DI SUSUN OLEH :
(113122091)
NIM : 113122091
A. Pengertian
Congestive Heart Failure (CHF) merupakan suatu keadaan patologis yaitu
kelainan fungsi jantung yang menyebabkan kegagalan jantung untuk memompa
darah untuk memenuhi kebutuhan jaringan, atau hanya dapat memenuhi kebutuhan
jaringan dengan meningkatkan tekanan pengisian (Muttaqin, 2012) dalam
(Minartin, 2018)
B. Etiologi
Menurut (Brunner & Suddarth 2013), etiologi Congestive Heart Failure (CHF)
yaitu :
1. Kelainan otot jantung
Gagal jantung yang paling sering terjadi pada penderita kelainan otot
jantung, yang menyebabkan menurunnya kontraktilitas pada jantung. Kondisi
ini yang mendasari penyebab fungsi otot ateroklerosis coroner, hipertensi
arterialdan penyakit degeneratif atau inflamasi.
2. Aterosklerosis koroner
Mengakibatkan terjadinya disfungsi miokardium karena terganggunya
aliran darah ke otot jantung. Terjadinya hipoksia dan asidosis (akibat dari
penumpukan asam laktat). Infark miokard (kematian sel jantung) yang
biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
3. Hipertensi sistemik atau pulmonal
Peningkatan afterload akibat dari hipertensi sistemik maupun pulmonal
dapat mengakibatkan beban kerja jantung meningkat dan hipertrofiotot jantung.
Efek dari hipertrofi miokard yang dapat dianggap sebagai penyebab
mekanisme kompensasi karena akan meningkatkan kontraktilitas jantung,
tetapi pada akhirnya hipertrofi otot jantung tadi lama–kelamaan akan tidak
berfungsi secara normal dan akan menyebabkan terjadinya gagal jantung.
4. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif
Berhubungan dengan gagal jantung dimana kondisi ini secara
langsung dapat merusak serabut jantung yang menyebabkan kontraktilitas
menurun.
5. Penyakit jantung lain
Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat dari penyakit jantung
yang sebenarnya tidak secara langsung dapat mempengaruhi jantung.
Mekanisme yang biasa terlibat dapat mencakup gangguan aliran darah yang
melalui jantung (stenosiskatup semilunar), dimana ketidakmampuan jantung
untuk mengisi darah (tamponade pericardium, pericarditis konstriktif),
pengosongan jantung abnormal (inesfisiensi katup AV), peningkatan yang
mendadak afterload akibat dari meningkatnya tekanan darah sistemik dapat
menyebabkan gagal jantung.
6. Faktor sistemik
Terdapat sejumlah faktor sistemik yang sangat berperan dalam
perkembangan dan beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme,
hipoksia dan anemia yang memerlukan peningkatan curah jantung untuk
memenuhi kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia atau anemia juga dapat
menimbulkan penurunan suplai oksigen ke jantung. Penyebab lain seperti
asidosis (respiratorik atau metabolik) dan abnormalitas elektrolit juga dapat
menyebabkan turunnya kontraktilitas jantung.
Menurut Wajan Juni Udjianti (2010) etiologi Congestive Heart Failure (CHF)
dikelompokkan berdasarkan faktor etiologi eksterna maupun interna, yaitu:
1. Faktor eksterna (dari luar jantung); hipertensi renal, hipertiroid, dan anemia
kronis atau berat.
2. Faktor interna (dari dalam jantung)
a. Disfungsi katup: Ventricular Septum Defect (VSD), Atria Septum Defect
(ASD), stenosis mitral, dan insufisiensi mitral.
b. Disritmia: atrial fibrilasi, ventrikel fibrilasi, dan heart block.
c. Kerusakan miokard: kardiomiopati, miokarditis, dan infark miokard.
d. Infeksi: endokarditis bacterial sub-akut
C. Manifestasi Klinis
Gejala penyakit CHF yang biasa muncul adalah extertional dyspnoea,
orthopnoea, paroxysmal nocturnal dyspnoea, batuk kering, kelelahan dan
kelemahan, pusing atau palpitasi. Gejala penyakit CHF yang berkaitan dengan
retensi cairan adalah nyeri epigastrik, distensi abdomen, ascites, oedem sakral dan
oedem peripheral (Panel et al. 2011) dalam (Kasron & Engkarini, 2018).
Manifestasi klinis penyakit CHF (Congestive Heart Failure) adalah :
1. Dipsnea
Nafas pendek yang terjadi dapat disebabkan oleh penyakit jantung. Hal ini
terjadi akibat terjadi karena terdapat kegagalan peningkatan aliran darah
ventrikel kiri pada waktu melakukan kegiatan fisik (Kusuma et al., 2021)
2. Nyeri dada
Nyeri dada dapat didefinisikan sebagai rasa sakit, tertekan sesak, panas
seperti terbakar yang menjalar ke bahu atau lengan. Nyeri ini dapat terjadi
hilang timbul secara tiba-tiba dalam waktu yang lama dan berhenti dengan
sendirinya. Nyeri berasal dari dinding dada, otot, iga, pleura perietalis, saluran
nafas besar, diafragma, mediastinum dan saraf interkostalis.
3. Batuk persisten atau mengi
Batuk persisten atau mengi ini disebabkan oleh penumpukan cairan diparu
akibat aliran balik balik darah ke paru-paru.
4. Penumpukan cairan pada jaringan atau edema
Edema disebabkan oleh aliran darah yang keluar dari jantung melambat,
sehingga darah yang kembali ke jantung melalui pembuluh darah terhambat.
Hal tersebut mengakibatkan cairan menumpuk di jaringan. Kerusakan ginjal
yang tidak mampu mengeluarkan natrium dan air juga menyebabkan retensi
cairan dalam jaringan. Penumpukan cairan di jaringan ini dapat terlihat dari
bengkak di kaki maupun pembesaran perut.
5. Kelelahan atau fatigue
Perasaan lelah sepanjang waktu dan kesulitan untuk melakukan kegiatan
sehari-hari merupakan hal yang biasa didapati pada pasien CHF. Hal tersebut
dikarenakan jantung tidak dapat memompa cukup darah untuk memenuhi
kebutuhan jaringan tubuh. Tubuh akan mengalihkan darah dari organ yang
kurang penting, terutama otototot pada tungkai dan mengirimkannya ke jantung
dan otak.
6. Penurunan nafsu makan dan mual
Pada pasien CHF biasanya sering mengeluh mual, begah atau tidak nafsu
makan. Hal tersebut dikarenakan darah yang diterima oleh sistem pencernaan
kurang sehinga menyebabkan masalah dengan pencernaan. Perasaan mual dan
begah juga dapat disebabkan oleh adanya asites yang menekan lambung atau
saluran cerna.
7. Peningkatan denyut nadi
Peningkatan denyut nadi dapat teramati dari denyut jantung yang berdebar-
debar (palpitasi). Hal ini merupakan upaya kompensasi jantung terhadap
penurunan kapasitas memompa darah.
D. Patofisiologi
Menurut Savery (2015) respon kompensasi terhadap Cardic Output yang tidak
adekuat memicu beberapa respon kompenasasi yang berusaha untuk
mempertahankan perfusi organ-organ tubuh yang vital. Respon awal adalah
stimulus kepada saraf simpati yang menimbulkan dua pengaruh utama :
Meningkatkan kecepatan dan kekuatan kontraksi myocardium
Vasokontriksi perifer
Vasokontriksi periver menggeser arus darah arteri ke organ-organ yang kurang
vital, seperti kulit dan ginjal dan juga organ-organ yang lebih vital, seperti otak.
Kontriksi vena meningkatkan arus balik dari vena ke jantung. Peningkatan
peregangan serabut otot myocardium memungkinkan kontraktilitas.
Pada permulaan respon berdampak perbaikan terhadap cardiac output, namun
selanjutnya meningkatkan kebutuhan oksigen untuk myocardium meregangkan
serabut-serabut myocardium dibawah garis kemampuan kontraksi. Bila orang tidak
berada dalam status kekurangan cairan untuk memulai peningkatan volume
ventrikel dapat memperberat preload dan kegagalan komponen-komponen jenis
kompenasasi yang kedua yaitu dengan mengaktivkan system rennin angiotensin
yang akhirnya berdampak pada peningkatan preload maupun afterload pada waktu
jangka panjang dan seterusnya.
Kompenasasi yang ketiga yaitu dengan terjadinya perubahan struktur
myocardium itu sendiri yang akhirnya lama-kelamaan myocardium akan menebal
atau menjadi hipertropi untuk memperbaiki kontraksi namun ini berdampak
peningkatan kebutuhan oksigen untuk myocardium.
E. Pathways
Penurunan
Curah Jantung
F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Doenges (2018) dalam (Marderina, 2020) pemeriksaan penunjang
pada Congestive Heart Failure (CHF) yaitu meliputi :
1. Elektrokardiogram (EKG)
Mencatat aktivitas listrik jantung. EKG abnormal dapat menunjukkan
penyebab dasar gagal jantung, seperti hipertrofi ventrikel, disfungsi katup,
iskemia, dan pola kerusakan miokardium (Doenges, 2018)
2. Kateterisasi jantung
Mengkaji kepatenan arteri koroner, mengungkapkan ukuran atau
bentuk jantung dan katup jantung yang tidak normal, serta mengevaluasi
kontraktilitas ventrikel. Tekanan dapat diukur dalam setiap bilik jantung dan
melintasi katup. Tekanan abnormal mengindikasikan masalah fungsi ventrikel,
membantu mengidentifikasi stenosis atau insufisiensi katup dan diferensiasi
gagal jantung sisi kanan versus sisi kiri (Doenges, 2018)
3. Foto rontgen dada
Dapat menunjukkan klasifikasi di area katup atau aorta, menyebabkan
obstruksi aliran darah, atau pembesaran jantung, mengindikasikan gagal
jantung (Doenges, 2018).
4. Elektrolit
Elektrolit apat berubah karena perpindahan cairan dan penurunan fungsi
ginjal yang dikaitkan dengan gagal jantung dan medikasi diuretic, inhibitor
ACE yang digunakan dalam terapi gagal jantung (Doenges, 2018).
5. Oksimetri nadi
Saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika gagal jantung kongestif
akut menjadi kronis.
6. Analisa gas darah (AGD)
Kegagalan ventrikel kiri ditandai oleh alkalosis respiratori ringan (dini),
asidosis respiratori, dengan hipoksemia,dan peningkatan PCO2, dengan
kegagalan kompensasi gagal jantung (Dongoes,2018).
7. Blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin
Peningkatan BUN menunjukkan penurunan fungsi ginjal sebagaimana
yang dapat terjadi pada gagal jantung atau sebagai efek samping medikasi
yang diresepkan (diuretik dan inhibitor ACE). Peningkatan BUN dan kreatinin
lazim terjadi pada gagal jantung (Doenges, 2018).
8. Pemeriksaan tiroid
Peningkatan aktivitas tiroid menunjukkan hiperaktivitas tiroid sebagai
presipitator gagal jantung (Doenges, 2018).
G. Penatalaksanaan
Menurut Mansjoer dan Triyanti (2007), pentalaksanaan Congestive Heart Failure
(CHF) diantaranya:
1. Penatalaksanaan Medis
a. Glikosida jantung
Digitalis, meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan memperlambat
frekuensi jantung.Efek yang dihasillkan adalah peningkatan curah jantung,
penurunan tekanan vena dan volume darah dan peningkatan diurisi dan
mengurangi oedema.
b. Terapi diuretic, diberikan untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui
ginjal. Penggunaan harus hati-hati karena efek samping hiponatremia dan
hipokalemia.
c. Terapi vasodilator, obat-obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi
impadasi tekanan terhadap penyemburan darah oleh ventrikel. Obat ini
memperbaiki pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas vena
sehingga tekanan pengisian ventrikel kiri dapat diturunkan.
2. Penatalaksaan Keperawatan
a. Koreksi penyebab-penyebab utama yang dapat diperbaiki antara lain: lesi
katup jantung, iskemia miokard, aritmia, depresi miokardium diinduksi
alkohol, pirau intrakrdial, dan keadaan output tinggi.
b. Edukasi tentang hubungan keluhan, gejala dengan pengobatan.
c. Posisi setengah duduk.
d. Oksigenasi (2-3 liter/menit).
e. Diet: pembatasan natrium (2 gr natrium atau 5 gr garam) ditujukan untuk
mencegah, mengatur, dan mengurangi edema, seperti pada hipertensi dan
gagal jantung. Rendah garam 2 gr disarankan pada gagal jantung ringan dan
1 gr pada gagal jantung berat. Jumlah cairan 1 liter pada gagal jantung berat
dan 1,5 liter pada gagal jantung ringan.
f. Aktivitas fisik: pada gagal jantung berat dengan pembatasan aktivitas, tetapi
bila pasien stabil dianjurkan peningkatan aktivitas secara teratur. Latihan
jasmani dapat berupa jalan kaki 3-5 kali/minggu selama 20-30 menit atau
sepeda statis 5 kali/minggu selama 20 menit dengan beban 70-80% denyut
jantung maksimal pada gagal jantung ringan atau sedang.
H. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian Primer
a. Airway : Batuk dengan atau tanpa sputum, penggunaan bantuan otot
pernafasan, oksigen.
b. Breathing : Dispnea saat aktifitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa
bantal
c. Circulation : Riwayat HT IM akut, GJK sebelumnya, penyakit katub jantung,
anemia, syok dll. Tekanan darah, nadi, frekuensi jantung, irama jantung, nadi
apical, bunyi jantung S3, gallop, nadi perifer berkurang, perubahan dalam
denyutan nadi juguralis, warna kulit, kebiruan punggung, kuku pucat atau
sianosis, hepar ada pembesaran, bunyi nafas krakles atau ronchi, oedema
d. Disability : Menilai kesadaran dengan cepat
Subjektif :
1. Perubahan irama
jantung :
– Bradikardial /
Takikardia.
– Gambaran EKG
aritmia atau
gangguan konduksi.
2. Perubahan preload :
–Edema,
– Distensi vena
jugularis,
– Central venous
pressure (CVP)
meningkat/menurun,
– Hepatomegali.
3. Perubahan afterload.
–Tekanan darah
meningkat /
menurun.
– Nadi perifer teraba
lemah.
– Capillary refill
time > 3 detik
– Oliguria.
– Warna kulit pucat
dan / atau sianosis.
4. Perubahan
kontraktilitas
– Terdengar suara
jantung S3 dan /atau
S4.
– Ejection fraction
(EF) menurun.
Objektif
1. Penggunaan otot
bantu pernapasan.
2. Fase ekspirasi
memanjang.
3. Pola napas abnormal
(mis. Takipnea.
Bradipnea,
hiperventilasi
kussmaul cheyne-
stokes).
Subjektif :
1. Ortopnea
Objektif :
1. Pernapasan pursed-
lip.
2. Pernapasan cuping
hidung.
3. Diameter thoraks
anterior—posterior
meningkat
4. Ventilasi semenit
menurun
5. Kapasitas vital
menurun
6. Tekanan ekspirasi
menurun
7. Tekanan inspirasi
menurun
8. Ekskursi dada
berubah
Kolaborasi
Kasron, & Engkarini. (2018). Pengaruh Pijat Kaki Terhadap Penurunan Foot Oedem Pada
Penderita Congestive Heart Failure (Chf): Pilot Project. 51–65.
Kusuma, A. J., Dewi, N. R., & Ayubbana, S. (2021). Masalah Sesak Nafas Pada Pasien
Congestife Heart Failure ( Chf ) Di Kota Metro The Effect Of Application Of Hand
Fan Techniques For Breath Problems In Congestife Patients Heart Failure ( Chf ) In
The City Metro. 1(September), 351–356.
Marderina, H. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien Congestive Heart Failure (Chf)
Dengan Ketidakeefektifan Pola Nafas Di Ruangan Melati 3 Rumah Sakit Umum
Daerah Dokter Soekardjo Tasikmalaya.
Minartin, D. (2018). Asuhan Keperawtan Pada Tn.A Dengan Gangguan Sistem Cardio
Vaskuler Congestive Heart Failure (Chf) Di Ruang Iccu Rsu Bahteramas Kendari.
Rahmadhani, F. N. (2020). Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gagal Jantung Kongestif
(Chf) Yang Di Rawat Di Rumah Sakit.
Subroto, W. (2019). Pengaruh Ventilatory Muscle Training ( Vmt ) Terhadap Penurunan
Dyspnea Pada Penderita Kata Kunci : Congestive Heart Failure , Dyspnea ,
Ventilator Muscle Training. 2, 31–37.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia