Disusun Oleh :
Kelompok 2
A. DEFINISI
Congestive Heart Failure (CHF) adalah gangguan multisistem yang terjadi
apabila jantung tidak lagi mampu menyemprotkan darah yang mengalir ke
dalamnya melalui sistem vena. (Robbins, 2007). Menurut J. Charles Reeves
(2001) dalam Wijaya & Yessi (2013), CHF adalah kondisi dimana fungsi
jantung sebagai pemompa untuk mengantarkan darah yang kaya oksigen ke
tubuh tidak cukup untuk memenuhi keperluan-keperluan tubuh.
Menurut Smeltzert & Bare (2013) CHF adalah ketidakmampuan jantung
untuk memompa darah dalam jumlah cukup untuk memenuhi kebutuhan oksigen
dan nutrisi yang dibutuhkan oleh jaringan. CHF merupakan suatu keadaan
patologis di mana kelainan fungsi jantung menyebabkan kegagalan jantung
untuk memompa darah untuk memenuhi kebutuhan jaringan, atau hanya dapat
memenuhi kebutuhan jaringan dengan meningkatkan tekanan pengisian
(Muttaqin,2012).
B. KLASIFIKASI
a. Stage A
Stage A merupakan klasifikasi dimana pasien mempunyai resiko tinggi, tetapi
belum ditemukannya kerusakan struktural pada jantung serta tanpa adanya
tanda dan gejala (symptom) dari gagal jantung tersebut. Pasien yang
didiagnosa gagal jantung stage A umumnya terjadi pada pasien dengan
hipertensi, penyakit jantung koroner, diabetes melitus, atau pasien yang
mengalami keracunan pada jantungnya (cardiotoxins).
b. Stage B
Pasien dikatakan mengalami gagal jantung stage B apabila ditemukan adanya
kerusakan struktural pada jantung tetapi tanpa menunjukkan tanda dan gejala
dari gagal jantung tersebut. Stage B pada umumnya ditemukan pada pasien
dengan infark miokard, disfungsi sistolik pada ventrikel kiri ataupun penyakit
valvular asimptomatik.
c. Stage C
Stage C menunjukkan bahwa telah terjadi kerusakan struktural pada jantung
bersamaan dengan munculnya gejala sesaat ataupun setelah terjadi kerusakan.
dapat berupa nafas pendek, lemah, tidak dapat melakukan aktivitas berat.
d. Stage D
Pasien dengan stage D adalah pasien yang membutuhkan penanganan ataupun
intervensi khusus dan gejala dapat timbul bahkan pada saat keadaan istirahat,
serta pasien yang perlu dimonitoring secara ketat
C. PATOFISIOLOGI
b. Respon kompensatorik
D. PATHWAY
E. ETIOLOGI
3. Pendidikan Kesehatan
c. Diet yang sesuai untuk lansia CHF : pemberian makanan tambahan yang
banyak mengandung kalium seperti; pisang,jeruk, dan lain-lain
2. Komplikasi fibrilasi atrium sering terjadi pada CHF yang bisa menyebabkan
perburukan dramatis. Hal tersebut indikasi pemantauan denyut jantung
(dengan digoxin atau β blocker dan pemberian warfarin).
J. FAKTOR RESIKO
a. Faktor resiko mayor meliputi usia, jenis kelamin, hipertensi, hipertrofi
pada LV, infark miokard, obesitas, diabetes.
b. Faktor resiko minor meliputi merokok, dislipidemia, gagal ginjal
kronik, albuminuria, anemia, stress, lifestyle yang buruk.
c. Sistem imun, yaitu adanya hipersensitifitas.
d. Infeksi yang disebabkan oleh virus, parasit, bakteri.
e. Toksik yang disebabkan karena pemberian agen kemoterapi
(antrasiklin, siklofosfamid, 5 FU), terapi target kanker (transtuzumab,
tyrosine kinase inhibitor), NSAID, kokain, alkohol.
f. Faktor genetik seperti riwayat dari keluarga.
(Ford et al., 2015)
K. DAMPAK
Jika otot jantung mengalami kerusakan, maka jantung akan sulit
memompa darah dengan baik. Akibatnya pasokan darah ke organ-organ
tubuh akan terganggu. Rusaknya otot jantung bisa disebabkan oleh banyak
hal diantaranya faktor bawaan lahir, peradangan oto tjantung, kelainan
jaringan ikat, hingga hiperensi kronis. Kondisi seperti ini biasanya dapat
dikenali dengan munculnya bebrapa gejala seperti :
1. Sesak nafas
2. Bengkak pada bagian tubuh, mislanya pergelangan kaki
3. Janung berdebar sangat cepat
4. Nafsu makan berkurang
5. Batuk yang tak kunjung membaik dan dirasakan membera d malam hari
Efek dari gagal jantung itu sendiri adalah kehilangan nafsu makan,
mual, sering kencing di malam hari, tapi berat badan naik karena
penimbunan cairan berbahaya dan organ dalam tubuh yang membengkak.
Ketika jantung kiri gagal, aliran darah keparu – paru akan lebih stagnan.
Faktor resiko dapat dibagi menjadi 2 yaitu yang tidak dapat
dimodifikasi dan yang dapat dimodifikasi :
Yang tidak dapat dimodifikasi antara lain adalah jenis kelamin lai-laki
dan usia. Data menunjukan bahwa laki-laki jauh lebih banyak
menderit apenyakit jantung korener dia bandingakan wanita. Wanita
baru banyak menderita penyakit jantung korener setelah menepouse
yaitu diatas usia 50 tahun.
Usia juga merupakan faktor resiko yang tidak dapat dimodofikasi.
Semakin lanjut usia ,semakin tinggi kemungkinan terjadinya penyakit
jantung coroner beberapa buku mengatakan bahwa penyakit jantung
coroner diakibakan oleh faktor genetic atau keturunan. Misalnya,
mereka yang masih berusia muda namun menderita penyakit jantung
coroner tanpa faktor.
DAFTAR PUSTAKA