Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA STROKE NON HEMORAGIK

Disusun Oleh :

ISYANA CAHYANING PERTIWI


P1337420119349

PRODI DIPLOMA III KEPERAWATAN SEMARANG KELAS KENDAL


JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2019
I. KEBUTUHAN OKSIGENASI DENGAN GANGGUAN SISTEM
PERSARAFAN PADA STROKE NON HEMORAGIK
A. Definisi
Stroke merupakan penyakit otak karena adanya sumbatan atau perdarahan
dengan gejala lemas, lumpuh sesaat atau gejala berat sampai kehilangan
kesadaraan dan kematian.
Stroke adalah serangan otak yang timbulnya mendadak akibat tersumbatnya
atau pecahnya pembuluh darah otak, bukan hanya menyerang usia lanjut tetapi
juga dialami oleh mereka yang berusia produktif.
Stroke adalah terjadinya gangguan pada aktivitas suplai darah ke otak. Ketika
aliran darah menuju otak terganggu, maka oksigen dan nutrisi tidak dapat terkirim
ke otak. Kondisi ini akan mengakibatkan kerusakan sel-sel otak hingga membuat
mati. Matinya sel-sel otak kadang menyebabkan pembuluh darah otak pecah,
sehingga mengakibatkan perdarahan pada bagian otak.
Stroke non hemoragik adalah hilangnya fungsi sistem saraf pusat fokal secara
cepat yang berlangsung kurang dari 24 jam yang disebabkan karena trombus
maupun emboli pada pembuluh darah diotak, pada serangannya terjadi pada usia
20-60 tahun dan biasanya timbul setelah beraktifitas fisik atau karena psikologis
(mental) dan diakibatkan oleh mekanisme vaskuler emboli, trombus, dan
hemodinamik.
Stroke adalah gangguan perdarahan otak yang menyebabkan defisit neurologis
mendadak akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf otak. Stroke merupakan
penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani secara tepat dan
cepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang
disebabkan karena terjadinya gangguan perdarahan otak dan bisa terjadi kapan
saja.
B. Patofisiologi
Stroke diakibatkan trombus serebral, emboli, iskemia. Trombus dan emboli di
dalam pembuluh darah akan terlepas dan terbawa hingga terperangkap dalam
pembuluh darah distal, lalu menyebabkan berkurangnya aliran darah yang menuju
otak sehingga sel otak akan mengalami kekurangan nutrisi dan juga oksigen, sel
otak yang mengalami kekurangan oksigen dan glukosa akan menyebabkan
asidosis lalu asidosis akan mengakibatkan natrium klorida dan air masuk ke dalam
sel otak dan kalium meninggalkan sel otak sehingga terjadi edema setempat,
trombus dan emboli akan menyebabkan iskemia pada jaringan yang tidak dialiri
oleh darah, jika kondisi terus menerus akan terjadinya infark. Kemudian kalium
akan masuk dan memicu serangkaian radikal bebas sehingga terjadi perusakan
membran sel lalu mengkerut dan tubuh mengalami defisit neurologis. Stroke non
hemorogik dapat berupa iskemia atau emboli dan trombus serebral, biasanya
terjadi setelah lama istirahat. Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran
darah otak oleh trombus atau berkembangnya aterosklerosis pada dinding
pembuluh darah sehingga arteri menjadi tersumbat, aliran darah karena trombus
menjadi berkurang menyebabkan iskemia kemudian menjadi kompleks iskemia
akhirnya terjadi infark pada jaringan otak. Emboli disebabkan oleh embolus yang
berjalan menuju arteri serebral melalui arteri karotis. Terjadinya blok pada arteri
tersebut menyebabkan iskemia yag tiba-tiba berkembang cepat dan terjadi
gangguan neurologist fokal.
Menurut (Muttaqin, 2008) infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke
area tertentu di otak. Luasnya infark tergantung pada faktor-faktor seperti lokasi
dan besarnya pembuluh darah dan adekdatnya sirkulasi kolateral terhadap area
yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat
berubah (makin lambat dan cepat) pada gangguan lokal (trombus, emboli,
perdarahn, dan spasme vaskular) atau karena gangguan umum (hipoksia karena
gangguan pant dan jantung). Trombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah
terbawa sebagai emboli dalam aliran darah. Trombus mengakibatkan iskemia
jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan dan edema
dan kongesti di sekitar area. Dengan berkurangnya edema klien mulai
meunjukkan perbaikan. Oklusi pada pembuluh darah maka akan terjadi abses atau
ensefalitis atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat
menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan
perdarahan serebral jika aneurisma pecah dan ruptur.
Perdarahan pada otak disebabkan oleh ruptur ateriosklerotik clan hipertensi
pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan lebih sering
menyebabkan kematian di bandingkan keseluruhan penyakit serebro vaskulai,
karena perdarahan yang luas terjadi destruksi masa otak, peningkatan tekanan
intrakranial dan yang lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak pada falk
serebri atau lewat foramen magnum. Pembesaran darah ke ventrikel otak terjadi
pada sepertiga kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus, talamus, dan pons. Jika
sirkulasi serebral terhambat maka dapat berkembang anoksia serebral. Anoksia
serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah satunya henti
jantung.
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi
1. Saraf otonomik
Rangsangan simpatis dan parasimpatis dari saraf otonomik dapat dipengaruhi
kemampuan untuk dilatasi dan konstriksi, hal ini dapat terlihat simpatis
maupun parasimpatis. Ketika terjadi rangsangan, ujung saraf dapat
mengeluarkan neuro transmitter( untuk simpatis dapat mengeluarkan
noradrenalin yang berpengaruh pada bronkodilatasi dan untuk parasimpatis
mengeluarkan asetilkolin yang berpengaruh bronkhokonstriksi) karena pada
saluran pernafasan terdapat reseptor adrenergik dan reseptor kolinergik.
2. Alergi pada saluran nafas
Banyak faktor yang dapat menimbulkan alergi antara lain debu yang terdapat
dalam Hawa pernafasan, bulu binatang, benang sari bunga, kapuk, makanan
dan lain-lain.
3. Perkembangan
Dari adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru menurun.
4. Lingkungan
kondisi lingkungan dapat mempengaruhi kebutuhan oksigenasi seperti faktor
alergi, ketinggian tanah, dan suhu kondisi tersebut mempengaruhi kemampuan
adaptasi.
5. Perilaku
Faktor perilaku yang dapat mempengaruhi kebutuhan oksigenasi adalah
perilaku dalam mengkonsumsi makanan atau status nutrisi (Wartonah,
Tarwoto, 2006)
D. Klasifikasi
Pemenuhan kebutuhan oksigenasi di dalam tubuh terdiri atas tiga tahapan, yaitu
ventilasi, divisi, dan transportasi.
1. Ventilasi
proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dan atmosfer ke
dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor, antara lain:
a) Adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paruh, semakin tinggi
tempat maka tekanan udaranya semakin rendah. Demikian pula
sebaliknya, semakin rendah maka tempat tekanan udara semakin tinggi.
b) Adanya kemampuan thorax dan paru pada alveoli dalam melaksanakan
ekspansi atau kembang kempis.
c) Adanya jalan nafas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang terdiri
atas berbagai otot polos yang kerjanya sangat dipengaruhi oleh sistem
saraf otonom. Terjadinya rangsangan simpatis dapat menyebabkan
relaksasi sehingga dapat terjadi vasodilatasi, kemudian kerja saraf
parasimpatis dapat menyebabkan konstriksi sehingga dapat menyebabkan
vasokonstriksi atau proses penyempitan.
d) Adanya reflek batuk dan muntah
Adanya peran mukus siliaris sebagai penangkal benda asing yang
mengandung interferon dan Dapat mengikat virus. Pengaruh proses
ventilasi selanjutnya adalah compliance recoil. Compliance yaitu
kemampuan paru untuk mengembang yang dipengaruhi oleh berbagai
faktor, yaitu adanya surfaktan pada lapisan alveoli yang berfungsi untuk
menurunkan tegangan permukaan dan adanya sisa udara yang
menyebabkan terjadinya kolaps dan gangguan thorax. Surfaktan
diproduksi saat terjadi peregangan sel alveoli dan disekresi saat pasien
menarik nafas, sedangkan recoil adalah kemampuan untuk mengeluarkan
CO2 atau kontraksi menyempitnya paru.
Apabila compliance baik akan tetapi recoil terganggu maka CO2 tidak
dapat dikeluarkan secara maksimal. Pusat pernapasan yaitu medula
oblongata dan pons dapat mempengaruhi proses ventilasi karena CO2
memiliki kemampuan merangsang pusat pernapasan titik peningkatan CO2
dalam batas 60 mmhg dapat dengan baik merangsang pusat pernapasan
dan bila paCO, kurang dari sama dengan 80 mmhg maka dapat
menyebabkan depresi pusat pernapasan.
2. Difusi gas
Difusi gas Merupakan pertukaran antara oksigen di alveolus dengan kapiler
paru dan CO2, di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu:
a) Luasnya permukaan paru
b) Tebal membran respirasi, permeabilitas yang terdiri atas epitel alveolus
dan interstisial keduanya ini dapat mempengaruhi proses difusi apabila
terjadi proses penebalan.
c) Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2 Hal ini dapat terjadi sebagaimana
O2, dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan O2, dalam
rongga alveolus lebih tinggi dari tekanan O2, dalam darah vena
pulmonalis, (masuk dalam darah secara berdifusi) dan paCO dalam Arteri
pulmonalis juga akan berdifusi ke dalam alveoli.
d) afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat Hb.
3. Transportasi gas
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian antara O2 kapiler ke
jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi,
akan berikatan dengan HB membentuk Oksihemoglobin (97%) dan larut
dalam plasma (3 %), sedangkan CO2 akan berikatan dengan HB membentuk
karbominohemoglobin(30%)
Dan larut dalam plasma (50%) dan sebagian menjadi HCO3 berada pada
darah(65%).
Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:
a) Cardiac output
Merupakan jumlah darah yang dipompa oleh darah, normalnya 5 liter per
menit titik-titik dalam kondisi patologi yang dapat menurunkan cardiac
output (misal pada kerusakan otot jantung, kehilangan darah) akan
mengurangi jumlah Oksigen yang dikirim ke jaringan. Umumnya, jantung
mengkompensasi dengan menambahkan rata-rata pemompanya untuk
meningkatkan transport oksigen.
b) Kondisi pembuluh darah, latihan, dan lain-lain
Secara langsung berpengaruh terhadap transportasi oksigen. Bertambahnya
latihan menyebabkan peningkatan transport O2 (20×kondisi normal),
meningkatnya cardiac output dan penggunaan O2 oleh sel.
II. PATHWAY

Penyakit yang mendasari stroke

(alkohol, hiperkolesteroid, merokok, stress, depresi, kegemukan)

Arterosklerosis Kepekatan darah meningkat pembentukan trombus

(elestisitas pembuluh darah menurun) Obstruksi trombus di otak

Perubahan persepsi Sirkulasi serebral terganggu


sensori

Penurunan darah dan O2 ke otak Ggn. Perfusi jaringan


serebral

Hipoksia serebri

Kerusakan pusat gerak motorik di lobus Kelemahan pada nervus V, VII, IX, X
frontalis hemisphare/hemiplagia

Perubahan persepsi
Mobilitas menurun sensori
Ggn. Mobilitas Fisik

Tirah baring

Defisit perawatan diri


III. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien. (Nursalam, 2011).
Pengkajian pada pasien stroke meliputi identitas klien, keluhan utama, riwayat
penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, dan
pengkajian psikososial.
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS,
nomor registrasi, dan diagnosa medis.
b. Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah
kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat
berkomunikasi, dan penurunan tingkat kesadaran.
c. Penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik sering kali berlangsung sangat mendadak, pada
saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual,
muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, selain gejala kelumpuhan separuh
badan atau gangguan fungsi otak yang lain. Adanya penurunan atau perubahan
pada tingkat kesadaran disebabkan perubahan di dalam intracranial. Keluahan
perubahan perilaku juga umum terjadi. Sesuai perkembangan penyakit dapat
terjadi letargi, tidak responsive dan koma.
d. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya, diabetes mellitus,
penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama,
penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin,vasodilator, obat-obat adiktif dan
kegemukan. Pengkajian obat-obatan yang sering digunakan klien seperti
pemakaian obat anti hipertensi, anti lipidemia, penghambat beta dan lainnya.
Adanya riwayat merokok, penggunaan alcohol dan penggunaan obat
kontrasepsi oral. Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari
riwayat penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih
jauh dan untuk memberikan tindakan selanjutnya.
e. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes mellitus
atau adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu.
f. Pengkajian psikososiospiritual
Pengkajian psikologis klien stroke meliputi beberapa dimensi yang
memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai
status emosi, kognitif dan perilaku klien. Dalam pola tata nilai dan
kepercayaan, klien biasanya jarang melakukan ibadah spiritual karena tingkah
laku yang tidak stabil dan kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
Perawat juga memasukkan pengkajian tehadap fungsi neurologis dengan
dampak gangguan neurologis yang akan terjadi pada gaya hidup individu.
Perspektif keperawatan dalam mengkaji terdiri atas dua masalah : keterbatasan
yang diakibatkan oleh deficit neurologis dalam hubungannya dengan peran
sosial klien dan rencana pelayanan yang akan mendukung adaptasi pada
gangguan neurologis di dalam sistem dukungan individu.
g. Pengkajian Aktivitas/ istirahat
Gejala : merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena kelemahan,
kehilangan sensasi atau paralisis (hemiplegia). Merasa mudah lelah, susah
untuk beristirahat (nyeri/ kejang otot).
Tanda : gangguan tonus otot (flaksid, spastis) ; paralitik (hemiplegia), dan
terjadi kelemahan umum. Gangguan penglihatan dan gangguan tingkat
kesadaran.
h. Pengkajian Sirkulasi
Gejala : adanya penyakit jantung (MCI/Myocard Infarct, penyakit jantung
vaskuler), GJK (Gagal Jantung Kongestif), endokarditis bakterial, polisitemia,
riwayat hipotensi postural.
Tanda : hipertensi arterial sehubungan dengan adanya embolisme/ malformasi
vaskuler. Nadi : frekuensi dapat bervariasi (karena ketidakstabilan fungsi
jantung/kondisi jantung, obat-obatan, efek stroke pada pusat vasomotor),
distritmia, perubahan EKG, desiran pada karotis, femoralis dan arteri
iliaka/aorta yang abnormal.
i. Integritas ego
Gejala : perasaan tidak berdaya, perasaan putus asa.
Tanda : emosi yang labil dan ketidaksiapan untuk marah, sedih dan gembira,
kesulitan untuk mengekspresikan diri.
j. Eliminasi
Gejala : perubahan pola berkemih seperti inkontinensia urine, anuria. Distensi
abdomen (distensi kandung kemih berlebihan), bising usus negatif (ileus
paralitik).
k. Makanan/ cairan
Gejala : nafsu makan hilang, mual munta selama fase akut (peningkatan TIK),
kehilangan sensasi (rasa kecap) pada lidah, pipi, dan tenggorokkan, disfagia,
adanya riwayat diabetes, peningkatan lemak dalam darah.
Tanda : esulitan menelan (gangguan pada reflek palatum dan faringeal),
obesitas (faktor risiko).
l. Neurosensori
Pemeriksaan 12 Saraf kranial :
1. Saraf Olfaktorius (N. I)
Fungsi : saraf sensorik, untuk penciuman.
Cara pemeriksaan : anjurkan klien menutup mata dan uji satu persatuan
hidung klien kemudian anjurkan klien untuk mengidentifikasi perbedaan
bau-bauan yang diberikan. (seperti teh atau kopi).
2. Saraf Optikus (N. II)
Fungsi : saraf sensorik, untuk penglihatan.
Cara pemeriksaan : dengan snellen cart pada jarak 5-6 meter dan
pemeriksaan luas pandang dengan cara menjalankan sebuah benda dari
samping ke depan (kanan dan kiri, atas kebawah).
3. Saraf Okulomotorius (N. III)
Fungsi : saraf motorik, untuk mengangkat kelopak mata dan kontraksi
pupil.
Cara pemeriksaan : anjurkan klien menggerakkan mata dari dalam keluar,
dan dengan menggunakan lampu senter uji reaksi pupil dengan
memberikan rangsangan sinar kedalamnya.
4. Saraf troklearis (N. IV)
Fungsi : saraf motorik, untuk pergerakan bola mata.
Cara pemeriksaan : anjurkan klien melihat kebawah dan kesamping kanan-
kiri dengan menggerakkan tangan pemeriksa.
5. Saraf Trigeminalis (N. V)
Fungsi : saraf motorik, gerakan mengunyah, sensasi wajah, lidah dan gigi,
reflek kornea dan reflek berkedip.
Cara pemeriksaan : Dengan menggunakan kapas halus sentuhan pada
kornea klien perhatikan reflek berkedip klien, dengan kapas sentuhkan
pada wajah klien, uji kepekan lidah dan gigi, anjurkan klien untuk
menggerakkan rahang atau menggigit.
6. Saraf Abdusen (N. VI)
Fungsi : saraf motorik, pergerakan bola mata kesamping melalui otot
lateralis.
Cara pemeriksaan : anjurkan klien melirik kanan dan kiri.
7. Saraf Fasialis (N. VII)
Fungsi : saraf motorik, untuk ekspresi wajah.
Cara pemeriksaan : dengan cara menganjurkan klien tersenyum,
mengangkat alis, mengerutkan dahi, uji rasa dengan menganjurkan klien
menutup mata kemudian tempatkan garam/gula pada ujung lidah dan
anjurkan mengidentifikasi rasa tersebut.
8. Saraf Vestibulokoklear (N. VIII)
Fungsi : saraf sensorik, untuk pendengaran dan keseimbangan.
Cara pemeriksaan : tes rine weber dan bisikan, tes keseimbangan dengan
klien berdiri menutup mata.
9. Saraf Glosofaringeus (N. IX)
Fungsi : saraf sensorik dan motorik, untuk sensasi rasa.Cara pemeriksaan:
dengan cara membedakan rasa manis dan asam dengan menggembungkan
mulut.
10. Saraf Vagus (N. X)
Fungsi : saraf sensorik dan motorik, reflek muntah dan menelan.
Cara pemeriksaan : dengan menyentuh faring posterior, klien menelan
saliva disuruh mengucapkan kata ah.
11. Saraf Asesorius (N. XI)
Fungsi : saraf motorik, untuk menggerakan bahu.
Cara pemeriksaan : anjurkan klien untuk menggerakan bahu dan lakukan
tahanan sambil klien melawan tahanan tersebut.
12. Saraf Hipoglosus (N. XII)
Fungsi : saraf motorik, untuk menggerakan lidah.
Cara pemeriksaan : dengan cara klien disuruh menjulurkan lidah dan
menggerakan dari sisi ke sisi. (Amin & Hardhi, 2012).
m. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : sakit kepala dengan intensitas yang berbeda-beda (karena arteri
karotis terkena)
Tanda : tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan pada otot/ fasia.
n. Pernafasan
Gejala : merokok (faktor risiko).
Tanda : ketidakmampuan menelan/ batuk/ hambatan jalan nafas. Timbulnya
pernafasan sulit dan/ atau tak teratur, suara nafas terdengar/ ronki (aspirasi
sekresi).
o. Keamanan
Tanda : motorik/sensorik, masalah dengan penglihatan, perubahan persepsi
terhadap orientasi tempat tubuh (stroke kanan), kesultan untuk melihat objek
dari sisi kiri (pada stroke kanan), hilang kewaspadaan terhadap bagian tubuh
yang sakit. Tidak mampu mengenali objek, warna, kata dan wajah yang
pernah dikenalnya dengan baik, gangguan berespon terhadap panas dan
ingin/gangguan regulasi suhu tubuh, kesulitan dalam menelan, tidak mampu
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi sendiri (mandiri), gangguan dalam
memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan, tidak sabar/kurang
kesadaran diri (stroke kanan).
p. Interaksi sosial
Tanda : masalah bicara, ketidakmampuan untuk berkomunikasi.
q. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : adanya riwayat hipertensi pada keluarga, stroke (faktor resiko).
Pemakaian kontrasepsi oral, kecanduan alkohol (faktor risiko). (Doengoes,
2000)
B. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan tidak adekuatnya
sirkulasi darah serebral
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuscular
c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan neuromuscular
d. Defisit pengetahuan : keluarga berhubungan dengan keterbatasan kognitif
e. Kerusakan komunikasi verbal behubungan dengan kerusakan neuromuscular
f. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan trauma neurologis
g. Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan psikososial
h. Resiko tinggi terhadap menelan behubungan dengan kerusakan
Neuromuskular
(NANDA, 2015)

IV. FOKUS INTERVENSI (NIC)

N Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


o Keperawatan
1. Gangguan Setelah Klien a. Kaji kesadaran a. Untuk
perfusi diberikan mengatakan umum mengeahui
jaringan asuhan sakit kepala b. Pantau TTV gangguan pada
serebral b.d keperawata berkurang c. Bantu klien perfusi jaringan
tidak n selama bahkan hilang dalam letakkan b.Hipertensi
adekuatnya 3x24 jam dan merasa kepala agak dapat menjadi
sirkulasi darah diharapkan nyaman, ditinggikan faktor pencetus
perfusi ekstermitas klien dan dalam c. Menurunkan
jaringan dapat kembali posisi anatomi tekanan arteri
serebral digerakkan, ttv (netral) dengan
kembali normal dan meningkat-kan
normal tingkat drainase dan
kesadaran meningkat-kan
compos mentis. sirkulasi
serebral
d.Aktivitas yang
kontinu dapat
meningkat-kan
TIK
e. Menurunkan
hipoksia yang
dapat
menyebab-kan
vasodilatasi
serebral
f. Meningkatkan
aliran darah
serebral
2. Hambatan Setelah Klien dapat a. Kaji tingkat a. Untuk
mobilitas fisik diberikan beraktivitas aktivitas klien mengetahui
b.d gangguan asyhan sesuai b. Ajarkan untuk tingkat aktivitas
neomuskular keperawata kemampuan, mengubah klien
n selama tidak ada posisi minimal b. Menurunkan
3x24 jam kontraktur otot, 2 jam sekali resiko
diharapkan tidak terjadi c. Ajarkan klien terjadinya
kerusakan penyusutan otot, ROM pasif iskemia
mobilitas ekstermitas d. Bantu klien jaringan
fisik teratasi dapat digerakkan tinggikan c. Meminimalkan
tangan dan atropi otot dan
kepala 30-400 meningkatkan
e. Kolaborasi sirkulasi
dalam d. Meningkatkan
pemberian aliran balik
obat relaksasi vena
otot sesuai e. Untuk
indikasi meningkatkan
f. Kolaborasi spasitisitas pada
dalam ekstermitas
pemberian yang terganggu
matras bulat. f. Meningkatkan
distribusi
merata berat
badan
menurunkan
tekanan tulang-
tulang tertentu.
3. Defisit Setelah Klien tampak a. Kaji a. Menjaga
perawatan diri diberikan segar, klien keperawatan kebersihan diri
b.d gangguan asuhan tampak bersih, diri klien klien
neuromuskula keperawata nafas tidak b. Amjurkan
r n selama berbau, kuku keluarga
3x24 jam pendek dan rapi untuk selalu
diharapkan memperhatika
perawatan n kebersihan
diri klien dan kebutuhan
meningkat klien
c. Bantu klien
dalam
personal
hygine
d. Bantu klien
memotong
kuku
e. Bantun klien
untuk
mengganti
laken
f. Bantu
memandikan
klien
4. Defisit Setelah Berpartisipasi a. Kaji a. Menentukan
pengetahuan diberikan dalam pengetahuan intervensi
keluarga b.d asuhan penyuluhan keluarga selanjutnya
keterbatasan keperawata kesehatan, b. Diskusikan b. Membantu
kognitif n selama memulai dengan dalam
3x24 jam perubahan gaya keluarga membangun
diharapkan hidup klien dan mengenai harapan dan
pengetahua keluarga penyakit klien meningkatkan
n klien dan mengetahui dan kekuatan pemahaman
keluarga penyakit stroke pada individu c. Memungkinka
bertambah c. Identifikasi n menurunkan
faktor- faktor resiko kambuh
resiko secara d. Menambah
individual pengetahuan
d. Berikan keluarga dan
penjelasan klien
kepada e. Meningkatkan
keluarga kesehatan
mengenai
penyakit klien
(Penkes)
e. Motivasi klien
dan keluarga
untuk
memperbaiki
pola hidup
5. Kerusakan Setelah Mengindikasi a. Kaji e. Membantu
komunikasi diberikan pemahaman tipe/derajat menentukan
verbal b.d asuhan tentang masalah disfungsi derajat
kerusakan keperawata komunikasi, b. Ajarkan kerusakan
neomuskular n selama membuat komunikasi serebral
3x25 jam metode alternatif f. Membantu
diharapkan komunikasi c. Bicaralah klien dalam
kerusakan dimana dengan nada berkomunikasi
komunikasi kebutuhan dapat normal dan g. Memfokuskan
verbal diekspresikan hindari respon klien
berkurang percakapan h. Melatih fungsi
cepat wicara
d. Kolaborasi
dengan ahli
terapi wicara
6. Perubahan Setelah Mempertahanka a. Kaji a. Untuk
presepsi diberikan n tingkat kesadaran mengetahui
sensorii b.d asuhan kesadaran dan sensori kesesuaian dari
trauma keperawata mengakui b. Berikan gerak
neurologis n selama perubahan dalam stimulasi b. Membantu
3x24 jam kemampuan terhadap rasa melatih
diharapkan sentuhan kembali
perubahan c. Ciptakan sensorik
presepsi lingkungan c. Menurunkan
sensori yang resiko terjadi
teratasi sederhana kecelakaan
dengan d. Menurunkan
memindahka ansietas dan
n perabot respon emosi
yang
membahayak
an

7. Gangguan Setelah Mengungkapkan a. Kajiluas a. Menentukan


harga diri b.d diberikan penerimaan diri gangguan faktor-faktor
perubahan asuhan dalam situasi presepi perencanaan
psikososial keperawata dan b. Anjurkan selanjutnya
n selama berkomunikasi klien untuk b. Untuk
3x24 jam dengan orang mengekspresi mengenal dan
diharapkan terdekat tentang kan memahami
gangguan situasi yang perasaannya perasaan saat
harga diri terjadi c. Berikan ini
teratasi dukungan c. Mengubah dan
terhadap memahami
perilaku dan tentang peran
usaha diri
d. Kolaborasi d. Mempermudah
dengan ahli adaptasi
psikologi. terhadap
perubahan
peran.
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne. 2005. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Tarwoto, Wartonah, Eros SS. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta : CV
Hidayat Alimul, dkk. 2002. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta
: EGC.
Corwin, J. Elizabeth. 2009. Buku Patofisiologi. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai