Anda di halaman 1dari 26

Asuhan keperawatan pada pasien congestive heart failure ( CHF )

Dosen: Supriliyah Praningsih,S.Kep.,Ns.,M.Kep

Nama kelompok 2 :
1. Achmad korizky wibowo ( 181301001 )
2. Adhitiya cahya sakti ( 181301002 )
3. Cabrio marble citra danta ( 181301007 )
4. Fernanda lucky aby cahyana ( 181301020 )
5. Indah nur safitri ( 181301028 )
6. Leony akhzul laksmi ( 181301031 )
7. Nuhammad alfan ( 181301037 )
8. Noor amalia ( 181301042 )
9. Nurul aisah ( 181301045 )
10. Sindy dwi novendya ( 181301054 )
11. Wahyu indah cristanti waluyo ( 181301060 )

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PEMKAB JOMBANG


TAHUN AJARAN 2020 / 2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Congestive Heart Failure (CHF) adalah syndrome klinis (sekumpulan tanda
dan gejala), ditandai oleh sesak napas dan fatik ( saat istirahat atausaat aktivitas)
yang disebabkan oleh kelainan struktur dan fungsi jantung.CHF dapat
disebabkan oleh gangguan yang mengakibatkan terjadinyapengurangan pengisian
ventrikel (disfungsi distolik) dan atau kontraktilitasmiokardial (disfungsi sistolik)
(Sudoyo dkk. 2015)

Congestive Heart Failure masih menduduki peringkat yang tinggi,menurut


data Whorld Health Organization (WHO) pada tahun 2007dilaporkan CHF
mempengaruhi lebih dari 20 juta pasien di dunia dan meningkat seiring
pertambahan usia dan pada umumnya mengenai pasien dengan usia sekitar lebih
dari 65 tahun dengan presentase sekitar 6-10% lebih banyak mengenai laki-laki
dari pada wanita. Pada tahun 2030 WHO memprediksi bahwa peningkatan penderita
CHF mencapai ±23 juta jiwa didunia.Adapun tanda dan gejala yang muncul pada
pasien CHF antara laindyspnea, fatigue dan gelisah. Congestive Heart Failure
merupakan salahsatu masalah khas utama pada beberapa negara industri maju
dan negaraberkembang seperti Indonesia (Austaryani, 2012 dalam Didik Aji
Asmoro,2017).

Dalam profil kesehatan Indonesia pada tahun (2005) CHF merupakan urutan
ke 5 penyebab kematian terbanyak di Rumah Sakit seluruh Indonesia. Tingkat
kematian untuk CHF sekitar 50% dalam waktu lima tahun (Arini, 2015). Pada
tahun 2014 terdiri dari 1380 orang terdiri dari 667 laki-laki dan 713 perempuan.
Pada tahun 2015 sampai dengan bulan Oktober terdiri dari 863 orang yang terdiri
dari 375 perempuan dan 488 laki-laki. Dari tahun ketahun angka kejadian CHF terus
mengalami peningkatan (Pranoto, 2015 dalam Didik Aji Asmoro, 2017).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kemenkes RI Tahun 2013,


prevalensi penyakit CHF di Indonesia mencapai 0,13% dan yang terdiagnosis
dokter sebesar 0,3% dari total penduduk berusia 18 tahun ke atas, prevelensinya
yang terus meningkat akan memberikan masalah penyakit, kecacatan dan
masalah sosial ekonomi bagi keluarga penderita, masyarakat, dan Negara (Depkes
RI 2014).

Data rekam medis Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru
pada tahun 2017 terdapat jumlah kasus CHF sebesar 224 kasus dan merupakan
penyakit urutan pertama pada kasus kardiovaskular di RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru (Rekam Medis RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2017). Sehubung
dengan prevalensi kejadian CHF masih tinggi yang ditemukan serta masih adanya
resiko seperti dampak kematian yang ditimbulkan akibat CHF maka peran
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan untuk mengobati, mencegah dan
meningkatan kesehatan pasien.

Agar dapat memberikan asuhan keperawatan secara maksimal dan optimal


maka diperlukan pemahaman tentang konsep dasar penyakit CHF dan proses
keperawatannya. Maka penulis termotivasi untuk membahas lebih lanjut laporan
tugas akhir ini yang akan menguraikan proses usaha keperawatan tentang CHF.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah
dalam Laporan Tugas Akhir ini adalah “Bagaimana Asuhan Keperawatan
pada klien dengan CHF”

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Penulis mampu mendeskripsikan Asuhan Keperawatan secara
komprehensif dari pengkajian sampai dengan evaluasi pada pasien dengan
CHF.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mendeskripsikan pengkajian pada pasien dengan CHF.
2. Mendeskripsikan diagnosa keperawatan pada pasien dengan CHF.
3. Mendeskripsikan rencana keperawatan pada pasien dengan CHF.
4. Mendeskripsikan implementasi keperawatan pada pasien dengan
melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan CHF.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Gagal jantung Kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa
darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap
oksigen dan nutrient dikarenakan adanya kelainan fungsi jantung yang berakibat
jantung gagal memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan
atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel
kiri (Braundwald).
Gagal jantung adalah suatu keadaan yang serius dimana jumlah darah yang
masuk dalam jantung setiap menitnya tidak mampu memenuhi kebutuhan tubuh akan
oksigen dan zat makanan.terkadang orang salah mengartikan gagal jantung dengan
henti jantung, jika gagal jantung adalah berkurangnya kemampuan jantung untuk
mempertahankan beban kerjanya.
Gagal jantung kongestif adalah keadaan dimana jantung tidak mampu lagi
memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi badan untuk
keperluan metabolisme jaringan tubuh pada keadaan tertentu, sedangkan tekanan
pengisian ke dalam jantung masih cukup tinggi.

B. Etiologi

1. Kelainan otot jantung Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot
jantung, disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang
mendasari penyebab kelainan fungsi otot jantung mencakup ateroslerosis
koroner, hipertensi arterial dan penyakit degeneratif atau inflamasi.

2. Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena


terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat
penumpukan asam laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya
mendahului terjadinya gagal jantung. Peradangan dan penyakit miokardium
degeneratif berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi yang secara
langsung merusak serabut jantung menyebabkan kontraktilitas menurun.

3. Hipertensi Sistemik atau pulmunal (peningkatan after load) meningkatkan


beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot
jantung.

4. Peradangan dan penyakit myocardium degeneratif, berhubungan dengan gagal


jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung,
menyebabkan kontraktilitas menurun.

5. Penyakit jantung lain, terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya,
yang secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat
mencakup gangguan aliran darah yang masuk jantung (stenosis katub
semiluner), ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah (tamponade,
pericardium, perikarditif konstriktif atau stenosis AV), peningkatan mendadak
after load.

6. Faktor sistemik Terdapat sejumlah besar factor yang berperan dalam


perkembangan dan beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme
(missal : demam, tirotoksikosis). Hipoksia dan anemi juga dapat menurunkan
suplai oksigen ke jantung. Asidosis respiratorik atau metabolic dan abnormalita
elektronik dapat menurunkan kontraktilitas jantung.

7. Grade gagal jantung menurut New York Heart Association, terbagi dalam 4
kelainan fungsional:
a. Timbul sesak pada aktifitas fisik berat

b. Timbul sesak pada aktifitas fisik sedang

c. Timbul sesak pada aktifitas fisik ringan

d. Timbul sesak pada aktifitas fisik sangat ringan / istirahat


C. Patofisiologi

Jantung yang normal dapat berespon terhadap peningkatan kebutuhan metabolisme


dengan menggunakan mekanisme kompensasi yang bervariasi untuk
mempertahankan kardiak output, yaitu meliputi :

a. Respon syaraf simpatis terhadap barroreseptor atau komoreseptor


b. Pengencangan dan pelebaran otot jantung untuk menyesuaikan terhadap
peningkatan volume.
c. Vasokontriksi terhadap arterirenal dan aktivasi sistem renin angiotensin
d. Respon terhadap serum sodium dan regulasi ADH dan reabsorbsi terhadap
cairan

Kegagalan mekanisme kompensasi dapat dipercepat oleh adanya volume darah


sirkulasi yang dipompakan untuk melawan peningkatan resistensi vaskuler oleh
pengencangan jantung. Kecepatan jantung memperpendek waktu pengisian ventrikel
dari arteri coronaria. Menurunnya COP dan menyebabkan oksigenasi yang tidak
adekuat ke miokardium. Peningkatan dinding akibat dilatasi menyebabkan
peningkatan tuntutan oksigen dan pembesaran jantung (hipertrophi) terutama pada
jantung iskemik atau kerusakan yang menyebabkan kegagalan mekanisme
pemompaan.

D. Pathways

E. Manifestasi klinis

1. Tanda dominan :

Meningkatnya volume intravaskuler Kongestif jaringan akibat tekanan arteri


dan vena meningkat akibat penurunan curah jantung. Manifestasi kongesti
berbeda tergantung pada kegagalan ventrikel mana yang terjadi.
1) Gagal Jantung Kiri :
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri karena ventrikel kiri tak
mampu memompa darah yang dating dari paru. Manifestasi klinis yang
terjadi yaitu :

a. Dispnea, Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan


mengganggu pertukaran gas. Dapat terjadi ortopnoe. Beberapa pasien
dapat mengalami ortopnoe pada malam hari yang dinamakan
Paroksimal Nokturnal Dispnea (PND).
b. Mudah lelah, Terjadi karena curah jantung yang kurang yang
menghambat jaringan dan sirkulasi normal dan oksigen serta
menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme. Juga terjadi karena
meningkatnya energi yang digunakan untuk bernafas dan insomnia
yang terjadi karena distress pernafasan dan batuk.
c. Kegelisahan atau kecemasan, Terjadi karena akibat gangguan
oksigenasi jaringan, stress akibat kesakitan bernafas dan pengetahuan
bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik.

2) Gagal jantung Kanan :


Kongestif jaringan perifer dan visceral Manifestasi klinis yang terjadi yaitu :
a. Oedema ekstremitas bawah (oedema dependen), biasanya oedema
pitting, penambahan BB.
b. Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi
akibat pembesaran vena hepar
c. Anoreksia dan mual, terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena
dalam rongga abdomen
d. Nokturia
e. Kelemahan

F. Pemeriksaan diagnostik

Meliputi evaluasi manifestasi klinis dan pemantauan hemodinamik.


Pengukuran tekanan preload, afterload dan curah jantung dapat diperoleh melalui
lubang-lubang yang terletak pada berbagai interfal sepanjang kateter. Pengukuran
CVP (N 15 – 20 mmHg) dapat menghasilkan pengukuran preload yang akurat.
PAWP atau Pulmonary Aretry Wedge Pressure adalah tekanan penyempitan aretri
pulmonal dimana yang diukur adalah tekanan akhir diastolic ventrikel kiri. Curah
jantung diukur dengan suatu lumen termodelusi yang dihubungkan dengan komputer.

G. Penatalaksanaan

1. Memperbaiki kontraksi miokard/perfusi sistemik:

a. Istirahat total/tirah baring dalam posisi semi fowler


b. Memberikan terapi Oksigen sesuai dengan kebutuhan
c. Memberikan terapi medik : digitalis untuk memperkuat kontraksi otot
jantung

2. Menurunkan volume cairan yang berlebihan


a. Memberikan terapi medik : diuretik untuk mengurangi cairan di jaringan
b. Mencatat intake dan output
c. Menimbang berat badan
d. Restriksi garam/diet rendah garam
3. Mencegah terjadinya komplikasi
a. Mengatur jadwal mobilisasi secara bertahap sesuai keadaan klien
b. Mencegah terjadinya immobilisasi akibat tirah baring
c. Merubah posisi tidur
d. Memperhatikan efek samping pemberian medika mentosa; keracunan
digitalis
e. Memeriksa atau memonitor EKG
4. Pengobatan pembadahan Komisurotomi

Hanya pada regurgitasi aorta akibat infeksi aorta, reparasi katup aorta dapat
dipertimbangkan. Sedangkan pada regurgitasi aorta akibat penyakit lainnya
umumnya harus diganti dengan katup artifisial. Indikasi pada keluhan sesak
napas yang tidak dapat diatasi dengan pengobatan symptomatik. Bila
ekhokardiografi menunjukkan sistole ventrikel kiri 55 mm, atau fractional
shortning 25% dipertimbangkan untuk tindakan operasi sebelum timbul gagal
jantung.
5. Pendidikan kesehatan, menyangkut penyakit, prognosis, pemakaian obat-
obatan serta mencegah kekambuhan

a. Menjelaskan tentang perjalanan penyakit dan prognosisnya


b. Menjelaskan tentang kegunaan obat-obat yang digunakan, serta
memberikan jadwal pemberian obat
c. Merubah gaya hidup/ kebiasaan yang salah : merokok, stress, kerja berat,
minum alkohol, makanan tinggi lemak dan kolesterol
d. Menjelaskan tentang tanda-tanda serta gejala yang menyokong terjadinya
gagal jantung, terutama yang berhubungan dengan kelelahan, lekas capai,
berdebar-debar, sesak napas, anoreksia, keringat dingin
e. Menganjurkan untuk kontrol semua secara teratur walaupun tanpa gejala
f. Memberikan dukungan mental; klien dapat menerima keadaan dirinya
secara nyata/realitas akan dirinya baik

6. Terapi Farmakologis :
a. Glikosida jantun Digitalis, meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung
dan memperlambat frekuensi jantung. Efek yang dihasillkan : peningkatan
curah jantung, penurunan tekanan vena dan volume darah dan
peningkatan diurisi dan mengurangi oedema.
b. Terapi diuretic, diberikan untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui
ginjal. Penggunaan harus hati-hati karena efek samping hiponatremia dan
hipokalemia.
c. Terapi vasodilator, obat-obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi
impadasi tekanan terhadap penyemburan darah oleh ventrikel. Obat ini
memperbaiki pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas vena
sehingga tekanan pengisian ventrikel kiri dapat diturunkan.

7. Dukungan diit : pembatasan natrium untuk mencegah, mengontrol atau


menghilangkan oedema.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS

A. Identitas Pasien

1. Nama Pasien : Tn. R

Nama : Tn. R

TTL : 24/01/1947

Umur : 71 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Alamat : Jln. Bujana Rasyid No. 154 Muara Enim

Pekerjaan : Pensiunan PNS

Tanggal masuk : 02-03-2020

No RM : 01.55.17 : 01.55.17

Diagnosa Medis : CHF Syok Kardiogenik Kardiogenik  

2. Nama Penanggung Jawab  

Nama : Ny. S

Pendidikan : SMA

Alamat : Jln. Bujana Rasyid No. 154 Muara Enim

Agama : Islam

Pekerjaan : IRT

Status hubungan : Istri


B. Riwayat Kesehatan

1. Keluhan utama

Pasien mengeluh sesak napas

2. Riwayat kesehatan sekarang

Pasien megatakan sesak napas +/- 2 jam sebelum masuk rumah sakit, dibawa ke IGD
Rumah Sakit pada tanggal 28/02/2020 jam 10.00 WIB, dengan TD : 90/50mmHg,  N : 60
x/menit, 60 x/menit, RR: 28 x/menit 28 x/menit T: 36,1°C. Kemudian pasien dirawat
dirawat di ruang Cemara sampai tanggal 02/03/2020, pasien pindah ke ruang ICU tanggal
02/03/2020 jam 15.00WIB dengan keluhan sesak napas, KU lemah, Kesadaran
composmentis, saat dikaji TD : 100/75 mmHg, N : 83 x/menit, RR : 27 x/menit, S: 37 C

3. Riwayat kesehatan dahulu

Pasien mengatakan +/- 1 minggu yang lalu dirawat dengan kardiomiopati dilatasi

4. Riwayat kesehatan keluarga

Pasien mengatakan keluarganya tidak ada yang mempunyai sakit seperti ini, tidak
mempunyai penyakit keturunan dan tidak mempunyai penyakit menular.

C. Pengkajian Primer

1. Airway

Tidak terdapat lendir atau sputum pada jalan napas pasien, tidak ada bunyi napas
tambahan.

Dx : -

2. Breathing

Menggunakan otot tambahan, RR : 27 x/menit, napas tidak ada cuping hidung,


terpasang O2 nasal kanule 3 liter/menit, pernapasan dispneu, kedalaman napas dangkal,
tidak terpasang ventilator.

Dx : ketidakefektifan pola napas

3. Circulation
Tidak ada sianosis, akral kulit hangat, CRT < 3 detik. TD : 100/75 mmHg,  N : 72
x/menit, RR : 27  N : 72 x/menit, RR : 27 x/menit, S: 37 x/menit, S: 37 0C., tidak terdapat
perdarahan.

Dx : -

4. Disability

Tingkat kesadaran Composmentis, GCS 15 = E4 M6 V5, Pupil isokor, diameter pupil


2 mm kanan dan kiri, ekstremitas bawah lemah, nilai kekuatan otot

5 5

5 5

Dx : -

5. Eksposure

Tidak ada cedera leher, tidak ada jejas, tidak ada fraktur

Dx : -

D. Pengkajian Sekunder

1. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Lemah
2. Kesadaran : Composmentis
3. GCS 15 : E 4 M 6 V5
4. Tanda-tanda vital
 Td :100/75 mmHg  
 Nadi : 83X/ menit
 RR : 27 x/ menit
 S : 37 C
 SpO2 : 99 %
5. Kepala : Mesosephal, rambut hitam, tidak rontok dan bersih
6. Mata : Cekung, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
7. Hidung : Bersih, tidak ada discharge, tak ada nafas cuping hidung
8. Mulut : Bersih mukosa bibir kering, tidak ada sianosis
9. Telinga : Simetris, bersih, tidak ada serumen
10. Leher : Tidak ada kaku kuduk, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak
ada nyeri tekan
11. Dada : Simetris, ada retraksi otot dada, pengembangan dada simetris

12. Jantung
 I : Ictus kordis tak tampak
 Pa : ictus kordis teraba di SIC IV& V mid klavikula
 Pe : Pekak, tak ada pembesaran jantung
 A : Bunyi jantung jantung murni BJ I-II
13. Paru
 I : Ictus kordis tak tampak
 Pa : ictus kordis teraba di SIC IV& V mid klavikula
 Pe : Pekak, tak ada pembesaran jantung
 A : Bunyi jantung jantung murni BJ I-II
14. Abdomen
 I : Perut tampak datar, simetris simetris
 Au : Bising usus 11 x/menit
 Pa : tidak ada distensi, tak ada pembesaran hati dan limfa
 Pe : timpani
15. Genetalia : Tidak terpasang kateter (riwayat BPH)
16. Ektremitas : Normal, tidak sianosis, kapilery refill time < 3 detik, tidak ada
oedem, ekstremitas bawah mengalami kelemahan
17. Kulit : kulit tampak sedikit kering, sawo matang dan, turgor kulit baik

E. Pola Pengkajian Fungsional

No. Aktivitas Sebelum sakit Sesudah sakit


1. Pola Nutrisi Pasien mengatakan makan Pasien di beri makanan
a) Makan rutin 3x sehari denggan yang disediakan oleh
porsi sayur dan lauk pauk rumah sakit pasien
menghabiskan porsi
yang diberikan

b) Minum Pasien minum kurang Pasien minum kurang


lebih sehari 8 gelas/ hari lebih sehari 7 gelas/hari
2. Pola Eliminasi Sebelum sakit pasien Saat di rawat di ICU
BAK & BAB mengatakan tidak pasien belum pernah
mengalami masalah BAB BAK pasien tidak
gangguan BAK ataupun menggunakan kateter
BAB, pasien BAB 1x karena ada riwayat BHP,
sehari dengan konsistensi output urine 100 cc/jam/
lembek warna kuning warna kuning jernih.
kecoklatan bau khas feses Pasien mengatakan
dengan frekuensi kurang sering BAK, dan ganti
lebih 100 cc dan BAK pampers +/- 10x/hari
sehari kurang lebih 6- 7
perhari
3. Istirahat/Tidur Sebelum dan selama sakit Pasien tidur kurang lebih
a) Siang pasien menggatakan tidak 6-8 jam per hari
b) Malam menggalami gangguan
istirahat tidur, pasien tidur
kurang lebih 6-8  jam per
hari
4. Pola Hygiene Sebelum sakit pasien Selama dirawat di ICU
a) Mandi mandi, ganti baju, dan pasien hanya ganti baju
b) Ganti baju melakukan oral hygiene jika kotor
c) Oral haygiene 2x/hari
5. Aktivitas/Mobilitas Sebelum sakit aktivitas Selama di rawat di ICU
fisik dilakukan mandiri, dan aktivitas dibantu
mobilitas fisik dilakukan perawat dan keluarga,
tanpa alat  bantu dan mobilitas fisik
pasien di bed rest total
6. Komunikasi Sebelum sakit pasien  bisa Saat dikaji pasien
berkomunikasi dengan kooperatif dan dapat
baik dengan orang lain berinteraksi dengan
perawat

F. Data Penunjang

1. Hasil Pemeriksaan EKG

Kesan : Reguler

2. Hasil Pemeriksaan Echocardiography

Kesan : Delated Cardiomiopaty

3. Hasil Rontgen Thorax

Kesan : Kardiomegali, Susp. Bronchopneumonia kanan DD/edma paru

4. Hasil pemriksaan laboratorium tanggal 01 maret 2020 jam 00.42 WIB

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan


a) Hematologi
Hemoglobin 12,7 g/dl 11,7-15,5
Leokosit 7,68 10^/ul 4,0-10,0
Hematokrit 36,5 % 35-47
Eritrosit 4,38 10^6/ul 3,8-5,2
Trombosit 271 10^3/ul 150-400
MCV 83,3 u/L   82-92
MCH 29,0 pg 27-31
MCHC 34,8 g/dl 32-36
b) Differensial Count
NEUT% 74,7 % 50-70
LYMPH% 14,1 % 0-40
MONO% 9,5 % 2-8
EO% 1,7 % 1-3
BASO% 0,3 % -
c) Kimia Klinis
BSS 158 mg/dl 70-115
Colesterol total 280 mg/dl < 200
Ureum *118 mg/dl 10-50
Creatinin *3,1 mg/dl L,0,9-1,3 P. 0,6-
1.1

5. Terapi Obat
Tanggal 02/03/2020
1. IVFD RL Gtt XV x/menit
2. Nacl 100 Cc drip 1 ampul Dobutamin gtt 3 micro
3. Furosemid 1-1-0
4. Letonal 1x25 mg
5. Digoxin 2x1 tab
6. Captopril 2x6,25 tab
7. Aspilet 1x1 tablet
Analisa Data

Nama px : Tn. R

Umur : 71 thn

Dx Medis : CHF

No Data Etiologi Problem


.
1. Ds : pasien mengatakan sesak Penurunan ekspansi paru Ketidakefektifan pola
nafas nafas
Do :
1. TD : 100/75 mmHg
Nadi : 83x/menit
RR : 27x/menit
S : 37°C
2. Terpasang O2 3 liter/menit
3. Ada otot bantu pernapasan
4. Pola nafas tidak efektif
5. Kedalaman pola nafas
dangkal
6. Ada bunyi tambahan
ronkhi
2. Ds : Pasien mengatakan sesak Perubahan kontraktilitas Resiko penurunan curah
nafas jantung
Do :
1. Pasien mampu duduk
2. TD : 100/75 mmHg
Nadi : 83x/menit
RR : 27x/menit
S : 37°C
SpO2 : 99%
3. Ds : Ketidakseimbangan antara Intoleransi aktivitas
1. Pasien mengatakan sesak suplai Dan kebutuhan
nafas oksigen
2. Pasien mengatakan lemah
Do :
1. Pasien tampak
keletihan/lemah
2. Pasien tampak
turah baring
ditempat tidur
3. Terkadang O2 3
liter/menit
4. TD : 100/75 mmHg
Nadi : 83x/menit
RR : 27x/menit
S : 37°C
SpO2 : 99%

Dx Kep :

1. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktifitas


2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penu berhubungan dengan
penurunan ekspansi paru
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai O2 dengan
kebutuhan oksigen
Intervensi Keperawatan

Nama px : Tn. R

Umur : 71 thn

Dx Medis : CHF

No Diagnosa Kep Kriteria Hasil Intervensi Rasional


1 Risiko penurunan curah jantung berhubungan Setelah dilakukan 1. Monitor saturasi  Dokumentasi
dengan perubahan kontraktifitas. Tindakan keperawatan oksigen ditujukan sebagai
selama 2x7 jam 2. Monitor tekanan bukti tertulis dalam
diharapkan tidak terjadi darah (termasuk tindakan
penurunan curah jantung, tekanan darah keperawatan tentang
dengan KH: ortostatik, jika kondisi dan tindakan
 Tidak sianosis perlu) yang telah diberikan
 Gambar EKG 3. Monitor EKG 12 kepada klien
tidak sadapan  Status respirasi yang
menunjukkan 4. Monitor fungsi buruk bisa saja
perluasan infark alat jantung disebabkan oleh
 RR 16-24x/menit edema paru dan ini
 CRT 3-5 detik erat kaitannya

 N 60-100x/menit dengan terjadinya


 TD 120/80 mmHg gagal jantung
 Penurunan kardiak
output akan sangat
berpengaruh
terhadap sistemik
tubuh
 Melihat karakteristik
nyeri yang dialami
klien sehingga akan
mempengaruhi
tindakan
keperawatan dan
diagnose yang akan
ditegakkan.
2 Ketidakefektifan pola nafas berhubungan Setelah dilakukan 1. Monitor polas  Distress pernafasan
dengan penu berhubungan dengan penurunan Tindakan keperawatan napas (frekuensi, dan perubahan pada
ekspansi paru selama 2x7 jam pola kedalaman, usaha tanda vital dapat
napas efektif dengan KH: napas) terjadi sebagai
 RR normal 16- 2. Monitor bunyi akibat stress
24x/menit napas tambahan fisiologi dan nyeri
 Tidak ada bunyi (mis, gurgling, atau dapat
napas tambahan mengi, wheezing, menunjukkan
 Tidak ada rokhi kering) terjadinya syok
penggunaan otot 3. Pertahankan sehubungan dengan
bantu pernapasan kepatenan jalan pendarahan
 AGD normal napas dengan  Bunyi nafas
head-tilt dan chin- menurun/tidak ada
lift (jaw-thrust jika bila jalan nafas
curiga trauma abstruks sekunder
servikal) terhadap
4. Posisikan semi perdarahan,bekuan
fowler atau fowler atau kolaps jalan
nafas kecil
 Merangsang fungsi
pernafasan/ekspansi
paru
 Meningkatkan
gerakan secret ke
jalan nafas sehingga
mudah untuk
dikeluarkan
 Membantu
mengencerkan
secret,sehingga
mudah untuk
dikeluarkan
 Memberikan
kelembapan pada
membrane mukosa
dan membantu
pengenceran secret
untuk memudahkan
pembersihan
 Meningkatkan
pengiriman oksigen
ke paru untuk
kebutuhan
sirkulasi,kususnya
pada adanya
penurunan/gangguan
ventilasi.
3 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Setelah dilakukan 1. Monitor pola dan  Mengkaji setiap
ketidakseimbangan antara suplai O2 dengan Tindakan keperawatan jam tidur aspek klien terhadap
kebutuhan oksigen selama 2x24 jam 2. Sediakan terapi latihan yang
diharapkan terjadi lingkungan direncanakan.
peningkatan toleransi nyaman dan  Aktivitas yang
aktivitas pada pasien, rendah stimulus terlalu berat dan
dengan KH: (mis, cahaya, tidak sesuai dengan
 Frekuensi jantung suara, kunjungan) kondisi klien dapat
60-100x/menit 3. fasilitasi aktivitas memperburuk
 TD normal pengganti saat toleransi terhadap
mengalami latihan.
keterbatasan  Melatih kekuatan
waktu, energi, atau dan irama jantung
gerak selama aktivitas
4. koordinasikan  EKG memberikan
pemilihan aktivitas gambaran yang
sesuai usia akurat mengenai
konduksi jantung
selama istirahat
maupun aktivitas
 Memudahkan klien
untuk mengenali
kelelahan dan waktu
untuk istirahat
 Mengetahui sumber
asupan energi klien
 Mengetahui etiologi
kelelahan,apakah
mungkin efek
samping obat atau
tidak.
 Mencegah
timbulnya sesak
akibat aktivitas fisik
yang terlalu berat.
 Mengetahui
efektifitas terapi o2
terhadap keluhan
sesak selama
aktivitas.

Anda mungkin juga menyukai