PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jantung adalah organ yang berongga dan berotot dengan ukuran kurang lebih sebesar
kepalan tangan manusia. Jantung terletak di rongga toraks (dada), di sekitar garis tengah
antara sternum atau tulang dada di sebelah anterior dan vertebra (tulang punggung) di
sebelah posterior.
Jantung terbungkus di dalam kantung pericardium membranosa berdinding ganda.
Lapisan luar kantung adalah membran fibrosa yang kuat melekat ke partisi jaringan ikat
yang memisahkan paru. Perlekatan ini menambatkan jantung, sehingga jantung tetap
berada pada posisinya di dalam dada. Jantung memiliki pangkal yang lebar di sebelah
atas dan meruncing membentuk ujung yang disebut apeks di dasar. Oleh karenanya, jika
jantung tidak berfungsi sebagaimana fungsinya, maka jantung akan mengalami
kegagalan-kegagalan dalam memompakan darah sehingga suplai darah ke seluruh tubuh
tidak adekuat. Dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut tentang salah satu penyakit
jantung yaitu, Gagal Jantung Congestive (CHF).
Definisi alternatif menurut Packer, gagal jantung kongestif merupakan suatu sindrom
klinis yang rumit yang ditandai dengan adanya abnormalitas fungsi ventrikel kiri dan
kelainan regulasi neurohormonal, disertai dengan intoleransi kemampuan kerja fisis
(effort intolerance), retensi cairan, dan memendeknya umur hidup (reduce longevity).
Termasuk di dalam kedua batasan tersebut adalah suatu spectrum fisiologis-klinis yang
luas, mulai dari cepat menurunnya daya pompa jantung (misalnya pada infark jantung
yang luas, takiaritmia atau bradikardia yang mendadak), sampai pada keadaan-keadaan di
mana proses terjadinya kelainan fungsi ini berjalan secara bertahap tetapi progresif
(misalnya pada pasien dengan kelainan jantung yang berupa pressure atau volume
overload dan hal ini terjadi akibat penyakit pada jantung itu sendiri, seperti hipertensi,
kelainan katup aorta atau mitral dll). Secara singkat menurut Sonnenblik, gagal jantung
terjadi apabila jantung tidak lagi mampu memompakan darah yang cukup untuk
Askep klien gagal jantung
Created by : Kel. IV Kelas III.A
memenuhi kebutuhan metabolic tubuh pada tekanan pengisian yang normal, padahal
aliran balik vena (venous return) ke jantung dalam keadaan normal.
Jenis penyakit gagal jantung yang paling tinggi prevalensinya adalah Congestive Heart
Failure atau gagal jantung kongestif. Di Eropa, tiap tahun terjadi 1,3 kasus per 1000
penduduk yang berusia 25 tahun. Kasus ini meningkat 11,6 pada manula dengan usia 85
tahun ke atas. (www.tempo.com)
Di Indonesia berdasarkan data dari RS Jantung Harapan Kita, peningkatan kasus ini
dimulai pada 1997 dengan 248 kasus, kemudian melaju dengan cepat hingga mencapai
puncak pada tahun 2000 dengan 532 kasus. Diperkirakan tahun ini juga akan terjadi
peningkatan. Untuk itu, pihak RS telah mengantisipasi lonjakan kasus tersebut dengan
membuka klinik khusus gagal jantung dan pelayanan One Day Care dengan system
Nurse Base Care. Mengenai kematian akibat penyakit gagal jantung. Aulia yang juga
Direktur RS tersebut, mengemukakan bahwa tahun lalu hanya 4,3% kematian yang
terjadi. Jumlah yang kecil jika dibandingkan dengan insiden pada 1999 sejumlah 12,2%.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1. Apa pengertian dari CHF?
2. Bagaimana etiologi dan Patofisiologi dari CHF?
3. Bagaimana penanganan pada pasien dengan CHF?
4. Bagaimana pemeriksaan diagnostic dari CHF?
5. Bagaimana konsep Keperawatan dari penyakit CHF?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan CHF?
C. Tujuan Penulisan
adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian dari CHF?
Askep klien gagal jantung
Created by : Kel. IV Kelas III.A
BAB II
PEMBAHASAN
GAGAL JANTUNG KONGESTIF (CHF)
A. Pengertian
Menurut Braunwald, gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologis adanya kelainan
fungsi jantung berakibat jantung gagal memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme jaringan dan/atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian ventrikel
kiri.
Definisi alternatif menurut Packer, gagal jantung kongestif merupakan suatu sindrom
klinis yang rumit yang ditandai dengan adanya abnormalitas fungsi ventrikel kiri dan
kelainan regulasi neurohormonal, disertai dengan intoleransi kemampuan kerja fisis (effort
intolerance), retensi cairan, dan memendeknya umur hidup (reduce longevity). Termasuk di
dalam kedua batasan tersebut adalah suatu spectrum fisiologis-klinis yang luas, mulai dari
cepat menurunnya daya pompa jantung (misalnya pada infark jantung yang luas, takiaritmia
atau bradikardia yang mendadak), sampai pada keadaan-keadaan di mana proses terjadinya
kelainan fungsi ini berjalan secara bertahap tetapi progresif (misalnya pada pasien dengan
kelainan jantung yang berupa pressure atau volume overload dan hal ini terjadi akibat
penyakit pada jantung itu sendiri, seperti hipertensi, kelainan katup aorta atau mitral dll).
Secara singkat menurut Sonnenblik, gagal jantung terjadi apabila jantung tidak lagi mampu
memompakan darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic tubuh pada tekanan
pengisian yang normal, padahal aliran balik vena (venous return) ke jantung dalam keadaan
normal.
Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai pompa tidak
mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan. Ciri-ciri yang penting dari
defenisi ini adalah pertama defenisi gagal adalah relatif terhadap kebutuhan metabolic tubuh,
kedua penekanan arti gagal ditujukan pada fungsi pompa jantung secara keseluruhan. Istilah
gagal miokardium ditujukan spesifik pada fungsi miokardium ; gagal miokardium umumnya
mengakibatkan gagal jantung, tetapi mekanisme kompensatorik sirkulai dapat menunda atau
bahkan mencegah perkembangan menjadi gagal jantung dalam fungsi pompanya.
Istilah gagal sirkulasi lebih bersifat umum dari pada gagal jantung. Gagal sirkulasi
menunjukkan ketidakmampuan dari sistem kardiovaskuler untuk melakukan perfusi jaringan
dengan memadai. Defenisi ini mencakup segala kelainan dari sirkulasi yang mengakibatkan
perfusi jaringan yang tidak memadai, termasuk perubahan dalam volume darah, tonus
vaskuler dan jantung. Gagal jantung kongetif adalah keadaan dimana terjadi bendungan
sirkulasi akibat gagal jantung dan mekanisme kompensatoriknya. Gagal jantung kongestif
perlu dibedakan dengan istilah yang lebih umum yaitu. Gagal sirkulasi, yang hanya berarti
kelebihan beban sirkulasi akibat bertambahnya volume darah pada gagal jantung atau sebabsebab diluar jantung, seperti transfusi yang berlebihan atau anuria.
B. Etiologi
Gagal jantung adalah komplikasi yang paling sering dari segala jenis penyakit jantung
kongestif. Mekanisme fisiologis
keadaan yang meningkatkan beban awal, beban akhir atau menurunkan kontraktilitas
miokardium. Keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal meliputi : regurgitasi aorta
dan cacat septum ventrikel. Dan beban akhir meningkat pada keadaan dimana terjadi stenosis
aorta
miokardium dan kardiomiopati. Selain dari ketiga mekanisme fisiologis yang menyebabkan
gagal jantung, ada faktor fisiologis lain yang dapat pula mengakibatkan jantung gagal
bekerja sebagai pompa. Faktor-faktor yang mengganggu pengisian ventrikel, seperti stenosis
katup atrioventrikularis, dapat menyebabkan gagal jantung. Keadaan-keadaan seperti
perikarditis konstriktif dan tamponade jantung mengakibatkan gagl jantung melalui
gabungan beberapa efek seperti gangguan pada pengisian ventrikel dan ejeksi ventrikel.
Dengan demikian jelas sekali bahwa tidak ada satupun mekanisme fisiologik atau gabungan
berbagai mekanisme yang bertanggung jawab atas terjadinya gagal jantung; efektivitas dari
jantung sebagai pompa dapat dipengaruhi oleh berbagai ganggaun patofisiologik.
Demikian juga, tidak satupun penjelasan biokimiawi yang diketahui sebagai mekanisme
dasar terjadinya gagal jantung. Kelainan yang mengakibatkan gangguan kontraktilitas
miokardium juga tidak diketahui. Diperkirakan bahwa abnormalitas penghantaran kalsium di
dalam sarkomer, atau dalam sintesis, atau fungsi dari protein kontraktil merupakan
penyebabnya.
sebab gagalnya jantung, misalnya terdapat tanda-tanda infark jantung atau stenosis aorta.
Pada perjalanan penyakit gagal jantung, perlu diperhatikan adanya faktor-faktor presipitasi
Askep klien gagal jantung
Created by : Kel. IV Kelas III.A
Infeksi paru-paru
Demam atau sepsis
Anemia (akut atau menahun)
Tidak teraturnya minum obat seperti diuretic dan digitalis, atau tidak diet
rendah garam
Beban cairan yang berlebihan (misalnya karena dapat pengobatan denga infus)
Terjadinya infark jantung akut berulang
Aritmia (baik atrial maupun ventricular)
Emboli paru
Keadaan-keadaan high output
Melakukan pekerjaan beban berat apalagi mendadak (lari,naik tangga)
Stress emosional
Hipertensi yang tidak terkontrol
6. Irama derap S3
7. Peningkatan tekanan vena > 16 cm H2O
8. Refluks hepatojugular
Kriteria minor :
1. Edema pergelangan kaki
2. Batuk malam hari
3. Dyspneu deffort
4. Hepatomegali
5. Efusi pleura
6. Kapasitas vital berkurang menjadi 1/3 maksimum
7. Takikardi (>120x/menit)
F. Penanganan
Gagal jantung ditangani dengan tindakan umum untuk mengurangi beban kerja
jantung dan manipulasi selektif terhadap ketiga penentu utama dari fungsi miokardium, baik
secara sendiri-sendiri maupun gabungan dari : beban awal, kontraktilitas dan beban akhir.
Penanganan biasanya dimulai ketika gejala-gejala timbul pada saat beraktivitas biasa.
Resimen penanganan secara progresif ditingkatkan sampai mencapai respon klinik yang
diinginkan. Eksaserbasi akut dari gagal jantung atau perkembangan menuju gagal jantung
yang berat dapat menjadi alasan untuk dirawat di rumah sakit atau mendapat penanganan
yang lebih agresif .
Pembatasan aktivitas fisik yang ketat merupakan tindakan awal yang sederhan namun
sangat tepat dalam penanganan gagal jantung. Tetapi harus diperhatikan jangan sampai
memaksakan larangan yang tak perlu untuk menghindari kelemahan otot-otot rangka. Kini
telah diketahui bahwa kelemahan otot rangka dapat meningkatkan intoleransi terhadap
latihan fisik. Tirah baring dan aktifitas yang terbatas juga dapat menyebabkan
flebotrombosis. Pemberian antikoagulansia mungkin diperlukan pada pembatasan aktifitas
yang ketat untuk mengendalikan gejala.
Penanganannya dapat juga :
Digitalisasi :
a. Dosis digitalis :
Digoksin oral digitalisasi cepat 0,5-2 mg dalam 4-6 dosis selama 24 jam
dan dilanjutkan 2x0,5 mg selama 2-4 hari
Digoksin iv 0,75 mg dalam 4 dosis selama 24 jam
Cedilanid> iv 1,2-1,6 mg selama 24 jam
b. Dosis penunjang untuk gagal jantung : digoksin 0,25 mg sehari. Untuk pasien
usia lanjut dan gagal ginjal dosis disesuaikan.
c. Dosis penunjang digoksin untuk fiblilasi atrium 0,25 mg.
d. Digitalisasi cepat diberikan untuk mengatasi edema pulmonal akut yang berat:
10
digitalis lambat. Pemberian digitalis per oral paling sering dilakukan karena
paling aman. Pemberian dosis besar tidak selalu perlu, kecuali bila diperlukan
efek meksimal secepatnya, misalnya pada fibrilasi atrium rapi respone. Dengan
pemberian oral dosis biasa (pemeliharaan), kadar terapeutik dalam plasma dicapai
dalam waktu 7 hari. Pemberian secara iv hanya dilakukan pada keadaan darurat,
harus dengan hati-hati, dan secara perlahan-lahan.
3. Menurunkan beban jantung
Menurunkan beban awal dengan diet rendah garam, diuretic (mis : furosemid 40-80
mg, dosis penunjang rata-rata 20 mg), dan vasodilator (vasodilator, mis :
nitrogliserin 0,4-0,6 mg sublingual atau 0,2-2 ug/kgBB/menit iv, nitroprusid 0,5-1
ug/kgBB/menit iv, prazosin per oral 2-5 mg, dan penghambat ACE : captopril
2x6,25 mg)
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. EKG : Hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia dan kerusakan
pola mungkin terlihat. Disritmia misalnya : takhikardi, fibrilasi atrial. Kenaikan segmen
ST/T persisten 6 minggu atau lebih setelah infark miokard menunjukkan adanya
aneurisme ventricular.
2. Sonogram : Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam
fungsi/struktur katub atau area penurunan kontraktilitas ventricular.
3. Skan jantung : Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan pergerakan dinding.
4. Kateterisasi jantung : Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu
membedakan gagal jantung sisi kanan dan sisi kiri, dan stenosis katup atau insufisiensi,
Askep klien gagal jantung
Created by : Kel. IV Kelas III.A
11
Juga mengkaji potensi arteri koroner. Zat kontras disuntikkan kedalam ventrikel
menunjukkan ukuran abnormal dan ejeksi fraksi/perubahan kontraktilitas.
Pemeriksaan Penunjang
Anamnesis
Laboratorium :
1. Faal ginjal :
a. Urin :
Berat jenis
b. Darah :
Ureum meningkat dan kreatinin clearance menurun, maka
menunjukkan gagal jantung yang berat
Na, Bl dan albumin menurun, sehingga meningkatkan volume
darah dan cairan udema karena rennin dan aldosteron
meningkat
Askep klien gagal jantung
Created by : Kel. IV Kelas III.A
12
Kapasitas exercise
13
Bunyi jantung S3
2. Hemodinamik :
Cardiac index
3 . Biokimia :
Norepinefrin plasma
Renin plasma
Vasopresin plasma
n Na, K, Mg serum
4. Elektrofisiologi :
Takikardia ventricular
14
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Gagal serambi kiri/kanan dari jantung mengakibatkan ketidakmampuan memberikan
keluaran yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan dan menyebabkan terjadinya
kongesti pulmonal dan sistemik . Karenanya diagnostik dan terapeutik berlanjut . Gagal
Jantung Kongestif selanjutnya dihubungkan dengan morbiditas dan mortalitas.
1. Aktivitas/istirahat
a. Gejala : Keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari,
15
mudah tersinggung.
4. Eliminasi
Gejala: Penurunan berkemih, urine berwana gelap, berkemih malam hari (nokturia),
diare/konstipasi.
5. Makanan/cairan
a. Gejala
: Penambahan berat badan cepat dan distensi abdomen (asites) serta edema
b. Tanda
7. Neurosensori
a. Gejala : Kelemahan, pening, episode pingsan.
b. Tanda : Letargi, kusut pikir, diorientasi, perubahan perilaku dan mudah tersinggung.
8. Nyeri/Kenyamanan
a. Gejala : Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan atas dan sakit
pada otot.
b. Tanda : Tidak tenang, gelisah, focus menyempit dan perilaku melindungi diri.
9. Pernapasan
a. Gejala
: Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal,
16
saluran kalsium.
b. Tanda
B. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan
curah
jantung
berhubungan
miokardial/perubahan inatropik,
dengan
Perubahan
kontraktilitas
17
Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker dan obat sesuai indikasi
(kolaborasi)
Rasional : Meningkatkn sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard untuk melawan
efek hipoksia/iskemia. Banyak obat dapat digunakan untuk meningkatkan volume
sekuncup, memperbaiki kontraktilitas dan menurunkan kongesti.
18
Intervensi
a. Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila klien
menggunakan vasodilator,diuretic dan penyekat beta.
Rasional : Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek obat
(vasodilatasi), perpindahan cairan (diuretic) atau pengaruh fungsi jantung.
b. Catat respons kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, disritmia, dispnea,
berkeringat dan pucat.
Rasional : Penurunan/ketidakmampuan miokardium untuk meningkatkan volume
sekuncup selama aktivitas dapat menyebabkan peningkatan segera frekuensi jantung
dan kebutuhan oksigen juga peningkatan kelelahan dan kelemahan.
c. Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas.
Rasional : Dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung
dari pada
kelebihan aktivitas.
d. Implementasi program rehabilitasi jantung/aktivitas (kolaborasi)
Rasional : Peningkatan bertahap pada aktivitas menghindari kerja jantung/konsumsi
oksigen berlebihan. Penguatan dan perbaikan fungsi jantung dibawah stress, bila
fungsi jantung tidak dapat membaik kembali,
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan : menurunnya laju filtrasi glomerulus
(menurunnya curah jantung)/meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air.
ditandai dengan : Ortopnea, bunyi jantung S3, Oliguria, edema, Peningkatan berat
badan, hipertensi, Distres pernapasan, bunyi jantung abnormal.
Tujuan /kriteria evaluasi,
Klien akan : Mendemonstrasikan volume cairan stabil dengan keseimbangan masukan
dan pengeluaran, bunyi nafas bersih/jelas, tanda vital dalam rentang yang dapat diterima,
berat badan stabil dan tidak ada edema., Menyatakan pemahaman tentang pembatasan
cairan individual.
Intervensi :
a. Pantau pengeluaran urine, catat jumlah dan warna saat dimana diuresis terjadi.
Rasional : Pengeluaran urine mungkin sedikit dan pekat karena penurunan perfusi
ginjal. Posisi terlentang membantu diuresis sehingga pengeluaran urine dapat
ditingkatkan selama tirah baring.
Askep klien gagal jantung
Created by : Kel. IV Kelas III.A
19
memenuhi
20
Mendemonstrasikan perilaku/teknik
catat
penonjolan
tulang, adanya
edema,
area sirkulasinya
21
Intervensi
a. Diskusikan fungsi jantung normal
Rasional : Pengetahuan proses penyakit dan harapan dapat memudahkan ketaatan
pada program pengobatan.
b. Kuatkan rasional pengobatan.
Rasional : Klien percaya bahwa perubahan program pasca pulang dibolehkan bila
merasa baik dan bebas gejala atau merasa lebih sehat yang dapat meningkatkan
resiko eksaserbasi gejala.
c. Anjurkan makanan diet pada pagi hari.
Rasional : Memberikan waktu adequate untuk efek obat sebelum waktu tidur untuk
mencegah/membatasi menghentikan tidur.
d. Rujuk pada sumber di masyarakat/kelompok pendukung suatu indikasi
Rasional : dapat menambahkan bantuan dengan pemantauan sendiri/penatalaksanaan
dirumah.
BAB III
Askep klien gagal jantung
Created by : Kel. IV Kelas III.A
22
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah :
1. Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai pompa tidak
mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan.
2. Menurut Braunwald, gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologis adanya
kelainan fungsi jantung berakibat jantung gagal memompakan darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan dan/atau kemampuannya hanya ada kalau disertai
peninggian ventrikel kiri.
3. Definisi alternatif menurut Packer, gagal jantung kongestif merupakan suatu sindrom
klinis yang rumit yang ditandai dengan adanya abnormalitas fungsi ventrikel kiri dan
kelainan regulasi neurohormonal, disertai dengan intoleransi kemampuan kerja fisis
(effort intolerance), retensi cairan, dan memendeknya umur hidup (reduce longevity).
4. Gagal sirkulasi menunjukkan ketidakmampuan dari sistem kardiovaskuler untuk
melakukan perfusi jaringan dengan memadai. Defenisi ini mencakup segala kelainan
dari sirkulasi yang mengakibatkan perfusi jaringan yang tidak memadai, termasuk
perubahan dalam volume darah, tonus vaskuler dan jantung.
5. Jenis penyakit gagal jantung yang paling tinggi prevalensinya adalah Congestive
Heart Failure atau gagal jantung kongestif. Di Eropa, tiap tahun terjadi 1,3 kasus per
1000 penduduk yang berusia 25 tahun. Kasus ini meningkat 11,6 pada manula dengan
usia 85 tahun ke atas.
DAFTAR PUSTAKA
Askep klien gagal jantung
Created by : Kel. IV Kelas III.A
23
Barbara C Long, Perawatan Medikal Bedah (Terjemahan), Yayasan IAPK Padjajaran Bandung,
September 1996, Hal. 443 - 450
Doenges Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien), Edisi 3, Penerbit Buku Kedikteran EGC, Tahun
2002, Hal ; 52 64 & 240 249.
Junadi P, Atiek S, Husna A, Kapita selekta Kedokteran (Efusi Pleura), Media Aesculapius,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1982, Hal.206 - 208
Wilson Lorraine M, Patofisiologi (Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit), Buku 2, Edisi 4,
Tahun 1995, Hal ; 704 705 & 753 - 763.
Branch, William T., R. Wayna Alexande, Robert C. Schlant, and J. Wilis Hurst. 2000. Cardiology
in Primary Care. Singapore : McGraw Hill.
www.google.com
24