DISUSUN OLEH :
LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan ini di susun oleh :
Nama : Jenny Amsal
NIM : 2018.C.10a.0971
Program Studi : S-1 Keperawatan
Judul : laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada keluarga Tn. M
dengan diagnosa medis UAP (Unstable angina pectoris) di rsud dr.
Doris sylvanus Kota palangka raya.
LEMBAR PENGESAHAN
PEMBIMBING PRAKTIK
Mengetahui:
Ketua Program Studi S1 Keperawatan,
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada
keluarga Tn. M dengan diagnosa medis UAP (Unstable angina pectoris) di rsud dr.
Doris sylvanus Kota palangka raya.”. Laporan pendahuluan ini disusun guna
melengkapi tugas (PPK IV).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes., selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep., selaku Ketua Program Studi Sarjana
Keperawatan Stikes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Ridawati, S.ST., Ners selaku Pembimbing Lahan yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini.
4. Ibu Yelstria Ulina T, S.Kep, Ners. selaku Pembimbing Akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan pengabdian
kepada masyarakat ini.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa didalam laporan pendahuluan penyakit ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna oleh sebab itu berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan laporan pendahuluan. Semoga laporan sederhana ini
dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-katanyang kurang berkenan dan saya memohon kritik
dan saran yang membangun demi perbaikan.
Jenny Amsal
5
BAB 1
LAPORAN PENDAHULUAN
2.1 Konsep Unstable Angina Pectoris (Uap)
2.1.1 Definisi UAP
Angina pectoris adalah nyeri hebat yang berasal dari jantung dan terjadi
sebagai respon terhadap suplai oksigen yang tidak adekuat ke sel-sel jantung
(miokardium). Nyeri angina dapat menyebar ke lengan kiri, ke punggung, ke punggung,
ke rahang, atau ke daerah abdominal (Corwin, 2000). Angina pektoris adalah suatu
sindroma kronis dimana klien mendapat serangan sakitdada yang khas yaitu seperti
ditekan, atau terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke lengan sebelah kiri yang
timbul pada waktu aktifitas dan segera hilang bila aktifitas berhenti (Bahri, 2009).
Angina pektoris tak stabil didefinisikan sebagai perasaan tidak enak didada
(chest discomfort) akibat iskemia miokard yang datangnya tidak tentu, dapat terjadi
pada waktu sedang melakukan kegiatan fisik atau dalam keadaan istirahat. Perasaan
tidak enak ini dapat berupa nyeri, rasa terbakar atau rasa tertekan. Kadang-kadang tidak
dirasakan di dada melainkan di leher, rahang bawah, bahu, atau ulu hati (Kabo dan
Karim, 2008). Angina pektoris tak stabil adalah suatu spektrum dari sindroma iskemik
miokard akut yang berada di antara angina pektoris stabil dan infark miokard akut
(Anwar, 2004).
Terminologi ATS harus tercakup dalam kriteria penampilan klinis sebagai
berikut (Brunner & Suddarth, 2001):
2.1.1.1 Angina pertama kali
Angina timbul pada saat aktifitas fisik. Baru pertama kali dialami oleh penderita
dalam priode 1 bulan terakhir
2.1.1.2 Angina progresif
6
Angina timbul saat aktifitas fisik yang berubah polanya dalam 1 bulan terakhir,
yaitu menjadi lebih sering, lebih berat, lebih lama, timbul dengan pencetus yang lebih
ringan dari biasanya dan tidak hilang dengan cara yang biasa dilakukan. Penderita
sebelumnya menderita angina pektoris stabil.
2.1.1.3 Angina waktu istirahat
Angina timbul tanpa didahului aktifitas fisik ataupun hal-hal yang dapat
menimbulkan peningkatan kebutuhan O2 miokard. Lama angina sedikitnya 15 menit.
2.1.1.4 Angina sesudah IMA
Angina yang timbul dalam periode dini (1 bulan) setelah IMA. Kriteria
penampilan klinis tersebut dapat terjadi sendiri-sendiri atau bersama-bersama tanpa
adanya gejala IMA.
2.1.2 Etiologi
Gejala angina pektoris pada dasarnya timbul karena iskemik akut yang tidak
menetap akibat ketidak seimbangan antara kebutuhan dan suplai O2 miokard. Beberapa
keadaan yang dapat merupakan penyebab baik tersendiri ataupun bersama-sama yaitu
(Anwar, 2004) :
a. Merokok
Merokok memiliki resiko dua kali lebih besar terhadap serangan jantung dibandingkan
orang yang tidak pernah merokok dan berhenti merokok telah mengurangi
kemungkinan terjadinya serangan jantung. Perokok aktif memiliki resiko yang lebih
tinggi terhadap serangan jantung dibandingkan bukan perokok.
f. Memiliki anggota keluarga (terutama orang tua atau saudara kandung) yang telah
memiliki penyakit arteri koroner
h. Atherosclerosis,
atau pengerasan arteri adalah kondisi dimana simpanan lemak, atau plak, terbentuk
didalam dinding pembuluh darah. Aterosklerosis yang melibatkan arteri mensuplai
jantung dikenal sebagai penyakit arteri koroner. Plak dapat memblokir aliran darah
melalui arteri. Jaringan yang biasanya menerima darah dari arteri ini kemuduan mulai
mengalami kerusakan akibat kekurangan oksigen. Ketika jantung tidak memiliki
oksigen yang cukup, akan meresponnya dengan menyebabkan rasa sakit dan
ketidaknyamanan yang dikenal sebagai angina. Angina tidak stabil terjadi ketika
penyempitan menjadi begitu parah sehingga ridak cukup darah melintas untuk
menjaga jantung berfungsi normal, bahkan pada saat istirahat. Kadangkadang arteri
bisa menjadi hampir sepenuhnya diblokir. Dengan angina tidak stabil, kekurangan
oksigen kejantung hampir membunuh jaringan jantung.
2.1.3 Klasifikasi
Angina pectoris adalah nyeri hebat yang berasal dari jantung dan terjadi
sebagai respon terhadap suplai oksigen yang tidak adekuat ke sel-sel miocard di
10
jantung. Nyeri angina dapat menyebar ke lengan kiri, ke punggung, rahang dan
daerah abdomen.
11
WOC Timbunan lemak pada Penonjolan lumen Gangguan penyerapan nutrisi sel-sel Lesi dengan jaringan
pembuluh darah pembuluh darah endotel lapisan dinding fibrosa
B1 B2 B3 B4 B5 B6
B1 B1
Serangan angina tidak stabil bisa berlangsung antara 5 dan 20 menit. Kadang-
kadang gejala-gejala dapat 'datang dan pergi'. Rasa sakit yang terkait dengan angina
dapat bervariasi dari orang ke orang, dan orangorang membuat perbandingan yang
berbeda untuk mengekspresikan rasa sakit yang mereka rasakan.
Adapun gejala angina pekroris umumnya berupa angina untuk pertama kali
atau keluhan angina yang bertambah dari biasanya. Nyeri dada seperti pada angina
biasa tapi lebih berat dan lebih lama. Timbul pada waktu istirahat,atau timbul karena
aktivitas yang minimal. Nyeri dada dapat disertai keluhan sesak napas, mual, sampai
muntah, kadang-kadang disertai keringat dingin.
a. Nyeri dada
Banyak pasien memberikan deskripsi gejalan yang mereka alami tanpa kata nyeri‟,
‟rasa ketat‟, rasa berat‟, ‟tekanan‟ dan sakit‟ semua merupakan penjelas sensasi
yang sering berlokasi di garis tengah, pada regio retrosternal. Lokasi dari nyeri
dada ini terletah di jantung sebelah kiri pusat dada, tetapi nyeri jantung tidak
terbatas pada area ini. Nyeri ini terutama terjadi di belakang tulang dada (di tengah
dada) dan di sekitar area di atas putting kiri, tetapi bisa menyebar ke bahu kiri, lalu
ke setengah bagian kiri dari rahang bawah, menurun ke lengan kiri sampai ke
punggung dan bahkan ke bagian atas perut. Karakteristik yang khas dari nyeri dada
akibat iskemia miokard adalah:
1) Lokasi biasanya didada kiri, di belakang dari tulang dada atau sedikit di sebelah
kiri dari tulang dada yang dapat menjalar hingga ke leher, rahang, bahu kiri,
hingga ke lengan dan jari manis dan kelingking, punggung atau pundak kiri.
2) Nyeri bersifat tumpul, seperti rasa tertindih/berat didada, rasa desakan yang
kuat dari dalam atau dari bawah diafragma (sekat antara rongga dada dan
rongga perut), seperti diremas-remas arat dada mau pecah dan biasanya pada
keadaan yang sangat berat disertai keringat dingin dan sesak nafas serta
perasaan takut mati. Nyeri ini harus dibedakan dengan mulas atau perasaan
39
seperti tertusuk-tusuk pada dada, karena ini bukan angina pectoris. Nyeri
biasanya muncul setalah melakukan aktivitas, hilang dengan istirahat dan akibat
sterss emosional.
3) Nyeri yang pertama kali timbul biasanya agak nyata, dari beberapa menit
sampai kurang dari 20 menit. Nyeri angina berlangsung cepat, kurang dari 5
menit. Yang khas dari nyeri dada angina adalah serangan hilang dengan
istirahat, penghilangan stimulus emosional atau dengan pemberian nitrat
sublingual. Serangan yang lebih lama menandakan adanya angina tidak stabil
atau infark miokard yang mengancam (Baradero, 2008).
2.1.6 Komplikasi
2.1.6.2 Aritmia
Lazim ditemukan pada fase akut MCI, aritmia perlu diobati bila menyebabkan
gangguan hemodinamik. Aritmia memicu peningkatan kebutuhan O2 miokard yang
mengakibatkan perluasan infark (Hudak & Gallo, 2010).
40
dengan perikardium kasar, sehingga merangsang permukaan perikard dan timbul reaksi
peradangan (Hudak & Gallo, 2010).
41
Selama agiography, sebuah kateter dimasukkan ke arteri di paha atau lengen dan maju
ke jantung. Ketika kateter diposisikan dekat arteri yang memasok darah ke jantung,
dokter menyuntikkan zat warna kontras. Sebagai warna perjalanan melalui arteri, X-ray
gambat diambil untuk melihat seberapa baik darah mengalir melalui arteri dan jika ada
penyumbatan maka terjadi coronary arteri disease.
2.1.7.4 Ekokardiografi
Pemeriksaan ekokardiografi ridak memberikan data untuk diagnosis angina
tidak stabil secara langsung. Tetapi bila tampak adanya gangguan faal ventrikel kiri,
adanya insufisiensi mitral dan abnormalitas gerakan dinding regional jantung,
menandakan prognosis kurang baik. Ekokardiografi juga dapat menegakkan adanya
iskemik miokardium (Anwar, 2004).
2.1.8 Penatalaksanaan
Pengobatan untuk angina tidak stabil berfokus pada tiga tujuan: menstabilkan
plak apapun yang mungkin pecah dalam rangka untuk mencegah serangan jantung,
menghilangkan gejala, dan mengobati pentakit arteri koroner yang mendasarinya.
42
Penatalaksanaan pada dasarnya bertujuan untuk memperpanjang hidup dan
memperbaiki kualitas hidup dengan mencegah serangan angina baik secara medikal atau
pembedahan.
c. Beta Bloker
Cara kerjanya menghambat sistem adrenergenik terhadap miokard yang
menyebabkan kronotropik dan inotropik positif, sehingga denyut jantung dan
curah jantung dikurangi. Karena efeknya yang kadiorotektif, obat ini sering
digunakan sebagai pilihan pertama untuk mencegah serangan angina pektoris
pada sebagian besar penderita (Brunner & Suddarth, 2001).
43
Pengkajian adalah tahapan awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien sehingga didapatkan
masalah dan kebutuhan untuk perawatan. Tujuan utama pengkajian adalah untuk
memberikan gambaran secara terus-menerus mengenai keadaan kesehatan pasien yang
memungkinkan perawat melakukan asuhan keperawatan (Nursalam, 2001).
44
8) Gastric tube
Lakukan pemasangan NGT untuk mencegah aspirasi dan mengeluarkan cairan
didalam gaster
9) Heart mononitor
- Pantau terhadap takikardi atau brakikardi, waspada terhadap aritmia, pantau
pulse oxymetri
- Lakukan pemeriksaan USG, CT Scan, BOF
2.2.2 Identitas
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, status perkawinan,
45
pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, no. Register, dan diagnosa medis. Sedangkan
identitas bagi penanggung jawab yaitu nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, dan hubungan dengan klien.
2.2.3 Riwayat Kesehatan
Pada riwayat kesehatan sekarang keluhan yang dirasakan oleh klien sesuai
dengan gejala-gejala pada klien dengan angina tidak stabil yaitu nyeri dada
substernal atau retrosternal dan menjalar ke leher, daerah interskapula atau
lengan kiri, serangan atau nyeri yang dirasakan tidak memiliki pola, bisa terjadi
lebih sering dan lebih berat, serta dapat terjadi dengan atau tanpa aktivitas.
Biasanya disertai sesak nafas, perasaan lelah, kadang muncul keringat dingin,
palpitasi, dan dizzines.
2.2.3.3 Riwayat Kesehatan Dahulu
46
Pada NRDS terjadi penurunan suhu tubuh. Suhu normal 36,5–37,5º C, frekuensi
nadi normal 120 – 160x /menit, frekuensi pernafasan sebaiknya dihitung 1 menit
penuh. Normalnya 40 – 60x /menit.
3) B1 (Breathing)
Pola nafas irregular (RR> 20x/menit), dispnea, pasien belum sadar dilalukan
evaluasi seperti pola nafas, tanda-tanda obstruksi, pernafasan cuping hidung,
frekuensi nafas, pergerakan rongga dada: apakah simetris atau tidak, suara nafas
tambahan : apakah tidak ada obstruksi total, udara nafas yang keluar dari hidung,
sianosis pada ekstermitas, auskultasi: adanya wheezing atau ronkhi. Kepatenan
jalan nafas, kedalaman, frekuensi dan karakter pernafasan, sifat dan bunyi nafas
merupakan hal yang harus dikaji pada klien dengan post operasi (Brunner &
Suddarth, 2012)
4) B2 (Blood)
Pada system kardiovaskular dinilai tekanan darah, nadi, perfusi perifer, status
hidrasi (Hipotermi ± syok) dan kadar Hb. Klien mengalami takikardi karena
mediator inflamasi dan hipovelemia vaskular karena anoreksia dan vomit.
Didapatkan irama jantung irregular akibat pasien syok (neurogenik, hipovolemik
atau septik), akral : dingin, basah, dan pucat. Pada klien post perasi biasanya
ditemukan tanda-tanda syok seperti takikardi, berkeringat, pucat, ipotensi, dan
penurunan suhu tubuh/Peningkatan suhu tubuh (Brunner & Suddarth, 2012).
5) B3 (Brain)
Pada system saraf pusat dinilai kesadaran pasien dengan GCS (Glasglow Coma
Scale) dan perhatikan gejala kenaikan TIK 4. Klien dengan peritonitis tidak
mengalami gangguan pada otak namun hanya mengalami penurunan kesadaran
6) B4 ( Bladder)
Pada system urogenitalis diperiksa kualitas, kuantitas, warna, kepekatan urine,
untuk menilai: apakah pasien masih dehidrasi, apakah ada kerusakan ginjal saat
operasi, gagal ginjal akut (GGA).
7) B5 (Bowel)
Pada system gastrointestinalis diperiksa: adanya dilatasi lambung, tanda-tanda
cairan bebas, distensi abdomen, pendarahan lambung post operasi, obstruksi atau
hipoperistaltik, gangguan organ lain, misalnya : hepar, lien, pancreas, dilatasi usus
47
halus. Pada psisen post operasi mayor sering mengalami kembung yang
mengganggu pernafasan, karena pasien bernaPefas dengan diafragma.
a. Inspeksi : adanya distensi abdomen, jejas, luka trauma
b. Auskultasi : bising usus
c. Palpasi : pembesaran hepar atau lien, teraba massa atau keras karena distensi
d. Perkusi : tympani atau pekak
8) B6 (Bone)
Penderita Perforasi Gaster mengalami letih, sulit berjalan, nyeri perut dengan
aktivitas. Kemampuan pergerakan sendi terbatas, kekuatan otot mengalami
kelelahan, dan turgor kulit menurun akibat kekurangan volume cairan. Terjadi
mengalami kelemahan saat sudah mengalami Operasi dan melakukan aktivias di
tempat tidur dan tidak dapat melakukan kebrsihan diri sendiri.
Keadaan umum klien mulai pada saat pertama kali bertemu dengan klien
dilanjutkan mengukur tanda-tanda vital. Kesadaran klien juga diamati apakah
kompos mentis, apatis, samnolen, delirium, semi koma atau koma. Keadaan sakit
juga diamati apakah sedang, berat, ringan atau tampak tidak sakit.
2.2.4.2 Tanda-tanda vital
Dapat meningkat sekunder akibat nyeri atau menurun sekunder akibat gangguan
hemodinamik atau terapi farmakologi
2.2.4.3 Pemeriksaan head to toe
2.2.4.3.1 Kepala
Pusing, berdenyut selama tidur atau saat terbangun, tampak perubahan ekspresi
wajah seperti meringis atau merintih, terdapat atau tidak nyeri pada rahang
2.2.4.3.2 Leher
Tampak distensi vena jugularis, terdapat atau tidak nyeri pada leher.
2.2.4.3.3 Thorak
Bunyi jantung normal atau terdapat bunyi jantung ekstra S3/S4 menunjukkan
gagal jantung atau penurunan kontraktilitas, kalau murmur menunjukkan
gangguan katup atau disfungsi otot papilar dan perikarditi
48
2.2.4.4 Paru-paru
suara nafas bersih, krekels, mengi, wheezing, ronchi, terdapat batuk dengan atau
tanpa sputum, terdapat sputum bersih, kental ataupun merah muda.
2.2.4.5 Abdomen
Terdapat nyeri/rasa terbakar epigastrik, bising usus normal/menurun.
2.2.4.6 Ekstremitas
Ekstremitas dingin dan berkeringat dingin, terdapat udema perifer dan udema
umum, kelemahan atau kelelahan, pucat atau sianosis, kuku datar, pucat pada
membran mukosa dan bibir.
49
2.3.2 Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan pada klien dengan Perforasi Gaster Post Operasi Laparatomi menurut Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (SIKI, 2018) meliputi :
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi
1. Gangguan pertukaran gas b.d Setelah dilakukan Intervensi 1x7 Pemantauan Respirasi: SIKI I.01014 hal.247
ketidakseimbangan ventilasi-perfusi. Jam diharapkan pertukaran gas Observasi
(SDKI D.0003, halaman 22) klien meningkat, dengan kriteria 1. Monitor frekuensi, iraama, kedalaman, usaha nafas
hasil : 2. Monitor pola nafas tambahan (mis. Gurgling, mengi, wheezing,rochi
(SLKI L.01003 Hal.94 kering)
1. Tingkat kesadaran meningkat 3. Monitor kermampuan batuk efektif
(5) 4. Monitor adanya produksi sputum
2. Dispnea menurun (5) 5. Monitor adanya sumbatan jalan nafas
3. Bunyi napas tambahan 6. Palpasi kesemetrisan ekspansi paru
menurun (5) 7. Auskultasi bunyi nafas
4. Pusing menurun (5) 8. Monitor saturasi oksigen
5. Penglihatan kabur menurun 9. Monitor nilai AGD
(5) 10. Monitor hasil x-ray toraks
6. Gelisah menurun (5) Terapeutik
7. Napas cuping hidung 1. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
menurun (5) 2. Dokumentasi hasil pemantauan
8. PCO2 membaik (5) Edukasi
9. PO2 membaik (5) 1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantuan
10. Takikardia membaik (5) 2. Informasi hasil pemantauan, jika perlu
11. Sianosis membaik (5)
12. Pola napas membaik (5) Terapi Oksigen (SIKI I.01026 Hal.430)
13. Warna kulit membaik (5) Observasi
1. Monitor kecepatan aliran oksigen
39
2. Monitor posisi alat terapi oksigen
3. Monitor aliran oksigen secara periodic dan pastikan fraksi yang
diberikan cukup
4. Monitor efektifitas terapi oksigen (mis. oksimetri, analisa gas darah),
jika perlu.
5. Monitor kemampuan melepaskan oksigen saat makan
6. Monitor tanda-tanda hipoventilasi.
7. Monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen dan atelectasis.
8. Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen.
9. Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen
Terapeutik
1. Bersihkan secret pada mulut, hidung dan trachea, jika perlu
2. Pertahankan kepatenan jalan nafas
3. Berikan oksigen tambahan, jika perlu
4. Tetap berikan oksigen saat pasien ditransportasi
5. Gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengat tingkat mobilisasi
pasien.
Edukasi
1. Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen dirumah
Kolaborasi
1. Kolaborasi penentuan dosis oksigen
2. Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan/atau tidur.
2. Penurunan Kapasitas Adaptif Setelah diberikan asuhan keperawatan Manajemen peningkatan tekanan intracranial SIKI I.06194 hal : 205
intracranial berhubungan dengan selama 1x7 jam, diharapkan kapasitas Observasi
adaftif intracranial stabil/meningkat. 1. Identifikasi penyebab peningkatan TIK (mis, lesi, gangguan metabolism, edema
penurunan kesadaran (SDKI D.0066, Kriteria Hasil : serebral)
halaman 149) SLKI I.0649 hal : 35 2. Monitor tanda/gejala peningkatan TIK (mis, tekanan darah meningkat, tekanan nadi
1. Tingkat kesadaran meningkat (5) melebar, bradikardia, pola napas ireguler, kesadaran menurun)
2. Fungsi Kognitif meningkat (5) 3. Monitor MAP (mean arterial pressure)
3. Gelisah menurun (5) 4. Monitor CVP (central venous pressure), jika perlu
4. Tekanan darah membaik (5) 5. Monitor PAWP, jika perlu
5. Teakanan nadi membaik (5) 6. Monitor PAP, jika perlu
40
6. Pola napas membaik (5) 7. Monitor ICP (intra cranial pressure), jika perlu
7. Respon pupil membaik (5) 8. Monitor CPP (cerebral perfusion pressure)
8. Respon neurologis membaik (5) 9. Monitor gelombang ICP
9. Tekanan intracranial membaik (5) 10. Monitor status pernafasan
11. Monitor intake dan output cairan
12. Monitor cairan serebro-spinalis
Terapiutik
1. Minimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yg tenang
2. Berikan posisi semi fowler
3. Hindari menuver valsava
4. Cegah terjadinya kejang
5. Hindari penggunaan PEEP
6. Hindari pemberian cairan IV hipotonik
7. Atur ventilator agar PaCO2 optimal
8. Pertahankan suhu tubuh normal
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian sedasi dan anti konvulsan, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian diuretic osmosis, jika perlu
3. Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu
3. Nyeri Akut b.d luka insisi (SDKI, Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (SIKI I.08238 Hal.201)
D.0077, halaman 172) asuhan keperawatan selama 1x7 Observasi :
jam diharapkan nyeri akut 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
berkurang dengan kriteria hasil : nyeri
SLKI (L.08066 hal 145) 2. Identifikasi skala nyeri
1. Kemampuan menutaskan 3. Identifikasi respon nyeri nonverbal
aktivitas meningkat (5) 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
2. Keluhan nyeri menurun (5) 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
3. Meringis menurun (5) 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
4. Gelisah menurun (5) 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
5. Kesulitan tidur menurun (5) 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer
6. Nafsu makan membaik (5) 9. Monitor efek samping yang sudah diberikan penggunaan analgetik
7. Pola tidur membaik (5) Terapeutik :
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
41
TENS, hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitas istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara mandiri
5. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
6. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
4. Gangguan Integritas Kulit b.d Setelah dilakukan tindakan Perawatan Luka (SIKI I.14564 Hal.328)
prosedur pembedahan (SDKI D.0129, asuhan keperawatan selama 1x7 Observasi :
halaman 282) jam diharapkan gangguan 1. Monitor karakteristik luka (mis. Drainase, warna, ukuran, bau)
integritas kulit menurun dengan 2. Monitor tanda – tanda infeksi
kriteria hasil : SLKI (L.14125 Terapeutik :
hal 33) 1. Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
1. Elastis meningkat (5) 2. Cukur rambut di sekitar daerah luka, jika perlu
2. Hidrasi meningkat (5) 3. Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih nontoksik, sesuai
3. Perfusi jaringan meningkat kebutuhan
(5) 4. Bersihkan jaringan nekrotik
4. Nyeri menurun (5) 5. Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu
5. Kemerahan menurun (5) 6. Pasang balutan sesuai jenis luka
6. Pigmentasi abnormal 7. Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka
42
menurun (5) 8. Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase
7. Jaringan parut menurun (5) 9. Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam atau sesuai kondisi pasien
8. Suhu kulit membaik (5) 10. Berikan diet dengan kalori 30-35 kkal/kg BB/hari dan protein 1,25 –
9. Sensasi membaik (5) 1,5 g/kg BB/ hari
10. Tekstur membaik (5) 11. Berikan suplemen vitamin dan mineral (mis. Vitamin A, vitamin C,
Zinc, asam amino), sesuai indikasi
12. Berikan terapi TENS (Stimulasi Saraf Transkutananeous), jika perlu
Edukasi :
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein
3. Anjurkan prosedur perawatan luka secara mandiri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi prosedur debriment (mis. Enzimatik, biologis, mekanis,
autolitik), jika perlu
2. Kolaborasi pemberian antbiotik, jika perlu
5. Defisit nutrisi b.d gangguan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi (SIKI I. 03119 Hal.200)
gastrointestinal (SDKI D.0032, asuhan keperawatan selama 1x7 Observasi :
halaman 81) jam diharapkan Resiko defisit 1. Identifikasi status nutrisi
nutrisi menurun dengan kriteria 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
hasil : SLKI (L.14137 hal 139) 3. Identifikasi makanan yang di sukai
1. Porsi makan yang dihabiskan 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
membaik (5) 5. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
2. Verbalisasi keinginan untuk 6. Monitor asupan makan
meningkatkan nutrisi 7. Monitor berat badan
membaik (5) 8. Monitor hasil laboratorium
3. Pengetahuan tentang pilihan Terapeutik :
makanan yang sehat 1. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
membaik (5) 2. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
4. Pengetahuan tentang pilihan 3. Sajikan makanan sssecara menarik dan suhu yang sesuai
minuman yang sehat 4. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
43
membaik (5) 5. Berikan makanan tinggi kalori dan protein
5. Nyeri abdomen menurun (5) 6. Berikan suplemen makanan, jika perlu
6. Berat badan membaik(5) 7. Hentikan pemberian makanan melalui selang nasogatrik jika asupan
7. Indeks Masaa Tubuh (IMT) oral dapat di toleransi
membaik (5) Edukasi :
8. Frekuensi makan membaik 1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
(5) 2. Ajarkan diet yang di programkan
9. Nafsu makan membaik (5) Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori, dan
jenis nutrient yang di butuhkan, jika perlu
6. Resiko Infeksi b.d luka insisi yang Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Infeksi (SIKI I.14539 Hal.278)
kurang terawatt (D.014, halaman 304) asuhan keperawatan selama 1x7 Observasi :
jam diharapkan Resiko infeksi 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
menurun dengan kriteria hasil Terapeutik :
kriteria hasil : SLKI (L.14137 1. Batasi jumlah pengunjung
hal 139) 2. Berikan perawatan kulit pada area edema
1. Kebersihan tangan 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
meningkat (5) lingkungan pasien
2. Kebersihan badan meningkat 4. Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi
(5) Edukasi :
3. Demam menurun (5) 1. Jelaskan tanda dan gelaja infeksi
4. Kemerahan menurun (5) 2. Ajarkan cara mencuci tangan yang benar
5. Nyeri menurun (5) 3. Ajarkan etika batuk
6. Bengkak menurun (5) 4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
7. Kultur area luka membaik 5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
(5) 6. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
44
7. Resiko Ketidakseimbangan Cairan Setelah diberikan asuhan Manajemen Hipovolemia (SIKI I.03116 Hal.184 )
b.d keluarnya cairan dari kolostomi . keperawatan selama 3x7 jam Observasi :
(SDKI D.0036, halaman 87) diharapkan status cairan 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. Frekuensi nadi
membaik. meningkat, madi teraba lemah, TD menurun, tekanan nadi
Kriteria hasil : SLKI (L.03028 meningkat, turgor kulit menurun, membran mukosa kering, volume
Hal.107) urin menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah)
1. Kekuatan nadi meningkat (5) 2. Monitor intake dan ouput cairan
2. Turgor kulit meningkat (5) Terapeutik :
3. Output urine meningkat (5) 1. Hitung kebutuhan cairan
4. Ortopnea menurun (5) 2. Berikan posisi modified tredelenburg
5. Dispnea menurun (5) 3. Berikan asupan cairan oral
6. Distensi vena jugularis Edukasi :
menurun (5) 1. Anjurkan perbanyak asupan cairan oral.
7. Keluhan haus menurun (5) 2. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
8. Konsentrasi urine menurun
(5) Kolaborasi :
9. Frekuensi nadi membaik (5) 1. Kolaborasi pemberian cairan isotonis (mis. NaCl, RL)
10. Kadar HB membaik (5) 2. Kolaborasi pemberian cairan hipotonis (mis. Glukosa 2,5%, NaCl
11. Kadar Ht membaik (5) 0,4%)
12. Intake cairan membaik (5) 3. Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. Albumin, Plasmanate)
13. Status mental membaik (5) 4. Kolaborasi pemberian produk darah.
14. Suhu tubuh membaik (5)
8. Defisit Perawatan Diri berhubungan Setelah dilakukan tindakan Dukungan Perawatan Diri: SIKI I.11348 hal.36
dengan kelemahan fisik. (SDKI keperawatan selama 1x7 jam Observasi
D.0109, halaman 240 Kebutuhan perawatan diri klien 1. Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia
terpenuhi. 2. Monitor tingkat kemandirian
Kriteria hasil : 3. Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian, berhias,
SLKI L.11103 hal 81 dan makan
1. Kemampuan mandi : (5) Terapeutik
2. Kemampuan mengenakan 1. Sediakan lingkungan yang terapeutik (mis. Suasana hangat, rileks,
45
pakaian (5) privasi)
3. Kemampuan makan : (5) 2. Siapkan keperluan pribadi (mis. Parfum, sikat gigi, dan sabun mandi)
4. Kemampuan ke toilet 3. Dampingi dalam melakkukan perawatan diri sampai mandiri
(BAB/BAK) : (5) 4. Fasilitasi untuk menerima keadaan ketergantungan
5. Verbalisasi keinginan 5. Fasilittasi kemandirian, bantu jika mampu melakukkan perawatan diri
melakukkan perawatan diri : 6. Jadwalkan rutinitas perawatan diri
(5) Edukasi
6. Minat melakukkan Anjurkan melakukkan perawatan diri secara konsisten sesuai
perawatan diri : (5) kemampuan
7. Mempertahankan
kebersihan diri : (5)
8. Mempertahankan
kebersihan mulut : (5)
46
2.3.3 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan,
dimana perawat melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan
hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan (Potter & Perry 1997, dalam
Haryanto, 2017). Jadi, implemetasi keperawatan adalah kategori serangkaian
perilaku perawat yang berkoordinasi dengan pasien, keluarga, dan anggota tim
kesehatan lain untuk membantu masalah kesehatan pasien yang sesuai dengan
perencanaan dan kriteria hasil yang telah ditentukan dengan cara mengawasi dan
mencatat respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
1
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Mahasiswa : Jenny Amsal
NIM : 2018.C.10a.0971
Ruang Praktek : Gawat Darurat
Tanggal Praktek : 28 Oktober 2021
Tanggal & Jam Pengkajian : 28 Oktober 2021 & 10:25 WIB
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
Nama : Tn.M
Umur : 47 thn
Tanggal Lahir : 4 april 1974
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Palangkaraya
Tgl Masuk : 27 Oktober 2021
Tgl Pengkajian : 28 Oktober 2021
No RM : 29.80.95
Diagnosa Medis : Unstable Angina Pectoris
3.1.2 Riwayat Kesehatan/Perawatan
3.1.2.1 Keluhan Utama :
Pasien mengeluhkan nyeri pada dada. P : Nyeri muncul pada saat ada
bergerak, Q : Terasa seperti tertusuk-tusuk, R : Terasa pada kedua dada,
S : Skala nyeri 5, T : Muncul sekitar 1-3 menit.
3.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien dibawa oleh Istri dari rujukan RSUD Muara Teweh Sesak Napas
dan Nyeri dada ketika sampai di RSUD dr. Doris Sylvanus pukul 10:25
WIB, di lakukan pengkajian oleh perawat.
2
3.1.3.1 Prioritas Triase :
Triase : Kuning (Gawat)
Keluhan Utama : Nyeri pada kedua dada
3.1.4.1 Data Primer :
A. Airway
Jalan nafas paten, tidak ada obstruksi jalan nafas
B. Breathing
Gerakkan dinding dada simetris, irama nafas cepat, pola nafas teratur,
retraksi otot dada (-), sesak nafas (+), saturasi O2 96 %, RR : 24x/menit.
C. Circulation
Td : 106/68 mmHg, N : 68 x/menit, nadi teraba, irama regular, sianosis
(-), CRT < 2 detik, terpasang infus NaCl 0,9% 10tpm
D. Disability
Respon pasien sadar, pupil isokor, GCS E 4 V 5 M 6 (Compos mentis)
E. Exposure
Pasien tidak terdapat jejas, S : 36,00C
3.1.5.1 Data Sekunder :
Keadaan Umum : Pasien sadar
A. Kepala/Leher
Kulit kepala tampak bersih, mata tampak simetris, kongjutiva anemis,
tidak ditemukan massa pada leher, tidak ada jaringan parut, kelenjar
limfe tidak teraba, kelenjar tiroid tidak teraba, mobilitas leher bebas.
B. Thorax/Jantung
Ada pengembangan dada, tampak simetris antar kedua lapang paru,
frekuensi nafas 24x/menit, tidak teratur
C. Abdomen
Tidak terjadi distensi pada abdomen, tidak terdapat nyeri tekan, bising
usus.
D. Ektremitas
Kemampuan pergerakkan sendi bebas, tidak terdapat nyeri. Uji
kekuatan otot ekstremitas atas 5 5, ekstremitas bawah 5 5.
3
3.2 PEMERIKSAAN PENUNJANG
EKG
Tanggal : 28.10.2021
Hasil EKG
ANALISIS DATA
4
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN GAWAT DARURAT G. RENCANA KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
1. Keefektifan bersihan jalan napas b.d. obstruksi trakeobronkial, adanya □ Lakukan manuver jaw trust, head thilt dan chin lift.
benda asing pada jalan napas, sekret tertahan di saluran napas. □ Keluarkan benda asing, lakukan suction, needle cricothyroidectomy.
2. Resiko aspirasi b.d. trauma wajah, mulut atau leher, penurunan tingkat □ Pasang OPA, NPA, ETT, stabilisasi cervical (collar brace).
kesadaran, peningkatan tekanan intragastrik. □ Berikan bantuan napas buatan, ventilasi mekanik, ventilasi dengan
3. Ketidakefektifan pola napas b.d. nyeri, cedera pada spinal, kelelahan ventilator.
otot pernapasan, kerusakan otot rangka. □ Berikan O2 sesuai kebutuhan melalui nasal canula, masker.
4. Gangguan pertukaran gas b.d. perubahan kapasitas darah membawa □ Monitor SpO2.
oksigen, ketidakseimbangan membran pertukaran kapiler dan alveolus. □ Monitor tanda-tanda vital secara periodik.
5. Penurunan curah jantung b.d. perubahan kekuatan jantung dalam □ Monitor tingkat kesadaran secara periodik.
melawan kontraksi otot jantung, menurunnya keluaran jantung, □ Monitor EKG.
penurunan isi sekuncup yang disebabkan oleh masalah □ Pasang infus, sampel darah, cek AGD .
elektrofisiologis.
6. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan (cerebral, cardiopulmonar, renal, □ Hentikan perdarahan, KIE banyak minum.
gastrointestinal, periferal) b.d. penurunan pertukaran sel, hipovolemia, □ Berikan posisi semiflower.
penurunan aliran darah arteri. □ Berikan posisi head up 30º
7. Kekurangan / resiko kekurangan volume cairan b.d. kehilangan volume □ Pasang dower cateter untuk monitor cairan keluar.
cairan aktif, kerusakan mekanisme regulasi. □ Berikan cairan intravena, cairan koloid, darah atau produk darah,
8. Kelebihan volume cairan b.d. mekanisme regulasi yang terganggu. ekspander plasma.
9. Diare b.d. penyalahgunaan laxatif, proses infeksi, malabsorpsi. □ Kaji turgor kulit dan membran mukosa mulut.
10. Retensi urin b.d. obstruksi traktus urinarius, gangguan neurovaskular, □ Awasi tetesan cairan, berikan cairan sesuai kebutuhan.
trauma, hipertofi blader prostat. □ Pasang NGT
11. Nyeri akut, kronis b.d. spasme otot dan jaringan, trauma jaringan, □ Kumbah Lambung
ketidakmampuan fisik kronik. □ Atasi nyeri, delegatif pemberian analgetika, teknik distraksi, relaksasi.
12. Hipertermia b.d. dehidrasi, peningkatan kecepatan metabolisme, □ Lakukan perawatan luka dengan teknik septik aseptik.
trauma, proses perjalanan penyakit. □ Berikan kompres hangat.
13. Kerusakan mobilitas fisik b.d. kerusakan muskuloskletal dan □ Berikan posisi semiflower bila tidak ada kontraindikasi.
neuromuskular, kehilangan integritas struktur tulang, penurunan □ Delegatif pemberian antipiretik.
kekuatan dan ketahanan tubuh. □ Monitor intake dan output cairan.
14. Pk Anemia. □ Pasang spalk, lakukan imobilisasi.
15. Konstipasi b.d. diet, asupan cairan, tingkat aktivitas, kebiasaan defekasi. □ Kaji tanda-tanda kompartemen pada daerah distal dari fraktur.
16. Resiko jatuh b.d. penyakit, gangguan keseimbangan, penurunan status □ Pastikan pengaman terpasang dan rem tempat tidur terkunci dengan baik.
mental, penggunaan obat, penggunaan alkohol. □ Pasang gelang kuning pada pasien sebagai penanda pasien perlu
17. Resiko mencederai diri dan orang lain berhubungan dengan agresif. pengawasan.
18. Gaduh gelisah b.d. penyakitnya. □ Lakukan pengikatan pasien, kolaborasi obat penenang.
................................................................................................................... □ Delegatif Pemberian Analgetik
................................................................................................................... □ ...................................................................................................................
................................................................................................................... □ ...................................................................................................................
................................................................................................................... □ ...................................................................................................................
5
ANALISIS DATA
DATA SUBYEKTIF
KEMUNGKINAN
DAN DATA MASAL AH
PENYEBAB
OBYEKTIF
Nekrose
DX 1 :
Data Subjektif :
Sintesa prostaglandin
1. Klien mengatakan
merangsang bradikinin
merasakan nyeri
sebagai preseptor nyeri
pada dada nya
2. P : Muncul pada
saat ada Gerakan,
Reseptor nyeri
Q : Terasa seperti
ditusuk-tusuk, R :
Terasa pada dada, Nyeri akut
Spinotalamikus lateralis
T : Muncul sekitar
1-3 menit
Data Objektif :
Thamalus
1. Skala nyeri 5
2. Pasien tampak lelah
3. Pasien tampak
Koerteks serebri
gelisah
4. TTV :
TD : 106 /68 mmHg
Interpretasi nyeri angina
Nadi : 66 x/menit
pectoris
RR : 24 x/menit
Suhu: 36,0℃
Data objektif :
1. Tanda-tanda vital:
Darah diparu kekurangan 02
TD: 106/68mmHg
RR: 24 x/i
SpO2: 98 %
N: 66 x/i RR meningkat
6
S: 36.0 0C
Penggunaan otot bantu
2. Klien tanpak
menggunakan otot
bantu nafas
Sesak nafas
Data objektif :
1. Klien nampak Fungsi ventrikel kiri
pucat menurun Penurunan Curah
2. Klien tampak jantung
lemas
3. Tanda-tanda RR meningkat
vital: TD:
106/68mmHg
RR: 24 x/i
Tekanan pengisian diastolic
SpO2: 98 % menurun
N: 66 x/i
S: 36.0 0C
1. Nyeri akut berhubungan dengan Sesak napas dan nyeri dada ditandai dengan
klien mengatakan merasakan nyeri pada dada nya, P : muncul pada saat ada
gerakan, Q : terasa seperti ditusuk-tusuk dan sesak napas, R : terasa pada
nyeri dada, T : muncul sekitar 1-3 menit, skala nyeri 5, pasien tampak
7
meringis, pasien tampak gelisah, TTV : TD : 106 /68 mmHg, Nadi : 66
x/menit, RR : 24 x/menit, Suhu: 36,0 ℃.
PRIORITAS MASALAH
8
INTERVENSI KEPERAWATAN
9
Diagnosa Keperawatan 2 Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
2. Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Observasi :
keperawatan selama 1 × 4 1. Observasi tanda-tanda vital 1. Untuk mengetahui perkembangan
berhubungan dengan RR
Jam diharapkan mobilitas status kesehatan pasien
meningkat ditandai dengan yang dirasakan klien dapat 2. Monitor bunyi napas tambahan 2. Untuk mengetahui adanya suara
berkurang dan Kondisi 3. Mempertahankan kepatenan jalan nafas tambahan
klien mengatakan sesak
klien membaik dengan nafas 3. Untuk mengetahui adanya suara
nafas, klien nampak nyeri kriteria hasil : 4. Posisikan semi-Fowler atau Fowler nafas tambahan
- Pasien tidak sesak nafas 5. Berikan minuman hangat 4. Posisi semi-fowler atau fowler
di dada, sesak nafas pada
(5) 6. Kolaborasipemberian bronkodilator, dapat mengurangi sesak napas
saat beraktivitas, tipe - Pasien tidak terpasang ekspektoran, mukolitik, jika perlu 5. Untuk membantu mempermudah
oksigen nasal kanul 2 pengeluarran sputum
pernafasan dada, irama
Lpm (5) 6. Untuk bekerjama sama
pernafasan tidak teratur, - Tidak terdapat suara memberikan dosis yang sesuai
10
RR : 24xmenit. nafas tambahan (5) dengan kebutuhan
- Pernafasan kembali Terapeutik : 1. Untuk mencegah timbul nya sesak
normal 16-20 x/menit 1. Berikan posisi yang nyaman napas dan nyeri dada
(5) 2. Tingkatkan aktivitas sesuai batas 2. Mengetahui tingkat aktivitas
toleransi
Edukasi :
1. Ajarkan dan dukung pasien dalam 1. Meningkatkan sirkulasi dan
Latihan napas mencegah timbul nya sesak napas
Kolaborasi : 1. Sebagai suatu sumber untuk
1. Kolaborasi dalam hal ahli terapi mengembangkan perencanaan dan
pemulihan pasien
11
Diagnosa Keperawatan 3 Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
3. Penurunan Curah Jantung Setelah dilakukan tindakan Observasi :
keperawatan selama 1 × 4 1. Identifikasi tanda/gejala primer 1. Untuk mengetahui perkembangan
berhubungan dengan
Jam diharapkan mobilitas penurunan curah jantung primer penurunan curah jantung
Perubahan irama jantung yang dirasakan klien dapat
berkurang dan Kondisi 2. Identifikasi tanda/gejala sekunder 2. Untuk mengetahui perkembangan
ditandai dengan Tn. M
klien membaik dengan penurunan curah jantung sekunder penurunan curah jantung
mengatakan cepat lelah dan kriteria hasil : 3. Untuk mengetahui perkembangan
- Klien tidak mudah 3. Monitor TTV tanda vital
badan terasa lemas, klien
lelah
nampak pucat, TTV : TD : - Klien tidak terasa 4. Monitor EKG 4. Agar mengetahui perkembangan
lemas irama jantung klien
106/68 mmHg, N :
- TTV kembali dalam 5. Periksa tekanan darah dan frekuensi 5. Untuk mengurangi stress
66x/menit, RR : rentang normal nadi sebelum pemberian obat
6. Untuk mempertahankan saturasi
204x/menit, S : 36,00C,
6. Berikan terapi relaksasi jika perlu O2 >94%
SpO2: 98 %. 7. Berikan O2 7. Mambantu menstabilkan irama
jantung
.
Terapeutik : 1. Untuk mencegah timbul
1. Berikan posisi yang nyaman penurunan curah jantung
2. Tingkatkan aktivitas sesuai batas 2. Mengetahui tingkat aktivitas
toleransi
Edukasi :
1. Ajarkan dan dukung pasien dalam 1. Meningkatkan sirkulasi dan
Latihan napas mencegah timbul nya sesak napas
Kolaborasi : 1. Sebagai suatu sumber untuk
1. Kolaborasi dalam hal ahli terapi mengembangkan perencanaan dan
12
pemulihan pasien
Kamis, 28 Oktober 2021 Diagnosa 1 S : - Klien mengatakan rasa nyeri nya Jenny Amsal
10:25 WIB 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, berkurang
Nyeri Akut berhubungan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas O :
dengan agen nyeri dada nyeri 1. Nyeri terasakan berkurang di saat
2. Mengidentifikasi skala nyeri muncul
3. Mengidentifikasi faktor yang 2. Skala nyeri 3
memperberat dan memperingan nyeri 3. Klien masih tampak lelah
4. Mengkontrol lingkungan yang 4. Membantu klien mengkontrol
memperberat rasa nyeri pencahayaan dan kebisingan
5. Berkolaborasi pemberian obat Pereda nyeri diruang klien
13
A : Masalah teratasi sebagian
P : Melanjutkan intervensi 2&3
14
jika perlu
15
J. INFORMASI PEMINDAHAN RUANGAN / PEMULANGAN PASIEN
INFORMASI √ KETERANGAN
MRS Di Ruang :
□ Obat-obatan :
Minggat Dinyatakan minggat pk. _____._____ WIB □ Lapor Satpam □ Lapor MOD
Nama dan Tanda Tangan Dokter Jaga Nama dan Tanda Tangan Perawat Pengkaji
OBSERVASI KOMPREHENSIF
Tanggal
Jam
Nadi
Tensi Suhu 40
16
200 39
150 38
100 37
50 36
Respirasi
V
GCS
M
Total
R. Pupil Ka/ki
17
OBSERVASI CAIRAN
MASUK KELUAR
Tanggal Jam Jenis Cairan No. Botol IV Oral/NGT Drain NGT Urine BAB
18
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan studi kasus pada Tn. M dengan UAP NSTEMI dapat
disimpulkan beberapa hal diantaranya :
1. Pada pengkajian klien dengan Pola napas tidak efektif dan Nyeri Akut, kita
harus cermat dalam pengumpulan data yaitu dengan mengetahui keluhan utama
yang normal, riwayat kesehatan yang lalu dan sekarang, pemeriksaan fisik dan
pola kehidupan sehari-hari klien.
2. Diagnosa yang muncul ditentukan dari kondisi klien dan patofisiologi penyakit
klien.
3. Untuk menentukan prioritas diperlukan pengetahuan perawat mengenai kondisi
klien yang ada di lapangan, dengan mendahulukan kebutuhan/ keadaan yang
mendesak untuk diselesaikan/diatasi yang mungkin dapat membahayakan klien.
4. Pada rencana tindakan tidak semua diterpkan dalam implemntasi secara ideal,
tetapi dissuaikan dengan situasi kondisi dan fasilitas ruangan.
5. Evaluasi secara umum terhadap klien setelah dilakukan tindakan keperawatan
masalah teratasi dan masalah teratasi sebagian. Hal ini terjadi karena
keterbatasan dalam waktu.
6. Keberhasilan tujuan dapat dicapai dalam asuhan keperawatan yang diberikan
pada Tn. M jika melibatkan peran klien, keluarga dan tim kesehatan lain.
Asuhan keperawatan medis pada Tn.M dengan UAP NSTEMI dalam pemberian
asuhan keperawatan disesuaikan dengan standar keperawatan dalam pelaksanaan
intervensi dan implementasi.
4.2 Saran
Dalam melakukan perawatan perawat harus mampu mengetahui kondisi klien
secara keseluruhan sehingga intervensi yang diberikan bermanfaat untuk kemampuan
fungsional pasien, perawat harus mampu berkolaborasi dengan tim kesehatan lain dan
keluarga untuk mendukung adanya proses keperawatan serta dalam pemberian asuhan
keperawatan diperlukan .
19
DAFTAR PUSTAKA
Andarmoyo, Sulistyo. 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Ar-Ruzz
Media. Jakarta
Bare, Brenda and Smeltzer, Suzanne, dkk. 2002. Buku Ajar Keperwatan Medikal
Bedah Bruner and Suddarth. Jakarta : EGC.
Depkes RI. 2011. Pedoman Pelayanan ICU Di Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI
Depkes RI. 2012. Pedoman Pelayanan ICU Di Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI
20
21