PENDAHULUAN
1
Prevalensi congestive heart failure di Negara berkembang cukup
tinggi dan makin meningkat. Oleh karna itu, congestive heart
failure merupakan masalah kesehatan yang utama. Setelah dari pasien yang
terdiagnosis congestive heart failure masih punya harapan hidup 5 tahun.
Penelitian Framingham menunjukkan mortalitas 5 tahun sebesar 62% pada
pria dan 42% wanita. Berdasarkan perkiraan pada tahun 1989, Amerika
terdapat 3 juta penderita congestive heart failure dan setiap tahunnya
bertambah 400.000 orang. Walaupun angka-angka yang pasti belum ada
untuk seluruh Indonesia, dapat diperkirakan jumlah penderita congestive
heart failure akan bertambah setiap tahunnya. (Anurogo & Wulandari, 2012)
Menurut data World Health Organization (WHO), menunjukkan
bahwa sebanyak 17,3 juta orang di dunia meninggal karena penyakit
kardiovaskuler dan diperkirakan akan mencapai 23,3 juta penderita yang
meninggal tahun 2020, dan lebih dari 23 juta orang akan meninggal setiap
tahun dengan gangguan kardiovaskuler. Indonesia menempati nomor
empat Negara dengan jumlah kematian akibat penyakit kardiovaskuler.
(WHO, 2013).
Berdasarkan data jumlah pasien CHF tahun 2017 - 2019 diperkirakan
sebanyak .... pasien pada tahun 2017, .... pasien pada tahun 2018, dan .....
pasien pada tahun 2019. (Rekam Medik RSUD Sekayu).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik mengangkat
judul Asuhan Keperawatan Medikal Bedah pada pasien Ny. S dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskuler CHF / Congestive Heart Failure di
Ruangan Medang Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu
1.2 TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan Asuhan Keperawatan pada Pasien Ny ” S
“ Dengan Gangguan Sisterm Kardiovaskuler ; CHF / Congestive Heart
Failure di Ruangan Medang Rumah sakit Umum daerah Sekayu
2
2. Tujuan Khusus
Mampu melakukan Asuhan Keperawatan Medikal Bedah pada Pasien Ny ”
S “ Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler ; CHF / Congestive Heart
Failure di Ruangan Medang Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu
di Ruangan Medang Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu
a. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan Asuhan Keperawatan
pada pasien Ny ” S “Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler ; CHF
/ Congestive Heart Failure
b. Mampu merumuskan perencanaan Asuhan Keperawatan pada Pasien
Ny ” S “Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler ; CHF /
Congestive Heart Failure
c. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan Asuhan Keperawatan
pada pasien Ny ” S “Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler ; CHF
/ Congestive Heart Failure
d. Mampu melakukan evaluasi Asuhan keperawatan pada pasien Ny ” S
“Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler ; CHF / Congestive Heart
Failure
e. Mampu mendokumentasikan Asuhan keperawatan pada pasien Ny ” S
“Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler ; CHF / Congestive Heart
Failure
1.3 MANFAAT
A. BAGI MAHASISWA
Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam menerapkan Asuhan
keperawatan pada pasien Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler ;
CHF / Congestive Heart Failure secara nyata di Lapangan.
3
C. BAGI RUMAH SAKIT
Memberikan masukan bagi Rumah Sakit tentang upaya peningkatan Mutu
Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
FISIOLOGI JANTUNG
Jantung adalah organ otot berongga yang terletak di ruang jaringan
ikat (mediastinum) di antara tulang belakang dan sternum. Jantung merupakan
motor penggerak dari sistem sirkulasi darah yang tersusun dari otot dan
5
berkontraksi secara ritmis untuk memompa darah dalam sistem sirkulasi. Dinding
jantung terdiri atas 3 lapisan (tunika) yaitu,
1. Endokardium terletak pada lapisan subendotel. Sebelah dalam dibatasi oleh
endotel. Endokardium tersusun atas jaringan penyambung jarang dan banyak
mengandung vena, syaraf (nervus), dan cabang-cabang sistem penghantar
impuls.
2. Miokardium terdiri atas sel-sel otot jantung. Sel-sel otot jantung dibagi dalam
2 kelompok; sel-sel kontraktil dan sel-sel yang menimbulkan dan
menghantarkan impuls sehingga mengakibatkan denyut jantung.
3. Epikardium merupakan membran serosa jantung, membentuk batas viseral
perikardium. Sebelah luar diliputi oleh epitel selapis gepeng (mesotel).
Jaringan adiposa yang umumnya meliputi jantung terkumpul dalam lapisan
ini.
Jantung memiliki katup-katup yang berfungsi mencegah terjadinya aliran
balik. Katup-katup jantung terdiri atas bagian sentral yang terdiri atas jaringan
fibrosa padat menyerupai aponeurosis yang pada kedua
permukaannya dibatasi oleh lapisan endotel. Katup-katup jantung tersebut adalah
a. Katup trikuspid, batas sternum kanan pada tingkat ruang intercostal 5
b. Katup bikuspid atau mitral, pada puncak di kiri rongga interkostal 5
c. Katup pulmonal, di ruang intercostal 2 di perbatasan sternum kiri
d. Katup aorta, di ruang intercostal 2 di perbatasan sternum kanan
Selain dilengkapi dengan pengaturan mekanis seperti klep yang berfungsi
mengatur aliran, jantung juga didukung sistem persyarafan yang unik. Persyarafan
jantung tersusun atas sistem yang menimbulkan dan menghantarkan impuls pada
jantung. Sistem yang menimbulkan dan menghantarkan impuls memungkinkan
bagi atrium dan ventrikel untuk berdenyut secara berurutan sehingga jantung
berfungsi secara efisien.
Otot jantung memiliki karakteristik yang berbeda dengan otot-otot tubuh
pada umumnya (serupa otot lurik tetapi bekerja seperti otot polos). Otot jantung
mempunyai kemampuan autostimulasi, tidak tergantung dari impuls syaraf. Sel-
sel otot jantung yang telah diisolasi dapat berdenyut dengan iramanya sendiri.
6
Sistem pendukung dari kemempuan otot jantung ini adalah: (1) Simpul
sinoatrial sebagai alat pacu (pace maker) jantung; (2) Simpul atrioventrikuler; (3)
Berkas atrioventrikuler (berkas His) yang berasal dari simpul atrioventrikuler dan
berjalan ke ventrikel, bercabang dan mengirimkan cabang-cabang ke kedua
ventrikel. Pada daerah yang dekat dengan simpul sinoatrial dan atrioventrikuler,
terdapat sel-sel syaraf ganglion dan serabut-serabut syaraf. Syaraf-syaraf ini
mempengaruhi irama jantung, dimana perangsangan bagian parasimpatis (nervus
vagus) menimbulkan perlambatan denyut jantung, sedangkan perangsangan syaraf
simpatis mempercepat irama pace maker.
2.3 ETIOLOGI
Gagal jantung merupakan keadaan klinis dan bukan suatu diagnosis.
Penyebabnya harus selalu dicari. Di Negara-negara berkembang, penyebab
tersering adalah penyakit arteri koroner yang menimbulkan infark miokard
dan tidak berfungsinya miokardium (kardiomiopati iskemik). Penyebab
paling sering adalah kardiomiopati alkoholik, miokarditis viral (termasuk
infeksi HIV) dan kardiomiopati dilatasi tanpa penyebab pasti (kardiomiopati
idiopatik). Hipertensi tetap merupakan penyebab gagal jantung kongestif
yang penting. Gagal jantung kongestif dapat disebabkan oleh :
2) Kelainan otot jantung
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,
disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari
penyebab kelainan fungsi otot mencakup ateriosklerosis koroner, hiprtensi
arterial, dan penyakit degeneratif atau inflamasi.
3) Aterosklerosis coroner
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke
otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpuikan asam
laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului
terjadinya gagal jantung.
4) Hipertensi sistemik atau pulmonal ( peningkatan afterload ) meningkatkan
beban kerja jantung dan pada gilirannya mngakibatkan hipertrofi serabut
otot jantung.
7
5) Peradangan dan penyakit myocardium degeneratif, berhubungan dengan
gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung,
menyebabkan kontraktilitas menurun.
6) Penyakit jantung lain
Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang
sebenarnya, yang secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme
biasanya terlibat mencakup gangguan aliran darah yang masuk jantung
(stenosis katup semiluner), ketidak mampuan jantung untuk mengisi darah
(tamponade, perikardium, perikarditif konstriktif, atau stenosis AV),
peningkatan mendadak after load.
7) Faktor sistemik
Terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam perkembangan dan
beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme (mis : demam,
tirotoksikosis), hipoksia dan anemia diperlukan peningkatan curah jantung
untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia dan anemia juga
dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis respiratorik atau
metabolik dapat menurunkan kontraktilitas jantung.
8) Aritmia
Aritmia dapat mengurangi efisiensi jantung, seperti yang terjadi bila
kontraksi atrium hilang (fibrilasi atrium) atau disosiasi dari kontraksi
ventrikel (blok jantung). Takikardia (ventrikel atau atrium) menurunkan
waktu pengisian ventrikel, meningkatkan beban kerja miokard dan
kebutuhan oksigen menyebabkan iskemia miokard, dan bila terjadi dalam
waktu lama dapat menyebabkan dilatasi ventrikel serta perburukan fungsi
ventrikel yang dapat menyebabkan gagal jantung (Gray, 2005)
Grade gagal jantung menurut New York Heart Association, terbagi dalam
4 kelainan fungsional :
1) Timbul sesak pada aktifitas fisik berat
2) Timbul sesak pada aktifitas fisik sedang
3) Timbul sesak pada aktifitas fisik ringan
4) Timbul sesak pada aktifitas fisik sangat ringan / istirahat
8
Tanda serta gejala penyakit gagal jantung dapat dibedakan berdasarkan
bagian mana dari jantung itu yang mengalami gangguan pemompaan darah,
lebih jelasnya sebagai berikut. Gagal jantung sebelah kiri:
1) Dispneu
2) Fatigue( cepat lelah)
3) Orthopneu
4) Dispnue noktural proximal
5) Batuk dan Pembesaran jantung
6) Irama jantung gallop dan Aritmia
7) Pernafasan chinest stock , Takhikardi dan Pulsus altenans
8) Ronchi dan Kongestif vena pulmonalis
9) Gelisah
Sedangkan Gagal jantung sebelah kanan ; Menyebabkan peningkatan vena
sistemik yang dapat menyebabkan gejala :
1) Patigue (cepat lelah)
2) Oedema( akibat pengumpulan darah yang mengalir kebagian kanan
jantung sehingga menyebabkan oedem pada ekstremitas, asites, dan
hepatomegali)
3) Liver agoregendent
4) Anorexia
5) Kembung, mual, muntah
6) Vena jugularis yang terbendung
7) Pada pemeriksaan fisik: hipertropi jantung kanan, heaving ventrikel
kanan, irama derap atrium kanan, mur-mur, tanda- tanda penyakit paru
kronis, JVP meningkat, bunyi P meningkat, asites, hidro thorax,
peningkatan tekanan vena, hepatomegali dan edema pieting. Pada gagal
jantung kongestif terjadi manifestasi gabungan gagal jantung kiri dan
kanan.
9
2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. EKG
Hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia kerusakan
pola mungkin terlihat. Disritmia mis : takhikardi, fibrilasi atrial. Kenaikan
segmen ST/T persisten 6 minggu atau lebih setelah imfark miokard
menunjukkan adanya aneurime ventricular.
2. Ekokardiografi
Teknik esensial yang sederhana dan non-invasif dalam menegakkan
diagnosis etiologi, keparahan, dan menyingkirkan penyakit katup jantung
yang penting.
3. Sonogram
Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam
fungsi/struktur katub atau area penurunan kontraktilitas ventricular.
4. Kateterisasi jantung
Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal
jantung sisi kanan dan sisi kiri, dan stenosi katup atau insufisiensi. Juga
mengkaji potensi arteri koroner. Zat kontras disuntikkan kedalam ventrikel
menunjukkan ukuran bnormal dan ejeksi fraksi/perubahan kontrktilitas.
5. Rontgen dada
Dapat melihat adanya pembesaran jantung, kongesti paru atau edema paru.
6. Enzim hepar
7. Analisa Gas Darah
2.7 PENATALAKSANAAN
A. Penatalaksanaan medic / terapi farmakologi
10
1) Terapi diuretic : Diberikan untuk memacu ekskresi natrium dan air
melalui ginjal
2) Terapi vasodilator
- Digitalis : Meningkatkan kekuatan kontraksi jantung dan
memperlambat frekuensi jantung
- InhibitoR ACE: menghambat perubahan angiotensi I menjadi
angiotensin II, memotomg respon neuroendokrin maladaptif,
menimbulkan vasodilatasi dan menurunkan tekanan darah.
3) Terapi Inotropik : dopamin merupakan salah satu inotropik positif
dapat meningkatkan curah jantung melalui peningkatan kontraktilitas
jantung.
4) Terapi sedatif: pada gagal jantung berat pemberian sedatif dapat
mengurangi kegelisahan.
B. Penatalaksanaan keperawatan
1. Tirah baring
2. Karena jantung tidak dapat diharapkan untuk benar-benar istirahat, maka
dengan tirah baring kebutuhan pemompaan jantung dapat diturunkan.
3. Diet rendah natrium
2.8 KOMPLIKASI
1) Edema paru akut terjadi akibat gagal jantung kiri
2) Syok kardiogenik
Merupakan stadium akhir disfungsi ventrikel kiri atau gagal jantung
kongestif, terjadi bila ventrikel kirimengalami kerusakan yang luas. Otot
jantung kehilangan kekuatan kontraktilitasnya, menimbulkan penurunan
curah jantung dengan perfusi jaringan yang tidak adekuat ke organ vital
( jantung, otak, ginjal )
3) Episode tromboemboli
Kurangnya mobilitas pasien dan adanya gangguan sirkulasi yang
menyertai kelainan ini berperan dalam pembentukan thrombus intrakardial
dan intravaskuler. Begitu pasien meningkatkan aktifitasnya setlah
mobilitas lama, sebuah thrombus dapat terlepas dan dapat terbawa ke otak,
ginjal, usus dan paru
4) Efusi dan tamponade pericardium : Masuknya cairan kedalam kantung
pericardium
11
I. PENGKAJIAN
a. Identitas klien
b. Meliputi nama klien, usia, jenis kelamin, alamat, jam dan tanggal masuk,
nomor rekap medis, diagnosa medis, nama penanggung jawab, umur
penanggung jawab serta alamat, jasa pelayanan.
c. Riwayat kesehatan
- Keluhan utama :
Biasanya klien mengeluh sesak nafas, sesak bisa bertambah dengan
peningkatan aktifitas (tergantung derjat gagal jantung)
- Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien mengeluh sesak nafas, batuk, mudah lelah, pusing,
mual muntah, nyeri dada, terdapat odema tungkai dan sianotik.
- Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya klien mempunyai riwayat penyakit seperti hipertensi, DM,
gangguan otot jantung dan penyakit degeneratif/inflamasi.
- Riwayat kesehatan keluarga
Beberapa kasus, ada keluarga yang juga pernah mengalami penyakit
yang sama dengan klien
d. Pola Fungsional GORDON
1. Pola persepsi kesehatan – manajemen kesehatan
Klien menyadari akan penyakitnya, akan mencari tahu tentang penyakit
yang dideritanya, sehingga kepatuhan akan mengkonsumsi obat lebih
diperhatikan
2. Pola nutrisi – metabolic
Biasanya klien dengan gagal jantung akan mengalami mual, muntah,
anorexia, adanya peningkatan berat badan, penurunan turgor kulit,
3. Pola eliminasi
Pada klien dengan gagal jantung akan mengalami penurunan
pengeluaran urine (oliguri), atau bisa juga anuri, sering berkemih pada
malam hari (nocturia)
12
4. Pola aktivitas latihan
Klien sering merasa pusing, mudah lelah, tidak toleran terhadap
latihan. Klien hanya mampu melakukan aktifitas latihan ringan (sesuai
dengan derajat gagal jantung). Kemampuan memenuhi
ADL memerlukan bantuan orang lain.
5. Pola kognitif – persepsi
Biasanya klien merasa gelisah.
6. Pola tidur istirahat
Dapat terjadi insomnia, klien dapat tiba – tiba merasa sesak saat tidur.
7. Pola konsep diri – persepsi diri
Klien sering merasa cemas, stres akibat kesakitan bernafas dan
pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik
8. Hubungan dan Peran
Kaji peran kelurga dan peran sosial, kepuasan dan ketidakpuasan
dengan peran, persepsi terhadap peran yang terbesar dalam hidup. Klien
biasanya akan mengalami gangguan peran hubungan karena pasien
merasa tidak percaya diri lagi.
9. Seksual dan Reproduksi
Kaji kepuasan atau ketidakpuasan dengan seks, pola reproduksi, dan
menstruasi. Dalam hal ini pola seksual pasien tidak terkaji.
10. Stres dan Koping
Metode untuk mengatasi atau koping terhadap stres, mendefinisakan
stressor, toleransi terhadap stress, efektifitas koping. Pasien biasanya
mengalami kecemasan karna akan menjalani operasi.
11. Nilai dan Kepercayaan
Kaji nilai, tujuan, dan kepercayaan berhubungan dengan pilihan, atau
membuat keputusan, kepercayaan spiritual, isu tentang hidup yang
penting, hubungan antara pola nilai kepercayaan dengan masalah dan
praktek kesehatan. Klien taat melaksanakan shalat dan sering berdoa
agar dia sembuh dari penyakitnya.
13
e. Pemeriksaan fisik
1. Tanda – tanda vital
- Pernafasan takipnoe
- Tachikardi
2. Kepala dan leher
- Distensi vena leher
3. Dada / thorak
- Biasanya klien mengalami batuk
- Nafas pendek ( pernafasan cheyne-stokes )
- Dispnoe, ortopnoe, paroximal noctural dispnoe
- Jantung : jika terjadi pembesaran jantung maka batas jntung
ditemukan tidak normal, impuls apikal tidak normal, ditemukan
bunyi jantung lain, seperti bunyi jantung S3, S4, atau adanya mur-
mur
4. Abdomen
Biasanya pada pasien gagal jantung dapat ditemukan adanya
hepatomegali, nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen, adanya
penimbunan cairan di rongga abdomen (ascites)
5. Kulit, kuku, dan rambut
Klien akan mengalami sianosis, pucat, keringat dingin, turgor kulit
menurun, pengisian kapiler lambat
6. Ekstermitas
Biasanya klien gagal jantung akan mengalami edema pada ekstremitas,
adanya pitting edema
14
2. Gangguan pertukaran gas b/d pembesaran cairan, kongesti paru akibat
peubahan membran cairan alveoli
3. Penurunan curah jantung b/d penurunan kontraktilitas ventrikel, perubahan
frekuensi irama
4. Kelebihan volume cairan b/d penurunan laju filtrasi glomerulus
(penurunan curah jantung)
5. Intoleransi aktivitas b.d kelelahan
15
paru akibatjam Bersihan jalan napas pemasangan alat jalan nafas
peubahan pasien efektif dengan buatan
membran cairankriteria hasil : - Auskultasi suara nafas, catat
alveoli - Peningkatan ventilasi adanya suara nafas tambahan
dan oksigenasi yang - Monitor respirasi dan status O2
adekuat - Berikan bronkodilator bila perlu
- Kebersihan paru bebas
dari tanda-tanda distres
pernafasan b. Monitoring Respirasi
- AGD dalam batas - Monitor rata – rata ,kedalaman,
normal irama, dan usaha respirasi
- Catat pergerakan dada, amati
kesimetrisan,pengguanaan otot
tambahan,retraksi otot
supraclavicular dan intercostal
- Monitor suara nafas,seperti
dengkur
- Monitor pola
nafas:bradipneu,takipneu,
kussmaul, hiperventilasi, cheyne
stokes, biot
- Monitor kelelahan otot
diafragma(gerakan paradoksis)
- Auskultassi suara nafas ,catat
area penurunan/ tidak
adaventilasi dan suara nafas
tambahan
- Tentukan kebutuhan suction
dengan mengauskultasi crakles
dan rocki pada jalan nafs trauma
- Auskultassi suara paru setelah
tindakan untuik mengetahui
hasilnya.
c. Manajemen asam basa
- Pertahankan kepatenan jalan
nafas
- Pertahankan akses IV line
- Monitor kecenderungan PH
arteri, PaCo2, HCO3
- Monitor gas darah arteri
- Ambil spesimen yang
diinstruksikan untuk
mendapatkan analisa
keseimbangan
- Monitor intake ouput
- Monitor status hemodinamik
16
- Monitor status neurologis
- Berikan pengobatan sesuai
instruksi
3. Penurunan curah Pompa jantung efektif a. Perawatan jantung
jantung Status sirkulasi - Evaluasi adanya nyeri dada
b/d penurunan (intensitas, lokasi, penyebaran,
kontraktilitas Indikator: durasi, factor presipitasi, dan
- Denyut jantung factor yang meringankan )
dalam batas normal - Kaji sirkulasi perifer secara
- Tekanan vena sentral komprehensif (hitung nadi
dalam batas normal perifer, edema, kapilar refill,
- Distensi vena leher warna, suhu ekstremitas)
tidak ada - Awasi tanda dan gejala
- Dysrhythmia tidak penurunan curah jantung
ada - Monitor status kardiovaskuler,
- Hipotensi ortostatik respirasi
tidak ada - Monitor abdomen untuk
- Edema perifer tidak indikasi penurunan perfusi
ada - Monitor keseimbangan intake
dan output
- Monitor tanda vital secara
teratur
- Monitor adanya dispnea,
fatigue, takipnea, ortopnea
- Monitor respon klien terhadap
medikasi
b. Pengaturan hemodinamik
- Kenali adanya gangguan
tekanan darah
- Auskultasi jantung dan paru
- Berikan obat inotropik
positif / kontraktilitas
- Monitor edema perifer,
distensi vena jugularis, bunyi
jantung S3 dan S4
- Pertahankan keseimbangan
cairan dengan memberikan
diuretic
- Monitor intake dan out put
- Evaluasi efek dari terapy
cairan
c. Terapi oksigen
- Jaga kepatenan jalan nafas
- Pantau aliran oksigen
17
- Pantau tanda keracunan
oksigen dan hipoventilasi yang
di pengaruhi oleh oksigen
18
5. Intoleransi Intoleransi Aktifitas a. Terapi Aktifitas
aktivitas b.dIndicator : Aktifitas :
kelemahan - Saturasi oksigen dalam- Diskusikan dengan pasien
batas normal dalam frekuensi dan rentang aktivitas
respon terhadap- Bantu pasien menilai makna dari
aktivitas aktifitas
- Frekuensi jantung- Bantu dalam memilih aktifitas
dalam batas normal yang sesuai dengan kemampuab
dalam respon terhadap fisik, psikologis dan social
aktifitas
- Frekuensi nafas b. Manajemen Energi
- TD Aktifitas :
- EKG - Tentukan tingkat pembatasan
- Warna kulit aktivitas fisik
- Penampilan aktifitas- Gali perasaan pasien tentang
sehari-hari pembatasan aktifitas
- Kaji penyebab-penyebab
keletihan
- Monitor intake nutrisi untuk
sumber energy yang adekuat
- Monitor respon kardiopulmoner
terhadap aktivitas
- Observasi pola tidur, jam dan
jumlah jam tidur pasien
- Anjurkan pasien bedrest
- Ajarkan teknk-teknik untuk
meminimalkan konsumsi oksigen
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer & Bare, 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 volume
2. Jakarta : EGC.
Carpenito Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta:
EGC
Johnson, M.,et all, 2002, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition,
IOWA Intervention Project, Mosby.
J.Charles Reeves dkk. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba
Merdeka.
19
Mc Closkey, C.J., Iet all, 2002, Nursing Interventions Classification (NIC) second
Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.
Gray et al, 2005. Kardiologi. Jakarta: Penerbit Erlangga
NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi
Price, Sylvia. 2003. Patofisiologi Volume 2. Jakarta: EGC.
Muttaqin Arif, 2009. Asuhan keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler. Jakarta; Salemba Medika
BAB III
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SEKAYU
20
terfokus pada rawat jalan dan rawat inap dengan kapasitas 10 tempat
tidur. Dokter pertama yang bertugas di RSUD Sekayu adalah dr. Slamet
Imam Santoso.
21
jalan kol. Wahid Udin Lingkungan I Kelurahan Kayuara Kabupaten
Musi Banyuasin dengan kapasitas 60 tempat tidur. Fasilitas dan saran
kegiatan pelayanan dilengkapi.
22
Banyak hal substansi dan finansial yang dihadapi RSUD Sekayu
pada masa ini, antara lain jumlah tenaga perawatan yang kurang,
gedung baru yang belum rampung sehingga diperlukan adaptasi dalam
hal pemantauan dan pemeliharaannya.
B.PERIODE PEMANTAPAN
a. Penetapan sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)
Pada tahun 2007 Pemerintah Daerah KabupatenMusi
Banyuasin membangun gedung baru untuk Rumah Sakit Umum Daerah
Sekayu, hal ini memacu kami untuk melakukan peningkatan sarana dan
fasilitas pelayanan serta peningkatan dan pengembangan sumber daya
manusia kesehatan di rumah sakit yang memenuhi harapan dan
kebutuhan seluruh masyarakat Kabupaten Musi Banyuasin.
23
b. Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit
Seiring peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi
mempengaruhi pola pikir masyarakat terhadap pelayanan di Rumah
sakit. Masyarakat sebagai customer / pelanggan menuntut adanya
kepuasan terhadap pelayanan di Rumah Sakit. RSUD Sekayu
Kabupaten Musi Banyuasin merupakan Rumah Sakit Milik Pemerintah
Daerah Kabupaten Musi Banyuasin berdiri sejak tahun 1937.
Peningkatan mutu pelayanan rumah sakit di indonesia perlu terus
ditingkatkan sehingga dapat sejajar dengan mutu layanan rumah sakit di
negara-negara maju lainnya.
Dalam rangka peningkatan mutu pelayanan tersebut, setiap 3
(tiga) tahun sekali rumah sakit wajib mengikuti akreditasi rumah sakit
sesuai ketentuan undang-undang rs nomor 44 tahun 2009, pasal 40 yang
menerangkan bahwa “Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan
Rumah Sakit wajib dilakukan akreditasi secara berkala minimal 3 (tiga)
tahun sekali “.
Akreditasi rumah sakit adalah pengakuan yang diberikan kepada
rumah sakit oleh pemerintah melalui badan yang berwenang
(KARS/Komisi Akreditasi Rumah Sakit) karena Rumah Sakit telah
memenuhi standar pelayanan yang ditentukan.
Akreditasi RSUD Sekayu versi lama telah berlangsung sejak
tahun 2002 dan telah diperbaharui pada tahun 2012.
Pada tahun 2014 dibawah kepimpinan direktur dr. H. Azmi
Dariusmansyah, MARS , RSUD Sekayu mulai melakukan persiapan
akreditasi versi baru (akreditasi versi 2012). Ada beberapa tahapan yang
dilalui sebelum dilakukan survei akreditasi meliputi
24
Berdasarkan surat dari KARS PUSAT NOMOR 2757
/KARS/XII/2016 menyatakan Hasil Survei RSUD Sekayu dari 15
Bab yang dilakukan survei , 4 bab mencapai > 60 % dan < 80 % :
TINGKAT MADYA atau dapat mengajukan remedial untuk Bab
sebagai berikut:
25
c. Sertifikasi Internasional (ISO) IGD dan Farmasi RSUD Sekayu
Percepatan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sekayu terus
dilakukan. Pada Rabu 18 Oktober 2017 dilakukan assesment awal
mengenai sertifikasi Mutu Pelayanan ISO 9001:2015 oleh konsultan
ISO dari PT Asia Cipta Manajemen yang sudah terakreditas The United
Kingdom Accreditation Service (UKAS), yang di sampaikan oleh Muh
Fidi Andri Putra MM dan Winda Saraswati SE. Dengan komitmen
yaitu untuk meningkatkan mutu kinerja Sumber Daya Manusia (SDM)
di RSUD Sekayu. Untuk mencapai type B tentu melalui proses, salah
satunya adalah sertifikasi internasional. Sertifikasi internasional ini ada
dua bagian yakni pelayanan dan non pelayanan. Untuk tahap awal yang
sedang kita jalani ini adalah pelayanan IGD dan Farmasi, guna
mengukur system manajemen yang ada di IGD dan Farmasi.
d. Menjadi RS Kelas B
Peningkatan kelas Rumah Sakit menjadi tipe B dengan layanan
unggulan Pelayanan critical care and trauma respon centre. Pelayanan
ini didukung dengan pengembangan ruangan IGD, ruang intensif,
Kamar Bedah, pusat sterilisasi. Adapun alat-alat pendukung untuk
pengembangan ruangan tersebut, seperti:
a. Computerized Tomography Scanner (CT-Scan)
b. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
c. Fluorescopy dan lain sebagainya
1. Pengembangan ruang rawat inap dan ruangan penunjang
lainnya
2. Sebagai pusat rujukan khususnya kabupaten MUBA dan dan
umumnya provinsi Sumsel dan sekitarnya
3. Fasilitas Pelayanan Kesehatan RSUD Sekayu
Pelayanan di RSUD Sekayu Kelas B masih ada yang perlu
ditambah dan diperbaiki berdasarkan hasil visitasi dan akan
segera ditindaklanjuti. Untuk sekarang Unit pelayanan yang ada
di RSUD Sekayu, diantaranya :
A. INSTALASI
1. Instalasi Rawat Jalan :
26
1) Klinik Penyakit Dalam
2) Klinik Kebidanan dan Kandungan
3) Klinik Anak
4) Klinik Bedah
5) Klinik Gigi & Mulut
6) Klinik Mata
7) Klinik Syaraf
8) Klinik Paru
9) Klinik Jantung
10) Klinik Jiwa
11) Klinik THT
12) Klinik Rehabilitasi Medik
13) Klinik Kulit dan Kelamin
14) Klinik Umum (Medical Check Up)
15) Klinik Psikologis
2. Instalasi Rawat Inap (Kelas VIP, Kelas I, Kelas II dan Kelas
III)
3. Instalasi Gawat Darurat
4. Instalasi Laboratorium Patologi Anatomi
5. Instalasi Laboratorium Patologi Klinik
6. Instalasi Radiologi
7. Instalasi Gizi
8. Instalasi Farmasi
9. Instalasi Bedah Sentral (OK)
10. Instalasi Intensive Care Unit (ICU)
11. Instalasi Neonatus Intensif Care Unit (NICU)
12. Instalasi Kebidanan
13. Instalasi Rehabilitas Medik
14. Instalasi Pemeliharaan Sarana RS (IPSRS)
B. UNIT
1. Unit Hemodialisa
2. Unit MCU dan UTD
3. Unit Rekam Medik
4. Unit Sanitasi
5. Unit CSSD
6. Unit Diklat
7. Unit Humas
8. Unit IT
9. Unit Pendapatan dan Pelaporan
27
e. Menjadi Rujukan Regional di Sumatera Selatan
28
b. Center of Excellent Integrated Heart
29
Dalam upaya memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatan yang
berkualitas tinggi, maka RSUD Sekayu akan mengembagkan pelayanan
bedah dengan konsep :
- Pusat pelayanan bedah invasif yang modern
- One Stop Service untuk setiap masalah kesehatan terutama
masyarakat yang membutuhkan pelayanan Bedah secara
komprehensip, dengan pelayanan kesehatan yang professional dan
dilengkapi fasilitas medis yang modern. Hal ini akan bersinergis
dengan pelayanan diagnosis dan terapis di RSUD Sekayu.
Untuk memenuhi harapan tersebut RSUD Sekayu merancang
perencanaan penambahan alat-alat kesehatan dan pengembangan
pelayanan minimal infasif surgery hingga tahun 2019. Berikut grafik
rencana pengembangan pelayanan bedah minimal invasif:
Dengan terlaksananya perencanaan pengembangan pelayanan tersebut,
maka di harapkan akan mempermudah pemasaran pelayanan bedah
invasif di RSUD Sekayu.
d. Menjadi Center of Excellent Haemodialisa Tahun 2019
RSDU Sekayu sebelumnya memang sudah memilik pelayanan
Hemodialisa namun Unit Pelayanan Hemodialisa RSUD Sekayu layak
untuk dikembangkan menjadi center excellent. Dalam upaya memenuhi
kebutuhan akan pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi, maka
RSUD Sekayu akan mengembangkan pelayanan hemodialisis dengan
konsep :
Pusat pelayanan hemodialisis yang mengedepankan patient safety
One stop service untuk setiap masalah kesehatan terutama
masyarakat yang membutuhkan pelayanan hemodialisis, dengan
pelayanan kesehatan yang profesional dan dilengkapi dengan
fasilitas kesehatan yang modern.
Untuk memenuhi harapan tersebut RSUD Sekayu merancang
perencanaan renovasi gedung dan penambahan sarana prasarana
30
pelayanan hemodialisis hingga tahun 2019. Berikut road map rencana
pengembangan pelayanan hemodialisis.
31
Dengan terlaksananya perencanaan pengembangan pelayanan tersebut,
maka di harapkan akan mempermudah pemasaran pelayanan
kemoterapi di RSUD Sekayu.
C. PENGEMBANGAN BANGUNAN RS
a. BANGUNAN FISIK
Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu adalah Rumah Sakit
Pemerintahan Daerah Kabupaten Musi Banyuasin Kelas C dari
tahun 2000 hingga 2017. Pada akhir tahun 2017 RSUD Sekayu
berhasil melakukan peningkatan kelas menjadi Kelas B dengan
tingkat hunian (BOR) sebesar 86,4% pada tahun 2018 dengan
kapasitas tempat tidur 239 Tempat tidur. berdasarkan kajian yang
mendalam kebutuhan tempat tidur RSUD Sekayu harus
ditingkatkan sesuai dengan tingkat kunjungan dan standar kelas
B. Selain itu berdasarkan visitasi dari tim visitasi peningkatan
kelas RSUD Sekayu ke kelas B terdapat beberapa kekurangan
yang perlu segera ditindaklanjuti untuk memenuhi standar
bangunan dan ruangan RS Kelas B.
Sejak Tahun 2018 RSUD Sekayu yang mulanya terdiri
dari gedung A, B, C, D dan Gedung Baru masing-masing 2 (dua)
lantai (kulim dan manggaris) bertambah dengan gedung Eks
akper dengan uraian sebagai berikut :
1. Gedung A
Poliklinik Rekam Medik
Farmasi Rawat Jalan Bank Sumsel
IGD Tempat Pendaftaran/ Loket
Radiologi Triase Pendaftaran
Rehabilitasi Medik ICU/ NICU
Labor Patologi Klink & UTD Kebidanan (VK dan Neonatus)
Ruang Humas Bedah Sentral
Tempat Fotocopy Aula
Poli Tumbuh Kembang Anak CSSD
Poli Eksekutif
32
2. Gedung B
Ruang Perawatan Rawat Inap
o Kelas III diberi nama Ruang Medang
o Kelas II diberi nama Ruang Meranti
o Kelas I diberi nama Ruang Tembesu
o Kelas VIP diberi nama Ruang Petanang
o Rungai Sungkai Kebidanan (II dan III) dan Ruang
Rawat Gabung Bayi
3. Gedung C
Labor Patologi Anatomi
Ruang IT / Ruang Tim Pengendali Asuransi dan Klaim
(TPA)
Haemodialisa
Kantin
Farmasi Rawat Inap
Gudang Farmasi 1
Ruang Gizi
Sanitasi/ Laundry
4. Gedung D
IPSRS
Maintenance
Ruang Genset
Kamar Jenazah
Instalasi Gas Medis
5. Gedung Baru
Ruang Infeksi Airborne Disease ( Kulim)
Ruang Infeksi Non Airborne Disease ( Manggaris)
6. Gedung Eks Akper
Kantor Administrasi
Gudang Farmasi 2
Ruang Perawatan Leban Ruang Kemoterapi
Gudang Sarana
33
2 Kelas I (Ruang Tembesu) 20
Kelas II (Ruang Meranti dan Sungka (1
3 40
kamar, 4 TT)
Kelas III (32 TT Sungkai, 30 TT
4 Manggaris, 29 TT Kulim, 40 TT Medang 143
dan 12 TT Leban)
5 ICU 4
6 NICU 4
7 Tempat tidur bayi 33
TOTAL 254 Tempat Tidur
34
STRUKTUR DAN SUSUNAN ORGANISASI RUMAH SAKIT
Struktur Organisasi dan tata kerja RSUD Sekayu sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Tahun 2008 telah ditetapkan oleh Bupati Musi Banyuasin dalam Surat
Keputusan Bupati Musi Banyuasin Nomor 40 Tahun 2008 Tentang Tugas Pokok
dan Fungsi (Tupoksi) Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu. RSUD Sekayu
dipimpin oleh seorang kepala dengan sebutan Direktur yang secara teknis medis
berkoordinasi dengan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Musi Banyuasin dan
secara teknis operasional kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah Kabupaten
Musi Banyuasin.
Susunan Organisasi dan Tata Kerja RSUD Sekayu untuk sekarang masih
mengacu pada Peraturan Daerah Kabupaten Musi Banyuasin dimana ada 1 (satu)
Kepala Bagian dan 3 Kepala Bidang yang membantu Direktur dalam
menyelenggarakan operasional RSUD Sekayu ini. Selain itu dibantu juga dengan
Komite Medik, Keperawatan, Mutu, PMKP, IPCN dan Farmasi dan Terapi. Setiap
Bagian dan Bidang dibantu oleh 2 (dua) orang pejabat struktural.
Adapun susunan organisasi RSUD Sekayu pada tahun 2019 (01 Oktober
2019) sebagai berikut :
1. Direktur RSUD Sekayu : dr.Makson Parulian Purba, MARS
2. Kepala Bagian Tata Usaha : H. Achmadi, SKM, M.Si
Kasubbag Administrasi dan Umum : Solehatun Robiah, SKM
Kasubbag Diklat dan Litbang : Ns. Efriena Masda Kartianah, S.Kep
Kasubbag Sarana dan Rekam Medik : Yulrizal, SKM
3. Kepala Bidang Keperawatan : Yulisa Rabiati, SH, M.Kes
Kepala Seksi Layanan Rawat: R.A Rita Anggraini, SST
Kepala Seksi Administrasi: Farida Yazid, S.Kep
4. Kepala Bidang Pelayanan : dr. Ira Puspita Mizar Ginting
Kepala Seksi Pelayanan Medis: Novaza Zemilia Ariani, S.ST, M.Kes
Kepala Seksi Penunjang Medis: Fauziah, SKM., M.Kes
5. Kepala Bidang Keuangan dan Program : Elliya, SE
Kepala Seksi Keuangan & Program : Ridati Murdianti, S.Si
Kepala Seksi Akuntansi : Rodes Kurniadi, Amd
6. Ketua Komite
1) Satuan Pengawas Internal (SPI) : Tika Hadiyanti, Am.F
2) Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi: dr, Meili Andriani, SpAn
3) Komite Medik : dr. Taufik firdaus, SpOG (K)
4) Komite Keperawatan : Ns. Tuty Arly. S.Kep
5) Komite Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien : dr. Nursaenah, SpS
6) Komite Farmasi dan Terapi : dr. Oyon Istambul, Sp.B
7. Kepala Instalasi (SK Direktur Nomor: 800/345/RS/2019):
35
1) Instalasi Rawat Jalan : dr. Alicia Agustine, Sp.B
2) Instalasi Rawat Inap : dr. Febri Rahmayani, SpPD
3) Instalasi Kebidanan : dr. Renny Junitasari, Sp. OG
4) Instalasi Gawat Darurat : dr. Hendra Cipta, SpB
5) Instalasi Bedah Sentral : dr. Oyon Istambul, Sp.B
6) Instalasi ICU : dr. Meili Andriani, Sp.An
7) Instalasi NICU : dr. Deisy Elfrina Lubis, Sp.A
8) Instalasi Laboratorium PK : dr. Ruri Rizki Andriani, Sp.PK
9) Instalasi Laboratorium PA : dr. Winta Mayanti, SpPA
10) Instalasi Radiologi : dr. Enggar KW
11) Instalasi Farmasi : Dra. Hanifdar, Apt
12) Instalasi Rehabilitasi Medik : dr. Riri Puspa Putri F
13) Instalasi IPSRS : Leni Gustina
14) Instalasi Gizi : Farida, S.KM
36
7. Kepala Unit CSSD : Leni Maryani, Am.Kep
8. Kepala Unit Humas : Andodi, SKM
9. Kepala Unit Diklat : Marni Eliza, Am.Kep
10. Kepala Unit IT : Sri Gustina, S.Kom
11. Kepala Unit Pendapatan dan Pelaporan: M. Fajridin Asnur
BAB IV
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY. S DENGAN GANGGUAN
SISTEM KARDIOVASKULER ; CHF DI RUANG MEDANG RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH SEKAYU
37
DATA PASIEN
A. DATA UMUM
1. Nama inisial klien : Ny. S
2. TTL / Umur : 07 November 1973 / 46 Tahun
3. Alamat : Dusun II Bukit Indah
4. Agama : Islam
5. Tanggal Masuk RS : 15 November 2019
6. Nomor Rekam Medik : 270813
7. Bangsal : Ruangan Medang
- Pola hidup : Pasien tidak merokok dan tidak
mengkonsumsi alkohol
1. HEALTH PROMOTION
a. Kesehatan umum :
- Alasan masuk RS : Pasien mengeluh sesak bernapas sejak 1 minggu
yang lalu , sesak bertambah jika melakukan aktivitas dan tidur
berbaring menggunakan 2 bantal , TTV : TD = 180/100 mmhg , nadi
87 x/menit, RR = 30 x/menit, T = 37,4 o C, GCS = 15 (E=4, M=6, V =
5) , Kesadaran Compos Mentis , batuk berdahak, ronchi basah (+),
sputum (+)
b. Riwayat masa lalu : Pasien mengatakan sudah pernah dirawat
sebelumnya dengan penyakit yang sama yaitu sakit jantung yang disertai
dengan hipertensi.
c. Riwayat Pengobatan :
Pasien mengatakan mengkonsumsi obat di rumah antara lain :
- Amiloidipine tablet 1 x 10 mg (oral)
- Candesrtan tablet 1 x 8 mg (oral)
- Lansoprazol tablet 1 x 40 mg (oral)
- Ramipril tablet 1 x 5 mg (oral)
38
d. Kemampuan Mengontrol kesehatan
Pasien mengatakan bila sakit yang dilakukan adalah langsung berobat ke
Rumah Sakit , untuk melakukan check up dikarenakan ada riwayat
hipertensi.
e. Faktor Sosial ekonomi
Klien memiliki asuransi BPJS untuk pengobatan selama di RS . Pasien
bekerja sebagai petani dengan penghasilan > 1.000.000 / bulan.
f. Pengobatan Sekarang
No Nama Obat Dosis Rute Indikasi
1. Omeprazol 1x40 mg Intravena Antiemetik
2. Digoxin 1x0,25 mg Oral Antiaritmia
3. Amiloidipine 1x10 mg Oral Anti hipertensi
4. Candesartan 1 x 8 mg Oral Antihipertensi
5. Clonidine 3x0,15 mg Oral Antihipertensi
6. Acetyl Cystrine 3x200 mg Nasal Bronkodilator
7. Ramipril 1x5 mg Oral Antihipertensi
8. Furosemid 2 x 40 mg Intravena Antiduretik
9. Parasetamol 3x500 mg Oral Antipiretik
2. NUTRITION
a. A (Antropometri)
1) BB biasanya 52 kg dan BB Sekarang = 56 kg
2) TB = 160 kg
3) Lingkar perut , lingkar dada , lingkar kepala, lingkar lengan tidak
diperiksa
4) IMT = BB / TB2 = 17,5
39
Asam Urat = 6,63 mg/dl 2,6 – 6,2 mg/dl
2. Urine
Protein = 3 + Negatif
Reduksi Urine = 4 + Negatif
Blood = 1 + Negatif
c. C ( Clinical)
- Rambut : memiliki uban , sedikit kotor dantampak rapuh
- Mata : simetris , konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik
- Mulut : tidak ada stomatitis , gigi karies , mukosa bibir
kering
- Kulit : Turgor kulit kurang elastis , warna kulit pucat dan
agak kehitaman , CRT > 3 dtk
d. D ( Diet)
- Nafsu makan menurun
- Frekuensi makan selama di RS : 3 x sehari tetapi hanya ½ porsi yang
dihabiskan
- Diet yang diberikan : Diet rendah garam + diet jantung, bentuk
makanan lunak.
e. E (energi)
Kemampuan pasien beraktivitas selama di RS . Klien tidak mampu
melakukan aktivitas yang berat , klien hanya bedrest ditempat tidur
dikarenakan sesak bila berjalan / beraktivitas.
f. F ( Faktor)
Pasien dapat menelan dan mengunyah makanan , tetapi pasien tidak
memiliki selera makanan dikarenakan sesak napas yang dialaminya
g. Penilaian Status Gizi
- Status gizi dilihat dari IMT yang hasilnya 17,5 artinya BB pasien
kurang dikarenakan pasien mengalami pembengkakan / oedema
ektremitas jadi BB pasien awalnya hanya 52 kg naik menjadi 56 kg
- Asupan mineral (Na) berlebihan berkaitan dengan kondisi patologis
pasien yang ditandai dengan peningkatan TD = 180/100 mmhg
h. Pola Asupan cairan
40
- Sebelum sakit pasien minum air putih + 8 gelas / hari serta sering
minum teh dan kopi
- Setelah sakit pasien dibatas asupan cairan dimana dalam 24 jam
pasien hanya diperbolehkan minum + 600 ml dan tidak boleh minum
teh dan kopi
i. Cairan Masuk
- Air minum : + 600 ml
- Air makanan : + 100 ml
- Cairan infus : 100 ml
- Injeksi : 10 cc + 4 cc = 14 cc
- Air metabolisme : 5 cc / KgBB/hari = 280 cc
Total cairan masuk : 1094 cc
j. Cairan Keluar
- Urine : 700 cc
- Feces : 100 cc
- Muntah/ perdarahan :-
- IWL : 15 cc/ Kg BB / hari = 840 cc
Total cairan keluar : 1640 cc
k. Penilaian Status Cairan (Balance Cairan)
Balance cairan = intake – Output cairan – IWL
= 1094 – 1640 – 840
= - 294
l. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Supel , tidak ada lesi maupun luka bekas operasi
Palpasi : Tidak ada pembesaran hepar dan limfa
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus 11 x /menit
3. ELIMINATION
a. Sistem Urinary
1) Pola Pembuangan urine
41
- Kateter terpasang
- Frekuensi pembuangan urine dalam kantung urine sebanyak 1 kali
- Jumlah urine = + 700 cc / 24 jam ( pembuangan)
- Ketidaknyamanan , mersa terganggun karena ada keteter
2) Riwayat kelainan kandung kemih
Klien mengatakan tidak pernah mengalami sakit saat buang air kecil dan
tidak ada kelainan kandung kemih
3) Pola Urine
- Jumlah urine : + 700 cc / 24 jam
- Warna : kekuningan
- Bau : amoniak
- Kekentalan: agak pekat
4) Distensi Kandung Kemih
Klien tidak mengalami retensi urine maupun distensi kandung kemih
b. Sistem Gastrointestinal
1) Pola Eliminasi
Klien BAB 1 x sehari , warna : kekuningan , konsistensi : Lembek
2) Konstipasi dan faktor penyebab konstipasi
Klien mengatakan BABnya mudah, tidak mengalami sembelit
dikarenakan klien sudah mengkonsumsi obat kompolak 3 x 1 cth
4. AKTIVITY / REST
a. Aktivitas / tidur
1) Jam tidur : 4-5 jam /hari
2) Insomnia : ya , dikarenakan batuk dan sesak yang dialami
3) Pertolongan untuk merangsang tidur : mengatur posisi tidur fowler,
dan mendiptakan lingkungan yang tenang
b. Aktivitas
1) Pekerjaan : Petani
2) Kebiasaan Olahraga : keluarga mengatakan klien tidak suka
olahraga
42
3) ADL
- Makan : dibantu oleh anakya dikarenakan tangan terpasang
infus
- Toileting : ditempat tidur / bedrest total
- Kebersihan : kurang bersih ( hanya dilap saja badannya dan
kumur-kumur)
- Berpakaian : hanya 1 x ganti pakaian dalam sehari
4) Bantuan ADL : Total (dibantu perawat dan keluarga)
5) Kekuatan Otot : 4 4
4 4
6) ROM : aktif (hanya pasien mengalami kelelahan dan sesak saat
beraktivitas)
7) Resiko untuk cidera : resiko jatuh rendah
- Riwayat jatuh 3 bulan terakhir :0
- Memiliki lebih dari 1 penyakit : 15
- Bedrest :0
- Terpasang infuse : 20
- Bedrest/Immobilisasi :0
- Status mentalmenyadari kondisi diri : 0
Total Score resiko jatuh : 35
c. Cardio respon
1) Penyakit jantung : CHF (Gagal jantung)
2) Edema esktremitas : Ekstremitas kiri dan kanan
3) Tekanan darah dan nadi
- Berbaring : TD = 180/100 mmhg , N = 87 x/menit
- Duduk : TD = 190/100 mmhg. N = 90 x/menit
4) Tekanan vena jugularis : pembengkakan /distensi vena jugularis
5) Pemeriksaan jantung
Inspeksi : Iktus Cordis normal terlihat
Palpasi : iktus cordis teraba
Perkusi : Pekak
43
Auskultasi : bunyi jantung murmur
d. Pulmonary Respon
1) Penyakit sistem napas : dyspneu
2) Penggunaan obat : nasal canul 4-6 liter/menit
3) Kemampuan bernapas : Kedalaman napas dangkal , sesak
bertambah jika berbaring
4) Gangguan pernapasan : Batuk (+), suara napas ronchi basah ,
sputum (+) , penggunaan otot bantu napas.
5) Pemeriksaan paru-paru
a. Inspeksi : simetris, tidak ada lesi, terdapat retraksi dinding
dada
b. Palpasi : expansi dinding dada
c. Perkusi : Sonor
d. Auskultasi : Ronchi basah
5. PERCEPTION / COGNITION
a. Orientasi / kognitif
1) Tingkat pendidikan : SMP
2) Kurang pengetahuan : Tidak
3) Pengetahuan tentang penyakit : pasien mengatakan sudah paham dan
mengetahui tentang penyakitnya dikarena pasien sudah sering dirawat
di RS yang dirasakannya .
4) Orientasi (waktu, tempat, orang)
Klien mampu menjelaskan waktu / jam saat ditanya , tempat dia berada
saat ini dan mampu mengenal orang yang ada didekatnya.
b. Sensori / persepsi
1) Riwayat penyakit jantung : + 1 tahun yang lalu dan ada riwayat
hipertensi
2) Sakit kepala : nyeri pada tengkuk / belakang kepala dengan skala
nyeri 3 (nyeri ringan)
3) Penggunaan alat bantu : tidak ada
44
4) Penginderaan :
- Mata : mampu melihat dengan jelas
- Hidung : mampu mencium aroma/bau
- Telinga : mampu mendengar dengan baik
- Pengecapan :mampu merasakan makanan/minuman (indera
pengecap baik)
c. Communication
1) Bahasa yang digunakan : bahasa daerah
2) Kesulitan berkomunikasi : tidak ada
6. SELF PERCEPTION
a. Self – concept / self – ektrem
1) Perasaan cemas / takut : klien cemas penyakitnya akan bertambah parah
2) Perasaan keputusasaan / kehilangan : Klien mengatakan tidak merasa
putus asa karena yakin akan kehilangan penyakit dapat disembuhkan.
3) Keinginan untuk menciderai : tidak ada
4) Adanya luka / cacat : tidak ada
7. ROLE RELATIONSHIP
a. Peran hubungan
1) Status hubungan : menikah
2) Orang terdekat : anak dan suami
3) Perubahan konflik / peran : klien mengatakan tidak ada perubahan
peran tetap menjadi istri dan ibu bagi anak-anaknya
4) Perubahan gaya hidup : klien tidak dapat melakukan aktivitas berat
5) Intoleraksi dengan orang lain : klien mengatakan hubungan dengan orang
lain tetap berjalan dengan baik
8. SEXUALITY
a. Identitas seksual
1) Masalah / disfungsi seksual : tidak ada
2) Periode menstruasi : setiap bulan
45
3) Metode KB yang digunakan : suntik 3 bulan
4) Pemeriksaan sadari : tidak pernah dilakukan
5) Pemeriksaan PAPSMEAR : tidak pernah dilakukan
9. COPING/STRESS TOLERANCE
a. Coping / Stress tolerance
1) Rasa sedih/cemas : klien cemas jika penyakitnya bertambah parah
2) Kemampuan mengatasi : support dari keluarga dan penjelasan perawat
3) Perilaku yang menampakkan cemas : klien sering kali bertanya apakah
penyakitnya dapat disembuhkan.
10. LIFE PRINCIPLES
a. Nilai kepercayaan
1) Kegiatan keagamaan yang dikaji : tidak ada
2) Kemampuan untuk berpartisipasi : -
3) Kegiatan kebudayaan : tidak dikaji
4) Kemampuan memecahkan masalah : -
11. SAFETY / PROTECTION
a. Alergi : klien mengatakan tidak ada alergi makanan maupun obat-obatan
b. Penyakit autoimun : tidak ada
c. Tanda infeksi : tidak ada
d. Gangguan termoregulasi : tidak ada
e. Gangguan / resiko : kondisi hipertensi dimana TD = 180/100 mmhg
12. COMFORT
a. Kenyamanan / Nyeri
1) Provokes : meningkatnya TD = 180/100 mmhg
2) Quality : nyeri dirasakan terasa tajam dan kepala menjadi terasa berat
3) Regio : nyeri yang tidak menyebar , hanya didaerah kepala (tungkuk)
4) Skala nyeri 3 (ringan)
5) Time : ketika melakukan aktivitas / pergerakan.
b. Rasa ketidaknyamanan lainnya : -
c. Gejala yang menyertai : -
46
13. GROWTH / DEVELOPMENT
a. Pertumbuhan / perkembangan : tidak dikaji
b. DDST : tidak dikaji
47
Trigeliserida 129 70 - 140 mg/dl
Kolesterol botol 197 < 200 mg/dl
Asam urat 6,63 2,6 – 6,2 mg/dl
Urine lengkap
Warna Kuning kuning
Kejernihan Jernih jernih
Berat jenis 1,020 1,003 – 1, 060
PH 6,5 4,5- 8,0
Protein 3+ Negatif
Reduksi urine 4+ Negatif
Keton Negatif Negatif
Urobilinogen Normal Normal
Bilirubin Negatif Negatif
Blood 1+ Negatif
Leukosit Negatif Negatif
Eritrosit 2-3 <3
Leukosit 1- 2 0-5
Epitel squamosa 1-2 1 - 15
ANALISA DATA
48
- Perkusi paru : sonor
- Irama napas tidak Peningkatan produksi
teratur sputum di bronchus
- Suara napas :
Ronchi basah Ronchi basah
- Terpasang nasal
canul 4-6 liter/menit Spasme bronchus
- TTV
TD = 180/100 Reflek batuk
mmhg
Nadi 87 x/menit, RR Bersihan jalan napas
= 30 x/menit inefektif
T = 37,4 o C
GCS = 15 (E=4,
M=6, V = 5) ,
Kesadaran Compos
Mentis
49
GCS = 15 (E=4,
M=6, V = 5) ,
Kesadaran Compos
Mentis
50
- Output cairan : 1640 Gangguan Refluk
cc cairan ke seluruh
- IWL = 840 cc tubuh
- Balance cairan :
-294 cc Fungsi renal menurun
- Urine : 700 cc/24
jam ADH / Antidiuretik
- Ureum : 59 mg/dl hormon meningkat
- Kreatinin : 3,60
mg/dl Penurunan laju filtrasi
Glomerulus
Oedema ektremitas
Kelebihan volume
cairan
Intoleransi aktivitas
51
1. Bersihan jalan napas inefektif
2. Gangguan pertukaran gas
3. Penurunan curah jantung
4. Kelebihan volume cairan
5. Intoleransi aktivitas
PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN
52
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama &
Diagnosa
No Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) TTD
Keperawatan
perawat
1. Gangguan Respiratory status: gas 1. Monitor rata – rata
exchange ,kedalaman, irama,
pertukaran gas b.d
Setelah dilakukan dan usaha respirasi
penurunan tindakan keperawatan 2. Catat pergerakan
selama 3x24 jam dada, amati
kontraktilitas
Gangguan pertukaran kesimetrisan,penggua
ventrikel kiri gas teratasi dengan naan otot
kriteria hasil : tambahan,retraksi otot
- Pernafasan adekuat supraclavicular dan
16-30 x/menit intercostals
- Retraksi dada 3. Monitor pola
minimal/tidak ada nafas:bradipneu,takip
- Bunyi napas neu, kussmaul,
vesikuler hiperventilasi, cheyne
- Sianosis tidak ada stokes, biot
53
- Sesak nafas hilang 4. Monitor kelelahan
- Tidak ada otot
penumpukan cairan diafragma(gerakan
diparu paradoksis)
- Tidak menggunakan 5. Auskultasi suara nafas
alat bantu napas ,catat area penurunan/
- TTV stabil tidak adaventilasi dan
suara nafas tambahan
6. Tentukan kebutuhan
suction dengan
mengauskultasi
crakles dan ronchi di
jalan napas
7. Kolaborasi dalam
pemberian terapi
bronkodilator
54
takipnea, ortopnea
9. Monitor respon klien
terhadap medikasi
10.Kolaborasikan dalam
pemberian terapi
antihipertensi
55
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
56
tidak adaventilasi dan suara
nafas tambahan
57
asites, distensi vena leher )
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
58
15.10 4. Melakukan auskultasi suara Bunyi napas ronchi
nafas ,catat area penurunan/ basah (+)
tidak adaventilasi dan suara
nafas tambahan
59
15.45 9. Memonitor intake dan output - Intake cairan : 1194
cairan cc
- Output cairan : 1600
cc
- IWL = 700 cc
- Balance cairan : -294
cc
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
60
15.10 4. Melakukan auskultasi suara Bunyi napas ronchi
nafas ,catat area penurunan/ basah (-)
tidak adaventilasi dan suara
nafas tambahan
61
asites, distensi vena leher )
CATATAN PERKEMBANGAN
62
Nadi 78 x/menit,
RR = 26 x/menit
T = 36,3 o C
GCS = 15 (E=4, M=6, V = 5)
Kesadaran Compos Mentis
A : Gangguan pertukaran gas teratasi
sebagian
P : Intervensi Gangguan pertukaran gas
diteruskan
63
CATATAN PERKEMBANGAN
64
Nadi 80 x/menit,
RR = 28 x/menit
T = 36,4 o C
GCS = 15 (E=4, M=6, V = 5) , Kesadaran
Compos Mentis
A : Gangguan pertukaran gas teratasi
sebagian
P : Intervensi Gangguan pertukaran gas
diteruskan
65
CATATAN PERKEMBANGAN
66
Nadi 80 x/menit,
RR = 28 x/menit
T = 36,4 o C
GCS = 15 (E=4, M=6, V = 5) , Kesadaran
Compos Mentis
A : Gangguan pertukaran gas teratasi
sebagian
P : Intervensi Gangguan pertukaran gas
diteruskan
67
BAB IV
PEMBAHASAN
68
Kelompok akan menjelaskan tentang perbandingan hasil penatalaksanaan
dengan teori serta dilakukan penekanan mekanisme apa yang sama dan apa yang
berbeda.
Dari teori diatas,terdapat kesesuaian antara teori dan praktek. Ini
didukung oleh data pasien yang menunjukkan adanya pasien dengan CHF
mengalami sesak napas, takikardi takipneu, dispneu, oedema ektremitas .Dari
masalah yang dialami klien, kelompok menetapkan masalah keperawatan :
bersihan jalan napas inefektif, gangguan pertukaran gas, penurunan curah jantung,
kelebihan volume cairan dan intoleransi aktivitas. Dari lima masalah keperawatan
penulis mengambil 3 (tiga) masalah keperawatan yang menjadi prioritas yaitu
gangguan pertukaran gas, penurunan curah jantung dan kelebihan volume cairan.
69
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Diharapkan kepada mahasiswa khususnya mahasiswa keperawatan agar dapat
mengerti, memahami dan dapat menjelaskan tentang CHF baik dari
pengertian, patofisiologi, etiologi, manifestasi klinis maupun pencegahan
serta penerapan asuhan keperawatannya.
70
2. Mahasiswa diharapkan lebih banyak menggali kembali tentang CHF. Ilmu
yang didapatkan dapat diterapkan dalam kehidupan masyarakat.
3. Diharapkan kepada tim kesehatan maupun mahasiswa keperawatan untuk
lebih meningkatkan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat mengenai
penanganan CHF
71
72