dalam Mengurangi Ketidakefektifan Pola Napas pada Pasien CHF di ruang IGD
RSUP dr Kariadi Semarang
Disusun oleh:
Setyo Prabowo
G3A021229
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gagal jantung kongestif adalah keadaan ketika jantung tidak mampu lagi
memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh
untuk keperluan metabolisme jaringan tubuh pada kondisi tertentu, sedangkan
tekanan pengisian kedalam jantung masih cukup tinggi (Aspaiani, 2016). Congestive
Heart Failure atau Gagal Jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk mempertahankan
curah jantung yang adekuat guna memenuhi kebutuhan metabolik dan kebutuhan oksigen
pada jaringan meskipun aliran balik vena yang adekuat (Asmoro, 2017).
Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2015) menunjukan
Penyakit jantung di Indonesia sendiri merupakan penyakit tertinggi kedua setelah penyakit
hipertensi. Diperkirakan dari tahun 2015 adalah 603.840 kasus dan 18,33% dari kasus
tersebut ialah klien dengan penderita penyakit jantung. Data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2018, angka kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah semakin
meningkat dari tahun ke tahun. Setidaknya, 15 dari 1000 orang, atau sekitar 2.784.064
individu di Indonesia menderita penyakit jantung.
Masalah keperawatan yang muncul pada pasien dengan gagal jantung adalah resiko
tinggi penurunan curah jantung, nyeri dada, resiko tinggi gangguan pertukaran gas,
ketidakefektifan pola napas, kelebihan volume cairan, intoleransi aktifitas. Pada pasien
gagal jantung dengan pola nafas tidak efektif terjadi karena ventrikel kiri tidak mampu
memompa darah yang datang dari paru sehingga terjadi peningkatan tekanan dalam
sirkulasi paru yang menyebabkan cairan terdorong ke jaringan paru (Retno dkk, 2016).
Pada pasien gagal jantung kongestif dengan pola nafas tidak efektif terjadi karena
ventrikel kiri tidak mampu memompa darah yang datang dari paru-paru sehingga terjadi
peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru yang menyebabkan cairan terdorong ke jaringan
paru keadaan ini menyebabkan penimbunan cairan di paru -paru sehingga menurunkan
pertukaran oksigen dan karbondioksida dan menimbulkan sesak napas karena kesulitan
untuk mempertahankan oksigenasi (Nugroho, 2016).
Gangguan kebutuhan oksigenasi menjadi masalah penting pada pasien gagal jantung
kongestif. Untuk itu, sebaiknya masalah tersebut segera ditangani agar tidak memperparah
kondisi tubuh pasien. Intervensi keperawatan dalam upaya pemenuhan kebutuhan
oksigenasi bisa dilakukan dengan pemberian oksigen, memberikan posisi semi fowler.
Salah satu intervensi keperawatan pada penderita gagal jantung dengan gangguan
kebutuhan oksigenasi adalah pemberian oksigen. Pemberian oksigen yaitu memasukkan
oksigen tambahan dari luar ke dalam paru melalui saluran pernafasan dengan
menggunakan alat. Oksigen merupakan komponen gas yang sangat berperan dalam proses
metabolism tubuh untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh secara
normal.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
pengelolaan asuhan keperawatan dan aplikasi evidence based practice nursing pemberian
terapi oksigenasi dalam mengurangi ketidakefektifan pola napas pada pasien CHF di ruang
IGD RSUP dr KARIADI SEMARANG.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan adalah diharapkan penulis mampu :
a. Mendeskripsikan konsep CHF (Congestive Heart Failure)
b. Mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien dengan CHF (Congestive Heart
Failure)
c. Melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan CHF (Congestive Heart
Failure)
d. Mahasiswa mampu menerapkan evidence based practice nursing pemberian terapi
oksigenasi dalam mengurangi ketidakefektifan pola napas pada pasien CHF
C. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari enam bab yang disusun dengan sistematika penulisan
sebagai berikut :
BAB III: Resume asuhan keperawatan pada Tn. S dengan CHF (Congestive Heart
Failure)
BAB IV: Aplikasi jurnal evidence based practice nursing riset pada pasien.
BAB V: Pembahasan terkait hasil pengelolaan kasus dan aplikasi evidence based practice
nursing terhadap konsep teori.
KONSEP DASAR
A. KONSEP PENYAKIT
1. Pengertian Congestive Heart Failure
Congestive Heart Failure atau Gagal Jantung adalah ketidakmampuan jantung
untuk mempertahankan curah jantung yang adekuat guna memenuhi kebutuhan
metabolik dan kebutuhan oksigen pada jaringan meskipun aliran balik vena yang
adekuat (Asmoro, 2017).
Gagal jantung kongestif adalah keadaan ketika jantung tidak mampu lagi
memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh
untuk keperluan metabolisme jaringan tubuh pada kondisi tertentu, sedangkan
tekanan pengisian kedalam jantung masih cukup tinggi (Aspaiani, 2016).
Congestive Heart Failure (CHF) adalah syndrome klinis (sekumpulan tanda
dan gejala), ditandai oleh sesak napas dan fatik saat istirahat atau saat aktivitas)
yang disebab kan oleh kelainan struktur dan fungsi jantung. CHF dapat
disebabkan oleh gangguan yang mengakibatkan terjadinya pengurangan pengisian
ventrikel (disfungsi diastolik) dan atau kontraktilitas miokardial (disfungsi
sistolik) (Sudoyo dkk 2015).
2. Etiologi Congestive Heart Failure
Gagal jantung kongestif memiliki beberapa etiologi atau penyebab (Majid, 2018),
antara lain :
a. Beban tekanan berlebihan-pembebanan sistolik (systolic overload)
Beban sistolik yang berlebihan diluar kemampuan ventrikel (systolic overload)
menyebabkan hambatan pada pengosongan ventrikel, sehingga menurunkan
curah ventrikel atau isi sekuncup.
b. Beban volume berlebihan-pembebanan diastolik (diastolik overload)
Preload yang berlebihan dan melampaui kapasitas ventrikel (diastolic
overload) akan menyebabkan volume dan tekanan pada akhir diastolik dalam
ventrikel meninggi. Pada prinsip Frank Starling yaitu curah jantung mula-mula
akan meningkat sesuai dengan besarnya regangan otot jantung, tetapi bila
beban terus bertambah sampai melampaui batas tertentu, maka curah jantung
justru akan menurun kembali.
c. Peningkatan kebutuhan metabolik-peningkatan kebutuhan yang berlebihan
(demand overload)
Beban kebutuhan metabolik meningkat melebihi kemampuan daya kerja
jantung di mana jantung sudah bekerja maksimal, maka akan terjadi keadaan
gagal jantung walaupun curah jantung sudah cukup tinggi, tetapi tidak mampu
memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh.
d. Gangguan pengisian (hambatan input)
Hambatan pada pengisian ventrikel karena gangguan aliran masuk ke dalam
ventrikel atau pada aliran balik vena/venous return akan menyebabkan
pengeluaran atau output ventrikel berkurang dan curah jantung menurun.
e. Kelainan otot jantung
Gagal jantung paling sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung yang
menyebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari
penyebab kelainan fungsi otot mencakup arterosklerosis koroner, hipertensi
arterial, dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi.
f. Aterosklerosis koroner
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke
otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat pemupukan asam laktat).
Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya
gagal jantung. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif, berhubungan
dengan gagal jantung karena kondisi yang secara langsung merusak serabut
jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
g. Hipertensi sistemik/pulmonal
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan
hipertropi serabut otot jantung. Efek tersebut (hipertrofi miokard) dapat
dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan meningkatkan
kontraktilitas jantung.
h. Peradangan dan penyakit miokardium
Berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung
merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
i. Penyakit jantung
Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya
secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya mencakup
gangguan aliran darah yang masuk jantung (stenosis katup semilunar),
ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah (tamponade, perikardium,
perikarditif konstriktif atau stenosis AV), peningkatan mendadak overload.
j. Faktor sistemik
Terdapat sejumlah faktor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya
gagal jantung. Meningkatnya laju metabolism, hipoksia, dan anemia
memerlukaan peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen
sistemik. Hipoksia atau anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke
jantung. Asidosis dan abnormalitas elektrolit juga dapat menurunkan
kontraktilitas jantung.
3. Manifestasi klinis Congestive Heart Failure
Tanda dan gejala yang dapat muncul pada gagal jatung kongestif, menurut
(Fikriana, 2018) :
a. Dyspnea
Gagal jantung pada umumnya akan mengalami sesak nafas saat melakukan
aktivitas, saat istirahat atau bahkan saat tidur dan hal ini terjadi secara tiba-tiba
dan membuat penderita terbangun dari tidurnya. Penderita gagal jantung
biasanya sesak nafas menjadi semakin berat saat penderita berada pada posisi
terlentang/supine, sehingga penderita gagal jantung seringkali lebih nyaman
dalam posisi kepala lebih tinggi dari ekstremitas atau penderita terkadang
menggunakan dua bantal saat tidur. Sesak nafas terjadi karena jantung tidak
mampu memompa darah yang berasal dari vena pulmonalis sehingga akan
terjadi bendungan cairan di dalam paru-paru. Adanya bendungan cairan di
paru-paru ini akan mengganggu terjadinya pertukaran gas sehingga penderita
akan menjadi sesak nafas.
b. Batuk kronis atau muncul wheezing
Batuk yang muncul pada penderita gagal jantung disertai dengan produksi
mucus yang berwarna putih atau pink. Hal ini terjadi karena penderita gagal
jantung juga mengalami penumpukan cairan di paru-paru.
c. Edema
Edema penderita gagal jantung biasanya terjadi di kaki maupun abdomen.
Terjadinya edema ini akan menyebabkan berat badan penderita menjadi
meningkat drastis karena terjadi penumpukan cairan di dalam tubuhnya. Selain
itu, ginjal mengalami gangguan dalam regulasi natrium dan air sehingga akan
terjadi peningkatan cairan di dalam jaringan.
d. Nausea
Nausea / tidak nafsu makan merupakan gejala yang dapat muncul pada
penderita gagal jantung. Hal ini dapat diakibatkan oleh karena saluran
pencernaan mengalami penurunan kebutuhan aliran darah sehingga akan
menyebabkan gangguan dalam pencernaan.
e. Fatigue
Penderita seringkali merasakan mudah lelah saat melakukan aktivitas sehari-
hari. Hal ini terjadi karena jantung tidak mampu memompa darah secara
maksimal sehingga kebutuhan darah yang mengandung oksigen dan zat-zat
lain yang dibutuhkan oleh tubuh menjadi berkurang.
f. Konfusi
Penderita gagal jantung dapat muncul kurang perhatian/penurunan daya
konsentrasi dan disorientasi. Perubahan ini dapat terjadi karena perubahan
kandungan elektrolit seperti natrium dalam tubuh yang akan menyebabkan
seseorang menjadi konfusi.
g. Takikardia
Penderita gagal jantung seringkali mengalami palpitasi. Hal ini karena jantung
berusaha memompa darah lebih cepat untuk memenuhi kebutuhan.
4. Patofisiologi Congestive Heart Failure
Kelainan otot jantung disebabkan oleh aterosklerosis koroner, hipertensi
arterial dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi. Ateroskeloris coroner
mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot
jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark
miokardium biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Hipertensi sistemik/
pulmonal (peningkatan afterload) meningkatkan beban kerja jantung dan pada
gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Efek tersebut (hipertrofi
miokard) dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan
meningkatkan kontraktilitas jantung. Tetapi untuk alasan tidak jelas, hipertrofi
otot jantung tadi tidak dapat berfungsi secara normal, dan akhirnya terjadi gagal
jantung (Majid, 2018).
Gagal jantung kongestif dapat dimulai dari sisi kiri atau kanan jantung.
Sebagai contoh, hipertensi sistemik yang kronis akan menyebabkan ventrikel kiri
mengalami hipertrofi dan melemah. Letak suatu infark miokardium menentukan
sisi jantung yang pertama kali terkena setelah terjadi serangan jantung. Karena
ventrikel kiri yang melemah akan menyebabkan darah kembali ke atrium, lalu ke
sirkulasi paru, ventrikel kanan dan atrium kanan, maka jelas bahwa gagal jantung
kiri akhirnya akan menyebabkan gagal jantung kanan. Pada kenyataannya,
penyebab utama gagal jantung kanan adalah gagal jantung kiri. Karena tidak
dipompa secara optimum keluar dari sisi kanan jantung, maka darah mulai
terkumpul di sistem vena perifer. Hasil akhirnya adalah semakin berkurangnya
volume darah dalam sirkulasi dan menurunnya tekanan darah serta perburukan
siklus gagal jantung. Gagal jantung kongestif terjadi karena interaksi kompleks
antara factor-faktor yang mempengaruhi kontraktilitas, after load, pre load atau
fungsi lusitropik (fungsi relaksasi) jantung dan respon neurohormonal dan
hemodinamik yang diperlukan untuk menciptakan kompensasi sirkulasi.
Meskipun konsekuensi hemodinamik gagal jantung kongestif berespon terhadap
neurohormonal yang efek gabungnya memperberat dan memperlambat sindrom
yang ada (Nugroho, 2016).
Kemampuan jantung untuk memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
tubuh dipengaruhi oleh empat faktor yaitu: preload, afterload, kontraktilitas
miokardium, frekuensi denyut jantung.
a. Preload, preload adalah beban volume dan tekanan yang diterima ventrikel
kiri pada akhir diastol. Preload ditentukan oleh tekanan pengisian ventrikel
dan jumlah darah yang kembali dari sistim vena ke jantung.
b. Afterload, afterload yaitu tahanan total untuk melawan ejeksi ventrikel
yang merupakan keadaan beban sistolik. Apabila afterload meningkat
maka isi sekuncup dan curah jantung menurun, sebaliknya berkurangnya
afterload meningkatkan curah jantung.
c. Kontraktilitas miokardium, kontraktilitas miokardium yaitu kemampuan
intrinsik otot jantung berkontraksi tanpa tergantung preload maupun
afterload. Derajat aktivitas serabut jantung ditentukan oleh kuantitas
penyediaan ion kalsium untuk protein kontraktil. Intensitas aktivitas
miokardium sangat menentukan kontraktilitas otot jantung. Perubahan
kontraktilitas adalah perubahan fungsi jantung yang tidak tergantung
kepada variabilitas preload maupun afterload.
d. Frekuensi denyut jantung, curah jantung adalah sama dengan isi sekuncup
dikalikan dengan frekuensi jantung. Oleh sebab itu, peningkatan frekuensi
jantung akan memperbesar curah jantung, namun frekuensi jantung yang
terlalu tinggi dapat mengakibatkan turunnya curah jantung (Aspaiani,
2016).
5. Pemeriksaan penunjang dan hasilnya Congestive Heart Failure
Menurut (Majid, 2018), pemeriksaan penunjang pada gagal jantung adalah
sebagai berikut:
a. Foto thorak
Mengungkapkan adanya pembesaran jantung yang disertai adanya
pembendungan cairan diparu karena hipertensi pulmonal. Tempat adanya
infiltrat precordial kedua paru dan efusi pleura.
b. Laboratorium
Mengungkapkan penurunan Hb dan hematokrit. Jumlah lekosit meningkat,
bila sangat meninggi mungkin memperberat jantung. Keadaan asam basa
tergantung pada keadaan metabolisme, masukan kalori, keadaan paru dan
fungsi ginjal, kadar natrium darah sedikit menurun walaupun kadar natrium
total bertambah. Berat jenis urine meningkat. Enzim hepar mungkin
meningkat dalam kongesti hepar. Gagal ventrikel kiri ditandai dengan
alkalosis respiratorik ringan atau hipoksi dengan peningkatan PCO2. BUN dan
kreatinin menunjukan penurunan perfusi ginjal. Albumin/ transferin serum
mungkin menurun sebagai akibat penurunan masukan protein atau penurunan
sintesis proteindalam hepar mengalami kongestif. Kecepatan sedimentasi
menunjukan adanya inflamasi akut.
c. Ultrasonography (USG)
Adanya gambaran cairan bebas dalam rongga abdomen, dan gambaran
pembesaran hepar dan lien. Pembesaran hepar dan lien kadang sulit diperiksa
secara manual saat disertai asites.
d. Elektrokardiogram (EKG)
Mengungkapkan adanya takikardi, hipertrofi bilik jantung dan iskemik
Hiperatropi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, disaritmia, fibrilasi
atrial.
e. Ekokardiografi
o Ekokardiografi model M (berguna untuk mengevaluasi volume balik dan
kelainan regional, model M paling sering dipakai dan ditanyakan
bersama EKG)
o Ekokardiografi dua dimensi (CT scan)
o Ekokardiografi dopoler (memberikan pencitraan dan pendekatan
transesofageal terhadap jantung)
f. Katerisasi jantung : Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu
membedakan gagal jantung kanan dan kiri dan stenosis katup atau
insufisiensi
g. Radiografi dada : Dapat menunjukkan pembesaran jantung. Bayangan
mencerminkan dilatasi atau hipertropi bilik, atau perubahan dalam pembuluh
darah abnormal
h. Elektrolit : Mungkin beruban karena perpindahan cairan/penurunan fungsi
ginjal terapi diuretic
i. Oksimetrinadi : Saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika gagal jantung
kongestif akut menjadi kronis.
j. Analisa gas darah : Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratory
ringan (dini) atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir)
k. Blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin : Peningkatan BUN menunjukkan
penurunan fungsi ginjal. Kenaikan baik BUN dan kreatinin merupakan
indikasi
l. Pemeriksaan tiroid : Peningkatan aktifitas tiroid menunjukkan hiperaktifitas
tiroid sebagai pencetus gagal jantung
6. Pathways’s Congestive Heart Failure
B. KONSEP ASUHAN KEGAWATDARURATAN
1. Pengkajian Primer ( Primery Survey A, B, C, D, E)
a. Airway: kepatenan jalan napas
b. Breathing: pola napas
c. Circulation: data pertukaran, status cairan, fungsi jantung
d. Disability: fungsi neurology, fungsi sensory motorik
2. Pengkajian sekunder
I.Pengkajian
a. Identitas :
1) Identitas pasien :
Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pekerjaan,
suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit
(MRS), nomor register, dan diagnosa medik.
2) Identitas Penanggung Jawab Meliputi :
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, serta status hubungan
dengan pasien.
b. Keluhan utama
1) Sesak saat bekerja, dipsnea nokturnal paroksimal, ortopnea
2) Lelah, pusing
3) Nyeri dada
4) Edema ektremitas bawah
5) Nafsu makan menurun, nausea, dietensi abdomen
6) Urine menurun
c. Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan pertanyaan
tentang kronologi keluhan utama. Pengkajian yang didapat dengan gejala-
gejala kongesti vaskuler pulmonal, yakni munculnya dispnea, ortopnea, batuk,
dan edema pulmonal akut. Tanyakan juga gajala-gejala lain yang mengganggu
pasien.
4. Intervensi
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi
A. PENGKAJIAN FOKUS
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Tanggal Lahir : 17-09-1960
Jenis Kelamin : Laki – laki
Pekerjan : tidak bekerja
Agama : Islam
Pendidikan Trakhir : SMA
Suku : Jawa
Alamat : semarang
Tgl Masuk RS : 12 September 2022, jam 17.30
Tgl Pengkajian : : 12 September, jam 17.40
Diagnosa Medis : CHF
b. Identitas penanggungjawab
Nama : Ny. I
Umur : 25 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Hubungan dengan pasien : anak kandung
Pendidikan terkahir : SMA
Alamat ` :semarang
2. Keluhan Utama
pasien mengatakan sesak napas berat
3. Riwayat penyakit sekarang
anak pasien mengatakan pasien dibawa ke RSDK pada tanggal 12 september 2022
jam 17.30 dengan keluhan sesak napas. 1 minggu yang lalu pasien diopname di RS
tugu dengan keluhan yang sama. pasien datang ke IGD dengan sadar dan gelisah
GCS:13 (apatis) E:4, V:3, M:6 TD:160/105 mmHg, HR:114 x/menit, RR:32 x/menit,
S:36,5 C , Spo2:92% .
4. Inisial assessment
a. Airways (Jalan Napas) : adanya lender di jalan napas
b. Breathing (Pernapasan): pasien tampak sesak napas, tidak ada retraksi dada
terdengar suara tambahan ronchi, RR: 32 x/menit, Spo2: 92% memberikan
oksigen NRM 12 lpm
c. Curculation (Sirkulasi): nadi perifer teraba lemah, denyut nadi cepat:114 x/menit,
TD: 160/105 mmHg, ektremitas: akral hangat, warna kulit: kemerahan, CRT<2
detik, ada edema dibagian kedua kaki, eliminasi dan cairan BAK: 300 cc dengan
warna kuning jernih. Tidak BAB, abdomen: supel, turgor: baik, mukosa: kering,
kulit: tidak ada jejas atau luka di bagian tubuh, suhu: 36,5 ℃.
d. Dissability: GCS:13 (Apatis) E:4, V:3, M:6, pupil: isokor, reflek cahaya positif,
ada lateralisasi motorik
e. Exposure: tidak ada jejas di bagian tubuh
f. Folley catheter: pasien terpasang kateter
g. Gastric Tube: pasien tidak terpasang NGT,
5. Data Penunjang
a. Laboratorium: 12 september 2022
B. Analisa Data
Jam 19.20
RR: 29 x/menit
Spo2: 98%
Pasien tampak terpasang
oksigen NRM 12 lpm
F. EVALUASI
A. INDENTITAS KLIEN
a. Nama : Tn. S
b. Tanggal Lahir : 17-09-1960
c. Jenis Kelamin : Laki – laki
d. Pekerjan : tidak bekerja
e. Alamat : semarang
f. Tgl Masuk RS : 12 September 2022,
g. Diagnosa Medis : CHF
B. DATA FOKUS
1. Data subjektif
Pasien mengatakan sesak napas berat
2. Data objektif
Pasien tampak sesak napas
Tampak menggunakan otot bantu napas
Pola napas abnormal takipnea
RR: 32 x/menit
Spo2: 92%
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN JURNAL
EVIDENCE BASED NURSING RISET YANG DIPUBLIKASIKAN
Pola Napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
D. EVIDENCE BASED NURSING PRACTICE YANG DITERAPKAN PADA KLIEN
Pemberian terapi oksigenasi dalam mengurangi ketidakefektifan pola napas pada pasien
CHF
E. ANALISA SINTESA JUSTRIFIKASI
Hipertensi pulmonal
Backward failure
Peningkatan LEVD
Peningkatan tekanan
tekanan vena pumonalis
Peningkatan tekanan
kapiler paru
Asmoro, Didik Aji. 2017. Asuhan Keperawatan pada Klien Congestive Heart Failure (CHF)
dengan Penurunan Curah Jantung di Ruang ICU RSU PKU Muhammadiyah Gombong.
Program Studi DIII Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Gombong. Diakses pada tanggal 30 Maret 2019 Pukul 13.10 WIB
http://elib.stikesmuhgombong.ac.id/id/eprint/668
Aspaiani, R. Y. (2016). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada pasien Gangguan
Kardiovaskuler. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Fikriana, Riza. (2018). Sistem Kardiovaskuler. Yogyakarta: Deepublish
Majid, Abdul. (2018). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Nugroho, W D. (2015). Hubungan Tingkat Kepatuhan Minum Obat denganRawat Inap Ulang
Pasien dengan Gagal Jantung Kongestif di RSUD DR. Moewardi. Jurnal Stikes
Kusuma Husada Surakarta
Nugroho, dkk. (2016). Teori Asuhan Keperawatan Gawat Darurat yogyakarta: Nuha Medika
Sudoyo, Aru W, dkk. (2015). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I Edisi VI. Jakarta:
Interna Publishing.
Suratinoyo, I. (2016). Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Mekanisme Koping pada
Pasien Gagal Jantung Kongestif di Ruangan CVBC (Cardio Vaskuler Brain Centre)
Lantai III di RSUP. Prof. dr. R. D. Kandou Manado Ejournal Keperawatan (e-Kp)
Volume 4 Nomor 1
SDKI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Lampiran jurnal