Anda di halaman 1dari 42

SEMINAR KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK


PADA AN. C DENGAN DIAGNOSA MEDIS BRONCHOPNEUMONIA
DI RUANG MELATI RUMAH SAKIT ISLAM JEMURSARI
SURABAYA

DISUSUN OLEH :

1. ABD KODDAS 10. AINUR ROHMAN


2. APLIANA DETA
11. ALIFIA NISA’ AYU
3. CHRISTIN WLENA
4. CLARA DOS SANTOS 12. DESI LUSIANA
5. BELLA RIKA V. D.
13. ELISABETH MAGDALENA
6. IWAN IRAWAN
7. NIKI AMBARWATI 14. IRWAN ADIYANTO
8. MARIA REREBAIN
15. MOLINA OLIVIA K
9. SUSTRI IIN P.
16. OKTAVIANUS F. O
17. SAIFUL ANAM
18. SARLY SEPTIANI N.S

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
ARTHA BODHI ISWARA
SURABAYA
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Seminar kasus Dengan Judul “Asuhan Keperawatan Anak Pada An C


dengan Diagnosa Medis Bronkopneumonia Di Ruang Melati Rumah Sakit Islam
Jemursari Surabaya” yang disusun oleh kelompok kami, sebagai salah satu syarat
yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas Departemen Anak.

Surabaya, 11 April 2019

Penanggung Jawab,
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memlimpahkan rahmat dan
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan seminar kasus yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Anak Pada An C dengan Diagnosa Medis
Bronkopneumonia Di Ruang Melati Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya”
sebagai syarat menyelesaikan tugas Departemen Maternitas Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Artha Bodhi Iswara Surabaya.

Kami menyadari dalam menyusun seminar kasus ini apabila tanpa bantuan
dari pihak pembimbing dan juga pihak yang memberi dorongan berupa materil
dan spiritual, maka tidak akan terlaksana, oleh karena itu pada kesempatan kali ini
kami menyampaikan rasa terima kasih dan maaf atas segala kesalahan yang
penulis lakukan pada :

1. Elok Kartiasmi, S.Kep., Ns., M.Kes, selaku dosen pembimbing akademik


STIKES Artha Bodhi Iswara Surabaya.
2. Ika Larasati, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku dosen pembimbing akademik
STIKES Artha Bodhi Iswara Surabaya.
3. Dian Perdana F.M., S.Kep., Ns., M.Kep, selaku dosen pembimbing akademik
STIKES Artha Bodhi Iswara Surabaya.
4. Pembimbing Klinik yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan
seminar kasus.
5. Seluruh pihak yang telah memberikan dukungan dan dorongan dalam
penyelesaian tugas seminar kasus.
Dalam penulisan seminar kasus ini, kami telah berusaha semaksimal
mungkin dengan segala kemapuan yang ada, namun kami menyadari sepenuhnya
seminar kasus ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak.Semoga seminar kasus ini bermanfaat bagi para
pembaca khususnya bagi kami.

Surabaya, 11 April 2019

Kelompok,
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pneumonia adalah radang parenkim paru. Kebanyakan kasus pneumonia
disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada sejumlah penyebab nonifeksi yang
kadang-kadang perlu dipertimbangkan, selain itu pneumonia juga seringkali
disebabkan oleh virus dan bakteri. Pneumonia bacterial (atau pneumokokus)
secara khas diawali dengan awitan menggigil, demam yang timbul dengan cepat,
dan nyeri dada yang terasa ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernapas dan
batuk. Pneumonia atipikal beragam dalam gejalanya, tergantung pada organisme
penyebab. Pneumonia akibat virus kebanyakan didahului gejala-gejala pernapasan
beberapa hari, termasuk rhinitis dan batuk.
Pneumonia merupakan infeksi saluran nafas bawah yang masih menjadi
masalah kesehatan di Negara berkembang maupun Negara maju. menurut survey
demografi kesehatan Indonesia, angka kematian balita pada tahun 2007 sebesar 44
per 1000 kelahiran hidup. Menurut Riskesdas, penyebab kematian balita karena
pneumonia adalah nomer 2 dari seluruh kasus kematian balita (15,5%). Sehingga
jumlah kematian balita akibat pneumonia tahun 2007 adalah 30.470 balita, atau
rata-rata 83 balita meninggal setiap hari akibat pneumonia. Prevalensi pneumonia
pada balita usia kurang dari 1 tahun di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2007
adalah 0,2%, sedangkan untuk usia 1-4 tahu mencapai 0,7%. Dari hasil pencatatan
dan pelaporan tahun 2012, cakupan penemuan penderita pneumonia balita di Jawa
Timur sebesar 27,08% dengan jumlah penderita yang dilaporakan oleh
kabupaten/kota adalah 84.392 orang. Target cakupan penemuan penderita
pneumonia balita pada than 2012 adalah sebesar 80% dari 38 kabupaten/kota yang
mencapai target tersebut hanyalah 3 kabupaten/kota yaitu Kabupaten Bojonegoro,
Kota Pasuruan dan Kabupaten Gresik. Rendahnya capaian target penemuan
penderita pneumonia karena masih ada petugas puskesmas yang kurang
memahami pengklasifikasian pneumonia pada balita, kurang aktifnya deteksi dini
pneumonia atau masih belum optimalnya dalam tatalaksana penderita pneumonia
dan rendahnya kelengkapan laporan dari puskesmas yang ada di kabupaten/kota.
Mengingat pneumonia merupakan salah satu penyakit berat yang dapat
mengancam jiwa, termasuk di dalamnya adalah balita maka diperlukan
penanganan yang serius agar kasus pneumonia dapat menurun presentasi
kejadiannya. Jika tidak maka akan dapat menimbulkan komplikasi pada sistem
tubuh.

1
2

Dalam proses perawatan dan pengobatan pada klien dengan gangguan


pneumonia, klien diposisikan dalam keadaan fowler dengan sudut 45o. serta
pemberian O2 yang adekuat untuk menurunkan perbedaan O2 di alveoli-arteri, dan
mencegah hipoksia seluler. Dapat juga dilakukan dengan pemberian cairan
intravena untuk IVline dan pemenuhan hidrasi tubuh untuk mencegah penurunan
dan volume cairan tubuh secara umum. Maka dari itu diperlukan proses
keperawatan pada pasien pneumonia dengan tepat agar tidak terjadi komplikasi,
mendukung proses penyembuhan, menjaga/mengembalikan fungsi respirasi, dan
memberikan insformasi tentang proses penyakit/prognosis dan treatment.

1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami konsep teori dan asuhan keperawatan
klien dengan gangguan sistem pernapasan, khususnya pneumonia.
b. Tujuan khusus
1. Konsep teori
a) Menjelaskan anatomi dan fisiologi sistem pernapasan
b) Mengetahui definisi pneumonia
c) Mengetahui etiologi pneumonia
d) Mengetahui manifestasi klinis pneumonia
e) Mengetahui patofisiologi pneumonia
f) Mengetahui WOC pneumonia
g) Mengetahui penatalaksanaan pneumonia
h) Mengetahui komplikasi pneumonia
i) Dapat memberikan asuhan keperawatan pada klien pneumonia
2. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan pneumonia
a) Menjelaskan tentang pengkajian klien dengan pneumonia
b) Menjelaskan tentang diagnosis keperawatan klien dengan
pneumonia
c) Menjelaskan intervensi dan rasional tindakan kepada klien
dengan pneumonia

1.3 Manfaat
a) Untuk memermudah mahasiswa dalam mencari sumber informasi
mengenai pneumonia
Untuk menambah literatur/referensi mengenai pneumonia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 MASALAH UTAMA


Bronkopneumonia

2.2 PROSES TERJADINYA MASALAH


A. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN
1. Organ-organ pernapasan atas
a. Hidung
Hidung merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai 2 lubang,
dipisahkan oleh sekat hidung (septum oil) di dalamnya terdapat bulu-bulu
yang berguna untuk menyaring udara, debu, dan kotoran yang masuk ke
dalam lubang hidung. Hidung terdiri dari hidung luar dan nasi di
belakang hidung luar.
b. Faring
Merupakan tempat persimpangan antara jalan napas dan jalan makanan.
Terdapat di bawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan mulut
sebelah depan ruas tulang leher.Faring dibagi atas tiga bagian:
1) Bagian atas yang sama tingginya dengan koana yang disebut
nasofaring. Terletak tepat di belakang cavum nasi, di bawah basis
cranii dan di depan vertebrae cervicalis I dan II.
2) Bagian tengah yag sama tingginya dengan ismus fausium disebut
orofaring. Orofaring berhubungan ke bawah dengan laringofaring,
merupakan bagian dari faring yang terletak tepat di belakang laring,
dan dengan ujung atas esophagus.
3) Bagian abawah sekat, dinamakan langiofaring.
c. Laring
Merupakan saluran pendek yang menghubungkan faring dan trakea dan
bertindak sebagai pembentuk suara.
2. Organ saluran pernapasan bawah
a. Trakea
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16-20 cincin yang terdiri
dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda. Panjang trakea 9-11
cm dan di belakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh oto polos.

3
4

b. Bronkhial dan alveoli


Ujung distal trakea membagi menjadi bronki primer kanan dan kiri yang
terletak di dalam rongga dada. Fungsi percabangan bronkial untuk
memberikan saluran bagi udara antara trakea dan alveoli. Alveoli
berjumlah 300-500 juta di dalam paru-paru, fungsinya adalah sebagai
satu-satunya tempat pertukaran gas antara lingkungan eksternal dan
aliran darah.
c. Paru-paru
Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung-gelembung (gelembung hawa alveoli). Gelembung-
gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Banyaknya
gelembung paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah (paru kanan dan
kiri. Kapasitas paru-paru:
1) Kapasitas total
Jumlah udara yang dapat mengisi paru-paru pada inspirasi sedalam-
dalamnya.
2) Kapasitas vital
Jumlah udara yang dapat dikeluarkan setelah ekspirasi maksimal
Bagian-bagian paru:
a) Pleura adalah bagian terluar dri paru-paru dikelilingi oleh
membran halus, licin atau pleura.
b) Mediastinum adalah bagian dinding yang membagi rongga toraks
menjadi 2 bagian.
c) Lobus adalah bagian paru-paru dibagi menjadi lobus kiri terdiri
atas lobus bawah dan atas tengah dan bawah.
d) Bronkus dan bronkiolus terdapat beberapa divisi bronkus di
dalam setiap lobus paru. Bronkiolus adalah percabangan dari
bronkus.
e) Alveoli paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli yang tersusun
dalam kloster antara 15-20 alveoli.
d. Toraks
Rongga toraks terdiri dari rongga pleura kanan dan kiri dan bagian
tengah yang disebut mediastinum. Toraks mempunyai peranan penting
dalam pernapasan, karena bentuk elips dari tulang rusuk dan sudut
perlekatannya tulang belakang. Perubahan dalam ukuran toraks inilah
yang memungkinkan terjadinya proses inspirasi dan ekspirasi.
5

FISIOLOGI PERNAPASAN
Pernapasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang
banyak mengandung CO2 sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh.
Penghisapan udara ini disebut inspirasi dan menghembuskan disebut
ekspirasi.
Pernapsan paru-paru merupakan pertukaran oksigen dan
karbondioksida yang terjadi pada paru-paru. Pernapasan melalui paru-paru
atau pernapasan eksterna oksigen diambil melalui mulut dan hidung pada
waktu bernapas dimana oksigen masuk melalui trakea sampai ke alveoli
berhubungan dengan darah dalam kapiler pulmonar, alveoli memisahkan
oksigen dari darah, O2 menembus membran, diambil oleh sel darah merah
dibawa ke jantung dan dari jantung dipompakan ke seluruh tubuh.Guna
pernapasan:
1) Mengambil O2 yang kemudian di bawa oleh darah ke seluruh tubuh
(sel-selnya) untuk mengadakan pembakaran.
2) Mengeluarkan CO2 yang terjadi sebagai sisa dari pembakaran,
kemudian dibawa oleh darah ke paru-paru untuk dibuang (karena tidak
berguna lagi oleh tubuh).
3) Menghangatkan dan melembabkan udara.
Pernapasan dalam keadaan normal
Orang dewasa : 16-24 kali/menit
Anak-anak kira-kira : 24 kali/menit
Bayi kira-kira : 30 kali/menit
Paru adalah struktur elastik yang dibungkus dalam sangkar toraks,
yangmerupakan suatu bilik udara kuat dengan dinding yang dapat menahan
tekanan. Efek dari gerakan ini adalah secara bergantian meningkatkan dan
menurunkan kapasitas dada. Inspirasi adalah ketika kapasitas dalam dada
meningkat, udara masuk melalui trakea. Ekspirasi adalah ketika dinding
dada dan diafragma kembali ke ukuran semula.

B. DEFINISI BRONKOPNEUMONIA
Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang
mempunyai pola penyebaran bercak, teratur dalam satu atau lebih area
terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang
berdekatan di sekitarnya (Smeltzer & Suzanne C,2002).
6

Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang


disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, atau benda asing dengan manifestasi
klinis panas yang tinggi, gelisah, dispnea, napas cepat dan dangkal, muntah,
diare, serta btuk kering dan produktif (Hidayat, 2008)
Bronkopnemonia disebut juga pneumonia lobularis, yaitu peradangan
parenkim paru yang melibatkan bronkus /bronkiolus yang berupa distribusi
bercak-bercak (patchy distribution. Konsolidasi bercak ini biasanya
berpusat di sekitar bronkus yang mengalami peradangan multifocal atau
bilateral (Putri, 2010).
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang
meluas sampai bronkioli atau dengan kata lain peradangan terjadi pada
jaringan paru melalui cara penyebaran langsung dari saluran pernapasan
atau hematogen sampai ke bronkus )Sujono dan Sukarmin 2009 dalam
Rufaedah 2010).
Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang
merupakan inflamasi akut pada parenkim paru yang dimulai pada ujung
bronkiolus dan mengenai ,lobuslus terdekat (Muscari, 2005).
Bronkopneumonia merupakan infeksi bacterial atau varial yang
disebbakan baik mikroorganisme gram-positif ataupun gram-negatif yang
ditandai dengan bercak-bercak konsolidasi eksudatif pada parenkim paru
(Mitchell et al, 2009).
Bronkopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya
menyerang di bronkeoli terminal. Bronkopneumonia termasuk jenis infeksi
paru yang disebabkan agen infeksius dan terdapat pada daerah bronkus dan
sekitar alveoli (Nurarif dan Kusuma, 2013).
Jadi bronkopneumonia adalah salah satu jenis infeksi atau inflamasi
pada paru (pneumonia) yang meluas ke daerah bronkus dan disebabkan
oleh bakteri atau virus.
C. ETIOLOGI
Menurut perantaranya, bronkopneumonia dapat disebabkan oleh hal-hal
sebagai berikut :
1. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme
gram posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan
streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus
influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.
7

2. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi
droplet. Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab
utama pneumonia virus.
3. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar
melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya
ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos.
4. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC).
Biasanya menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi.
(Reeves, 2001).
Bronkopneumonia dapat juga dikatakan sebagai suatu peradangan
pada parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri, virus dan jamur.
Penyebab paling sering adalah stafilokokus, streptococcus, H. influenza,
Proteus sp dan pseudomonas aeruginosa (Putri, 2011).
D. MANIFESTASI KLINIS
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktusrespiratoris
bagian atas selama beberapa hari suhu tubuh naik sangat mendadak sampai
39-40 derajat celcius dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.
Anak sangat gelisah, dispenia pernafasan cepat dan dangkal disertai
pernafasan cuping hidung serta sianosis sekitar hidung dan mulut, kadang
juga disertai muntah dan diare. Batuk biasanya tidak ditemukan pada
permulaan penyakit tapi setelah beberapa hari mula-mula kering kemudian
menjadi produktif.
Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis dengan pemeriksaan
fisik tetapi dengan adanya nafas dangkal dan cepat, pernafasan cuping
hidung dan sianosis sekitar hidung dan mulut dapat diduga adanya
pneumonia. Hasil pemeriksaan fisik tergantung luas daerah auskultasi yang
terkena, pada perkusi sering tidak ditemukan kelainan dan pada auskultasi
mungkin hanya terdengar ronchi basah nyaring halus dan sedang.
(Ngastiyah, 2005).
Menurut Wong (2008) tanda dan gejala dari bronchopneumonia adalah :
1. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
a. Nyeri pleuritik
8

b. Nafas dangkal dan mendengkur


c. Takipnea
2. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
a. Mengecil, kemudian menjadi hilang
b. Krekels, ronki,
3. Gerakan dada tidak simetris
4. Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium
5. Diafoesis
6. Anoreksia
7. Malaise
8. Batuk kental, produktif Sputum kuning kehijauan kemudian berubah
menjadi kemerahan atau berkarat
9. Gelisah
10. Sianosis Area sirkumoral, dasar kuku kebiruan
11. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati
E. PATOFISIOLOGI
Kuman penyebab bronchopneumonia masuk ke dalam jaringan paru-
paru melaui saluran pernafasan atas ke bronchiolus, kemudian kuman masuk
ke dalam alveolus ke alveolus lainnya melalui poros kohn, sehingga terjadi
peradangan pada dinding bronchus atau bronchiolus dan alveolus sekitarnya.
Kemudian proses radang ini selalu dimulai pada hilus paru yang
menyebar secara progresif ke perifer sampai seluruh lobus. Dimana proses
peradangan ini dapat dibagi dalam empat (4) tahap, antara lain :
1. Stadium Kongesti (4 – 12 jam)
Dimana lobus yang meradang tampak warna kemerahan, membengkak,
pada perabaan banyak mengandung cairan, pada irisan keluar cairan
kemerahan (eksudat masuk ke dalam alveoli melalui pembuluh darah
yang berdilatasi)
2. Stadium Hepatisasi (48./1/2// jam berikutnya)
Dimana lobus paru tampak lebih padat dan bergranuler karena sel darah
merah fibrinosa, leucosit polimorfomuklear mengisi alveoli (pleura yang
berdekatan mengandung eksudat fibrinosa kekuningan).
3. Stadium Hepatisasi Kelabu (3 – 8 hari)
Dimana paru-paru menjadi kelabu karena lecocit dan fibrinosa terjadi
konsolidasi di dalam alveolus yang terserang dan eksudat yang ada pada
pleura masih ada bahkan dapat berubah menjadi pus.
4. Stadium Resolusi (7 – 11 hari)
9

Dimana eksudat lisis dan reabsorbsi oleh makrofag sehingga jaringan


kembali pada struktur semua (Sylvia Anderson Pearce, 1995 dalam putri
2011).
Menurut Muscari (2005) Bronkopneumonia berasal dari pneumonia
yang meluas peradangannya sampai ke bronkus. Bronkopneumonia biasanya
diawali dengan infeksi ringan pada saluran pernapasan atas, seiring dengan
perjalanan penyakit maka hal itu akan menyebabkan peradangan parenkim.
10

F. WOC
Virus, bakteri, jamur, dan protozoa Masuk nasofaring BRONCHOPNEUMONIA Stimualsi chemoreseptor
( Peradangan pada bronchus ) hipotalamus

Reaksi peningkatan panas tubuh


Proses inflamasi saluran pernafasn Granulasi leukosit
bawah

HIPERTERMI

Asam lambung Edema paru Takipneu banyak leukosit Produksi sputum bersih
meningkatan yang mati

Pergeseran dinding paru Takipneu, dypneu


Mual, muntah Eksudat fibrin sepanjang
bronchus
Penurunan capliance paru KETIDAKEFEKTIFAN
Anoreksia BERSIHAN JALAN
Pembuangan O2 dari NAFAS
Suplay O2 menurun alveoli terlambat
penumpukan sekret
Intake kurang

Hipoksia
KETIDAKEFEKTIFAN
KETIDAKSEIMBANGAN POLA NAFAS
NUTRISI KURANG DARI
Metabolik anaerob
KEBUTUHAN TUBUH
meningkat

Akumulasi asam laktat fatique INTOLERANSI


AKTIVITAS
11

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Nurarif dan Hardhi (2013), untuk dapat menegakkan diagnosa
keperawatan dapat dilakukan pemeriksaan :
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah
b. Pemeriksaan sputum
c. Analisa gas darah
d. Kultur darah
e. Sampel darah, sputum dan urin
2. Pemeriksaan Radiologi
a. Rontgen Thorax
b. Laringoskopi/ bronkoskopi
Sedangkan menurut Muscari (2005), temuan yang sering muncul pada
saat pemeriksaan diagnostik dan laboratorium antara lain sebagai berikut :
1. Foto sinar-x dada akan menunjukkan infiltrasi difus atau bercak,
konsolidasi, infiltrasi menyebar luas atau bercak berkabut, bergantung
jenis pneumonia.
2. HDL dapat menunjukkan peningkatan SDP.
3. Kultur darah, pewarnaan Gram, dan kultur sputum dapat menentukan
organisme penyebab.
4. Titer antistreptolisin-O (ASO) positif merupakan pemeriksaan diagnostik
pneumonia streptokokus.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan menurut Mansjoer (2000) :
1. Oksigen 1-2 liter per menit
2. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan eksternal bertahap
melaui selang nasogastrik dengan feeding drip
3. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin
normal dan beta agonis untuk transport muskusilier
4. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa elektrolit
Sedangkan penatalaksanaan umum keperawatan pada klien
bronkopneumonia adalah sebagai berikut menurut Hidayat (2008):
1. Latihan batuk efektif atau fisioterapi paru
2. Pemberian oksigenasi yang adekuat
3. Pemenuhan dan mempertahankan kebutuhan cairan
4. Pemberian nutrisi yang adekuat
5. Penatalaksanaan medis dengan medikasi, apabila ringan tidak perllu
antibiotic. Tetapi, apabila penyakit masuk stadium berat klien harus
dirawat inap. Makah al yang perlu diperhatikan adalah pemilihan
antibiotic berdasarkan usia, keadaan umum, dan kemungkinan penyebab.
Antibiotic yang mungkin diberikan adalah penosolin prokain dan
12

kloramfenikol atau kombinasi ampisilin dan kloksasilin atau eritromisin


dan kloramfenikol dan sejenisnya.
I. KOMPLIKASI
Potensial komplikasi pneumonia yang mungkin terjadi :
1. Hipotensi dan syok
Syok dan gagal pernapasan. Pasien biasanya memberikan respos
terhadap pengobatan dalam 24 sampai 48 jam setelah terapi antibiotic
diberikan. Komplikasi pneumonia mencakup hipertensi dan syok serta
gagal pernapasan (terutama pada penyakit baksteri gram negative yang
menyerang lansia). Komplikasi ini ditemukan terutama pada pasien
yang tidak mendapat pengobatan spesifik, mendapat pengobatan yang
tidak mencukupi atau menunda pengobatan atau terapi antimikroba
dimana oragnisme penginfeksinya resisten, atau pada mereka dengan
penyakit sebelumnya yang menyulitkan pneumonia.
Jika pasien sakit parah, tetapi agresif dapat mencakup dukungan
hemodinamik dan ventilitator untuk melawan kolaps perifer dan
mempertahankan tekanan darah arteri. Agens vasopressor mungkin
diberikan secara intravena dengan infus kontinu dan dengan kecepata
yang disesuaikan dengan respon tekanan. Kortikosteroid mungkin
diberikan secara parenteral untuk melawan syok dan toksisitas pada
pasien dengan pneumonia yang menderita sakit sangat parah dan pada
mereka yang menghadapi bahaya terserang infeksi. Pasien mungkin
membutuhkan intubasi endotrakea dan ventilasi mekanik. Gagal
jantung kongestif, distritmia jantung, pericarditis, dan miokarditis juga
merupakan komplikasi pneumonia yang mengarah pada syok.
2. Gagal pernapasan
Efek pneumonia terhadap paru-paru pada orang yang menderita
pneumonia sering kesulitan bernafas,dan itu tidak mungkin bagi mereka
untuk tetap cukup bernafas tanpa bantuan agar tetap hidup. Bantuan
pernapasan non-invasiv yang dapat membantu seperti mesin untuk jalan
nafas dengan bilevel tekanan positif, dalam kasus lain pemasangan
endotracheal tube kalau perlu dan ventilator dapat digunakan untuk
membantu pernafasan. Pneumonia dapat menyebabkan gagal nafas oleh
pencetus akut respiratory distress.
3. Atelectasis
Atelectasis adalah suatu kondisi dimana paru-paru tidak dapat
mengebang secara sempurna. Atelectasis (akibat obstruksi bronkus oleh
13

penumpukan sekresi) dapat terjadi pada sembarang fase dari pneumonia


akut.
4. Efusi pleural
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan
dalam pleura berupa transudate atau eksudat yang diakibatkan
terjadinya ketidakseimbangan antara produksi dan absorpsi di kapiler
dan pleura viseralis.Efusi pleural, dimana cairan terkumpul dalam
rongga pleural cukup umum terjadi dan dapat menandakan dimulainya
epiema (cairan purulent di dalam ruang pleura). Torasentesis diagnostic
biasanya perlu dilakukan untuk menegakkan efusi pleura. Setelah efusi
pleura terlihat dala gambaran rontgen dada, mungkin dipasang selang
dada untuk mengatasi infeksi pleura dengan membuat drainase yang
tepat dari empyema.
5. Delirium
Delirium adalah kemungkinan komplikasi lain dan dianggap sebagai
kedaruratan medis ketika hal ini terjadi. Keadaan ini mungkin
disebabkan oleh hipoksia, meningitis, atau sindrom putus zat alcohol.
Pasien dengan delirium dberikan oksigen, hidrasi yang adekuat, dan
sediasi riangan sesuai yang diresepkan dan diobservasi dengan konstan.
6. Superinfeksi
Superinfeksi dapat terjadi dengan pemberian dosis antibiotic yang
sangat besar, seperti penisilin, atau dengan penggunaan kombinasi
antibiotic. Jika pasien membaik dan demam menghilang setelah
diberikan terapi antibiotic, tetapi selanjutnya terjadi peningkatan suhu
tubuh disertai dengan batuk dan adanya bukti penyesuaian pneumonia,
kemungkinannya adalah superinfeksi. Antibiotic diganti dengan
penyesuaian atau dihentikan sama sekali pada beberapa kasus.

2.3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Demografi meliputi : nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan.
b. Keluhan utama
14

Saat dikaji biasanya penderita bronchopneumonia akan mengeluh sesak


nafas, disertai batuk ada secret tidak bisa keluar.
c. Riwayat penyakit sekarang
Penyakit bronchitis mulai dirasakan saat penderita mengalami batuk
menetap dengan produksi sputum setiap hari terutama pada saat bangun
pagi selama minimum 3 bulan berturut turut tiap tahun sedikitnya 2
tahun produksi sputum (hijau, putih/kuning) dan banyak sekali.
Penderita biasanya menggunakan otot bantu pernfasan, dada terlihat
hiperinflasi dengan peninggian diameter AP, bunyi nafas krekels, warna
kulit pucat dengan sianosis bibir, dasar kuku.
d. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya penderita bronchopneumonia sebelumnya belum pernah
menderita kasus yang sama tetapi mereka mempunyai riwayat penyakit
yang dapat memicu terjadinya bronchopneumonia yaitu riwayat
merokok, terpaan polusi kima dalam jangka panjang misalnya debu/
asap.
e. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya penyakit bronchopneumonia dalam keluarga bukan merupakan
faktor keturunan tetapi kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat
seperti merokok.
f. Pemeriksaan fisik ( B1- B6 )
a) B1 (Breating)
Pemeriksaan fisik pada klien dengan pneumonia merupakan
pemeriksaan fokus dan berurutan. Pemeriksaan ini terdiri atas
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
b) B2 (Blood)
Pada klien dengan pneumonia pengkajian yang didapat meliputi:
1) Inspeksi : Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum
2) Palpasi : Denyut nadi perifer melemah
3) Perkusi : Batas jantung tidak mengalami pergeseran
4) Auskultasi : Tekanan darah biasanya normal. Bunyi jantung
tambahan biasanya tidak didapatkan

c) B3 (Brain)
Klien dengan pneumonia yang berat sering terjadi penurunan
kesadaran, didapatkan sianosis perifer apabila gangguan perfusi
15

berat. Pada pengkajian objektif, wajah klien tampak meringis,


menangis, merintih, mengerang, dan menggeliat.
d) B4 (Bladder)
Pengukuran volume urine berhubungan dengan intake cairan. Oleh
karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria, karena hal
tersebut tanda awal dari syok.
e) B5 (Bowel)
Klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan napsu makan,
dan penurunan berat badan.
f) B6 (bone)
Kelemahan dan keletihan fisik secara umum sering menyebabkan
ketergantungan klien terhadap bantuan orang lain dalam melakukan
aktifitas sehati-hari
g. Pola pengkajian
1) Pernafasan
Gejala : Nafas pendek (timbulnya tersembunyi dengan batuk
menetap dengan produksi sputum setiap hari ( terutama pada saat
bangun) selama minimum 3 bulan berturut- turut) tiap tahun
sedikitnya 2 tahun. Produksi sputum (Hijau, putih/ kuning) dan
banyak sekali. Riwayat pneumonia berulang, biasanya terpajanpada
polusi kimia/ iritan pernafasan dalam jangka panjang (misalnya
rokok sigaret), debu/ asap (misalnya : asbes debu, batubara, room
katun, serbuk gergaji) Pengunaaan oksigen pada malam hari atau
terus menerus.
Tanda : Lebih memilih posisi tiga titik ( tripot) untuk bernafas,
penggunaan otot bantu pernafasan ( misalnya :
meninggikan bahu, retraksi supra klatikula, melebarkan
hidung)
Dada : Dapat terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter
AP ( bentuk barel), gerakan difragma minimal.
Bunyi : crackels lembab, kasar
Warna : Pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku abu- abu
keseluruhan.

2) Sirkulasi
Gejala : Pembengkakan ekstremitas bawah
16

Tanda : Peningkatan tekanan darah. Peningkatan frekuensi jantung


/ takikardi berat, disritmia Distensi vena leher (penyakit berat) edema
dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung.
Bunyi jantung redup ( yang berhubungan dengan peningkatan
diameter AP dada).
Warna kulit / membrane mukosa : normal atau abu-abu/ sianosis
perifer. Pucat dapat menunjukan anemia.
3) Makanan / cairan
Gejala : Mual / muntah
Nafsu makan buruk / anoreksia ( emfisema)
Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan
Tanda : Turgor kulit buruk
Berkeringat
Palpitasi abdominal dapat menyebabkan hepatomegali.
4) Aktifitas / istirahat
Gejala : Keletihan, keletihan, malaise, Ketidakmampuan
melakukan aktifitas sehari- hari karena sulit bernafas.
Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi
duduk tinggi . Dispnea pada saat istirahat atau respon
terhadap aktifitas atau istirahat
Tanda : Keletihan, Gelisah/ insomnia, Kelemahan umum /
kehilangan masa otot
5) Integritas ego
Gejala : Peningkatan faktor resiko
Tanda : Perubahan pola hidup, Ansietas, ketakutan, peka rangsang
6) Hygiene
Gejala : Penurunan kemampuan / peningkatan kebutuhan
melakukan aktifitas sehari- hari
Tanda : Kebersihan buruk, bau badan.
7) Keamanan
Gejala : riwayat alergi atau sensitive terhadap zat / factor lingkungan.
Adanya infeksi berulang.
17

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d. peningkatan produksi
sputum
b. Ketidakefektifan pola nafas b.d. perubahan membran alveolus
c. Hipertermi b.d. peradangan pada bronchus
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. intake
nutrisi tidak adekuat
e. Intoleransi aktivitas b.d. insufisiensi O2 untuk aktivitas sehari-hari

3. Rencana Keperawatan
Dx. Tujuan dan
No Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Ketidakefektifan NOC NIC
bersihan jalan Respiratory status : Airway suction (3160)
napas b.d Ventilation (0403) 1. Pastikan kebutuhan
peningkatan Respiratory status : Airway oral/tracheal suctioning
produksi sputum patency (0410) 2. Auskultasi suara napas
Kriteria hasil : sebelum dan sesudah
1. Mendemonstrasikan batuk suctioning
efektif dan suara napas 3. Informasikan kepada klien
yang bersih, tidak ada dan keluarga tentang
sianosis dan dispneu suctioning
(mampu mengeluarkan 4. Minta klien napas dalam
sputum, mampu bernapas sebelum melakukan
dengan mudah, tidak ada suctioning
pursed lip) 5. Berikan O2 dengan
2. Menunjukkan jalan napas menggunakan nasal
yang paten (Klien tidak 6. Anjurkan pasien untuk
merasa tercekik, irama istirahat dan napas dalam
napas, frekuensi setelah kateter dikeluarkan
pernapasan dalam rentang dari nasotrakeal
normal, tidak ada suara 7. Monitor status oksigen
napas abnormal) pasien
3. Mampu mengidentifikasi 8. Anjurkan keluarga
dan mencegah factor yang bagaimana melakukan
dapat menghambat jalan suction
napas. 9. Hentikan suction dan berikan
oksigen apabila psien
menunjukkan bradikardi,
peningkatan saturasi O2, dll
Airway Management (3140)
1. Buka jalan napas
menggunakan teknik lift atau
jaw thrust bila perlu.
2. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
3. Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan napas
buatan.
4. Lakukan fisioterapi dada bila
18

perlu.
5. Keluarkan secret dengan
batuk atau suction
6. Auskultasi suara napas, catat
adanya suara tambahan.
7. Berikan bronkodilator bila
perlu
8. Atur intake cairan untuk
mengoptimalkan
keseimbangan.
9. Monitor respirasi dan status
O2
2. Ketidakefektifan NOC : NIC :
pola napas b.d - Respiratory Status :
perubahan Airway Pattency(0410) - Airway Management (3140)
membran alveolus - Vital Sign Status (0802) 1. Buka jalan napas
Setelah dilakukan intervensi menggunakan teknik lift atau
selama 3 x 24 jam klien akan jaw thrust bila perlu.
menunjukkan pola napas yang 2. Posisikan pasien untuk
efektif, dengan KH : memaksimalkan ventilasi
1. TTV dalam batas normal 3. Identifikasi pasien perlunya
2. Irama dan frekuensi napas pemasangan alat jalan napas
dalam rentang normal buatan.
3. Tidak suara napas 4. Lakukan fisioterapi dada bila
tambahan perlu.
4. Tidak ada pernapasan bibir 5. Keluarkan secret dengan
dan cuping hidung batuk atau suction
6. Auskultasi suara napas, catat
adanya suara tambahan.
7. Berikan bronkodilator bila
perlu
8. Atur intake cairan untuk
mengoptimalkan
keseimbangan.
9. Monitor respirasi dan status
O2
Oxigen Therapy(3320)
1. Atur peralatan oksigenasi
2. Monitor aliran oksigen
3. Pertahankan posisi klien
4. Observasi adanya tanda tanda
hipoventilusi
5. Monitor adanya kecemasan
klien terhadap oksigenasi
Vital Sign Monitoring (6680)
1. Monitor TD, nadi, suhu dan
RR klien
2. Monitor kualitas nadi
3. Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
4. Monitor suara paru
5. Monitor pola pernapasan
abnormal.
19

3. Hipertermia b.d NOC: NIC


peradangan pada - Thermoregulation (0800) Penanganan Demam (3740)
bronchus Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor suhu setiap 4 jam
keperawatan selama 3x24 jam sekali
klien menunjukan 2. Monitor kehilangan cairan
Thermoregulasi yang baik 3. Monitor warna kulit dan suhu
dengan criteria hasil sebagai 4. Monitor tekanan darah, denyut
berikut : jantung, dan respirasi, jike
1. HR klien dalam rentang dibutuhkan
normal (Neonatus 120- 5. Monitor level kesadraan
140 rpm) 6. Monitor nilai WBC, Hgb, dan
2. Suhu tubuh klien dalam HCt
batas normal (36,5 – 7. Monitor masukan dan keluaran
37,50 C untuk aksila) cairan
3. Tidak ada perubahan 8. Beri obat antiseptik, jika
warna kulit dibutuhkan
4. RR dalam batas normal 9. Beri obat penurun panas
(30-60 rpm) 10. Ganti pakaian pasien dengan
pakaian tipis
11. Kaji peningkatan pengeluaran
dan masukkan dari cairan
12. Beri cairan IV
13. Aplikasikan compress hangat
dengan handuk di lipatan paha
dan ketiak
4. Ketidakseimbang NOC NIC
an nutrisi kurang Nutritional status: food and Nutrition Management (1100)
dari kebutuhan fluid intake (1008) 1. Kaji adanya alergi makanan
tubuh b.d intake Nutritional status: nutrient 2. Kolaborasi dengan hali gizi
nutrisi tidak intake (1009) untuk menentukan jumlah
adekuat Weight control (1006) kalori dan nutrisi yang
Kriteria hasil : dibutuhkan pasien.
1. Adanya peningkatan berat 3. Anjurkan pasien untuk
badan sesuai dengan meningkatkan protein dan
tujuan vitamin C
2. Berat badan ideal sesuai 4. Berikan subtansi gula.
dengan tinggi badan 5. Yakinkan diit yang dimakan
3. Mengidentifikasi mengandung tinggi serat
kebutuhan nutrisi untuk mencegah konstipasi
4. Tidak ada tanda-tanda mal 6. Ajarkan pasien/keluarga
nutrisi untuk membue=at catatan
5. Menunjukan peningkatan makanan harian
fungsi pengecapan dari 7. Berikan informasi tentang
menelan. kebutuhan nutrisi
6. Tidak terjadi penurunan 8. Kaji kemampuan pasien untuk
BB yang berarti mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan
Nutrition Monitoring(1160)
1. BB pasien dalam batas normal
2. Monitor adanya penurunan
berat badan
3. Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa dilakukan
4. Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
20

5. Monitor lingkungan selama


makan
6. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
7. Monitor turgor kulit
8. Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah.
9. Monitor mual dan muntah
10. Monitor kadar albumin, total
protein, Hb dan kadar Ht
11. Monitor pucat, kemerahan
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
12. Catat adanya edema,
hipereremik, hipertonik
papilla lidah dan cavitas oral.
13. Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet.
5. Intoleransi NOC NIC
aktivitas b.d Energy conservation (0002) Activity therapy (4310)
insufisiensi O2 Activity tolerance (0005) 1. Kolaborasikan dengan tenaga
untuk aktivitas Self care: ADLs (0300) rehabilitasi medik dengan
sehari-hari Kriteria hasil : merencanakan program yang
dan kebutuhan 1. Berpartisipasi dalam tepat.
oksigen aktivitas fisik tanpa 2. Bantu klien untuk
disertai peningkatan mengidentifikasi aktivitas
tekanan darah, nadi dan yang mampu dilakukan.
RR 3. Bantu memilih aktivitas yang
2. Mampu melakukan konsisten sesuai dengan
aktivitas sehari-hari kemampuan fisik, psikologi
(ADLs) secara mandiri. dan social
3. Tanda-tanda vital normal 4. Bantu untuk mengidentifikasi
4. Energy psikomotor dan mendapatkan sumber
5. Level kelemahan yang diperlukan untuk
6. Mampu berpindah: dengan aktivitas yang diinginkan.
atau tanpa bantuan alat 5. Bantu klien membuat jadwal
7. Status kardiopulmonari latihan di waktu luang.
adekuat 6. Bantu keluarga untuk
8. Sirkulasi status baik mengidentifikasi kekurangan
9. Status respirasi: pertukaran dalam beraktivitas
gas dan ventilasi adekuat 7. Monitor respon fisik, emosi,
social dan spiritual.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

Tanggal Masuk : 15 Maret 2019 Jam Masuk : 21.42


Ruang /Kelas : Melati Kamar No. : 215.1
Tanggal Pengkajian : 16 Maret 2019 Jam : 10.20

A. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : An. C Nama Ayah : Tn. M
Jenis Kelamin : Perempuan Nama Ibu : Ny. T
Tanggal Lahir : 21 Oktober 2015 Pekerjaan Ayah/Ibu : Swasta
Umur : 3 th 4 bulan 26 hari Pendidikan Ayah/Ibu : S1
Suku/Bangsa : WNI Suku/Bangsa : WNI
Agama : Islam Agama : Islam
Alamat : Kendangsari Alamat : Kendangsari
Dignosa Medis : Bronchopneumonia

B. RIWAYAT KEPERAWATAN SEKARANG


1. Keluhan Utama : Pada saat pengkajian ibu mengatakan anak C batuk.
2. Riwayat Penyakit saat ini :
Ibu klien mengatakan 1 minggu yang lalu pada tanggal 08/03/2019
klien demam, batuk dan sesak, kemudian klien di bawa ke poli anak
oleh ibunya dan di diagnose asma, namun tidak ada perubahan pada
hari jumat tanggal 15/03/2019 pukul 18.30 anak di bawa kembali ke
poli anak dan menjalani beberapa pemeriksaan, kemudian anak di
haruskan untuk rawat inap.

C. RIWAYAT KEPERAWATAN
a. Prenatal : Ibu klien mengatakan selama kehamilan rutin melakukan
kontrol ke Ruma Sakit Islam Jemursari lebih dari 6x, ibu klien jua
melakukan imunisassi TT lengkap. Selama kehamilan ibu tidak pernah
mengalami penyakit seperti Asma, Hipertensi dan DM
b. Natal :
Ibu klien mengatakan persalinannya normal, An. C lahir ditolong bidan
di RS Kediri, An. C menangis spontan dengan BBL 3200 gram, panjang
badan 51cm, usia kehamilan 9 bulan

21
22

c. Post Natal :
Ibu klien mengatakan setelah usia 1 bulan An. C dibawa kembali ke
Surabaya, pada usia 7 bulan An. C menjalani opname di RS Royal
karena infeksi saluran kemih, dan usia 1 tahun opname karena typoid.
Ibu klien mengatakan An. C mendapatkan ASI Eksklusif sampai usia 6
bulan, An. C diasuh oleh pengasuh.

D. RIWAYAT KEPERAWATAN SEBELUMNYA


1. Penyakit yang pernah diderita ibu:
Ibu klien mengatakan tidak pernah sakit parah
2. Pernah dirawat di RS :
An. C pernah di rawat di ruma sakit sebanyak 2X sebelumnya, karena
ISK dan Typoid.h
3. Penggunaan obat-obatan :
An. C mengkonsumsi obat salbutamol sirup sebelumnya
4. Tindakan (Operasi /Tindakan lain) :
An. C tidak pernah menjalani operasi
5. Alergi :
An. C memiliki riwayat alerhi susu sapi, ayam dan telur
6. Kecelakaan :
An. C tidak pernah mengalami kecelakakan
7. Imunisasi :
An. C telah mendapatkan vaksin Hepatitis B (HB) pada usia 4 bulan,
Vaksin Polio 4, DPT 4 dan campak pada usia 18 bulan, vaksin BCG
usia 2 bulan, vaksin MMR/MR pada usia 15 bulan, sedangkan vaksin
radang paru / Vaksin IPD (Invasivebelum dilakukan.

E. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


a. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga:
Ibu klien mengatakan keluarga tidak ada yang menderita penyakit
menular
b. Lingkungan rumah dan komunitas :
Lingkungan rumah klien bersih namun pemukiman padat penduduk
c. Perilaku yang mempengaruhi kesehatan :
Apabila ada anggota keluarga yang batuk maka akan mempengarui
kesehatan An. C

d. Persepsi keluarga terhadap penyakit anak :


Keluarga khawatir terhadap sakit yang diderita anaknya

F. RIWAYAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN


a. BB saat ini : 16 Kg, TB: 110 cm, LK: 46 cm, LD : 55
cm, LLA : 14 cm
b. BB lahir : 3200 gr, BB sebelum sakit : 18 Kg
c. Panjang lahir : 51 cm
d. Pengkajian Perkembangan (DDST) :
- Personal social : anak mengenal orang disekitarnya, dan
lingkungan rumah sakit. Anak mudah menjalin pertemanan dengan
anak seusianya.
23

- Bahasa : anak mau berbicara dengan ibu, perawat, teman sebaya,


keluarga, ara percakapan lurus
- Motorik halus : anak dapat bermain dan susun balok bangunan
yang tinggi, membuat mobil dan pesawat
- Motorik kasar : anak mulai bisa berjalan seja usia 9 bulan
e. Tahap Perkembangan Psikososial :
Anak tinggal di lingkungan padat penduduk, sejak usia 1 bulan anak
diasuh oleh pengasuh karena ibu dan ayah bekerja dari pagi sampai
sore, pada malam hari anak tidur dengan ibu dan ayahnya pada malam
hari, lingkungan rumah harmonis.
f. Tahap Perkembangan Psikoseksual :
Anak C suka bermain boneka

G. GENOGRAM (3 GENERASI)

Keterangan :

: Klien
: Perempuan
: Garis keturunan

: Laki-laki - - - - - - - : Tinggal satu rumah

H. RIWAYAT NUTRISI
a. Frekuensi makan : 3 x/hari
24

b. Nafsu makan : ( ) baik ( ˅ ) tidak nafsu makan,


alasan: anak suka telur namun ada alergi
c. Minum : Jenis susu dan air mineral Jumlah : 1000
cc/ hari
d. Jenis makanan rumah :
Nasi, lauk pauk, sayuran
e. Makanan yang tidak disukai/alergi/pantangan : ayam, telulr dan susu
sapi

I. OBSERVASI DAN PENGKAJIAN FISIK


a. Keadaan Umum : cukup Kesadaran : komposmentis
b. Tekanan Darah :- Nadi : 112 x/ menit
c. Respirasi : 26 x/menit Suhu : 38,3 °C
1. PERNAPASAN
a. Bentuk dada : simeris
b. Pola napas : normal
c. Suara nafas : ada ronci
d. Penggunaan otot bantu napas: tidak ada penggunaan alat bantu
nafas
e. Perkusi thorax : normal
f. Alat bantu pernapasan : tidak ada alat bantu nafas
g. Batuk : ya
h. Lainnya sebutkan : tidak ada

2. KARDIOVASKULER
a. Nyeri dada : tidak ada nyeri dada
b. Irama jantung : teratur
c. Pulsasi : normal
d. Bunyi jantung : S1/S2 tunggal
e. CRT : < 3 detik
f. Cyanosis : tidak ada sianosis
g. Clubing finger : tidak ada cubing finger
h. Lainnya sebutkan : tidak ada

3. PERSYARAFAN
a. Reflek-reflek
1) Menghisap : normal
2) Menoleh : normal
3) Menggenggam : normal
4) Babinski : tidak dilakukan An. C menangis saat dikaji
5) Moro : tidak dilakukan An. C menangis saat dikaji
b. Patella : tidak dilakukan An. C menangis saat dikaji
c. Kejang : tidak ada kejang
d. Kaku kuduk : tidak dilakukan An. C menangis saat dikaji
e. Nyeri kepala : tidak ada nyeri kepala
f. Istirahat tidur : anak terbangun di malam hari karena batuk
g. Kelainan N. Cranialis : normal tidak ada kelainan
Lain-lain : tidak ada

4. GENITOURINARIA
a. Bentuk alat kelamin : normal
b. Uretra : normal
25

c. Kebersihan alat kelamin : bersih


d. Frekuensi berkemih : 5-6 x/ hari
e. Produksi urine : +/- 1200 cc
f. Masalah eliminasi urine : tidak ada masalah
Lainnya, sebutkan : tidak ada

5. PENCERNAAN
a. Mulut
1) Mukosa : lembab
2) Bibir : lembab dan merah muda
3) Lidah : tidak ada lesi
4) Kebersihan rongga mulut : bersih

b. Abdomen
1) Nyeri tekan : lokasi tidak ada nyeri tekan
peristaltic : 17 x/menit
2) BAB
i. frekuensi : - x/hari, warna : -
ii. bau :-
iii. keluhan : tidak ada
3) Lainnya sebutkan : tidak ada

6. MUSKULOSKELETAL DAN INTEGUMEN


a. Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai 5 5
5 5
b. Kekuatan otot/tonus otot : Kekuatan otot 5, tonus otot normal
c. Fraktur : tidak ada fraktur
d. Dislokasi : tidak ada dislokasi
e. Kulit : kulit kemerahan
f. Akral : hanat
g. Turgor kulit : elastis
h. Kelembaban : lembab
i. Oedema : tidak ada odema
j. Kebersihan : bersih
k. Lainnya sebutkan : tidak ada

7. PENGINDERAAN
a. Mata
1) Reflek cahaya : ada
2) Gerakan mata : normal
3) Konjungtiva : tidak anemis
4) Sklera : tidak ikterik
5) Pupil : isokor +/+
6) Lainnya, sebutkan : tidak ada
b. Hidung
1) Reaksi alergi : normal (bersin)
2) Sekret : ada sekret
3) Lainnya sebutkan : tidak ada pilek
c. Mulut dan tenggorokan
1) Gigi geligi : gigi bagian atas karies
2) Kesulitan menelan: tidak ada kesulitan menelan
3) Lainnya, sebutkan : tidak ada

8. ENDOKRIN
26

a. Pembesaran kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran


b. Pembesaran kelenjar parotis : tidak ada pembesaran
c. Hiperglikemia : tidak ada hiperglikemi
d. Hipoglikemia : tidak ada hipoglikemi
e. Lainnya, sebutkan : tidak ada

9. ASPEK PSIKOSOSIAL
a. Ekspresi afek dan emosi : An. C menangis
apabila dipaksa, seperti akan dilakukan tindakan nebulizer kalau
An. C tidak mau maka dia akan menangis dan marah
b. Hubungan dengan keluarga : An. C sangat dekat dengan
keluarga terutama ayah dan bundanya
c. Dampak hospitalisasi bagi anak : An. C dilakukan
kalau tindakan maka dia akan menangis dan marah, kata ibunya
An. C trauma karena waktu di ruang tindakan poli susah
menemukan vena untuk dipasang infus
d. Dampak hospitalisasi bagi orang tua : kedua orang tua An. C
khawatir dengan anaknya, ayah An. C harus bekerja sehingga ibu
An. C yang harus menjaa An. C di rumah sakit

J. DATA PENUNJANG tanggal


a. Laboratorium :
- Tanggal 15/03/2019 : Pemeriksaam Darah Lengkap leukosit 22,73
ribu/Ul, eritrosit 5,41 juta/uL, widal anti S. Typhi – H negatif, anti
S. Typhi – O positif 1/ 400, anti S. O Paratyphi A positif 1/200, anti
S. O Paratyphi B negatif, Fungsi Jantung CRP Kuantitatif
positif63,5 mg/dL
- Tanggal 18/03/2019 : Pemeriksaam Darah Lengkap leukosit 21,12
ribu/Ul, eritrosit 5,01 juta/uL, Fungsi Jantung CRP Kuantitatif
positif 37,5 mg/dL
- Tanggal 21/03/2019 : Pemeriksaam Darah Lengkap leukosit 10,70
ribu/Ul, eritrosit 4,92 juta/uL, Fungsi Jantung CRP Kuantitatif
positif 8,3 mg/dL
b. Rontgen :
Tanggal 15/03/2019 melakukan pemeriksaan thorax AP/PA anak,
didapatkan hasil tampak pathy infiltrate parahiler kanan kiri, kedua
sinus phrenicocostalis dan di diagnose Bronchopneumonia
c. Terapi yang didapat tanggal :
1) KA-EN 3A 1000cc/24 jam
2) Nebulizer Ventolin 2 cc + NaCl 2 cc
3) Injeksi Cefxon I gr/ iv
4) Etervix 4x200mg/iv
5) Santagesik 3x200 mg/iv
27

K. DATA TAMBAHAN
Tidak ada

Surabaya 16 Maret 2019

Pemeriksa

ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1. DS : Virus, bakteri, Ketidakefektifan


Ibu klien mengatakan klien mengatakan jamur, protozoa bersihan jalan
batuk sejak 1 minggu yang lalu, kalau nafas
nafas grok-grok. Masuk nasofaring

DO : Peradangan
Keadaan umum cukup bronchus
Klien tampak batuk
Terdapat sekret yang sulit dikeluarkan Granulasi leukosit
Ronki (+) terdengar suara grok-grok
RR : 26 x/menit Produksi sekret
Nadi : 112 x/menit berlebih

Takipnea, dyspneu

Ketidakefektifan
bersihan jalan
nafas

2. DS : Virus, bakteri, Hipertermi


Ibu klien mengatakan klien demam jamur, protozoa

DO : Masuk nasofaring
Keadaan umum cukup
Klien tampak rewel dan menangis terus Peradangan
Akral teraba hangat bronchus
Suhu : 38,3oC
Nadi : 112 x/menit Stimulus
Kulit kemerahan chemoreseptor
Leukosit : 22,73 ribu/uL hipotalamus

Respon
peningkatan panas
tubuh
28

Hipertermi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d. peningkatan produksi sputum


2. Hipertermi b.d. peradangan pada bronchus

RENCANA KEPERAWATAN

DIAGNOSA
NO TANGGAL NOC NIC
KEPERAWATAN

1. 16/03/2019 Ketidakefektifan Respiratory status : Airway Management


bersihan jalan Ventilation (0403) (3140)
nafas b.d. Respiratory status : 1. Posisikan pasien untuk
peningkatan Airway patency (0410) memaksimalkan ventilasi
produksi sputum Kriteria hasil : 2. Kaji suara nafas dan
1. Mendemonstrasikan produksi sekret
batuk efektif dan 3. Monitor respirasi
suara napas yang 4. Anjurkan minum air
bersih, tidak ada hangat
sianosis dan 5. Lakukan fisioterapi dada
dispneu. 6. Berikan nebulizer
2. Menunjukkan jalan 7. Ajarkan latihan batuk
napas yang paten efektif
3. Mampu 8. Atur intake cairan untuk
mengidentifikasi mengoptimalkan
dan mencegah factor keseimbangan.
yang dapat
menghambat jalan
napas.

2. 16/03/2019 Hipertermi b.d. - Thermoregulation Penanganan Demam


peradangan pada (0800) (3740)
bronchus 1. Monitor suhu setiap 4
Kriteria hasil sebagai jam sekali
berikut : 2. Monitor warna kulit dan
suhu
1. HR klien dalam
3. Monitor masukan dan
rentang normal
keluaran cairan
(Neonatus 120-140
4. Beri obat antibiotik
rpm)
5. Beri obat antipiretik
2. Suhu tubuh klien
6. Ganti pakaian pasien
dalam batas normal
dengan pakaian tipis
(36,5 – 37,50 C untuk
7. Beri cairan IV
aksila)
8. Aplikasikan compress
3. Tidak ada perubahan
hangat dengan handuk di
warna kulit
lipatan paha dan ketiak
4. RR dalam batas
29

normal (30-60 rpm)

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

TANGGAL
NO IMPLEMENTASI EVALUASI TTD
/JAM
1. 16/03/2019 Airway Management (3140) S: Kelompok
(09.00) 1. Memposisikan pasien Ibu klien mengatakan anaknya
untuk memaksimalkan masih batuk
ventilasi
(09.00) 2. Mengkaji suara nafas O:
ronki (+) dan produksi Klien tampak batuk
sekret(+) Klien tampak belum bisa
(09.02) 3. Memonitor respirasi mengeluarkan dahak
26x/menit Ronchi (+)
(12.05) 4. Menganjurkan minum air RR : 26 x/menit
hangat
(12.07) 5. Melakukan fisioterapi A:
dada Masalah belum teratasi
(12.20) 6. Memberikan nebulizer
(12.35) ventolin 2cc + Nacl 2cc P:
7. Mengajarkan latihan Intervensi dilanjutkan
(12.40) batuk efektif 1,2,3,4,5,6,7 dan 8
8. Mengatur intake cairan
untuk mengoptimalkan
keseimbangan.
2. 16/03/2019 Penanganan Demam S: Kelompok
(3740) Ibu klien mengatakan
(11.55) 1. Memonitor suhu setiap 4 panasnya naik turun
jam sekali
(11.55) 2. Memonitor warna kulit O:
kemerahan dan suhu KU cukup
38,3oC Kulit teraba hangat
(11.58) 3. Memonitor masukan dan Kulit tampak kemerahan
keluaran cairan Suhu : 38,3oC
(12.00) 4. Memberi obat antibiotik RR : 26x/menit
IV cefxon 1 gr Nadi : 112 x/menit
(12.01) 5. Memberi obat antipiretik
etervix 200mg A:
(12.05) 6. Mengganti pakaian pasien Masalah belum teratasi
dengan pakaian tipis
(12.10) 7. Memberi cairan IV P:
KAEN 3A 1000cc/24jam Intervensi dilanjutkan
30

(12.15) 8. Mengaplikasikan 1,2,3,4,5,6,7 dan 8


compress hangat dengan
handuk di lipatan paha
dan ketiak
1. 17/03/2019 Airway Management (3140) S: Kelompok
(09.00) 1. Memposisikan pasien Ibu klien mengatakan anaknya
untuk memaksimalkan masih batuk namun sudah
ventilasi berkurang
(09.00) 2. Mengkaji suara nafas
ronki (+) dan produksi O:
sekret(+) Klien tampak batuk
(09.02) 3. Memonitor respirasi Klien tampak bisa
22x/menit mengeluarkan dahak
(12.05) 4. Menganjurkan minum Ronchi (+)
air hangat RR : 22 x/menit
(12.07) 5. Melakukan fisioterapi
dada A:
(12.20) 6. Memberikan nebulizer Masalah teratasi sebagian
(12.35) ventolin 2cc + Nacl 2cc
7. Mengajarkan latihan P:
(12.40) batuk efektif Intervensi dilanjutkan
8. Mengatur intake cairan 1,2,3,4,5,6,7 dan 8
untuk mengoptimalkan
keseimbangan.

2. 17/03/2019 Penanganan Demam S: Kelompok


(3740) Ibu klien mengatakan
(11.55) 1. Memonitor suhu setiap 4 panasnya sudah turun
jam sekali
(11.55) 2. Memonitor warna kulit O:
kemerahan dan suhu KU cukup
36,9oC Kulit teraba hangat
(11.58) 3. Memonitor masukan dan Suhu : 36,9oC
keluaran cairan RR : 22x/menit
(12.00) 4. Memberi obat antibiotik Nadi : 98x/menit
IV cefxon 1 gr
(12.01) 5. Memberi obat antipiretik A:
etervix 200mg Masalah teratasi sebagian
(12.05) 6. Mengganti pakaian pasien
dengan pakaian tipis P:
(12.10) 7. Memberi cairan IV Intervensi dipertahankan
KAEN 3A 1000cc/24jam
(12.15) 8. Mengaplikasikan
compress hangat dengan
handuk di lipatan paha
dan ketiak
1. 18/03/2019 Airway Management (3140) S: Kelompok
(09.00) 1. Memposisikan pasien Ibu klien mengatakan anaknya
untuk memaksimalkan jarang batuk
ventilasi
(09.00) 2. Mengkaji suara nafas O:
ronki (-) dan produksi KU baik
sekret(-) Ronchi (-)
(09.02) 3. Memonitor respirasi Produksi sekret (-)
22x/menit RR : 22 x/menit
31

(12.05) 4. Menganjurkan minum


air hangat A:
(12.07) 5. Melakukan fisioterapi Masalah teratasi sebagian
dada
(12.20) 6. Memberikan nebulizer P:
(12.35) ventolin 2cc + Nacl 2cc Intervensi dipertahankan
7. Mengajarkan latihan
(12.40) batuk efektif
8. Mengatur intake cairan
untuk mengoptimalkan
keseimbangan.
2. 18/03/2019 Penanganan Demam S: Kelompok
(3740) Ibu klien mengatakan sudah
(11.55) 1. Memonitor suhu setiap 4 tidak panas
jam sekali
(11.55) 2. Memonitor warna kulit O:
kemerahan dan suhu KU cukup
(11.58) 36,9oC Kulit teraba hangat
3. Memonitor masukan dan Suhu : 36,9oC
(12.00) keluaran cairan RR : 22x/menit
(12.01) 4. Memberi obat antibiotik
(12.05) IV cefxon 1 gr A:
5. Memberi obat antipiretik Masalah teratasi
(12.10) etervix 200mg
6. Mengganti pakaian pasien P:
(12.15) dengan pakaian tipis Intervensi dipertahankan
7. Memberi cairan IV
KAEN 3A 1000cc/24jam
8. Mengaplikasikan
compress hangat dengan
handuk di lipatan paha
dan ketiak
1. 19/03/2019 Airway Management (3140) S: Kelompok
(09.00) 1. Memposisikan pasien Ibu klien mengatakan anaknya
untuk memaksimalkan sudah tidak batuk
ventilasi
(09.00) 2. Mengkaji suara nafas O:
ronki (-) dan produksi KU baik
sekret(-) Ronchi (-)
(09.02) 3. Memonitor respirasi Produksi sekret (-)
22x/menit RR : 22 x/menit
(12.05) 4. Menganjurkan minum
air hangat A:
(12.07) 5. Melakukan fisioterapi Masalah teratasi
dada
(12.20) 6. Memberikan nebulizer P:
(12.35) ventolin 2cc + Nacl 2cc Intervensi dipertahankan
7. Mengajarkan latihan
(12.40) batuk efektif
8. Mengatur intake cairan
untuk mengoptimalkan
keseimbangan.
BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan

Bronchopneumonia adalah penyakit perdangan paru yang sering kali


diderita oleh anak-anak usia di bawah 5 tahun yang disebabkan oleh adanya
proses inflamasi virus, bakteri, atau mikroba yang terhirup atau masuk melalui
sistem vaskularisasi dari nasofaring terbawa kedalam bronkus sampai pada
seluruh bagian alveoli sehingga agent penyebab membuat granulasi leukosit yang
dapat meningkatkan produksi sputum. Selain itu aspirasi makanan atau benda
asing menjadi penyebab terjadinya bronchopneumoni, proses awal berupa
tersedak yang kemudian hal itu menimbulkan reflek batuk, sisa makanan atau
benda asing yang tertinggal di dalam sistem pernafasan akan menjadi sarang
terjadinya inflamasi pada paru.

A. Pengkajian

Hasil pengkajian secara wawancara dan observasi, penulis menemukan


masalah yang dikeluhkan oleh An. C menjadi prioritas diagnosa keperawatan
yang paling utama adalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan
dengan peningkatan produksi sputum. Hal ini didasarkan pada data subjektif
dari ibu klien An. C yang mengatakan anaknya batuk sejak 7 hari yang lalu,
kadang sesak, suara grok-grok, dan diperoleh data objektif Keadaan umum
cukup, kesadaran composmentis GCS 4-5-6, CRT < 3 detik, klien tampak
batuk, terdapat sekret yang sulit dikeluarkan, ada ronki (+) terdengar suara
grok-grok, pernapasan 26 x/menit, nadi: 112 x/menit.

Menurut Ngastiyah (2005) Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis


dengan pemeriksaan fisik tetapi dengan adanya nafas dangkal dan cepat,
pernafasan cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan mulut dapat diduga
adanya pneumonia. Hasil pemeriksaan fisik tergantung luas daerah auskultasi
yang terkena, pada perkusi sering tidak ditemukan kelainan dan pada
auskultasi mungkin hanya terdengar ronchi basah nyaring halus dan sedang.
Sedangkan. Menurut Wong (2008) tanda dan gejala dari bronchopneumonia
adalah demam, penyumbatan pada jalan nafas dikarenakan adanya
penumpukan eksudat yang membuat jalan nafas menjadi sempit, nyeri dada,
perubaan sistem pernafasan karena adanya infeksi yang menjadikan
pernafasan memnjadi cepat dan disertai denagan adanya cairan bernanah

32
33

karena proses inflamasi, adanya bunyi nafas tambahan ronchi, sesak,


anorexia, muntah, diare, dan nyeri perut.

Dari hasil pengkajian maka ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang


terjadi pada An. C merupakan gejala umum pada seseorang yang mengalami
bronchopneumonia karena adanya produksi secret berlebih akibat dari adanya
proses inflamasi virus, bakteri, jamur, atau protozoa. Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas merupakan efek reaksi dari granulasi leukosit pada sistem
pernafasan. Berdasarkan data yang ada diketahui bahwa terdapat suara nafas
tambahan pada An. C saat pengkajian, sekret yang sulit dikeluarkan dan
pernapasan 26 x/menit.

B. Analisa Data

Analisa pada An. C etiologi yang paling utama karena virus, bakteri,
jamur, atau protozoa yang kemudian masuk pada nasofaring yang
menyebabkan terjadinya proses inflamasi dan terjadi granula leukosit sehingga
adanya produksi secret berlebih akibatnya terjadi Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas.

Menurut Putri (2011), Bronkopneumonia dapat juga dikatakan sebagai


suatu peradangan pada parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri, virus dan
jamur. Penyebab paling sering adalah stafilokokus, streptococcus, H. influenza,
Proteus sp dan pseudomonas aeruginosa. Sedangkan menurut Wong (2008)
bronchopneumonia merupakan salah satu jenis pneumonia yang disebabkan
oleh adanya proses inflamasi virus, bakteri, atau mikroba yang terhirup atau
masuk melalui sistem vaskularisasi dari nasofaring terbawa kedalam bronkus
sampai pada seluruh bagian alveoli sehingga agent penyebab membuat
granulasi leukosit yang dapat meningkatkan produksi sputum.

Dari hasil pengkajian maka ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang


terjadi pada An. C merupakan gejala umum pada seseorang yang mengalami
bronchopneumonia karena adanya proses inflamasi pada paru yang ditandai
dengan adanya produksi secret berlebih.

C. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan pada An. C adalah ketidakefektifan bersihan jalan


nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sputum.Hal ini dibuktikan
34

pada data objektif terdapat suara nafas tambahan, sekret yang sulit dikeluarkan
dan pernapasan 26 x/menit.

Menurut Wong (2008) tanda dan gejala dari bronchopneumonia adalah


demam, penyumbatan pada jalan nafas dikarenakan adanya penumpukan
eksudat yang membuat jalan nafas menjadi sempit, nyeri dada, perubaan
sistem pernafasan karena adanya infeksi yang menjadikan pernafasan menjadi
cepat dan disertai denagan adanya cairan bernanah karena proses inflamasi,
adanya bunyi nafas tambahan ronchi, sesak, anorexia, muntah, diare, dan nyeri
perut.

Menurut pemberi asuhan keperawatan anak yang mengalami


ketidakefektifan bersihan jalan nafas disebabkan oleh proses inflamasi yang
terjadi pada saluran pernafasan disebabkan oleh virus, bakteri.

D. Intervensi

Intervensi yang diberikan pada An. C adalah managemen airway :


posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi, kaji suara nafas dan
produksi secret, monitor respirasi, anjurkan minum air hangat, lakukan
fisioterapi dada, berikan nebulizer untuk membantu mengencerkan dahak agar
mudah untuk dikeluarkan, ajarkan latihan batuk efektif untuk membersihkan
laring, trakea dan bronkiolus dari secret atau benda asing di jalan nafas, atur
intake cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan.

Menurut NIC (Nursing Intervention Classification) 2013-2017 intervensi


yang diberikan adalah managemen airway: posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi, kaji suara nafas dan produksi secret, monitor
respirasi, anjurkan minum air hangat, lakukan fisioterapi dada (Fisioterapi
dada berkaitan erat dengan penggunaan penggunaan postural drainase yang
dikombinasikan dengan tehnik tambahan lainya yang dianggap dapat
meningkatkan bersihan jalan nafas), berikan nebulizer, ajarkan latihan batuk
efektif, atur intake cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan.

Berdasarkan penelitian Yuanita (2011) Pemberian air putih pada anak saat
batuk dapat membantu mengencerkan dahak 52% menjadi alternatif yang
sangat mudah dilakukan untuk mengencerkan dahak. Minum air putih
terutama air hangat dapat memperlancar proses pernafasan karena dengan
minum air putih partikel-partikel pencetus sesak dan lendir dalam bronkioli
akan dipecah dan menyebabkan sirkulasi pernafasan lancar sehingga
35

mendorong bronkioli mengeluarkan lendir. Menurut Wong (2008), salah satu


tugas seorang perawat adalah bertanggung jawab terhadap melakukan
maneuver atau posisi fisioterapi dada apabila tidak ada ahli terapi (ahli
fisioterapi), oleh sebab itu perawat harus terampil dalam melakukan tehnik ini.
Fisioterapi dada dalam hal ini merupakan tehnik untuk mengeluarkan secret
yang berlebihan atau material yang teraspirasi dari dalam saluran respiratori.
Sehingga dalam hal ini, fisioterapi dada tidak hanya mencegah obstruksi,
tetapi juga mencegah rusaknya saluran respiratori. Tujuan batuk efektif adalah
untuk memobilisasi sekresi sehingga dapat dikeluarkan, refleks batuk dapat
dirangsang, dengan dilakukannya nafas dalam sebelum batuk, jika pasien tidak
bisa batuk secara efektif, pneumonia hipostatik dan komplikasi paru lainnya
dapat terjadi (Smeltzer, 2001:436).

Menurut pemberi asuhan keperawatan intervensi yang diberikan pada An.


C sudah sesuai dengan intervensi keperawatan managemen airway pada
NANDA NIC NOC 2013-2017.

E. Implementasi
Implementasi yang diberikan pada An. C adalah managemen airway :
memposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi, mengkaji suara nafas
dan produksi secret, memonitor respirasi, menganjurkan minum air hangat,
melakukan fisioterapi dada, memberikan nebulizer untuk membantu
mengencerkan dahak agar mudah untuk dikeluarkan, mengajarkan latihan
batuk efektif untuk membersihkan laring, trakea dan bronkiolus dari secret atau
benda asing di jalan nafas, atur intake cairan untuk mengoptimalkan
keseimbangan.
Menurut Lisaziee Pujiastuti (2014) selama tahap implementasi perawat
melakukan rencana asuhan keperawatan intruksi keperawatan
diimplementasikan untuk membantu klien memenuhi kriteria hasil.
Implementasi keperawatan bisa dilakukan secara mandiri maupun
berkolaborasi dengan tim medis lainnya.
Menurut pemberi asuhan keperawatan implementasi pada An C,
menganjurkan minum air hangat, melakukan fisioterapi dada, memberikan
nebulizer untuk membantu mengencerkan dahak agar mudah untuk
dikeluarkan, mengajarkan latihan batuk efektif untuk membersihkan laring,
trakea dan bronkiolus dari secret atau benda asing di jalan nafas, atur intake
cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan.
36

F. Evaluasi
Dari catatan perkembangan selama 4 hari dari hari kedua menunjukkan
bahwa masalah teratasi sebagian hal ini dibuktikan klien tampak bisa
mengeluarkan dahak RR : 22 x/menit, ronchi (+). Dan hari ketiga klien tampak
sudah berkurang batuknya, produksi sekret berkurang, suara nafas mulai
bersih. Dan hari keempat klien tampak sudah jarang batuk, ronchi (-), suara
nafas bersih. Klien direncanakan pulang oleh dokter.
Menurut Potter & Perry (2005) evaluasi merupakan penilaian terhadap
sejumlah informasi yang diberikan untuk tujuan yang telah ditetapkan yang
menyatakan kegiatan yang di sengaja dan terus menerus dengan melibatkan
klien, perawat dan anggota tim kesehatan yang lain. Dalam hal ini diperlukan
penegtahuan tentang kesehatan patofisiologi dan strategi evaluasi.
Menurut pemberi asuhan keperawatan di lihat dari catatan perkembangan
selama 4 hari dari hari kedua menunjukkan bahwa masalah teratasi sebagian
hal ini dibuktikan klien tampak bisa mengeluarkan dahak, ronchi (+). Dan hari
ketiga klien tampak sudah berkurang batuknya, produksi sekret berkurang,
suara nafas mulai bersih. Dan hari keempat klien tampak sudah jarang batuk,
ronchi (-), suara nafas bersih.
BAB 5
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Organ pernapasan dalam tubuh dibedakan menjadi organ pernapasan atas
dan organ pernapasan bawah. Organ pernapasan atas terdiri dari hidung, faring
dan laring. Sedangkan untuk organ pernapasan bawah terdiri dari trakea,
bronchial, paru-paru, toraks.
Pneumonia merupakan suatu proses peradangan dimana terdapat konsolidasi
yang disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Kebanyakan kasus
pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada sejumlah penyebab
nonifeksi yang kadang-kadang perlu dipertimbangkan. Virus penyebab pneumonia
yang paling lazim adalah virus sinsitial pernapasan (respiratory syncytial virus
VRS), parainfluenzae, influenza, dan adenovirus. Jenis dan keparahan penyakit
dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk umur, jenis kelamin, musim dalam
tahun tersebut, dan kepadatan penduduk. Anak laki-laki terkena sedikit lebih
sering daripada anak perempuan. Tidak seperti bronkiolitis, dimana angka
serangan puncak adalah dalam tahun pertama, angka serangan puncak untuk
pneumonia virus adalah antara umur 2 dan 3 tahun dan sedikit demi sedikit
menurun sesudahnya.
Mikroorganisme mencapai paru melalui jalan nafas, aliran darah, aspirasi
benda asing, transplasental atau selama persalinan pada neonatur. Umumnya
pneumonia terjadi akibat inhalasi atau aspirasi mikroorganisme, sebagian kecil
terjadi melalui aliran darah (hematogen). Secara klinis sulit membedakan
pneumonia bakteri dan virus. Bronkopneumonia merupakan jenis pneumonia
tersering pada bayi dan anak kecil. Pneumonia lobaris lebih sering ditemukan
dengan pertambahan umur. Pada pneumonia berat bisa terjadi hiposekmia,
hiperkapnea, asidosis respiratorik, asidosis metabolik, dan gagal napas.
Pneumonia bacterial (atau pneumokokus) secara khas diawali dengan awitan
menggigil, demam yang timbul dengan cepat (39,5°C sampai 40,5°C [ 101°F
sampai 105°F ], dan nyeri dada yang terasa ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh
bernapas dan batuk. Pneumonia atipikal beragam dalam gejalanya, tergantung
pada organisme penyebab. Pneumonia akibat virus kebanyakan didahului gejala-
gejala pernapasan beberapa hari, termasuk rhinitis dan batuk.
Pengobatan pneumonia termasuk pemberian antibiotic yang sesuai seperti
yang ditetapkan oleh hasil pewarnaan Gram. Penisilin G merupakan antibiotic
pilihan untuk infeksi oleh S. pneumoniae. Medikasi efektif lainnya termasuk

37
38

eritromasin, klindamisin, sefalosporin generasi kedua dan ketiga, penisilin


lainnya, dan trimethoprim sulfametoksazol (Bactrim).
Pneumonia mikoplasma memberikan respons terhadap eritromasin,
tetrasiklin, dan derivate tetrasiklin (doksisiklin). Pneumonia atipikal lainnya
mempunyai penyebab virus, dan kebanyakan tidak memberikan respon terhadap
antimicrobial. Pneumocystis carinii memberikan respon terhadap pentamidin dan
trimethoprim-sulfametoksazol (Bactrim, TMP-SMZ). Inhalasi lembab, hangat
sangat membantu dalam menghilangkan iritasi bronkial. Asuhan keperawatan dan
pengobatan (dengan pengecualian terapi antimkrobial) sama dengan yang
diberikan untuk pasien yang mengalami pneumonia akibat bakteri.
Potensial komplikasi pneumonia yang mungkin terjadi antara kain hipotensi
dan syok, gagal pernapasan, atelectasis, efusi pleural, delirium, dan super infeksi.
Pada umumnya prognosis, tergantung dari faktor penderita, bakteri penyebab dan
penggunaan antibiotik yang tepat serta adekuat. Perawatan yang baik dan intensif
sangat mempengaruhi prognosis penyakit pada penderita yang dirawat. Dengan
pengobatan, kebanyakan jenis pneumonia bakteri akan stabil dalam waktu 3–
6 hari. Kadang-kadang memakan waktu beberapa minggu sebelum kebanyakan
gejala diatasi. Hasil rontgen biasanya bersih dalam waktu empat minggu dan
mortalitas rendah (kurang dari 1%). Di kalangan lansia atau orang yang memiliki
masalah paru-paru lain penyembuhan mungkin memakan waktu lebih dari
12 minggu. Di kalangan orang yang memerlukan perawatan di rumah sakit,
mortalitas mungkin hingga 10% dan di kalangan mereka yang memerlukan
perawatan intensif (ICU) mortalitas bisa mencapai 30–50%.

5.2 SARAN
Sebagai seorang perawat diharapkan mampu memahami dan mengetahui
masalah yang berhubungan dengan gangguan sistem pernafasan pada pasien, agar
perawat mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien tersebut. Sebagai
salah satu tenaga kesehatan yang sering berinteraksi dengan pasien, perawat harus
mampu memenuhi kebutuhan pasien, salah satunya adalah kebutuhan yang
berhubungan dengan sistem pernafasan. Penyusunan makalah ini belum
sempurna, untuk itu diperlukan peninjauan ulang terhadap isi dari makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Hertman, T.Heather. 2012. Nursing Diagnoses: Definitions and Classifications


2012-2014. Jakarta: EGC.
M., Gloria Bulechek & Joanne M. Dochterman. 2008. Nursing Interventions
Classification (NIC). Ed. 5. Mosby : United States of America

Mitchell, Richard N et al. 2009. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit Robbins
dan Cotran ed.7. Jakarta : EGC.
Moorhead, Sue, dkk (ed). 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). Ed. 5 .
Mosby : United States of America.

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA (North American Nursing
Diagnosis Association) NIC – NOC. Yogyakarta : Mediaction Publishing.
PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator
Diagnostik. Jakarta : PPNI

39

Anda mungkin juga menyukai