DISUSUN OLEH :
Penanggung Jawab,
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memlimpahkan rahmat dan
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan seminar kasus yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Anak Pada An C dengan Diagnosa Medis
Bronkopneumonia Di Ruang Melati Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya”
sebagai syarat menyelesaikan tugas Departemen Maternitas Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Artha Bodhi Iswara Surabaya.
Kami menyadari dalam menyusun seminar kasus ini apabila tanpa bantuan
dari pihak pembimbing dan juga pihak yang memberi dorongan berupa materil
dan spiritual, maka tidak akan terlaksana, oleh karena itu pada kesempatan kali ini
kami menyampaikan rasa terima kasih dan maaf atas segala kesalahan yang
penulis lakukan pada :
Kelompok,
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami konsep teori dan asuhan keperawatan
klien dengan gangguan sistem pernapasan, khususnya pneumonia.
b. Tujuan khusus
1. Konsep teori
a) Menjelaskan anatomi dan fisiologi sistem pernapasan
b) Mengetahui definisi pneumonia
c) Mengetahui etiologi pneumonia
d) Mengetahui manifestasi klinis pneumonia
e) Mengetahui patofisiologi pneumonia
f) Mengetahui WOC pneumonia
g) Mengetahui penatalaksanaan pneumonia
h) Mengetahui komplikasi pneumonia
i) Dapat memberikan asuhan keperawatan pada klien pneumonia
2. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan pneumonia
a) Menjelaskan tentang pengkajian klien dengan pneumonia
b) Menjelaskan tentang diagnosis keperawatan klien dengan
pneumonia
c) Menjelaskan intervensi dan rasional tindakan kepada klien
dengan pneumonia
1.3 Manfaat
a) Untuk memermudah mahasiswa dalam mencari sumber informasi
mengenai pneumonia
Untuk menambah literatur/referensi mengenai pneumonia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
FISIOLOGI PERNAPASAN
Pernapasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang
banyak mengandung CO2 sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh.
Penghisapan udara ini disebut inspirasi dan menghembuskan disebut
ekspirasi.
Pernapsan paru-paru merupakan pertukaran oksigen dan
karbondioksida yang terjadi pada paru-paru. Pernapasan melalui paru-paru
atau pernapasan eksterna oksigen diambil melalui mulut dan hidung pada
waktu bernapas dimana oksigen masuk melalui trakea sampai ke alveoli
berhubungan dengan darah dalam kapiler pulmonar, alveoli memisahkan
oksigen dari darah, O2 menembus membran, diambil oleh sel darah merah
dibawa ke jantung dan dari jantung dipompakan ke seluruh tubuh.Guna
pernapasan:
1) Mengambil O2 yang kemudian di bawa oleh darah ke seluruh tubuh
(sel-selnya) untuk mengadakan pembakaran.
2) Mengeluarkan CO2 yang terjadi sebagai sisa dari pembakaran,
kemudian dibawa oleh darah ke paru-paru untuk dibuang (karena tidak
berguna lagi oleh tubuh).
3) Menghangatkan dan melembabkan udara.
Pernapasan dalam keadaan normal
Orang dewasa : 16-24 kali/menit
Anak-anak kira-kira : 24 kali/menit
Bayi kira-kira : 30 kali/menit
Paru adalah struktur elastik yang dibungkus dalam sangkar toraks,
yangmerupakan suatu bilik udara kuat dengan dinding yang dapat menahan
tekanan. Efek dari gerakan ini adalah secara bergantian meningkatkan dan
menurunkan kapasitas dada. Inspirasi adalah ketika kapasitas dalam dada
meningkat, udara masuk melalui trakea. Ekspirasi adalah ketika dinding
dada dan diafragma kembali ke ukuran semula.
B. DEFINISI BRONKOPNEUMONIA
Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang
mempunyai pola penyebaran bercak, teratur dalam satu atau lebih area
terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang
berdekatan di sekitarnya (Smeltzer & Suzanne C,2002).
6
2. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi
droplet. Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab
utama pneumonia virus.
3. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar
melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya
ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos.
4. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC).
Biasanya menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi.
(Reeves, 2001).
Bronkopneumonia dapat juga dikatakan sebagai suatu peradangan
pada parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri, virus dan jamur.
Penyebab paling sering adalah stafilokokus, streptococcus, H. influenza,
Proteus sp dan pseudomonas aeruginosa (Putri, 2011).
D. MANIFESTASI KLINIS
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktusrespiratoris
bagian atas selama beberapa hari suhu tubuh naik sangat mendadak sampai
39-40 derajat celcius dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.
Anak sangat gelisah, dispenia pernafasan cepat dan dangkal disertai
pernafasan cuping hidung serta sianosis sekitar hidung dan mulut, kadang
juga disertai muntah dan diare. Batuk biasanya tidak ditemukan pada
permulaan penyakit tapi setelah beberapa hari mula-mula kering kemudian
menjadi produktif.
Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis dengan pemeriksaan
fisik tetapi dengan adanya nafas dangkal dan cepat, pernafasan cuping
hidung dan sianosis sekitar hidung dan mulut dapat diduga adanya
pneumonia. Hasil pemeriksaan fisik tergantung luas daerah auskultasi yang
terkena, pada perkusi sering tidak ditemukan kelainan dan pada auskultasi
mungkin hanya terdengar ronchi basah nyaring halus dan sedang.
(Ngastiyah, 2005).
Menurut Wong (2008) tanda dan gejala dari bronchopneumonia adalah :
1. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
a. Nyeri pleuritik
8
F. WOC
Virus, bakteri, jamur, dan protozoa Masuk nasofaring BRONCHOPNEUMONIA Stimualsi chemoreseptor
( Peradangan pada bronchus ) hipotalamus
HIPERTERMI
Asam lambung Edema paru Takipneu banyak leukosit Produksi sputum bersih
meningkatan yang mati
Hipoksia
KETIDAKEFEKTIFAN
KETIDAKSEIMBANGAN POLA NAFAS
NUTRISI KURANG DARI
Metabolik anaerob
KEBUTUHAN TUBUH
meningkat
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Nurarif dan Hardhi (2013), untuk dapat menegakkan diagnosa
keperawatan dapat dilakukan pemeriksaan :
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah
b. Pemeriksaan sputum
c. Analisa gas darah
d. Kultur darah
e. Sampel darah, sputum dan urin
2. Pemeriksaan Radiologi
a. Rontgen Thorax
b. Laringoskopi/ bronkoskopi
Sedangkan menurut Muscari (2005), temuan yang sering muncul pada
saat pemeriksaan diagnostik dan laboratorium antara lain sebagai berikut :
1. Foto sinar-x dada akan menunjukkan infiltrasi difus atau bercak,
konsolidasi, infiltrasi menyebar luas atau bercak berkabut, bergantung
jenis pneumonia.
2. HDL dapat menunjukkan peningkatan SDP.
3. Kultur darah, pewarnaan Gram, dan kultur sputum dapat menentukan
organisme penyebab.
4. Titer antistreptolisin-O (ASO) positif merupakan pemeriksaan diagnostik
pneumonia streptokokus.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan menurut Mansjoer (2000) :
1. Oksigen 1-2 liter per menit
2. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan eksternal bertahap
melaui selang nasogastrik dengan feeding drip
3. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin
normal dan beta agonis untuk transport muskusilier
4. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa elektrolit
Sedangkan penatalaksanaan umum keperawatan pada klien
bronkopneumonia adalah sebagai berikut menurut Hidayat (2008):
1. Latihan batuk efektif atau fisioterapi paru
2. Pemberian oksigenasi yang adekuat
3. Pemenuhan dan mempertahankan kebutuhan cairan
4. Pemberian nutrisi yang adekuat
5. Penatalaksanaan medis dengan medikasi, apabila ringan tidak perllu
antibiotic. Tetapi, apabila penyakit masuk stadium berat klien harus
dirawat inap. Makah al yang perlu diperhatikan adalah pemilihan
antibiotic berdasarkan usia, keadaan umum, dan kemungkinan penyebab.
Antibiotic yang mungkin diberikan adalah penosolin prokain dan
12
c) B3 (Brain)
Klien dengan pneumonia yang berat sering terjadi penurunan
kesadaran, didapatkan sianosis perifer apabila gangguan perfusi
15
2) Sirkulasi
Gejala : Pembengkakan ekstremitas bawah
16
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d. peningkatan produksi
sputum
b. Ketidakefektifan pola nafas b.d. perubahan membran alveolus
c. Hipertermi b.d. peradangan pada bronchus
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. intake
nutrisi tidak adekuat
e. Intoleransi aktivitas b.d. insufisiensi O2 untuk aktivitas sehari-hari
3. Rencana Keperawatan
Dx. Tujuan dan
No Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Ketidakefektifan NOC NIC
bersihan jalan Respiratory status : Airway suction (3160)
napas b.d Ventilation (0403) 1. Pastikan kebutuhan
peningkatan Respiratory status : Airway oral/tracheal suctioning
produksi sputum patency (0410) 2. Auskultasi suara napas
Kriteria hasil : sebelum dan sesudah
1. Mendemonstrasikan batuk suctioning
efektif dan suara napas 3. Informasikan kepada klien
yang bersih, tidak ada dan keluarga tentang
sianosis dan dispneu suctioning
(mampu mengeluarkan 4. Minta klien napas dalam
sputum, mampu bernapas sebelum melakukan
dengan mudah, tidak ada suctioning
pursed lip) 5. Berikan O2 dengan
2. Menunjukkan jalan napas menggunakan nasal
yang paten (Klien tidak 6. Anjurkan pasien untuk
merasa tercekik, irama istirahat dan napas dalam
napas, frekuensi setelah kateter dikeluarkan
pernapasan dalam rentang dari nasotrakeal
normal, tidak ada suara 7. Monitor status oksigen
napas abnormal) pasien
3. Mampu mengidentifikasi 8. Anjurkan keluarga
dan mencegah factor yang bagaimana melakukan
dapat menghambat jalan suction
napas. 9. Hentikan suction dan berikan
oksigen apabila psien
menunjukkan bradikardi,
peningkatan saturasi O2, dll
Airway Management (3140)
1. Buka jalan napas
menggunakan teknik lift atau
jaw thrust bila perlu.
2. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
3. Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan napas
buatan.
4. Lakukan fisioterapi dada bila
18
perlu.
5. Keluarkan secret dengan
batuk atau suction
6. Auskultasi suara napas, catat
adanya suara tambahan.
7. Berikan bronkodilator bila
perlu
8. Atur intake cairan untuk
mengoptimalkan
keseimbangan.
9. Monitor respirasi dan status
O2
2. Ketidakefektifan NOC : NIC :
pola napas b.d - Respiratory Status :
perubahan Airway Pattency(0410) - Airway Management (3140)
membran alveolus - Vital Sign Status (0802) 1. Buka jalan napas
Setelah dilakukan intervensi menggunakan teknik lift atau
selama 3 x 24 jam klien akan jaw thrust bila perlu.
menunjukkan pola napas yang 2. Posisikan pasien untuk
efektif, dengan KH : memaksimalkan ventilasi
1. TTV dalam batas normal 3. Identifikasi pasien perlunya
2. Irama dan frekuensi napas pemasangan alat jalan napas
dalam rentang normal buatan.
3. Tidak suara napas 4. Lakukan fisioterapi dada bila
tambahan perlu.
4. Tidak ada pernapasan bibir 5. Keluarkan secret dengan
dan cuping hidung batuk atau suction
6. Auskultasi suara napas, catat
adanya suara tambahan.
7. Berikan bronkodilator bila
perlu
8. Atur intake cairan untuk
mengoptimalkan
keseimbangan.
9. Monitor respirasi dan status
O2
Oxigen Therapy(3320)
1. Atur peralatan oksigenasi
2. Monitor aliran oksigen
3. Pertahankan posisi klien
4. Observasi adanya tanda tanda
hipoventilusi
5. Monitor adanya kecemasan
klien terhadap oksigenasi
Vital Sign Monitoring (6680)
1. Monitor TD, nadi, suhu dan
RR klien
2. Monitor kualitas nadi
3. Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
4. Monitor suara paru
5. Monitor pola pernapasan
abnormal.
19
A. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : An. C Nama Ayah : Tn. M
Jenis Kelamin : Perempuan Nama Ibu : Ny. T
Tanggal Lahir : 21 Oktober 2015 Pekerjaan Ayah/Ibu : Swasta
Umur : 3 th 4 bulan 26 hari Pendidikan Ayah/Ibu : S1
Suku/Bangsa : WNI Suku/Bangsa : WNI
Agama : Islam Agama : Islam
Alamat : Kendangsari Alamat : Kendangsari
Dignosa Medis : Bronchopneumonia
C. RIWAYAT KEPERAWATAN
a. Prenatal : Ibu klien mengatakan selama kehamilan rutin melakukan
kontrol ke Ruma Sakit Islam Jemursari lebih dari 6x, ibu klien jua
melakukan imunisassi TT lengkap. Selama kehamilan ibu tidak pernah
mengalami penyakit seperti Asma, Hipertensi dan DM
b. Natal :
Ibu klien mengatakan persalinannya normal, An. C lahir ditolong bidan
di RS Kediri, An. C menangis spontan dengan BBL 3200 gram, panjang
badan 51cm, usia kehamilan 9 bulan
21
22
c. Post Natal :
Ibu klien mengatakan setelah usia 1 bulan An. C dibawa kembali ke
Surabaya, pada usia 7 bulan An. C menjalani opname di RS Royal
karena infeksi saluran kemih, dan usia 1 tahun opname karena typoid.
Ibu klien mengatakan An. C mendapatkan ASI Eksklusif sampai usia 6
bulan, An. C diasuh oleh pengasuh.
G. GENOGRAM (3 GENERASI)
Keterangan :
: Klien
: Perempuan
: Garis keturunan
H. RIWAYAT NUTRISI
a. Frekuensi makan : 3 x/hari
24
2. KARDIOVASKULER
a. Nyeri dada : tidak ada nyeri dada
b. Irama jantung : teratur
c. Pulsasi : normal
d. Bunyi jantung : S1/S2 tunggal
e. CRT : < 3 detik
f. Cyanosis : tidak ada sianosis
g. Clubing finger : tidak ada cubing finger
h. Lainnya sebutkan : tidak ada
3. PERSYARAFAN
a. Reflek-reflek
1) Menghisap : normal
2) Menoleh : normal
3) Menggenggam : normal
4) Babinski : tidak dilakukan An. C menangis saat dikaji
5) Moro : tidak dilakukan An. C menangis saat dikaji
b. Patella : tidak dilakukan An. C menangis saat dikaji
c. Kejang : tidak ada kejang
d. Kaku kuduk : tidak dilakukan An. C menangis saat dikaji
e. Nyeri kepala : tidak ada nyeri kepala
f. Istirahat tidur : anak terbangun di malam hari karena batuk
g. Kelainan N. Cranialis : normal tidak ada kelainan
Lain-lain : tidak ada
4. GENITOURINARIA
a. Bentuk alat kelamin : normal
b. Uretra : normal
25
5. PENCERNAAN
a. Mulut
1) Mukosa : lembab
2) Bibir : lembab dan merah muda
3) Lidah : tidak ada lesi
4) Kebersihan rongga mulut : bersih
b. Abdomen
1) Nyeri tekan : lokasi tidak ada nyeri tekan
peristaltic : 17 x/menit
2) BAB
i. frekuensi : - x/hari, warna : -
ii. bau :-
iii. keluhan : tidak ada
3) Lainnya sebutkan : tidak ada
7. PENGINDERAAN
a. Mata
1) Reflek cahaya : ada
2) Gerakan mata : normal
3) Konjungtiva : tidak anemis
4) Sklera : tidak ikterik
5) Pupil : isokor +/+
6) Lainnya, sebutkan : tidak ada
b. Hidung
1) Reaksi alergi : normal (bersin)
2) Sekret : ada sekret
3) Lainnya sebutkan : tidak ada pilek
c. Mulut dan tenggorokan
1) Gigi geligi : gigi bagian atas karies
2) Kesulitan menelan: tidak ada kesulitan menelan
3) Lainnya, sebutkan : tidak ada
8. ENDOKRIN
26
9. ASPEK PSIKOSOSIAL
a. Ekspresi afek dan emosi : An. C menangis
apabila dipaksa, seperti akan dilakukan tindakan nebulizer kalau
An. C tidak mau maka dia akan menangis dan marah
b. Hubungan dengan keluarga : An. C sangat dekat dengan
keluarga terutama ayah dan bundanya
c. Dampak hospitalisasi bagi anak : An. C dilakukan
kalau tindakan maka dia akan menangis dan marah, kata ibunya
An. C trauma karena waktu di ruang tindakan poli susah
menemukan vena untuk dipasang infus
d. Dampak hospitalisasi bagi orang tua : kedua orang tua An. C
khawatir dengan anaknya, ayah An. C harus bekerja sehingga ibu
An. C yang harus menjaa An. C di rumah sakit
K. DATA TAMBAHAN
Tidak ada
Pemeriksa
ANALISA DATA
DO : Peradangan
Keadaan umum cukup bronchus
Klien tampak batuk
Terdapat sekret yang sulit dikeluarkan Granulasi leukosit
Ronki (+) terdengar suara grok-grok
RR : 26 x/menit Produksi sekret
Nadi : 112 x/menit berlebih
Takipnea, dyspneu
Ketidakefektifan
bersihan jalan
nafas
DO : Masuk nasofaring
Keadaan umum cukup
Klien tampak rewel dan menangis terus Peradangan
Akral teraba hangat bronchus
Suhu : 38,3oC
Nadi : 112 x/menit Stimulus
Kulit kemerahan chemoreseptor
Leukosit : 22,73 ribu/uL hipotalamus
Respon
peningkatan panas
tubuh
28
Hipertermi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA
NO TANGGAL NOC NIC
KEPERAWATAN
TANGGAL
NO IMPLEMENTASI EVALUASI TTD
/JAM
1. 16/03/2019 Airway Management (3140) S: Kelompok
(09.00) 1. Memposisikan pasien Ibu klien mengatakan anaknya
untuk memaksimalkan masih batuk
ventilasi
(09.00) 2. Mengkaji suara nafas O:
ronki (+) dan produksi Klien tampak batuk
sekret(+) Klien tampak belum bisa
(09.02) 3. Memonitor respirasi mengeluarkan dahak
26x/menit Ronchi (+)
(12.05) 4. Menganjurkan minum air RR : 26 x/menit
hangat
(12.07) 5. Melakukan fisioterapi A:
dada Masalah belum teratasi
(12.20) 6. Memberikan nebulizer
(12.35) ventolin 2cc + Nacl 2cc P:
7. Mengajarkan latihan Intervensi dilanjutkan
(12.40) batuk efektif 1,2,3,4,5,6,7 dan 8
8. Mengatur intake cairan
untuk mengoptimalkan
keseimbangan.
2. 16/03/2019 Penanganan Demam S: Kelompok
(3740) Ibu klien mengatakan
(11.55) 1. Memonitor suhu setiap 4 panasnya naik turun
jam sekali
(11.55) 2. Memonitor warna kulit O:
kemerahan dan suhu KU cukup
38,3oC Kulit teraba hangat
(11.58) 3. Memonitor masukan dan Kulit tampak kemerahan
keluaran cairan Suhu : 38,3oC
(12.00) 4. Memberi obat antibiotik RR : 26x/menit
IV cefxon 1 gr Nadi : 112 x/menit
(12.01) 5. Memberi obat antipiretik
etervix 200mg A:
(12.05) 6. Mengganti pakaian pasien Masalah belum teratasi
dengan pakaian tipis
(12.10) 7. Memberi cairan IV P:
KAEN 3A 1000cc/24jam Intervensi dilanjutkan
30
PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan
A. Pengkajian
32
33
B. Analisa Data
Analisa pada An. C etiologi yang paling utama karena virus, bakteri,
jamur, atau protozoa yang kemudian masuk pada nasofaring yang
menyebabkan terjadinya proses inflamasi dan terjadi granula leukosit sehingga
adanya produksi secret berlebih akibatnya terjadi Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas.
C. Diagnosa Keperawatan
pada data objektif terdapat suara nafas tambahan, sekret yang sulit dikeluarkan
dan pernapasan 26 x/menit.
D. Intervensi
Berdasarkan penelitian Yuanita (2011) Pemberian air putih pada anak saat
batuk dapat membantu mengencerkan dahak 52% menjadi alternatif yang
sangat mudah dilakukan untuk mengencerkan dahak. Minum air putih
terutama air hangat dapat memperlancar proses pernafasan karena dengan
minum air putih partikel-partikel pencetus sesak dan lendir dalam bronkioli
akan dipecah dan menyebabkan sirkulasi pernafasan lancar sehingga
35
E. Implementasi
Implementasi yang diberikan pada An. C adalah managemen airway :
memposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi, mengkaji suara nafas
dan produksi secret, memonitor respirasi, menganjurkan minum air hangat,
melakukan fisioterapi dada, memberikan nebulizer untuk membantu
mengencerkan dahak agar mudah untuk dikeluarkan, mengajarkan latihan
batuk efektif untuk membersihkan laring, trakea dan bronkiolus dari secret atau
benda asing di jalan nafas, atur intake cairan untuk mengoptimalkan
keseimbangan.
Menurut Lisaziee Pujiastuti (2014) selama tahap implementasi perawat
melakukan rencana asuhan keperawatan intruksi keperawatan
diimplementasikan untuk membantu klien memenuhi kriteria hasil.
Implementasi keperawatan bisa dilakukan secara mandiri maupun
berkolaborasi dengan tim medis lainnya.
Menurut pemberi asuhan keperawatan implementasi pada An C,
menganjurkan minum air hangat, melakukan fisioterapi dada, memberikan
nebulizer untuk membantu mengencerkan dahak agar mudah untuk
dikeluarkan, mengajarkan latihan batuk efektif untuk membersihkan laring,
trakea dan bronkiolus dari secret atau benda asing di jalan nafas, atur intake
cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan.
36
F. Evaluasi
Dari catatan perkembangan selama 4 hari dari hari kedua menunjukkan
bahwa masalah teratasi sebagian hal ini dibuktikan klien tampak bisa
mengeluarkan dahak RR : 22 x/menit, ronchi (+). Dan hari ketiga klien tampak
sudah berkurang batuknya, produksi sekret berkurang, suara nafas mulai
bersih. Dan hari keempat klien tampak sudah jarang batuk, ronchi (-), suara
nafas bersih. Klien direncanakan pulang oleh dokter.
Menurut Potter & Perry (2005) evaluasi merupakan penilaian terhadap
sejumlah informasi yang diberikan untuk tujuan yang telah ditetapkan yang
menyatakan kegiatan yang di sengaja dan terus menerus dengan melibatkan
klien, perawat dan anggota tim kesehatan yang lain. Dalam hal ini diperlukan
penegtahuan tentang kesehatan patofisiologi dan strategi evaluasi.
Menurut pemberi asuhan keperawatan di lihat dari catatan perkembangan
selama 4 hari dari hari kedua menunjukkan bahwa masalah teratasi sebagian
hal ini dibuktikan klien tampak bisa mengeluarkan dahak, ronchi (+). Dan hari
ketiga klien tampak sudah berkurang batuknya, produksi sekret berkurang,
suara nafas mulai bersih. Dan hari keempat klien tampak sudah jarang batuk,
ronchi (-), suara nafas bersih.
BAB 5
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Organ pernapasan dalam tubuh dibedakan menjadi organ pernapasan atas
dan organ pernapasan bawah. Organ pernapasan atas terdiri dari hidung, faring
dan laring. Sedangkan untuk organ pernapasan bawah terdiri dari trakea,
bronchial, paru-paru, toraks.
Pneumonia merupakan suatu proses peradangan dimana terdapat konsolidasi
yang disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Kebanyakan kasus
pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada sejumlah penyebab
nonifeksi yang kadang-kadang perlu dipertimbangkan. Virus penyebab pneumonia
yang paling lazim adalah virus sinsitial pernapasan (respiratory syncytial virus
VRS), parainfluenzae, influenza, dan adenovirus. Jenis dan keparahan penyakit
dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk umur, jenis kelamin, musim dalam
tahun tersebut, dan kepadatan penduduk. Anak laki-laki terkena sedikit lebih
sering daripada anak perempuan. Tidak seperti bronkiolitis, dimana angka
serangan puncak adalah dalam tahun pertama, angka serangan puncak untuk
pneumonia virus adalah antara umur 2 dan 3 tahun dan sedikit demi sedikit
menurun sesudahnya.
Mikroorganisme mencapai paru melalui jalan nafas, aliran darah, aspirasi
benda asing, transplasental atau selama persalinan pada neonatur. Umumnya
pneumonia terjadi akibat inhalasi atau aspirasi mikroorganisme, sebagian kecil
terjadi melalui aliran darah (hematogen). Secara klinis sulit membedakan
pneumonia bakteri dan virus. Bronkopneumonia merupakan jenis pneumonia
tersering pada bayi dan anak kecil. Pneumonia lobaris lebih sering ditemukan
dengan pertambahan umur. Pada pneumonia berat bisa terjadi hiposekmia,
hiperkapnea, asidosis respiratorik, asidosis metabolik, dan gagal napas.
Pneumonia bacterial (atau pneumokokus) secara khas diawali dengan awitan
menggigil, demam yang timbul dengan cepat (39,5°C sampai 40,5°C [ 101°F
sampai 105°F ], dan nyeri dada yang terasa ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh
bernapas dan batuk. Pneumonia atipikal beragam dalam gejalanya, tergantung
pada organisme penyebab. Pneumonia akibat virus kebanyakan didahului gejala-
gejala pernapasan beberapa hari, termasuk rhinitis dan batuk.
Pengobatan pneumonia termasuk pemberian antibiotic yang sesuai seperti
yang ditetapkan oleh hasil pewarnaan Gram. Penisilin G merupakan antibiotic
pilihan untuk infeksi oleh S. pneumoniae. Medikasi efektif lainnya termasuk
37
38
5.2 SARAN
Sebagai seorang perawat diharapkan mampu memahami dan mengetahui
masalah yang berhubungan dengan gangguan sistem pernafasan pada pasien, agar
perawat mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien tersebut. Sebagai
salah satu tenaga kesehatan yang sering berinteraksi dengan pasien, perawat harus
mampu memenuhi kebutuhan pasien, salah satunya adalah kebutuhan yang
berhubungan dengan sistem pernafasan. Penyusunan makalah ini belum
sempurna, untuk itu diperlukan peninjauan ulang terhadap isi dari makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Mitchell, Richard N et al. 2009. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit Robbins
dan Cotran ed.7. Jakarta : EGC.
Moorhead, Sue, dkk (ed). 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). Ed. 5 .
Mosby : United States of America.
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA (North American Nursing
Diagnosis Association) NIC – NOC. Yogyakarta : Mediaction Publishing.
PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator
Diagnostik. Jakarta : PPNI
39