenuhi kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia dan anemia juga
dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis respiratorik
atau metabolik dan abnormalita elektronik dapat menurunkan
kontraktilitas jantung (Kasron, 2012).

3. MANIFESTASI KLINIK
Tanda dominan gagal jantung adalah meningkatnya volume
intravaskular. Kongesti jaringan terjadi akibat tekanan arteri dan vena
yang meningkat akibat turunya curh jantung pada kegagalan jantung.
Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara
terpisah. Gagal ventrikel kiri paling sering mendahului gagal ventrikel
kanan. Keagagalan salaah astu ventriekel dapat mengakibatkan
penurunan perfungsi jaringan, tetapi menifestasi kongesti dapat bebeda
tergantung pada kegagaalan ventrikel mana yang terjadi (Kasron,
2012).
a) Gagal jantung kiri, manifestasi klinisnya :
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri karena ventrikel
kiri tak mampu memompa darah yang datang dari paru. Manifestasi
klinisnya yang terjadi yaitu :
1. Dipsnea
Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan menganggu
pertukaaran gas. Dapat terjadi ortopnu. Beberapa pasien dapat
mengalami ortopnu pada malam hari yang dinamkan paroksimal
nokturnal dipsnea (PDN) (Kasron, 2012).
2. Batuk

5
3. Mudah lelah
Terjadi karena curah jantung yang kurang yang menghambat
jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya
pembuangan sisa hasil katabolismejuga terjadi karena
meningkatnya energi yang digunakan untuk bernafas dan
insomnia yang terjadu karena distress pernafasan dan batuk
(Kasron, 2012).
4. Kegelisahan dan kecemasan
Terjadi akibat gangguan oksigen jaringan, steress akibat
kesakitan bernafas dan pengetahuan bahwa jantung tifak
berfungsi dengan baik (Kasron, 2012).
5. Sianosis

b) Gagal jantung kanan


1. Kongestif jaringan perifer dan viseral
2. Edema ekstremitas baawah (edema dependen) biasanya edema
piting, penambahan BB
3. Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas
abdomen terjadi akibat pembesaran vena di hepar.
4. Anorexia dan mual. Terjadi akibat pebesaran vena dan statis
vena dalam rongga abdomen.
5. Nokturia
6. Kelemahan (Kasron, 2012).

Menurut New York Heart Assosiation (NYHA) membuat klasifikasi


fungsional CHF dalam 4 kelas yaitu :
a. Kelas I : Bila pasien dapat melakukan aktifitas berat tanpa keluhan
b. Kelas II : Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas lebih berat
dari aktifitas lebih berat dari aktifitas sehari-hari tanpa keluhan
c. Kelas III : Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari
tanpa keluhan

6
d. Kelas IV : Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktifitas
apapun dan harus tirah baring (Kasron, 2012)

4. KOMPLIKASI
a) Syok kardiogenik
b) Episode tromboemboli karena pembentukan bekuan vena karena
stasis darah
c) Efusi dan temponade perikardium
d) Toksisitas digitalis akibat pemakaian obat digitalis (Kasron, 2012).

5. PATOFISIOLOGI
Fungsi jantung sebagai sebuah pompa diindikasikan oleh
kemampuannya untuk memenuhi suplai darah yang adekuat keseluruh
bagian tubuh, baik dalam keadaan istirahat maupun saat mengalami
stress fisiologis (Kasron, 2012).
Mekanisme fisiologis yang menyebabkan gagal jantung meliputi
keadaan-keadaan :
a. Prelood (beban awal)
Jumlah darah yang mengisi jantung berbanding langsung dengan
tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut
jantung
b. Kontraktilitas
Perubahan kekuatan kontriksi berkaitan dengan panjangnya
regangan serabut jantung
c. Afterlood (beban akhir)
Besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa
darah melawan tekanan yang diperlukan oleh tekanan arteri
(Kasron, 2012).
Pada keadaan gagal jantung, bila salah satu/lebih dari keadaan di
atas terganggu, menyebabkan curah jantung menurun, meliputi
keadaan yang menyebabkan prelood meningkat contoh regurgitasi

7
aorta, cacat septum ventrikel. Menyebabkan afterlood meningkat yaitu
pada keadaan stenosis aorta dan hipertensi sistemik. Kontraktilitas
miokardium dapat menurun pada infark miokardium dan kelainan otot
jantung (Kasron, 2012).
Adapun mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi
menurunnya kemampuan kontraktilitas jantung, sehingga darah yang
di pompa pada setiap kontriksi menurun dan menyebabkan penurunan
darah keseluruh tubuh. Apabila suplai darah kurang ke ginjal akan
mempengaruhi mekanisme pelepasan renin-angiotensin dan akhirnya
terbentuk angiotensin II mengakibatkan terangsangnya sekresi
aldosteron dan menyebabkan retensi natrium dan air, perubahan
tersebut meningkatkan cairan ektra-intravaskuler sehingga terjadi
ketidakseimbangan volume cairan dan tekanan selanjutnya terjadi
edema. Edema perifer terjadi akibat penimbunan cairan dalam ruang
interstial.
Proses ini timbul masalah seperti nokturia dimana berkurangnya
vasokontriksi ginjal pada waktu istirahat dan juga redistribusi cairan
dan absorpsi pada waktu berbaring. Gagal jantung berlanjut dapat
menimbulkan gejala-gejala gastrointestinal seperti mual, muntah,
anoreksia (Kasron, 2012).
Apabila suplai darah tidak lancar di paru-paru (darah tidak masuk
kejantung), menyebabkan penimbunan cairan di paru-paru yang dapat
menurunkan pertukaran O₂ dan Co₂ antara udara dan darah di paru-
paru, sehingga oksigenisasi arteri berkurang dan terjadi peningkatan
CO₂, yang akan membentuk asam di dalam tubuh.
Situasi ini akan memberikan suatu gejala sesak napas (dyspnea),
artopnea (dypsnea saat berbaring) terjadi apabila aliran darah dari
ektrimitas meningkatkan aliran balik vena ke jantung dan paru-paru
(Kasron, 2012).

8
9
10
6. PENALAKSANAAN ( Medis dan Keperawatan )
a. Kelas I : Non farmakologi, meliputi diet Rndah Garam, batasi
cairan, menurunkan Berat Badan, menghindari alkohol, dan rokok,
aktifitas fisik, manajemen stress
b. Kelas II-III : Terapi pengobatan meliputi : diureik, vasodilator, ACE
inhibitor, digititalis, dopaminerotik, oksigen
c. Kelas IV : Kombinasi diuretik, digitalis, ACE inhibitor, seumur
hidup (Kasron, 2012).

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengkajian Primer
Airway : batuk dengan atau tanpa sputum, penggunaan bantuan otot
pernafasan, oksigen, dan lain – lain
Breathing : Dispnea saat aktifitas, tidur sambil duduk atau dengan
beberapa bantal
Circulation : Riwayat HT IM akut, GJK sebelumnya, penyakit
katub jantung, anemia, syok dan lain - lain. Tekanan darah, nadi,
frekuensi jantung, irama jantung, nadi apical, bunyi jantung S3,
gallop, nadi perifer berkurang, perubahan dalam denyutan nadi
juguralis, warna kulit, kebiruan punggung, kuku pucat atau
sianosis, hepar ada pembesaran, bunyi nafas crakles atau ronchi,
oedema
Disability : Pengkajian kesadaran ( GCS ), ukuran dan reaksi pupil
Exposure : Pengkajian terhadap suhu serta adanya injury atau
kelainan yang lain
b. Pengkajian Sekunder
1) Pengumpulan data
a. Identitas
Identitas klien

11
Identitas klien yang berhubungan dengan penyakit gagal
jantung adalah :
Umur : Gagal jantung adalah penyakit sistem kardiovaskuler
yang banyak terjadi pada orang dewasa.
Pendidikan : Pendidikan yang rendah dapat mempengaruhi
terhadap pengetahuan klien tentang penyakit gagal jantung.
Pekerjaan : Ekonomi yang rendah akan berpengaruh karena
dapat menyebabkan gizi yang kurang sehingga daya tahan
tubuh klien rendah dan mudah jatuh sakit.
b. Identitas penanggung jawab
Nama, umur, pendidikan, pekerjaan, alamat dan hubungan
dengan klien.
2) Riwayat Penyakit
a. Keluhan utama
Keluhan utama klien dengan gagal jantung adalah saat
beraktivitas dan sesak nafas.
b. Riwayat penyakit saat ini
Pengkajian RPS yang mendukung keluhan utama di lakukan
dengan mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai
kelemahan fisik klien secara PQRST, yaitu :
Provoking incident : kelemahan fisik terjadi setelah
melakukan aktivitas ringan sampai berat,sesua derajat
gangguan pada jantung(lihat klasifikasi gagal jantung
Quality of pain : seperti apa keluhan kelemahan dalam
melakukan aktifitas yang di rasakan atau di gambarkan klien
biasanya tetap beraktivitas klien merasakan sesak
nafas(dengan menggunakan alat atau otot bantu pernafasan).
Region : radiation,relif : apakah kelemahan fisik bersifat
lokal atau memengaruhi keseluruhan system otot rangka dan
apakah di sertai ketidakmampuan dalam melakukan
pergerakan.

12
Severity (scale) of pain : kaji rentang kemampuan klien
dalam melakukan aktivitas sehari - hari. Biasanya
kemampuan klien dalam beraktivitas menurun sesuai derajat
gangguan perfusi yang di alami organ.
Time : sifat mula timbulnya (onset) keluhan kelemahan
beraktivitas biasanya yimbul perlahan. Lama timbulnya
(durasi) kelemahan saat beraktivitas biasanya setiap saat,baik
saat istirahat maupun saat beraktifitas.
c) Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian RPD yang mendukung di kaji dengan
menanyakan apakah sebelumya klien pernah menderita nyeri
dada, hipertensi, iskemia miokardium, infark miokardium,
diabetes mellitus dan hiperlipidemia.
Tanyakan mengenai obat-obatan yang biasa di minum oleh
klien pada masa yang lalu dan masih relevan dengan kondisi
saat ini. Obat-obatan ini meliputi obat diuretik, nitrat,
penghambat beta, serta antihipertensi. Catat adanya efek
samping yang terjadi di masa lalu, alergi obat dan reaksi
alergi yang timbul. Sering kali klien menafsirkan suatu alergi
sebagai efek samping obat.
d) Riwayat keluarga
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah di alami
oleh keluarga,anggota keluarga yang meninggal terutama
pada usia produktif,dan penyebab kematianya.penyakit
jantung iskemik pada orang tua yang timbulnya pada usia
muda merupakan factor risiko utama terjadinya penyakit
jantung iskemik pada keturunanya.
e) Riwayat pekerjaan dan pola hidup
Perawat menanyakan situasi tempat klien bekerja dan
lingkunganya.kebiasaan sosial dengan menanyakan kebiasaan
dan pola hidup misalya minum alcohol atau obat tertentu.

13
Kebiasaan merokok dengan menanyakan tentang kebiasaan
merokok, sudah berapa lama, berapa batang perhari dan jenis
rokok.
Di samping pertanyaan – pertanyaan tersebut, data biografi
juga merupakan data yang perlu di ketahui, yaitu dengan
menanyakan nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal, suku
, dan agama yang di anut oleh klien.
Saat mengajukan pertanyaan kepada klien, hendaknya di
perhatikan kondisi klien. Bila klien dalam keadaan kritis,
maka pertanyaan yang di ajukan bukan pertanyaan terbuka
tetapi pertanyaan tertutup yaitu pertanyaan yang jawabannya
adalah “ ya “ dan “ tidak “ atau pertanyaan yang dapat di
jawab dengan gerakan tubuh, yaitu mengangguk atau
menggelengkan kepala sehingga tidak memerlukan energy
yang besar.
f) Pengkajian psikososial
Perubahan integritas ego yang di temukan pada klien adalah
klien menyangkal, takut mati, perasaan ajal sudah dekat,
marah pada penyakit/perrawatan yag tak perlu kuatir tentang
keluarga, pekerjaan, dan keuangan. Kondisi ini di tandai
dengan sikap menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak
mata, gelisah, marah, perilaku menyerang,dan focus pada diri
sendiri.
Interaksi social di kaji terhadap adanya stress karena
keluarga,pekerjaan,kesulitan biaya ekonomi dan kesulitan
koping dengan stresor yang ada kegelisahan dan kecemasan
terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan,stress akibat
kesakitan bernapas dan pengetahuan bahwa jantung tidak
berfungsi dengan baik penurunan lebih lanjut dari curah
jantung dapat terjadi ditandai dengan adanya keluhan
insomnia atau tampak kebingungan.

14
3) Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien gagal
jantung biasanya baik atau composmentis dan akan berubah
sesuai tingkat gangguan perfusi sistem saraf pusat.

2. Diagnosa Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC


. Keperawatan
1. Penurunan cardiac Setelah dilakukan Cardiac care : akut ( 4044 )
output ( 00029 ) asuhan keperawatan. 1. Kaji v/s, bunyi, fkekuensi, dan
b.d perubahan Klien menunjukkan irama jantung.
kontraktilitas respon pompa 2. Kaji keadaan kulit (pucat,
jantung efektif dg cianois)
 Kriteria Hasil : 3. Pantau seri EKG 12 lead
a. menunjukkan V/S 4. Catat urine output
dbn (TD, nadi, 5. Posiskan pasien supinasi dg
ritme normal, nadi elevasi 30 derajat dan elevasi
perifer kuat) kaki
b. melakukan 6. Berikan oksigen.
aktivitas tanpa 7. Ciptakan lingkungan yang
dipsnea dan nyeri kondusif untuk istirahat
c. edema ekstremitas Monitoring vital sign ( 6680 )
berkurang Pantau TD, denyut nadi dan
d. perfusi perifer respirasi
adekuat Monitoring neurologikal ( 2620 )
1. Kaji perubahan pola sensori
2. Catat adanya letargi dan cemas

Manajemen lingkungan ( 6482 )


1. Ciptakan lingkungan ruangan
yang nyaman
2. Batasi pengunjung
2. Intoleransi Setelah dilakukan Terapi aktivitas ( 4310)
aktivitas ( 00092 ) asuhan keperawatan. 1. Kaji kemampuan klien
b.d Klien dapat melakukan aktivitas
ketidakseimbangan menunjukkan 2. Jelaskan pada klien manfaat
suplai & intoleransi terhadap aktivitas bertahap
kebutuhan O2 aktivitas dgn KH : 3. Evaluasi dan motivasi
a. Klien mampu keinginan klien untuk
aktivitas minimal meningktkan aktivitas

15
b. Kemampuan 4. Tetap sertakan oksigen saat
aktivitas aktivitas
meningkat secara Monitoring vital sign ( 6680 )
bertahap Pantau vital sign pasien sebelum,
c. Tidak ada keluhan selama, dan setelah aktivitas
sesak nafas dan selama 3-5 menit
lelah selama dan Energi manajemen ( 0180 )
setelah aktivitas 1. Rencanakan aktivitas saat klien
minimal mempunyai energi cukup untuk
d. Vital sign melakukannya.
dilakukan selama 2. Bantu klien untuk istirahat
dan setelah setelah aktivitas.
aktivitas Manajemen nutrisi ( 1100 )
Monitor intake nutrisi untuk
memastikan kecukupan sumber-
sumber energi
Emosional support ( 4364 )
Berikan reinfortcemen positif bila
klien mengalami kemajuan

3. Ketidakefektifan Setelah dilakukan Respiratory monitoring ( 3350 )


pola nafas asuhan keperawatan, 1. Monitor rata-rata irama,
( 00032 ) b.d pola nafas pasien kedalaman dan usaha untuk
keletihan menjadi efektif dg bernafas.
KH :
a. menunjukkan pola
nafas yang efektif
tanpa adanya sesak 2. Catat gerakan dada, lihat
nafas, sesak nafas kesimetrisan, penggunaan otot
berkurang Bantu dan retraksi dinding
b. vital sign dalam dada.
batas normal 3. Monitor suara nafas
4. Monitor kelemahan otot
diafragma
5. Catat karakteristik dan durasi
batuk
6. Catat hasil foto rontgen

4. Kelebihan volume Setelah dilakukan Fluid management ( 4120 )

16
cairan ( 00026 ) asuhan keperawatan 1. Kaji lokasi edem dan luas edem
b.d gangguan pasien akan 2. Atur posisi elevasi 30-45
mekanisme menunjukkan derajat
regulasi keseimbangan cairan 3. Kaji distensi leher (JVP)
dan elektrolit dengan 4. Monitor balance cairan
Kriteria hasil : Fluid monitoring ( 4130 )
a. Vital sign dalam a.Ukur balance cairan / 24 jam atau
batas normal / shif jaga
b. Tidak b.Ukur vital sign sesuai indikasi
menunjukkan c.Timbang BB jika memungkinkan
peningkatan JVP d.Awasi ketat pemberian cairan
c. Tidak terjadi e.Observasi turgor kulit
dyspnea, bunyi (kelembapan kulit, mukosa,
nafas bersih, RR : adanya kehausan)
16-20x/menit f. Monitor serum albumin dan
d. Balance cairan protein total
adekuat g.Monitor warna, kualitas dan
e. Bebas dari edema urine
5. Risiko infeksi Setelah dilakukan Kontrol infeksi ( 6540 )
( 00004 ) dengan asuhan keperawatan 1. Bersihkan lingkungan setelah
faktor resiko tidak terdapat faktor dipakai pasien lain.
imunitas tubuh risiko infeksi pada 2. Batasi pengunjung bila perlu.
menurun, prosedur klien dibuktikan 3. Intruksikan kepada keluarga
invasive dengan status imune untuk mencuci tangan saat
klien adekuat, kontak dan sesudahnya.
mendeteksi risiko 4. Gunakan sabun anti microba
dan mengontrol untuk mencuci tangan.
risiko, vital sign 5. Lakukan cuci tangan sebelum
dalam batas normal dan sesudah tindakan
keperawatan.
6. Gunakan baju dan sarung tangan
sebagai alat pelindung.
7. Pertahankan lingkungan yang
aseptik selama pemasangan alat.
8. Lakukan dresing infus setiap
hari.
9. Tingkatkan intake nutrisi.
10. Berikan antibiotik sesuai
program.
Proteksi terhadap infeksi ( 6550 )
1. Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal.
2. Monitor hitung granulosit dan
WBC.
3. Monitor kerentanan terhadap
infeksi.

17
4. Pertahankan teknik aseptik
untuk setiap tindakan.
5. Inspeksi kulit dan mebran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase.
6. Dorong masukan nutrisi dan
cairan yang adekuat.
7. Dorong istirahat yang cukup.
8. Monitor perubahan tingkat
energi.
9. Dorong peningkatan mobilitas
dan latihan.
10. Instruksikan klien untuk minum
antibiotik sesuai program.
11. Ajarkan keluarga/klien tentang
tanda dan gejala infeksi.
12. Laporkan kecurigaan infeksi

6. Defisiensi Setelah dilakukan Teaching : Dissease Process


pengetahuan asuhan keperawatan, ( 5602 )
( 00126 ) b/d pengetahuan klien 1. Kaji  tingkat pengetahuan klien
kurang informasi, meningkat dg KH : dan keluarga tentang proses
gangguan fungsi a. Klien / keluarga penyakit
kognitif mampu 2. Jelaskan tentang patofisiologi
menjelaskan penyakit, tanda dan gejala serta
kembali apa yang penyebab yang mungkin
telah dijelaskan. 3. Sediakan informasi tentang
b. Klien dan keluarga kondisi klien
kooperatif dan 4. Siapkan keluarga atau orang-
mau kerja sama orang yang berarti dengan
saat dilakukan informasi tentang
tindakan perkembangan klien

5. Sediakan informasi tentang


diagnosa klien
6. Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan
datang dan atau kontrol proses
penyakit
7. Diskusikan tentang pilihan
tentang terapi atau pengobatan
8. Jelaskan alasan
dilaksanakannya tindakan atau
terapi

18
9. Dorong klien untuk menggali
pilihan-pilihan atau
memperoleh alternatif pilihan
10. Gambarkan komplikasi yang
mungkin terjadi
11. Anjurkan klien untuk
mencegah efek samping dari
penyakit
12. Gali sumber-sumber atau
dukungan yang ada
13. Anjurkan klien untuk
melaporkan tanda dan gejala
yang muncul pada petugas
kesehatan
14. kolaborasi dg  tim yang lain.

7. Sindrom defisit Setelah dilakukan Bantuan perawatan diri ( 1800 )


Self care b.d asuhan keperawatan 1. Monitor kemampuan pasien
kelemahan, kebutuhan klien terhadap perawatan diri
penyakitnya sehari hari terpenuhi 2. Monitor kebutuhan akan
dengan KH : personal hygiene, berpakaian,
a. Pasien dapat toileting dan makan
melakukan 3. Beri bantuan sampai klien
aktivitas sehari- mempunyai kemapuan untuk
hari makan, merawat diri
mobilisasi secara 4. Bantu klien dalam memenuhi
minimal, kebutuhannya.
kebersihan, 5. Anjurkan klien untuk
toileting dan melakukan aktivitas sehari-
berpakaian hari sesuai kemampuannya
bertahap 6. Pertahankan aktivitas
perawatan diri secara rutin

b. Kebersihan diri 7. Evaluasi kemampuan klien


pasien terpenuhi dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
8. Berikan reinforcement atas
usaha yang dilakukan dalam
melakukan perawatan diri
sehari hari.

19
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses
keperawatan. Kegiatan evaluasi ini adalah membandingkan hasil
yang telah dicapai setelah implementasi keperawatan dengan
tujuan yang diharapkan dalam perencanaan. Perawat mempunyai
tiga alternatif dalam menentukan sejauh mana tujuan tercapai :
1) Berhasil : perilaku pasien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu
atau tanggal yang ditetapkan di tujuan
2) Tercapai sebagian : pasien menunujukan perilaku tetapi tidak
sebaik yang ditentukan dalam pernyataan tujuan
3) Belum tercapai : pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan
perilaku yang diharapakan sesuai dengan pernyataan tujuan

20
DAFTAR PUSTAKA

- Brunner & Suddarth, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8
volume 3. Jakarta: EGC
- Haryani dan Siswandi. 2004. Nursing Diagnosis: A Guide To Planning Care,
available at: www.Us.Elsevierhealth.com
- Jong, W, 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC
- Kasron. 2012. Buku Ajar Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Yogyakarta:
Nuha Medika.
- McCloskey, 1996. Nursing Interventions Classification (NIC). Mosby, USA
- Muttaqin, Arif. 2012. Buku Ajara Asuhan Keperawatan Klien Dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskuler dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
- Ralph & Rosenberg, 2003. Nursing Diagnoses: Definition & Classification
2005-2006. Philadelphia USA
- Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medika
- Udjianti, Wajan J. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba
medika

21

Anda mungkin juga menyukai