S DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI IGD RSUD Dr. GONDO SUWARNO UNGARAN
Disusun Oleh : LEVINA HELLEN UMPENAWANY NIM : SN231105
PROGRAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 20223/2024 I. Konsep Penyakit
1. Definisi
Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana
jantungmengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-seltubuh akan nutrien dan oksigen secara adekuat. Hal ini mengakibatkan peregangan ruang jantung (dilatasi) guna menampung darah lebih banyak untuk dipompakan ke seluruh tubuh atau mengakibatkan otot jantung kaku danmenebal. Jantung hanya mampu memompa darah untuk waktu yang singkat dan dinding otot jantung yang melemah tidak mampu memompa dengan kuat. Sebagai akibatnya, ginjal sering merespons dengan menahan air dan garam. Hal ini akan mengakibatkan bendungan cairan dalam beberapa organ tubuh sepertitangan, kaki, paru, atau organ lainnya sehingga tubuh klien menjadi bengkak(congestive) (Udjianti, 2018) Congestive Heart Failure (CHF) adalah syndrome klinis (sekumpulan tanda dan gejala), ditandai oleh sesak napas dan fatik (saat istirahat atau saat aktivitas) yang disebabkan oleh kelainan struktur dan fungsi jantung. CHF dapat disebabkan oleh gangguan yang mengakibatkan terjadinya pengurangan pengisian ventrikel (disfungsi distolik) dan atau kontraktilitas miokardial (disfungsi sistolik) (Sudoyo dkk. 2018) Congestive Heart Failure (CHF) merupakan suatu keadaan patologis di mana kelainan fungsi jantung menyebabkan kegagalan jantung untuk memompa darah untuk memenuhi kebutuhan jaringan, atau hanya dapat memenuhi kebutuhan jaringan dengan meningkatkan tekanan pengisian. (Muttaqin,2011). Congestive Heart Failureadalah ketidak mampuan jantung untuk memompakan darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi (Kasron, 2022). Congestive Heart Failure sering disebut gagal jantung kongestif, ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah cukup untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan.Gagal jantung merupakan sindrom klinis yang ditandai dengan kelebihan beban (overload) cairan dan perfusi jaringan yang buruk. Mekanisme terjadinya gagal jantung kongestif meliputi gangguan kontraktilitas jantung (disfungsi sistolik) atau pengisian jantung (diastole) sehingga curah jantung lebih rendah dari nilai normal. Curah jantung yang rendah dapat memunculkan mekanisme kompensasi yang mengakibatkan peningkatan beban kerja jantung dan pada akhirnya terjadi resistensi pengisian jantung. (Smeltzer, 2013) Kegagalan jantung kongestif adalah suatu kegagalan pemompaan (di mana cardiac output tidak mencukupi kebutuhan metabolik tubuh), hal ini mungkin terjadi sebagai akibat akhir dari gangguan jantung, pembuluh darah atau kapasitas oksigen yang terbawa dalam darah yang mengakibatkan jantung tidak dapat mencukupi kebutuhan oksigen pada berbagai organ. (Nurarif, a.h 2021) Gagal jantung kongestif adalah keadaan ketika jantung tidak mampu lagi memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh untuk keperluan metabolisme jaringan tubuh pada kondisi tertentu, sedangkan tekanan pengisian kedalam jantung masih cukup tinggi (Aspani, 2018). 2. Etiologi
Secara umum penyebab gagal jantung dikelompokkan sebagai berikut :
(Aspani, 2016) a. Disfungsi miokard
b. Beban tekanan berlebihan-pembebanan sistolik (sistolic overload).
terhadaplatihan dan suhu panas, ekstremitas dingin, dan oliguria akibat perfusi darahdari jantung ke jaringan dan organ yang rendah.6. Sekresi aldosteron, retensi natrium dan cairan, serta peningkatan volumeintravaskuler akibat tekanan perfusi ginjal yang menurun (pelepasan reninginjal). (Niken Jayanthi,2010) 4. Komplikasi Menurut Bararah dan Jauhar (2013) komplikasi gagal jantung kongesif meliputi : a) Kerusakan atau kegagalan ginjal Gagal jantung dapat mengurangi aliran darah ke ginjal, yang akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal jika tidak ditangani. Kerusakan ginjal dari gagal jantung dapat membutuhkan dialysis untuk pengobatan, b) Masalah katup jantung Gagal jantung menyebabkan penumpukan cairan sehingga dapat terjadi kerusakan pada katup jantung. c) Kerusakan hati Gagal jantung dapat menyebabkan penumpukan cairan yang menempatkan terlalu banyak tekanan pada hati. Cairan ini dapat menyebabkan jaringan parut yang mengakibatkan hati tidak dapat berfungsi dengan baik. d) Serangan jantung dan stroke Karena aliran darah melalui jantung lebih lambat pada gagal jantung daripada di jantung yang normal, maka semakin besar kemungkin akan mengembangkan pembekuan darah, yang dapat meningkatkan risiko terkena serangan jantung atau stroke.
5. Patofisiologi dan Pathway
Gagal jantung disebabkan interaksi yang kompleks antara faktor yang mempengaruhi kontraktilitas, yaitu : Preload yang merupakan derajat regangan miokardium tepat sebelum kontraksi, Afterload yaitu resistensi ejeksi darah dari ventrikel kiri, Respons kompensasi neurohumoral dan hemodinamika selanjutnya dari penurunan output jaringan. Penurunan afterload (tekanan aorta yang lebih rendah) mempercepat kontraktilitas jantung. Tekanan yang tinggi atau peningkatan afterload, mengurangi kontraktilitas dan menyebabkan beban kerja jantung yang lebih tinggi. Output jantung ditentukan oleh volume curah jantung dikali dengan denyut jantung. Volume curah jantung ditentukan oleh preload, kontraktilitas, dan afterload. Peningkatan preload dapat meregangkan serat miokardium dan meningkatkan kekuatan kontraktilitas. Namun, peregangan yang berlebihan menyebabkan penurunan kontraktilitas. Peningkatan kontraktilitas meningkatkan volume curah jantung. Namun, jika berlebihan maka kebutuhan oksigen menyebabkan penurunan kontraktilitas. Peningkatan afterload dapat mengurangi volume curah jantung. Denyut jantung yang dipengaruhi oleh sistem saraf otonom dapat meningkatkan output jantung hingga denyut jantung berlebihan (>160 denyut/menit), dimana durasi diastolik memendek serta mengurangi pengisisan ventrikel dan volume curah jantung. Sejumlah mekanisme kompensasi untuk mengurangi output jantung teraktivasi. Pada awalnya, sistem saraf simpatis akan terstimulasi yang menyebabkan peningkatan denyut jantung, kontraksi jantung, vasokontriksi, dan sekresi hormon antidiuretik. Konstriksi vena dan hormon antidiuretik meningkatkan preload. Mekanisme ini membantu mengembalikan output jantung hingga melebihi batas, kemudian kebutuhan oksigen miokard dan preload yang berlebihan menyebabkan penurunan kontraktilitas dan dekompensasi. Penurunan output jantung dengan penururnan perfusi jantung berikutnya juga mengaktivasi sistem renin-angiotensin-alsosteron, yang menyebabkan vasokonstriksi dan retensi cairan. Kondisi ini meningkatkan preload dan output jaringan hingga preload berlebihan dan terjadi dekompensasi. Angiotensin II dan aldosteron telah terbukti berperan dalam menyebabkan kerusakan miokardium. Hipertrofi ventrikel berperan sebagai mekanisme kompensasi, namun miokardium akhirnya berkembang melebihi suplai oksigen dan meningkatkan kebutuhan oksigen, sehingga menyebabkan penurunan kontraktilitas (Asikin, Nuralamsayah dan Susaldi, 2017). 6. Penatalaksanaan (Medis dan Keperawatan) Menurut (Kasron, 2016) penatalaksanaan pada gagal jantung kongesif meliputi: (1) Terapi non farmakologis 1) Istirahat untuk mengurangi kerja jantung 2) Oksigenasi 3) Dukung diit : pembatasan natrium uantuk mencegah, mengontrol atau menghilangkan oedem
(2) Terapi farmakologis
1) Glikosida jantung digitalis, meningkatkan kekuatan
kontraksi otot jantung dan memperlambat frekuensi jantung. Efek yang dihasilkan adalah peningkatan curah jantung, penurunan volume vena dan volume darah, dan peningkatan diurisi dan mengurangi oedem.
2) Terapi deuritik diberikan untuk memacu eksresi natrium
dan air melalui ginjal. Penggunaan harus hati-hati karena efek samping hiponatremia dan hipokalemia. Terapi vasodilator: obat-obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi tekanan terhadap penyemburan darah oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan pengisian ventrikel kiri dapat diturunkan. II. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian 1) Pengkajian Primer (ABCDE) a. Airways Kaji kepatenan jalan nafas, observasi adanya lidah jatuh, adanya benda asing pada jalan napas (bekas muntaha, darah, sekret yang tertahan), adanya edema pada mulut, faring, laring, disfagia, suara stridor, gurgling atau wheezing yang menandakan adanya masalah pada jalan nafas. b. Breathing Kaji keefektifan pola nafas, Respiratory Rate, abnormalitas pernapasa, pola nafasa, bunyi nafas tambahan, penggunaan otot bantu nafas, adanya nafas cuping hidung, saturasi oksigen. c. Circulation Kaji heart rate, tekanan darah, kekuatan nadi, capillary refill time (CRT), akral, suhu tubuh, warna kulit, kelembaban kulit, perdarahan ekternal jika ada. d. Disability Berisi pengkajian kesadaran dengan GCS atau AVPU, ukuran dan reaksi pupil e. Exposure Berisi pengkajian terhadap suhu serta adanya injury atau kelainan lain. Atau kondisi lingkungan yang ada di sekitar klien. 2) Pengkajian Sekunder (FGHI) A. Full Set of Vital Sign Tanda – tanda vital : (1) Tekanan Darah (2) Nadi (3) Frekuensi (4) Irama (5) Kekuatan/isi c). (6) Respirasi (7) Frekuensi (8) Irama (9) Suhu (10) Keadaan/penampilan umum (11) Kesadaran B. FIVE Intervention: Pemasangan EKG/Bed Side Monitor : (ya/tidak), hasil: Pemasangan NGT : (ya/tidak), hasil: Pemasangan Folley Chateter : (ya/tidak), hasil: Pengambilan darah untuk cek lab/pemeriksaan radiologi bila curiga fraktur : (ya/tidak), hasil: Pemasangan pulse oximetry : (ya/tidak), hasil: C. Give Comfort Berisi pengkajian nyeri pada pasien (P, Q, R, S, T) D. History (SAMPLE) Subjektif : Berisi keluhan utama yang dirasakan pasien Alergi : kaji adanya alergi terhadap makanan atau obatobatan tertentu Medikasi : Kaji penggunanan obat yang sedang atau pernah dikonsumsi Riwayat penyakit Sebelumnya : riwayat penyakit sebelumnya yang berhubungan dengan sekarang Last Meal : berisi hasil pengkajian makanan atau minuman terakhir yang dikonsumsi oleh pasien cebelum datang ke IGD atau kejadian E. Event Leading : Berisi Kronologi kejadian Lamanya gejala yang dirasakan Penangana yang telah dilakukan Gejala lain yang dirasakan Lokasi nyeri atau keluhan lain yang dirasakan F. Head to Toe Kepala : Bentuk kepala, Kulit kepala, Rambut, Muka, Mata, Palbebra, Konjungtiva, Sclera, Pupil, Diameter ka/ki, Reflek terhadap cahaya, Penggunaan alat Bantu penglihatan, Hidung, Mulut, Gigi, Telinga Leher : Ada tidaknya deviasi trakea, nilai JVP Dada : Paru-paru Abdomen Genetalia Rektum Ekskremitas Atas : Kekuatan otot , Kaki(ROM kaki), Capilery refill, Time kaki(perubahan bentuk tulang) G. Inpect the posterior (keadaan bagian posterior pasien) H. Diagnose keperawatan Gawat Darurat(SDKI) I. Perencanaan keperawatan. Terdiri atas tujuan dan kriteria hasil (SLKI), serta tindakan keperawatan(SIKI) J. Evaluasi