A (82 Tahun)
Disusun Oleh :
SARJANA KEPERAWATAN
2019/2020
KATA PENGANTAR
Atas karunia Allah SWT akhirnya kelompok kami dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada TN.A dengan diagnose medis CHF
(congestive heart failure) ”
Harapan kami semoga hasil yang telah dicapai dalam makalah ini dapat
bermanfaat.Untuk penyempurnaan penulisan, diharapkan saran dan kritik yang
membangun demi perbaikan selanjutnya.
Penyusun
1
BAB l
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk
memompa darah ke seluruh tubuh. Gagal jantung kongestif adalah kumpulan
gejala klinis akibat kelainan struktural ataupun fungsional jantung yang
menyebabkan gangguan kemampuan pengisian ventrikel dan ejeksi darah ke
seluruh tubuh (AHA, 2014).
1
2
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud dengan CHF (congestive heart failure) ?
2. Apa saja etiologi CHF (congestive heart failure) ?
3. Apa saja patofisiologi CHF (congestive heart failure)
4. Apa saja klasifikasi CHF (congestive heart failure) ?
5. Apa saja tanda dan gejala CHF (congestive heart failure) ?
6. Apa saja komplikasi CHF (congestive heart failure) ?
7. Apa saja pemeriksaan diagnostik CHF (congestive heart failure) ?
8. Apa saja penatalaksanaan CHF (congestive heart failure) ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui CHF (congestive heart failure)
2. Untuk mengetahui etiologi CHF (congestive heart failure)
3. Untuk mengetahui patofisiologi CHF (congestive heart failure)
4. Untuk mengetahui klasifikasi CHF (congestive heart failure)
5. Untuk mengetahui tanda gejala CHF (congestive heart failure)
6. Untuk mengetahui komplikasi CHF (congestive heart failure)
7. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic CHF (congestive heart failure)
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan CHF (congestive heart failure)
3
BAB ll
TINJAUAN TEORI
A. Definisi CHF
Gagal jantung kongestif atau congestive heart failure (CHF) merupakan
kondisi dimana fungsi jantung sebagai pompa untuk mengantarkan darah
yang kaya oksigen ke tubuh tidak cukup untuk memenuhi keperluan-
keperluan tubuh (Lauralee Sherwood, 2012; Saferi & Mariza, 2013).
B. Etiologi CHF
Menurut Kowalak (2013) menjelaskan bahwa etiologi dari CHF antaralain :
1. Kelainan otot jantung
Gagal jantung paling sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,
menyebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang
mendasari penyebab kelainan fungsi otot mencakup ateroskolosis
coroner, hipertensi arterial, penyakit otot degenerative atau inflamasi.
2. Aterosklorosis coroner
2. CHF Dextra
CHF dextra adalah ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah kongesti
visera dan jaringan perifer. Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak
dapat mengosongkan volume darah dengan adekuat sehingga tidak dapat
mengakomodasi semua darah yang secara normal kembali dari sirkulasi
vena. Manifestasi klinis yang tampak meliputi edema ekstremitas bawah
(edema dependen),yang biasanya merupakan pitting edema, pertambahan
berat badan, hepatomegali(pembesaran hepar), distensi vena leher, asites
(penimbunan cairan dalam rongga peritoneum), anoreksia dan mual,
nokturia dan lemah.
KELA
DEFINISI ISTILAH
S
Disfungsi ventrikel
Klien dengan kelainan jantung tetapi tanpa
I kiri yang
pembatasan aktivitas fisik
asimtomatik
II Klien dengan kelainan jantung yang Gagal jantung
menyebabkan sedikit pembatasan aktivitas ringan
fisik
III Klien dengan kelainan jantung yang Gagal jantung
menyebabkan banyak pembatasan aktivitas sedang
fisik
IV Klien dengan gangguan jantung yang segala Gagal jantung berat
bentuk aktivitas fisiknya akan menyebabkan
keluhan
7
a) Oedem perifer
b) Peningkatan BB
d) Hepatomegali
e) Asites
f) Pitting edema
g) Anoreksia
h) Mual
F. Komplikasi CHF
1. Edema paru
2. Gagal ginjal akut
3. Aritmia
Komplikasi kronis gagal jantung meliputi:
1. Intoleransi terhadap aktivitas
2. Gangguan ginjal
3. Kakeksia jantung
4. Kerusakan metabolic
5. Tromboembolisme
10
H. Penatalaksanaan CHF
Dikutip dalam Kowalak (2013) dan Nurarif (2015), penatalaksanaan gagal
jantung dapat mencakup:
1. Pemberian inhibitor ACE pada pasien yang menderita disfungsi ventrikel kir
untuk mengurangi produksi angiotensin II yang hasilnya berupa
penurunan preload dan afterload
2. Pemberian digoksin pada pasien gagal jantung yang disebabkan disfungsi
sistolik ventrikel kiri; pemberian diagnosin dilakukan untuk meningkatkan
kontraktilitas miokardium, memmperbaiki curah jantung, mengurangi volume
ventrikel, dan menurunkan tegangan ventrikel
3. Pemberian diuretik untuk menurunkan kelebihan muatan volume cairan dan
aliran balik vena
4. Pemberian preparat beta-bloker pada pasien gagal jantung kelas II atau III
menurut klasifikasinya NYHA (New York Heart Association) yang disebabkan
oleh disfungsi sistolik ventrikel kiri; pemberian preparat beta-bloker dilakukan
untuk mencegah remodeling.
5. Terapi inotropik dengan dobutamin atau milrinon untuk penanganan akut
eksaserbasi gagal jantung
6. Terapi inotropik kronis atau intermiten kronis untuk menabah kontraktilitas
ventrrikel guna menghindari eksaserbasi gagal jantung pada pasien gagal
jantung kelas IV NYHA
7. Pemberian neseritida, yaitu human B-type natriuretic peptide, untuk
meningkatkan diuresis dan mengurangi afterload dalam penatalaksanaan akut
eksaserbasi gagal jantunng
8. Pemberian diureetik, nitrat, morfin, dan oksigen untuk mengatasi edema paru
9. Modofikasi gaya hidup (untuk mengurangi gejala gagal jantung), seperti
penurunan berat badan (jika pasien gemuk), pembatasan asupan natrium (3
g/hari) serta alkohol, penurunan asupan lemak, penghentian keniasaan merokok,
pengurangan stres, dan pengembangan program latihan (gaagal jantung tidak
lagi merupakan kontraindikasi untuk melakukan latihan dan rehabilitasi jantung)
12
10. Pembedahan bypass arteri koronaria atau angioplasti untuk gagal jantung akibat
PJK
11. Transplantasi jantung pada passien yang telah mendapatkan pengobatan yang
agresif tetap mengalami keterbatasan atau harus di rawat dirumah sakit berkali-
kali
12. Pembedahan atau prosedur invansif yang lain dapat di rekomendasikan pada
pasien gagal jantung dengan keterbatasan yang berat atau hospitalisasi berkali-
kali meskipun telah dilakukan pengobatan yang maksimal. Beberapa prosedur
masih bersifat kontroversial dan dapat mencakup kardiomioplasti, pemasangan
pompa balon intraaorta, penggunaan alat bantu ventrikel yang bersifat mekanis.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Kasus
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
b. Anamnesa
1) Keluhan Utama
Klien mengeluh sesak nafas
13
14
Keluarga klien mengatakan klien sudah 4 hari panas demam suhu tidak turun
dan tidak nafsu atau enggan untuk makan, klien dibawa langsung ke IGD RSAI
oleh keluarganya pada tanggal 9 Juli 2019.
Ketika dilakukan pengkajian di IGD RSAI pada tanggal 9 Juli 2019 pukul
20.00 WIB, klien mengeluh panas badan demam sudah 4 hari dan tidak nafsu K/u
lemah, akral hangat, nadi kuat reguler, febris suhu 38.9OC, makan minum susah
diuresis(-), diaporesis (-), turgor kulit tidak elastis, mukosa bibir kering. kesadaran
CM dengan GCS 15 (E4, M6, V5) dan Klien diberikan terapi injeksi keterolac 1
amp, ranitidine, ondancentron 4 mg IV, sanmol forte, pengambilan darah vena
15
Pada tanggal 11 juli 2019 pukul 06.31 wib di ruang ICU klien sulit dikaji
karena penururnan kesadaran, K/u berat Sopor (DPO post valium, kejang saat
datang ke icu) pupil isokor -1/-1 kejang 1x, renjatan sering sebentar RR 12x/menit
(nafas seperti tidak ada) dengan O2 via ETT Sambi Ventilator mode VC SaO2
97% TD : 107/74 N : 112x/menit irama regular, pulsasi lemah, akral hangat, S :
37.4oC, NGT tersambung urine bag indikasi stress ulcer. diuresis(-)
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 15 Juli 2019 diruang ICU, klien masih
terlihat lemah, kesadaran sopor dengan GCS 6 (E2, M3, V1), Kejang (-),
terpasang alat bantu nafas mekanik ventilator dengan mode support CPAP PEEP
5, FiO2 35, MV 6.8, melalui jalur nafas ETT dengan posisi fowler 15O. Hasil
pemeriksaan TTV : TD: 173/90 mmHg, N: 95x/m ,R: 22x/m ,S: 37,5c dan SO2
96%. Terdengar suara napas tambahan crecles halus di bagian paru bagian kiri dan
16
kanan bawah dan suara jantung terdengar regruitasi, retraksi dada (+). Klien
dipuasakan.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Kesadaran : Sopor
TD : 168/91 mmHg
Nadi : 87x/menit
RR : 31x/menit
Suhu : 37,6c
Saturasi O2 : 96%
BB : 60 kg
TB : 165 cm
BMI : 22
Resiko Jatuh : Ya
2) Pernapasan
Kecepatan : Tachipneu
Penggunaan otot
bantu pernapasan : Retraksi dada
Penurunan kotraksi
otot pernapasan : tidak
Peningkatan
diameter anterior
posterior : Tidak
3) Persarafan
GCS Score : E 2, M 3, V 1 = 6
Kejang : Ada
Paralisis : Ada
Refleks : Mengedip
4) Kardiovaskuler
Gambaran jantung : AF
Diaporesis : Tidak
Perdarahan : Tidak
19
5) Pencernaan
Ascites : Tidak
Konsistensi : Lunak
Konstipasi : Tidak
6) Perkemihan
Infus : 20 cc/jam
Makan/minum : ±120 cc
No kateter : 16/30 cc
Hidroneprosis : Tidak
7) Muskuloskeletal
T T - -
T T - -
Kontraktur sendi (+ / -)
21
- -
- -
8) Integumen
9) Kebutuhan Edukasi
Hambatan edukasi : Ya
Libatkan rohaniawan : Ya
Libatkan keluarga : Ya
(Lingkari skor sesuai dengan jawaban, Total skor adalah jumlah skor yang dilingkari)
No Parameter Skor
1. Apakah pasien mengalami penurunan berat badan yang tidak diinginkan
dalam 6 bulan terakhir ?
a. Tidak penurunan berat badan
1
b. Tidak yakin / tidak tahu / terasa baju lebih longgar
2
c. Jika ya, berapa penurunan berat badan tersebut
1-5 kg 1
6-10 kg 2
11-15 kg 3
> 15 kg 4
Tidak yakin penurunannya 2
2. Apakah asupan makan berkurang karena berkurangnya nafsu makan ?
a. Tidak
0
b. Ya
1
Total skor
3
23
2) Echocardiografi
-
3) Radiologi (Foto torax)
Kesan : Elongatio Aortae dengan Cardiomegali dan bendungan paru (11-07-2019)
4) EKG
Kesan : -
5) Terapi obat
Waktu
Nama Dosis Pemberian Indikasi
P S S M
Aminofluid 1250cc Drip Terapi elektrolit
Ciprofloaxin IV Antibiotik
Terapi asam amino
Kidmin Drip 7.2% meningkatkan
sintesa protein otot
Waktu
Nama Dosis Pemberian Indikasi
P S S M
Dextrose 5% 100cc Drip Terapi glukosa
Clinoleic 20% 250cc IV Asam lemak fisiologis
Untuk mencegah
Metronidazol
3x500 Drip 06 14 22 penyebaran bakteri
e
(antibiotic)
Combiven sebagai
bronchodilator yang
Nebu digunakan untuk
2x1 Inhalasi 14 20
Combiven, mengatasi penyakit
saluran pernapasan.
Untuk mengurangi
cairan berlebih
(diuretic) dalam tubuh
Furosemid 5mg/jam IV
yang disebabkan oleh
kondisi seperti gagal
jantung
Obat inotropic yang
berfungsi untuk
3
mengatasi gejala
Dopamin mcg/kgB IV
hipotensi dan syok
B/menit
akibat serangan
jantung/gagal jantung
3 x
Paracetamol PO 09 15 21 Antipireutik
500mg
Mengobati tukak
Sucralfat 3 x 10ml PO 09 15 21
lambung
Phenitoin 3 x PO 09 15 21 Antikonfulsif
Waktu
Nama Dosis Pemberian Indikasi
P S S M
100mg
Acitelcistein 3X1 PO 09 15 21 Mukolitik
Antihipertensi pada
Spirola 1 x 25 mg PO 07
gagal jantung
Menetralkan asam
Bicarbonat 3x1 mg PO 07 15 21
darah
B. Analisa Data
- Kesadaran : Supor
- RR = 31x/ menit CHF
- TD = 168/91 mmHg
Gagal jantung kiri
- Bunyi napas tambahan
crecles halus di paru
Gangguan di jantung
bagian kiri dan kanan koroner
DS : Tersumbat
/rupture
- Tidak terkaji.
Kegagalan memompa ke
daerah sistemiuk
Kontraktilitas
Cop
-
Sinkop
Kesadaran
Dipasang ETT
Dipasang ventilasi
MK : Disfungsi
Respon
Pemyapihan
Ventilator
Adanya gangguan jantung di koroner
2. DS :
- Klien mengatakan Pemasok darah ke jantung berkurang
memiliki riwayat
penyakit paru-paru
Pompa jantung tidak ade kuat
DO :
Kontraktilitas menurun
- Terdapat retraksi dada
(funnel chest)
Beban jantung meningkat
- Adanya Takipne
- RR : 31x/menit Atrofi serabut otot
- Terdapat Cardiomegaly
CHF
Tersumbat/rup
ture
Kegagalan memompa ke
daerah sistemiuk
Kontraktilitas
Cop
Diteruskan ke belakang ke
dalam pembuluh darah
(backward failure)
Diteruskan ke belakang ke
dalam pembuluh darah
Edema paru
Ekspansi paru
sesak
MK : Ketidakefektifan Pola
Napas
3 DO : Resiko sindrom
Adanya gangguan jantung di koroner
Tidak Terkaji
CHF
Gangguan di jantung
koroner
Tersumbat
/rupture
Kegagalan memompa ke
daerah sistemiuk
Kontraktilitas
Cop
Aliran darah ke otak
Sinkop
Kesadaran
Imobilitas total
Syndrome disuse
Diagnosa Keperawatan Prioritas :
Diagnosa
NO Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Disfungsi respon Setelah dilakukan tindakan Mechanicai ventilation 1. Agar penyepihan
penyapihan ventilator keperawatan selama 7 x 24 weaning berjalan dengan
b.d bersihan jalan jam status pernafasan : 1. Monitor pemicu lancer.
2. Agar klien
nafas tidak efektif ventilasi dengan, kemampuan untuk
terhindar dari
Kriteria Hasil : mentoleransi
infeksi
Definisi : - Tanda tanda vital penyapihan berdasarkan
3. Agar klien
ketidakmampuan dalam rentang normal protocol (mosalnya.
menggunakan otot
untuk mengatur pada (TD : 130/80 mmHg , Tingkat (ventilator
penyepihan dengan
tekanan terendah Nadi : 60-100, RR : 16- mekanik) untuk
baik
dukungan ventilasi 20 x/menit.) dimatikan, kapasitas 4. Untuk mengetahui
mekanik saat - Bunyi nafas normal vital, Vd/Vt, MVV, kekuatan insprasi
menjelang dan vasikuler kemampuan bernapas klien
- Saturasi oksigen normal 5. Agar klien terbebas
memperpanjang sendiri,FEV, tekanan
99-100 % dari infeksi
proses penyapihan - Tidak ada slime inspirasi negative )
6. Agar tidak adanya
- Frekuensi pernafasan 2. Monitor dan pastikan slime
7. Untuk mengetahui
16-24x/ menit klien bebas dari infeksi
respirasi klien.
sebelum penyepihan.
3. Posisikan klien agar
dapat menggunakan
otot penyepihan terbaik
dan optimalkan fungsi
diafraghma atau
penurunan diafaragma
4. Monitor kapasitas vital,
kekuatan inspirasi
5. Pastikan pasien bebas
dari tanda tanda infeksi
sebelum dilepas
6. Suktion jalan nafas
7. Monitor respirasi dan
status O2
8. Kolaborasikan untuk
melakukan interapsi
sedasi
9. Konsultasikan dengan
dokter metode
penyapihan yang di
pilih
2. Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tidakan 1. Ganti tali ET setiap 24 1. Agar terhindar dari
napas b.d keperawatan selama 3 x 24 jam, infeksi kulit dan infeksi
2. Untuk memotitor
hiperventilasi jam, respon penyapihan mukosa mulut, dan
slime ata atau tidak
ventilasi mekanik dengan lakukan reposisi ET
3. Mempertahankan
Kriteria Hasil : diposisi mulut secara
posisi selang ET
- Kedalaman bergantian 4. Untuk mengetahui
2. Auskultasi suara paru
pernapasan spontan posisi selang ET
- Saturasi oksigen kanan 5. Untuk mengetahui
3. Catat perubahan posisi
normal 99-100% ada atau tidak
- Tekanan ekspirasi ET dalam cm untuk
recles pada saat
prositf (PEEP) memonitor kemunginan
bernapas
- Hasil foto toraks tidak perubhan selang ET 6. Untuk mengetahui
ada cardiomegaly 4. Lakukan pemeriksaan
apakah masih ada
dengan bendungan foto thorax untuk
slime atau tidak.
paru mengetahui posisi
- Tidak ada buyi crecels selang, jika diperlukan,
halus lakukan pemeriksaa
rongsen dada untuk
memitor posisi selang
ET atau TT
5. Monitor recles dijalan
nafas
6. Monitor warna, jumah
dan konsistensi mucus
atau slime
7. Berikan terapi nebulizer
yang sesuai.
3. Resiko Sindrom Setelah dilakukan tindakan 1. Hindari menggunakan 1. Agar menghinndari
disues keperawatan selama 3 x 24 kain linen, kasur yang terjadinya decubitus
jam diharapkan masalah teksturnya kasar dan luka
2. Jaga kain linen kasus 2. Menghindari infeksi
risiko sindrom disuse dapat
tetap bersih, kering dan dan decubitus
teratasi dengan kriteria
3. Agar pasien tidak
bebas kerutan
hasil :
3. Genukan alat di tempat jatuh
- Klien bebas dari 4. Mencegah terjadinya
tidur yang melindungi
tanda gejala infeksi luka decubitus akibat
pasien
- Menunjukan 4. Balikan pasien yang tekanan
kemampuan untuk 5. Agar agar terhidar
tidak dapat mobilitasi
timbulnya infeksi paling tidak 2 jam, dari komplikasi tirah
- Jumlah leukosit
sesuai dengan jadwal baring.
dalam batas normal 6. Menggerakan otot dan
yang spesifik.
(4000-10.000) 5. Monitor kompilkasi dari sendi agar tidak
- Tidak adanya tirah baring (tonus otot, kakudan atropi
paralisis konstipasi, kesulitan
dalam berkemih.)
6. Dorong latihan ROM
pasif
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil beberapa pembahasan dan temuan dapat di simpulkan bahwa
kondisi gagal jantung diakibatkan oleh beberapa penyakit diantaranya karena
hipertensi, seperti halnya yang terjadi pada pasien kelolaan yang dijadikan kasus
individu . Beberapa temuan tanda dan gejala yang terjadi seperti kelemahan, sesak
nafas, kaki bengkak, kardiomegali dengan edema paru.
B. Saran
Partisipasi keluarga sangat penting dalam pengobatan, dorongan dan dukungan dari
anggota keluarga adalah hal yang tak bisa tergantikan, dan membutuhkan kesabaran
dan pengertian dari mereka semua
DAFTAR PUSTAKA
AHA. 2013. AHA Guidline for The Management of Heart Failure. American Heart
Association.
Essafitri.2013.jurnal.stelevasimiokardinfakanteroseptal.vol.1no.4.pdf.
Halimuddin.(2015). Pengaruh model aktivitas dan latihan intensitas ringan klien gagal
jantung terhadap tekanan darah. Idea Nursing Journal
ISSN: 2087-2879.
Kowalak. 2014. Bukuajarpatofisiologi.penerbit buku kedokteran.EGC
Miranda Yuneid (2017). Penatalaksanaan Efek Samping Penggunanaan Digoxin Pada
Pasien Dewasa Penderita Gagal Jantung Di Rumah Sakit Islam Jakarta Periode
Januari – Maret 2015. Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal (Vol. 1, No. 2, Sept
2016 – Feb 2017) Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta Issn Online: 2502-8413
Mary Baradero. 2014. Asuhan keperawatan klien gangguan kardiovaskular. Buku
kedokteran. EGC; Jakarta.
Muttaqin, arif. 2014. Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan system
kardiovaskular dan hematologi. Salemba Medika: Jakarta