Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny “H” DENGAN DIAGNOSA

MEDIS CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI RUANG


INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD)
RSUD PROVINSI NTB

OLEH :

SUSAN SUNDARI, S.Kep.


134STYJ17

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
MATARAM
2017

Page 1 of 14
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita menjumpai berbagai macam penyakit
yangmembahayakan kehidupan manusia, penyakit yang salah satu yang sering kita jumpai yaitu
penyakityang berhubungan dengan jantung manusia. Penyakit yang cukup berbahaya bagi manusia
yaitu salahsatunya penyakit gagal jantung yang merupakan gagalnya fungsi jantung untuk
memompakan darah keseluruh tubuh, penyakit ini sering kita temui pada anak-anak, gagal jantung
harus segera ditangani karena apabila tidak cepat untuk ditangani maka akan berakibat fatal bagi
orang tersebut.
Gagal jantung adalah keadaan patologik dimana jantung sebagai pompa tidak mampu
memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan . ciri-ciri yang penting dari definisi ini
adalah pertama definisi gagal adalah relatif terhadap kebutuhan metabolic tubuh , kedua penekana arti
gagal ditujukan pada fungsi pompa jantung secara keseluruhan . istilah gagal miocardium ditandai
oleh spesifik pada fungsi miokardium , gagal miokardium umumnya mengakibatkan gagal jantung ,
tetapi mekanisme kompensatorik sirkulasi dapat menunda atau bahkan mencegah perkembangan
menjadi gagal jantung dalam fungsi pompanya .
Istilah gagal sirkulasi lebih bersifat umum daripada gagal jantung . gagal sirkulasi
menunjukkan ketidakmampuan dari sistem kardiovascular untuk melakukan perfusi jaringan dengan
memadai , termasuk perubahan dalam volume darah , tonus vaskuler dan jantung . gagal jantung
kongehestif adalah dimana terjadi bendungan sirkulasi akibat gagal jantung dan mekanisme
kompenstoriknya . gagal jantung kongehestif perlu dibedakan dengan istilah yang lebih umum yaitu
gagal sirkulasi yang hanya berarti kelebihan beban sirkulasi akibat bertambahnya volume darah pada
gagal jantung atrau sebab-sebab diluar jantung .

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui apa itu congestive heart failure (CHF)
2. Tujuan khusus
a. untuk mengetahui apa itu congestive heart failure (CHF)
b. untuk mengetahui apa yang menyebabkan penyakit congestive heart failure (CHF)
c. untuk mengetahui manifestasi klinis penyakit congestive heart failure (CHF)
d. untuk mengetahui apa saja pemeriksaan untuk menunjang penyakit congestive heart
failure (CHF)
e. mengetahui apa saja yang dikaji dalam penyakit congestive heart failure (CHF)
f. mengetahui diagnosa keperawatan penyakit congestive heart failure (CHF)
g. mengetahui rencana tindakan apa yang kita harus lakukan jika menemukan pasien
dengan penyakit congestive heart failure (CHF)

Page 2 of 14
C. Rumusan masalah
a. Apa definisi dari penyakit congestive heart failure (CHF)
b. Apa yang menyebabkan penyakit congestive heart failure (CHF)
c. Bagaimana manifestasi klinis dari penyakit congestive heart failure (CHF)
d. Pemeriksaan apa saja yang dapat menunjang dalam penyakit congestive heart
failure (CHF)
e. Hal apa saja yang harus dikaji dalam pasien congestive heart failure (CHF)
f. Apa diagnosa keperawatan penyakit congestive heart failure (CHF)
g. Serta apa saja rencana tindakan dalam menangani pasien dengan congestive heart failure
(CHF).

Page 3 of 14
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Gagal jantung kongestif atau congestive heart failure (CHF) adalah keadaan
dimana jantung tidak mampu lagi memompakan darah secukupnya dalam memenuhi
kebutuhan sirkulasi badan untuk keperluan metabolisme jaringan tubuh pada keadaan
tertentu, sedangkan tekanan pengisian ke dalam jantung masih cukup tinggi.

Gagal jantung Kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa


darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap
oksigen dan nutrient dikarenakan adanya kelainan fungsi jantung yang berakibat
jantung gagal memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan
atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel
kiri (Braundwald).

Gagal jantung adalah suatu keadaan dimana jantung tidak mampu lagi memompakan
darahsecukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi untuk metabolisme jaringan tubuh,
sedangkantekanan pengisian ke dalam jantung masih cukup tinggi.Gagal jantung kongestif adalah
ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan jaringan terhadp oksigen dan nutrien.(Diane C. Baughman dan Jo Ann C.
Hockley, 2000)

Klasifikasi CHF menurut New York Heart Assosiation (NYHA)


dibagimenjadi :

Kelas I Tidak terdapat batasan dalam melakukan aktivitas fisik.


Aktifitas fisik sehari-hari tidak menimbulkan kelelahan,
palpitasi, atau sesak
Kelas II Terdapat batas aktivitas ringan. Tidak terdapat keluhan saat
istirahat, namun aktivitas fisik sehari-hari menimbulkan
kelelahan, palpitasi, atau sesak nafas
Kelas III Terdapat batasan aktivitas bermakna. Tidak terdapat keluhan
saat istirahat tetapi aktifitas fisik ringan menyebabkan
kelelahan, paplpitasi atau sesak.
Kelas IV Tidak terdapat batasan aktifitas fisik tanpa keluhan, terdapat

Page 4 of 14
gejala saat istirahat. Keluhan meningkat saat melakukan
aktivitas
Tabel 1. Klasifikasi gagal jantung menurut New York Heart Association

B. Etiologi

1. Kelainan otot jantung


Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, disebabkan
menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab
kelainan fungsi otot jantung mencakup ateroslerosis koroner, hipertensi
arterial dan penyakit degeneratif atau inflamasi
2. Aterosklerosis koroner
mengakibatkan disfungsi miokardium karenaterganggunya aliran darah ke otot
jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat).
Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya
gagal jantung. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif berhubungan
dengan gagal jantung karena kondisi yang secara langsung merusak serabut
jantung menyebabkan kontraktilitas menurun.
3. Hipertensi Sistemik atau pulmunal (peningkatan after load)meningkatkan
beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot
jantung.
4. Peradangan dan penyakit myocardium degeneratif, berhubungan dengangagal
jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung,
menyebabkan kontraktilitas menurun.
5. Penyakit jantung lain, terjadi sebagai akibat penyakit jantung yangsebenarnya,
yang secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat
mencakup gangguan aliran darah yang masuk jantung (stenosis katub
semiluner), ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah (tamponade,
pericardium, perikarditif konstriktif atau stenosis AV), peningkatan mendadak
after load
6. Faktor sistemik
Terdapat sejumlah besar factor yang berperan dalam perkembangan dan
beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme (missal : demam,
tirotoksikosis). Hipoksia dan anemi juga dapat menurunkan suplai oksigen ke
jantung. Asidosis respiratorik atau metabolic dan abnormalita elektronik dapat
menurunkan kontraktilitas jantung.

C. Manifestasi klinis

Meningkatnya volume intravaskuler


Kongestif jaringan akibat tekanan arteri dan vena meningkat akibat penurunan curah

Page 5 of 14
jantung. Manifestasi kongesti berbeda tergantung pada kegagalan ventrikel mana yang
terjadi.

1. Gagal Jantung Kiri :


Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri karena ventrikel kiri tak mampu
memompa darah yang dating dari paru.

Manifestasi klinis yang terjadi yaitu :

a. Dispnea, Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan mengganggu


pertukaran gas. Dapat terjadi ortopnoe. Beberapa pasien dapat mengalami
ortopnoe pada malam hari yang dinamakan Paroksimal Nokturnal Dispnea (PND)
b. Batuk
Mudah lelah, Terjadi karena curah jantung yang kurang yang menghambat
jaringan dan sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa
hasil katabolisme. Juga terjadi karena meningkatnya energi yang digunakan untuk
bernafas dan insomnia yang terjadi karena distress pernafasan dan batuk
c. Kegelisahan atau kecemasan, Terjadi karena akibat gangguan oksigenasijaringan,
stress akibat kesakitan bernafas dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi
dengan baik.

2. Gagal jantung Kanan :

a. Kongestif jaringan perifer dan visceral


Oedema ekstremitas bawah (oedema dependen), biasanya oedema pitting,
penambahan BB.
b. Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat
pembesaran vena hepar
c. Anoreksia dan mual, terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena dalam
rongga abdomen
d. Nokturia
e. Kelemahan.

D. Patofisiologi

Setiap hambatan pada arah aliran (forward flow) dalam sirkulasi akan
menimbulkan bendungan pada arah berlawanan dengan aliran (backward congestion).
Hambatan pengaliran (forward failure) akan menimbulkan adanya gejala backward
failure dalam sistim sirkulasi aliran darah. Mekanisme kompensasi jantung pada
kegagalan jantung adalah upaya tubuh untuk mempertahankan peredaran darah dalam
memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan. Mekanisme kompensasi yang terjadi
pada gagal jantung ialah : dilatasi ventrikel, hipertrofi ventrikel, kenaikan rangsang
simpatis berupa takikardi dan vasikonstriksi perifer, peninggian kadar katekolamin

Page 6 of 14
plasma, retensi garam dan cairan badan dan peningkatan eksttraksi oksigen oleh
jaringan. Bila jantung bagian kanan dan bagian kiri bersama-ama dalam keadaan
gagal akibat gangguan aliran darah dan adanya bendungan, maka akan tampak tanda
dan gejala gagal jantung pada sirkulasi sistemik dan sirkulasi paru. Keadaan ini
disebut Gagal Jantung Kongestif (CHF). Skema berikut menjelaskan terjadinya gagal
jantung, sehingga menimbulkan manifestasi klinik : (Lucman J. Sorensen 1989)

E. Pemeriksaan penunjang

a. Radiologi:

 Bayangan hili paru yang tebal dan melebar, kepadatan makin ke pinggir
berkurang
 Lapangan paru bercak-bercak karena edema paru
 Distensi vena paru
 Hidrothorak
 Pembesaran jantung, Cardio-thoragic ratio meningkat
b. EKG :

Dapat ditemukan kelainan primer jantung (iskemik, hipertropi ventrikel, gangguan


irama) dan tanda-tanda faktor pencetus akut (infark miokard, emboli paru)

c. Ekokardiografi :

Untuk deteksi gangguan fungsional serta anatomis yang menjadi penyebab gagal
jantung

d. Kateterisasi Jantung:

Pada gagal jantung kiri didapatkan (VEDP ) 10 mmHg atau Pulmonary arterial
wedge Pressure > 12 mmHg dalam keadaan istirahat. Curah jantung lebih rendah dari
2,7 lt/mnt/m2 luas permukaan tubuh.

Pemeriksaan laboratorium

Elektrolit serum yang mengungkapkan kadar natrium yang rendah sehingga


hasil hemodelusi darah dari adanya kelebihan retensi air, K, Na, Cl, Ureum, gula
darah. Agd dengan pa o2 80 mmHg , pa co2 45 mmHg , terjadi peningkatan enzim
jantung .

Page 7 of 14
F. Pathway
GAGAL JANTUNG

gagal jantung kanan gagal jantung kiri

gagal ventrikel kiri gagal ventrikel kanan

penurunan curah jantung penurunan curah jantung


Masalah Keperawatan

Penurunan Curah jantung


(CO)

Tekanan Atrium kiri Tekanan Atrium kanan meningkat

Tekanan vena pulmonalis meningkat Tekanan vena sistemik meningkat

Masalah keperawatan

Gangguan volume
Oedema Paru terjadi karena cairan gejala klinis :

tekanan arteri pulmonal meningkat oedema kedua tungkai

ascites
Masalah Keperawatan
hepatosplenomegali
Gangguan Pertukaran
gas JVP meningkat

Perfusi jaringan menurun

Sistolik overload pada ventrikel kanan.

Gejala klinis : Masalah keperawatan Masalah keperawatan


 Tachicardi Gangguan aktivitas Gangguan perfusi
 Dispneu / sesak napas jaringan
 Sianosis

Page 8 of 14
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1) pengkajian Primer
a. Airway :
batuk dengan atau tanpa sputum, penggunaan bantuan otot pernafasan,
oksigen, dll
b. Breathing :
Dispnea saat aktifitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal
c. Circulation :
Riwayat HT IM akut, GJK sebelumnya, penyakit katub jantung, anemia, syok
dll. Tekanan darah, nadi, frekuensi jantung, irama jantung, nadi apical, bunyi
jantung S3, gallop, nadi perifer berkurang, perubahan dalam denyutan nadi
juguralis, warna kulit, kebiruan punggung, kuku pucat atau sianosis, hepar ada
pembesaran, bunyi nafas krakles atau ronchi, oedema
2) Pengkajian Sekunder
a. Aktifitas/istirahat :
Keletihan, insomnia, nyeri dada dengan aktifitas, gelisah, dispnea saat istirahat
atau aktifitas, perubahan status mental, tanda vital berubah saat beraktifitas.
b. Integritas ego : Ansietas, stress, marah, takut dan mudah tersinggung
c. Eliminasi :
Gejala penurunan berkemih, urin berwarna pekat, berkemih pada malam hari,
diare / konstipasi
d. Makanana/cairan :
Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, penambahan BB signifikan.
Pembengkakan ekstremitas bawah, diit tinggi garam penggunaan diuretic
distensi abdomen, oedema umum, dll
e. Hygiene : Keletihan selama aktifitas perawatan diri, penampilan kurang.
f. Neurosensori
Kelemahan, pusing, lethargi, perubahan perilaku dan mudah tersinggung.
g. Nyeri/kenyamanan
Nyeri dada akut- kronik, nyeri abdomen, sakit pada otot, gelisah
Interaksi social : penurunan aktifitas yang biasa dilakukan.

Page 9 of 14
B. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan meningkatnya tekanan arteri
pulmonal sehingga terjadi oedema paru
2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan peningkat vena jugularis
3. Gangguan penurunan curah jantung (CO) berhubungan dengan penurunan
curah jantung.

C. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan meningkatnya tekanan arteri
pulmonal sehingga terjadi oedema paru
Rencana tindakan Rasional
Auskultasi suara pernafasan, catat Menandakan adanya kongestif
adanya wheezing paru/pengumpulan sekresi
Ajarkan klien untuk batuk secara efektif Membersihkan jalan nafas dan
memudahkan pertukaran oksigen
dan bernafas dalam
Support klien untuk merubah posisi Membantu mencegah atelektasis dan
pneumonia

Atur posisi tidur dengan bagian kepala Mengurangi kebutuhan oksigen


danmeningkatkan pengembangan paru
ditinggikan 200 - 300, semi fowler, beri
secara maksimal
bantal pada siku
(kolaborasi) Meningkatkan konsentrasi oksigen
alveoli dimana dapat mengurangi
Berikan oksigen sesuai dengan
hipoksemia jaringan
kebutuhan
Berikan obat-obatan sesuai indikasi  Menurunkan kongesti alveoli,
merubah pertukaran gas
 Diuretika, contoh: Furosemic
 Meningkatkan pemasukan
(Lasik) oksigen dengan melebarkan
saluran nafas dan
 Bronchodilator, Contoh :
mengusahakan efek diuretik
aminofilin terhadap pengurangan kongestif
paru.

Page 10 of 14
2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan peningkatan vena jugularis

Rencana tindakan Rasional


latihan harian ringan misalnya latihan dapat memperbaiki darah ke jaringan
gerak aktif pasif
perifer

deurisis yang efektif Mengurangi pengenceran darah


sehingga meningkatkan kapasitas
pengangkutan oksigen
istirahat yang memadai Memperbaiki perfusi jaringan yang
adekuat

3. Gangguan penurunan curah jantung (CO) berhubungan dengan penurunan curah


jantung

Rencana tindakan Rasional


Monitor tanda-tanda vital, yaitu : heart Takhikardia mungkin ada karna nyeri,
rate, tekanan darah kecemasan, hipoksemia, dan
menurunnya Cardiac Output. Perubahan
bisa juga terjadi dalam tekanan
darah(hipertensi atau hipotensi) karena
respons kardia.
Evaluasi status mental, catat Menurunnya perfusi otak dapat
perkembangan kekacauan, disorientasi mengakibatkan perubahan observasi/
pengenalan dalam sensori.
Sirkulasi periferal turun ketika Cardiac
Catat warna kulit, adanya/ kuwalitas Output menurun, membuat/menjadikan
pulse warna pucat/abu-abu bagi kulit
(tergantung dari derajat hipoksia) dan
penurunan kekuatan dari denyut
periferal.
Auskultasi suara pernapasan dan suara S3, S4, atau bising dapat terjadi dengan
jantung. Dengarkan adanya murmur. dekompensasi kordis atau beberapa
pengobatan(terutama Betabloker).
Berkembangnya murmur bisa
menunjukkan adanya kelainan pada
katub dengan rasa nyeri: stenosis aorta,
mitral stenosis, atau ruptur otot papilari.
Pertahankan bedrest dalam posisi yang Menurunnya konsumsi/keseimbangan
nyaman selam periode akut. O2 mengurangi beban kerja otot
jantung dan resiko dekompensasi.
Berikan waktu istirahat yang Cadangan energi, menurunkan beban
cukup/adekuat. Kaji dengan / bentuk kerja otot jantung.
Page 11 of 14
aktifitas perawatan diri, jika
diindikasikan.
Ketegangan perlu dihindari terutama Serangan valsava menyebabkan
pada saat defekasi. stimulasi vagal, menurunkan heart
rate(bradicardia) yang mungkin diikuti
dengan takhikardi diantara
meningkatnya cardiac output.
Anjurkan secara cepat melaporkan bila Tindakan yang tepat waktu, dapat
terjadi nyeri untuk pemberian obat menurunkan konsumsi O2 dan beban
sesuai yang diindikasikan. kerja otot jantung dan bisa mencegah/
meminimalkan Cardiac Output.
Monitor dan catat efek atau reaksi dari Efek yang diharapkan ada penurunan
pengobatan, catat tekanan darah, nadi kebutuhan oksigen miokardium yang
dan iramanya (terutama waktu diakibatkan oleh penurunan tekanan
pemberian kombinasi Ca-antagonis, ventrikel. Obat dengan inotropik negatif
betha-blocker dan nitrat). dapat menurunkan perfusi pada
sebagaian besar miokardial iskhemik.
Kombinasi nitrat dan betha-blocker
memiliki efek kumulatif pada cardiac
output.
Kaji tanda dan gejala CHF Angina satu-satunya gejala yang
mendasar penyakit yang menyebabkan
iskhemia miokardial.
Penyakit mungkin dikompromisasikan
oleh fungsi kardia yang mengalami
kegagalan.

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan
yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994,
dalam Potter & Perry, 1997
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tindakan intelektual untuk melengkapi
proses keperawatan yg menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan Perawat dapat
memonitor kealpaan yg terjadi slm tahap pengkajian, diagnosa, perencanaan, dan
pelaksanaan tindakan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai.

Page 12 of 14
DAFTAR PUSTAKA :

Donna D, Marilyn. V, (1991), Medical Sugical Nursing, WB Sounders, Philadelpia

Doenges, Marylyn E (1993) ., Nursing Care Plans, Edisi III,

RS Jantung “Harapan Kita”,(1993) Dasar-dasar Keperawatan Kardiotorasik, Kumpulan


bahan kuliah, Edisi ke tiga,Jakarta,

Soeparman,(1987) Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi Kedua, Balai Penerbit FKUI, Jakarta,

Page 13 of 14
LEMBAR KONSUL MAHASISWA

NO MATERI NAMA MAHASISWA

Page 14 of 14

Anda mungkin juga menyukai