Anda di halaman 1dari 45

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

SA DENGAN DIAGNOSA
PNEUMONIA DI RUANGAN ASOKA BOUNGENVILLE
RUMKIT TK. II R.W MONGISIDI MANADO

DOSEN
Ns. DWI YOGO BUDI PRABOWO, M. Kep
NIDN. 09225068803

OLEH
KELOMPOK IV
RIZKY ADIWIGUNA NIM 21200004
BILLY MAALALU NIM 212000

AKADEMI KEPERAWATAN RUMKIT TK. III MANADO


FEBRUARI 2023
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan kehadirat allah SWT


yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-NYA Yang telah memberikan
kesehatan serta kekuatan Sehingga penulis dapat menyelesaikan Asuhan
Keperawatan pada Ny. SA dengan diagnosa Pneumonia di ruangan Asoka
Boungenville Rumkit Tk. III R.W Mongisidi ini sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan tugas Metodologi keperawatan pada program studi diploma III
jurusan Keperawatan Akper Rumkit Tk. III Manado.

Penulis menyadari bahwa dalam Asuhan Keperawatan pada Ny. SA


dengan diagnosa Pneumonia di ruangan Asoka Boungenville Rumkit Tk. III R.W
Mongisidi ini tidak terlepas dari banyak pihak yang dengan tulus dan iklas
menyumbangkan doa, saran dan kritik sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal karya tulis ilmiah (KTI) ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Asuhan Keperawatan pada Ny.


SA dengan diagnosa Pneumonia di ruangan Asoka Boungenville Rumkit Tk. III
R.W Mongisidi ini masih terdapat banyak kekurangan atau jauh dari kata
sempurna, dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang penulis
miliki oleh karena itu penulis mengharapkan segala bentuk kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak dan kalangan. Akhir kata penulis berharap
semoga Asuhan Keperawatan pada Ny. SA dengan diagnosa Pneumonia di
ruangan Asoka Boungenville Rumkit Tk. III R.W Mongisidi ini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan khususnya di bidang
kesehatan.

Manado, Februari 2023

Kelompok IV
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan
Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru yang disebabkan oleh berbagai
mikroorganisme, termasuk bakteria, mikrobakteria, jamur, dan virus. (Brunner &
Suddarth,2011). Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang terdapat
konsolidasi dan terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang dapat
disebabkan oleh bakteri, virus. Jamur, dan benda-benda asing. (Muttaqin, 2008).
Pada masyarakat awam biasanya penyakit ini lebih dikenal dengan istilah paru-
paru basah, pada zaman dahulu untuk menyembuhkan penyakit ini biasanya
teknik gurah sering dipakai untuk mengeluarkan cairan lendir yang ada di dalam
tubuh (paru-paru) dengan menggunakan ramuan yang dimasukan kedalam rongga
hidung, namun sebenarnya teknik gurah ini beresiko akan menambah cairan yang
masuk ke dalam paru-paru dan dapat memperparah keadaan.(Sariasih, 2014).
Berdasarkan data WHO pada tahun 2013 terdapat 6,3 juta kematian di
dunia, dan sebesar 935.000 (15%) kematian disebabkan oleh pneumonia.
Sedangkan, di Indonesia kasus pneumonia mencapai 22.000 jiwa menduduki
peringkat ke delapan sedunia (WHO, 2014).

Bakteri penyebab pneumonia yaitu Streptococcus pneumonia yang


merupakan flora normal tenggorokan manusia yang sehat. Namun apabila daya
tahan tubuh menurun disebabkan oleh usia tua, gangguan kesehatan, maupun
asupan gizi, setelah menginfeksi bakteri tersebut akan memperbanyak diri.
Penyakit ini juga bisa menjadi infeksi yang serius apabila terjadi keterlambatan
penangan dan dapat berkembang menjadi sepsis yang berpotensi mengancam
jiwa (Misnadiarly,2008). Penyebaran infeksi dapat terjadi dengan cepat keseluruh
tubuh kerana melalui pembuluh darah. Gejala klinis secara umum adalah suhu
tubuh ≥38°C, batuk, sputum, peningkatan angka leukosit, pemeriksaan fisik
ditemukan adanya konsolidasi, suara napas brochial dan ronki (Brunner &
Suddarth,2011).
Pasien dengan pneumonia perlu dirawat di RS karena memerlukan
pengobatan yang memadai. Perawat dapat meningkatkan pengetahuan keluarga
dan masyarakat tentang penyakit pneumonia dengan memberikan penyuluhan
tentang pentingnya vaksinasi dan tidak merokok guna untuk mencegah penyakit
pneumonia. Penyakit pneumonia dapat dicegah dengan vaksinasi terhadap bakteri
penyebab pneumonia dan vaksin influenza. Di samping itu juga harus menjaga
kebersihan dengan rajin cuci tangan, tidak merokok, serta istirahat cukup dan diet
sehat untuk menjaga daya tahan tubuh. Pemberian antibiotik biasanya dilakukan
pada pasien penderita pneumonia.

Guna menghambat penyebaran bakteri. Pada pasien yang mengeluh


demam dan batuk dapat dikompres secara berkala, memberikan air hangat dan
perawat dapat mengajarkan batuk efektik untuk mempermudah mengeluarkan
sputum. Untuk mencegah terjadinya kekambuhan perawat dapat memberikan
penjelasan untuk mejaga pola hidup sehat dengan olahraga teratur, asupan yang
sehat, dan menghindari rokok

1.2 Rumusan masalah


Untuk mengetahui lebih lanjut dari perawatan penyakit ini maka penulis
akan melakukan kajian lebih lanjut dengan melakukan asuhan keperawatan pada
pasien Pneumonia dengan membuat rumusan masalah sebagai berikut
“Bagaimanakah asuhan keperawatan pada Ny. S A dengan diagnosa Pneumonia di
Ruang Asoka Boungenville di RS TK. III R.W Mongisidi ?”.

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu mengidentifikasi asuhan keperawatan pada pasien dengan


diagnosa Pneumonia di Ruang Asoka Boungenville RS Tk. III R.W Mongisidi

2. Tujuan Khusus

a. Mengkaji Ny. S.A dengan diagnosa Pneumonia di Ruang Ruang Asoka


Boungenville RS Tk. III R.W Mongisidi
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny. S.A dengan diagnosa keperawatan
Pneumonia di Ruang Asoka Boungenville Rs Tk. III R.W Mongisidi
c. Merencanakan asuhan keperawatan pada Ny. S.A dengan Pneumonia di
Ruang Asoka Boungenville Rs Tk. III R.W Mongisidi
d. Melaksanakan asuhan keperawatan pada Ny. S.A dengan diagnosa
Pneumonia di Ruang Asoka Boungenville Rs Tk. III R.W Mongisidi

1.4 Manfaat

Terkait dengan tujuan,maka tugas akir ini diharapkan dapat memberi manfaat:
1.Akademis
Hasil studi kasus ini merupakan sumbangan bagi ilmu pengetahuan
khususnya dalam hal asuhan keperawatan dengan kasus pneumonia .
Secara praktis,tugas akir ini akan bermanfaat bagi:
1.bagi pelayanan keperawatan di rumah sakit
Hal studi kasus ini ,dapat menjadi masukan bagi pelayanan di RSUD agar dapat
melakukan asuhan keperawatan dengan kasus pneumonia dengan baik
2.bagi peneliti
Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi peneliti berikutnya,yang
akan melakukan studi kasus pada asuhan keperawatan pada kasus pneumonia
3.bagi profesi kesehatan
Sebagai tambahan ilmu bagi profesi keperawatan dan memberikan pemahaman
yang lebih baik tentang asuhan keperawatan pada kasus pneumonia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas mengenai konsep dasar yang meliputi:
1:konsep pneumonia
2.konsep bersihan jalan napas tidak efektif
3.konsep asuhan keperawatan

2.1 Konsep Pneumonia


1.Definisi pneumonia
Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan (paru-
paru) tepatnya di alveoli yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme seperti
virus,bakteri,jamur,maupun mikroorganisme lainya
Pneumonia adalah inflamasi jaringan paru yang paling sering disebabkan
oleh infeksi dan didefinisikan sebagai adanya infiltrate paru pada foto
thoraks.penyakit pneumonia sering kali di derita sebagian besar kelompok usia
lanjut dan kelompok populasi denganpenyakit kronik sebagian akibat dari
kerusakan system imunitasi mereka yang sudah bias disimpulkan dari penjelasan
di atas pneumonia ialah infeksi paru bagian saluran prnapasan bawah akut disertai
gejala sesak napas dan batuk disebabkan oleh bakteri,virus maupun
jamur.penyakit pneumonia ini sering di derita usai lanjut di karenakan system
imunitasi tubuh sudah melemah.
2.Anatomi dan fisiologi
Anatomi pernapasan bagian atas:
1.hidung
Hidung atau nasal berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan
daari paru-paru,sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta
menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru-paru .nasal terdiri dari bagian
eksternal dan internal.bagian eksternal menonjol dari wajah dan disanggah oleh
tulang hidung dan kartilago ,dilindungi oleh otot-otot dan kulit,serta dilapisi olej
membrane mukosa.lapisan dalam terdiri dari selaput lender yang berlipat -lipat
yang dinamakan karang hidung yang berjumlah 3 buah :
a.konka nasalis inferior (karang hidung bagian bawah)
b.konka nasalis media (karang hidung bagian tengah)
c.konka nasalis superior (karang hidung bagian atas)
Dasar dari rongga hidung dibentuk oleh tulang rahang atas, ke atas rongga
hidung berhubungan dengan beberapa rongga yang disebut sinus
paranasalis yang terdiri dari :
a. Sinus maksilaris pada rongga rahang atas
b. Sinus frontalis pada rongga tulang dahi
c. Sinus sfenoidalis pada rongga tulang baji
d. Sinus etmoidalis pada rongga tulang tapis

Fungsi dari organ hidung antara lain :


a. Bekerja sebagai saluran udara pernapasan
b. Sebagai penyaring udara pernapasan yang dilakukan oleh bulu bulu
hidungc. Dapat menghangatkan udara pernapasan oleh mukosa
d. Membunuh kuman yang masuk bersama udara pernapasan oleh leukosit
yang terdapat dalam selaput lendir (mukosa) atau hidung
2. Faring
Pharynx atau Faring merupakan organ berbentuk corong sepanjang 15 cm
yang tersusun atas jaringan fibromuscular yang berfungsi sebagai saluran
pencernaan dan juga sebagai saluran pernafasan. Pharynx terletak setinggi Bassis
cranii (bassis occipital dan bassis sphenoid) sampai cartilage cricoid setinggi
Vertebrae Cervical VI. Bagian terlebar dari pharynx terletak setinggi os.
Hyoideum dan bagian tersempitnya terletak pada pharyngoesophageal junction.
Faring merupakan organ tubuh tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan
jalan makanan, terdapat di bawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan
mulut sebelah depan ruas tulang leher. Hubungan faring dengan organ lain
disekitarnya meliputi :
a. Ke atas berhubungan dengan rongga hidung dengan perantaraan lubang yang
disebut koana.
b. Ke depan berhubungan dengan rongga mulut yang disebut itsmus fausium.
c. Ke bawah terdapat dua lubang : ke arah depan lubang faring dan ke arah
belakang lubang esophagus
Rongga tekak dibagi dalam 3 bagian antara lain :
a. Bagian sebelah atas yang sama tingginya dengan koana disebut nasofaring
b. Bagian tengah yang sama tingginya dengan istmus fausium disebut orofaring.
c. Bagian bawah sekali disebut laringofaring
Pembentuk dinding faring yaitu sebagai berikut :
a. Membrane mukosa yang tersusun atas epitel squamos pseudokompleks
bersilia pada bagian atas dan epitel squamos kompleks di bagian bawah.
b. Submukosa
c. Jaringan fibrosa, membentuk fascia pharyngobasillaris yang melekat pada
bassis crania
d. Jaringan muskular yang terdiri atas otot sirkular dan longitudinal
e. Jaringan ikat longgar yang membentuk fascia buccopharyngeal
3. Laring
Larynx (laring) atau tenggorokan merupakan salah satu saluran pernafasan
(tractus respiratorius). Laring membentang dari laryngoesophageal junction dan
menghubungkan faring (pharynx) dengan trakea. Laring terletak setinggi
Vertebrae Cervical IV – VI. Laring juga bertindak sebagai pembentukan suara.
Laring atau pangkal tenggorokan itu dapat ditutup oleh sebuah empang tenggorok
yang disebut epiglottis yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsi pada
waktu kita menelan makanan menutupi laring. Laring terdiri dari 5 tulang rawan
antara lain :
a. Kartilago tiroid (1 buah) depan jakun, sangat jelas terlihat pada pria.
b. Kartilago ariteanoid (2 buah) yang berbentuk beker.
c. Kartilago krikoid (1 buah) yang berbentuk cincin.
d. Kartilago epiglotis (1 buah).
Pada laring terdapat pita suara yang berjumlah 2 buah terdiri dari bagian
atas adalah pita suara palsu tidak mengeluarkan suara disebut ventrikularis dan di
bagian bawah adalah pita suara sejati yang membentuk suara yang disebut vokalis
yang terdapat 2 buah otot Terbentuknya suara merupakan hasil kerja sama antara
rongga mulut, rongga hidung, laring, lidah dan bibir.
Pada pita suara palsu tidak terdapat otot oleh karena itu pita suara ini tidak
dapat bergetar, hanya antara kedua pita suara tadi dimasuki oleh aliran udara maka
tulang rawan gondok dan tulang rawan bentuk beker tadi diputar. Akibatnya pita
suara dapat mengencang dan mengendor dengan demikian sela udara menjadi
sempit atau luas. Perbedaan suara seseorang bergantung pada tebal dan
panjangnya pita suara.
4. Trakea
Trakea atau batang tenggorok merupakan lanjutan dari laring yang
dibentuk oleh 16–20 cincin yang terdiri dari tulang tulang rawan yang berbentuk
seperti kuku kuda (huruf C). Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang
berbulu getar yang disebut sel bersilia, hanya bergerak ke arah luar. Panjang
trakea 9-11 cm dan di belakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot
polos.
Trakea bersifat fleksibel, sehingga mampu mengalami kontraksi dan
kembali mengalami relaksasi ke ukuran semula. Kontraksi otot polos trakea akan
mengurangi ukuran diameter rongga trakea, dan pada keadaan ini dibutuhkan
tenaga yang cukup besar untuk mengeluarkan udara dari paru- paru. Tulang rawan
berfungsi mencegah terjadinya penyumbatan dan menjamin keberlangsungan
jalannya udara, walaupun terjadi perubahan tekanan selama pernafasan. Trakea
berfungsi sebagai tempat perlintasan 15 udara setelah melewati saluran pernafasan
bagian atas yang membawa udara bersih, hangat dan lembab. Pada trakea terdapat
sel-sel bersilia yang berguna untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk
bersama-sama dengan udara pernapasan. Yang memisahkan trakea menjadi
bronkus kiri dan kanan disebut karina

Anatomi saluran pernapasan bagian bawah :


5. Bronkus dan Bronkiolus
Bronkus atau cabang tenggorok merupakan lanjutan dari trakea, ada dua
buah yang terdapat pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V mempunyai
struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis set yang sama. Bronkus itu
berjalan ke bawah dan ke samping ke arah tampuk paru- paru. Bronkus kanan
lebih pendek dan lebih besar daripada bronkus kiri, terdiri dari 6 8 cincin
mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan 16 lebih ramping dari yang
kanan, terdiri dari 9-12 cincin mempunyai 2 cabang.
Bronkus bercabang-cabang, cabang yang lebih kecil disebut bronkiolus
(bronkioli). Pada bronkioli tak terdapat cincin lagi dan pada ujung bronkioli
terdapat gelembung paru atau gelembung hawa yang disebut alveolus

6.Paru paru

Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung (gelembung hawa, alveoli). Gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel
epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya lebih kurang 90 m2.
Pada lapisan ini terjadi pertukaran udara, O2 masuk ke dalam darah dan CO2
dikeluarkan dari darah. Paru-paru terletak di dalam rongga dada (mediastinum),
dilindungi oleh struktur tulang selangka. Rongga dada dan perut dibatasi oleh
suatu sekat disebut diafragma. Berat paru-paru kanan sekitar 620 gram, sedangkan
paru-paru kiri sekitar 560 gram. Masing- masing paru paru dipisahkan satu sama
lain oleh jantung dan pembuluh pembuluh besar serta struktur-struktur lain di
dalam rongga dada. Selaput yang membungkus paru-paru disebut pleura. Paru-
paru terbenam bebas 18 dalam rongga pleuranya sendiri. Paru-paru dibungkus
oleh selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi menjadi dua yaitu :
a. Pleura visceral (selaput dada pembungkus), yaitu selaput paru yang langsung
membungkus paru.
b. Pleura parietal, yaitu selaput yang melapisi rongga dada luar.
Antara kedua pleura ini terdapat ronggga (kavum) yang disebut kavum
pleura. Pada keadaan normal, kavum pleura ini hampa udara, sehingga paru-paru
dapat berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna
untuk meminyaki permukaan pleura, menghindari gesekan antara paru paru dan
dinding dada sewaktu ada gerakan bernafas

Paru-paru dibagi dua yaitu paru-paru kanan terdiri dari 3 lobus (lobus
dekstra superior, lobus media dan lobus inferior). Tiap lobus tersusun 19 atas
lobules. Paru-paru kiri terdiri dari pulmo sinistra lobus superior dan lobus inferior.
Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang lebih kecil bernama segmen. Paru-paru
kiri mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior dan 5 buah
segmen inferior. Paru-paru kanan mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen
pada lobus superior, 2 buah segmen pada lobus media dan 3 buah segmen pada
lobus inferior. Tiap tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan
yang bernama lobulus
Paru-paru berfungsi sebagai pertukaran oksigen dan karbondioksida yang
tidak dibutuhkan tubuh. Selain itu masih banyak lagi fungsi paru-paru diantaranya
sebagai penjaga keseimbangan asam basa tubuh. bila terjadi acidosis, maka tubuh
akan mengkompensasi dengan mengeluarkan banyak karbondioksida yang
bersifat asam ke luar tubuh. Dalam sistem ekskresi, fungsi paru-paru adalah untuk
mengeluarkan karbondioksida dan uap air. Dalam sistem pernapasan, fungsi paru-
paru adalah untuk proses pertukaran oksigen dan karbondioksida di dalam darah.
Dalam sistem peredaran darah, fungsi paru-paru adalah untuk membuang
karbondioksida di dalam darah dan menggantinya dengan oksigen.
Di dalam paru-paru terjadi proses pertukaran antara gas oksigen dan
karbondioksida. Setelah membebaskan oksigen, sel-sel darah merah menangkap
karbondioksida sebagai hasil metabolisme tubuh yang akan dibawa ke paru-paru.
Di paru-paru karbondioksida dan uap air dilepaskan dan dikeluarkan dari paru
paru melalui hidung
3.Klarifikasi
Klasifikasi pneumonia berdasarkan klinis dan epidemilogi serta letak
anatomi(Nursalam, 2016) sebagai berikut:
a. Klasifikasi pneumonia berdasarkan klinis dan epidemiologi
1. Pneumonia Komunitas (PK) adalah pneumonia infeksius pada seseorang yang
tidak menjalani rawat inap di rumah sakit.
2. Pneumonia Nosokomial (PN) adalah pneumonia yang diperoleh selama
perawatan di rumah sakit atau sesudahnya karena penyakit lain atau prosedur.
3. Pneumonia aspirasi disebabkan oleh aspirasi oral atau bahan dari lambung, baik
ketika makan atau setelah muntah. Hasil inflamasi pada paru bukan merupakan
infeksi tetapi dapat menjadi infeksi karena bahan teraspirasi mungkin
mengandung bakteri aerobic atau penyebab lain dari pneumonia.
4. Pneumonia pada penderita immunocompromised adalah pneumonia yang
terjadi pada penderita yang mempunyai daya tahan tubuh lemah.
b. Klasifikasi pneumonia berdasarkan letak anatomi
1. Pneumonia lobaris Pneumonia lobaris melibatkan seluruh atau satu bagian
besar dari satu atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal
sebagai pneumonia bilateral atau “ganda”.
2. Pneumonia lobularis (bronkopneumonia)
Bronkopneumonia terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang tersumbat oleh
eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang
berada didekatnya.
3. Pneumonia interstisial Proses implamasi yang terjadi di dalam dinding
alveolar (interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobular
4.Etiologi
Menurut(Adroja et al., 2020).ada beberapa penyebab dari pneumoni antara lain :
1. Bakteri : diplococus pneumoniae, pneumococcus, steplecocus aureus,
steptococus hemalitikus, dan hemophiliuz influenza, mekobakterium tuberculosis,
2. Virus : antara lain adenovirus, respiratori sinsitial virus, virus influenza dan
virus sitomegalitik
3. Jamur : histoplasma kapsulatum, kriptokokus neuroformans, blastameces
dermatitides, coccidodies immitis, aspergiles species dan candida albicans
4. Aspirasi : makanan korosinesis (bensin, minyak tanah), cairan amnion dan
benda asing
5.Manifestasi klinis
Pneumonia merupakan infeksi yang melibatkan alveoli dan bronkiolus.
Secara klinis pneumonia ditandai oleh berbagai gejala dan tanda. Gejala seperti
batuk dapat bersifat purulen ataupun mukopurulen. Gejala lain yang terjadi
meliputi demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritik. Selain itu dapat pula terjadi
gejala ekstrapulmoner meliputi mual, muntah, ataupun diare. Temuan lain seperti
delirium, penurunan fungsi fisik, anoreksia, lemah, ataupun pingsan dapat
merupakan gejala dan tanda awal ataupun gejala dan tanda tunggal pada
pneumonia.
Untuk pneumonia komunitas, manifestasi klinis pada usia lanjut memiliki
manifestasi klinis yang berbeda dengan pneumonia komunitas pada kelompok
usia lain. Manifestasi klinis pneumonia komunitas pada usia lanjut biasanya tidak
lengkap. Sebagai tambahan, terdapat keberagaman yang luas dari aspek gejala dan
tanda yang terjadi, dengan tidak didapatkannya asosiasi di antara gejala dan tanda
tersebut. Konfusi, perubahan kapasitas fisik secara fungsional, dan dekompensasi
dari penyakit penyebab, dapat muncul sebagai manifestasi klinis. Malnutrisi
merupakan salah satu keadaan yang ditemui pada kelompok usia lanjut.
6.Patogenesis
Pneumonia dapat menyebar dalam beberapa cara.virus dan bakteria yang basanya
ditemukan di hidung atau tenggorokan,dapat menginfeksi paru-paru jika
dihirup.bakteri dan virus juga bias menyebar melalui tetesan udara dari batuk atau
bersin.selain itu pneumonia dapat menyebar melalui darah.
Proses radang pneumonia dibagi empat stadium :
1.stadium I : kongesti
Kapiler melebar dan kongesti dalam alveolus eksudat jernih
2.stadium II : Hepatisasi merah
Lobus dan lobules yang terkena menjadi lebih padat dan tidak mengandung
udara,warna menjadi merah,pada perabahan seperti hepar,didalam alveolus
terdapat fibrin
3.stadium III : hepatitis kelabu
Lobus madih pada dan berwarna menjadi kelaby/pucat,permukaan plira suram
karena diliputi oleh fibris dan leucocyt,tempat terjadinya pagositosis
pneumococcus dan kapiler tidak lagi kongesti.
4.stadium IV : resolusi
Eksudat berkurang,didalam alveolus macrofah bertambah dan leucocyt necrosis
serta degenerasi lemak,fibrin kemudian diekskresi dan menghilang
7.patofisiologi
Parumerupakan struktur kompleks yang terdiri dari kumpulan-kumpulan
unit yang dibentuk melalui percabangan progresif pada jalan
napas.mikroorganisme dari lingkungan didalam udara yang dihirup,sterilitas
saluran napas bagian bawah adalah hasil mekanisme penyaringan dan
pembersihan yang efektif.pernapasan merupakan dasar dari penyakit paru,baik
perubahan yang didapatkan pada histopatologi akibat pada faal paru.saluran
pernafasaan secara fungsional dibagi menjadi satu bagian yang memiliki fungsi
sebagai konduksi (pengantar gas),dan satu bagian yang memiliki fungsi sebagai
respiraasi (pertukaran gas),udara seakan bolak balik diantara atmosfer dan jalan
nafas.laring menghubungkan faring dengan trakea yang terdiri dari kartilago
dengan kartilago epigloois terletak diatasnya.epiglotis berfungsi menghasilkan
reflek batuk dan melindungi saluran napas bawah terhadap aspirasi benda selain
udara.
Agent penyebab pneumonia masuk ke paru-paru melalui inhalasi atau pun
aliran darah. Diawali dari saluran pernafaasan dan akhirnya masuk ke saluran
pernapasan bawah. Reaksi peradangan timbul pada dinding bronchus
menyebabkan sel berisi eksudat dan sel epitel menjadi rusak. Reaksi inflamasi
dapat terjadi di alveoli, yang menghasilkan eksudat yang mengganggu jalan
napas, Sekret yang berlebih dan kental akan mengakibatkan bersihan jalan napas
tidak efektif.Gejala yang sering muncul meliputi dyspnea, ortopnea, dan
demam.Penularan yang biasanya terjadi melalui droplet sering disebabkan
streptococcus pneumonia, perubahan kekebalan tubuh pasien seperti gangguan
kekebalan dan penyakit kronik, polusi lingkungan, dan gangguan antibiotik yang
tidak tepat yang menimbulkan perubahan karakteristik kuman
8. Pathway pneumonia

Virus Bakteri Jamur Aspirasi

Saluran nafas bagian bawah

Kurangnya informasi
Pneumonia tentang penyakit
Penyebaran bakteri secara
limfa hematogen Defisit Pengetahuan

Meningkatnya metabolisme
Peningkatan produksi Reaksi radang pada
broncus dan alveolus tubuh untuk melawan
sekret
infeksi

Akumulasi sekret Atelektasis


Reaksi mengigil Kompensasi
kelelahan
cad. Lemak
digunakan
Gangguan difusi tubuh
Obstruksi jalan keletihan
Reaksi
nafas
peningkatan
Ketidakefektifan pola panas tubuh
nafas Deficit
Ketidakefektifan perawatan
bersihan jalan nafas hipertermi diri

Ketidakseimbangan
Resiko kekurangan nutrisi kurang dari
volume cairan kebutuhan tubuh

Kurangnya asupan
berserat

Konstipati
8.Komplikasi pneumonia
Komplikasi Pneumonia umumnya bisa diterapi dengan baik tanpa
menimbulkan komplikasi. Akan tetapi, beberapa pasien, khususnya kelompok
pasien risiko tinggi, mungkin mengalami beberapa komplikasi seperti bakteremia
(sepsis), abses paru, efusi pleura, dan kesulitan bernapas. Bakteremia dapat terjadi
pada pasien jika bakteri yang menginfeksi paru masuk ke dalam aliran darah dan
menyebarkan infeksi ke organ lain, yang berpotensi menyebabkan kegagalan
organ.Pada 10% pneumonia dengan bakteremia dijumpai terdapat komplikasi
ektrapulmoner berupa meningitis, arthritis, endokarditis, perikarditis, peritonitis,
dan empiema. Pneumonia juga dapat menyebabkan akumulasi cairan pada rongga
pleura atau biasa disebut dengan efusi pleura. Efusi pleura pada pneumonia
umumnya bersifat eksudatif. Efusi pleura eksudatif yang mengandung
mikroorganisme dalam jumlah banyak beserta dengan nanah disebut empiema.
Jika sudah terjadi empiema maka cairan perlu di drainage menggunakan chest
tube atau
dengan pembedahan.
9,Penatalaksanaan pneumonia
Untuk pasien yang penyakitnya tidak terlalu berat,untuk sementara bias
diberikan antibiotic per oral terlebih dahulu dan tetap istirahat di rumah,untuk
penderita yang lebih tua dengan penyakitnya yang berkaitandengan penyakit
jantung dan penyakit paru lainnya,harus dirawat inap karena untuk pemberian
antibiotiknya harus diberikan melalui selang infus,dan mungkin perlu diberikan
oksigen tambahan,cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik,kebanyakan
penderita akan memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaan akan
membaik dalam kurang waktu 2 minggu.penatalaksaan untuk pasien pneumoni
tergantung pada penyebab,karena antibiotic yang akan diberikan sesuai hasil
kultur.
Karena penyebab pneumonia bervariasi membuat penanganannya pun
akan disesuaikan dengan penyebab tersebut.selain itu, penanganan dan
pengobatan pada penderita pneumoni tergantung dari tingkat keparahan gejala
yang timbuldari infeksi pneumoni itu sendiri.

10. Pemeriksaan penunjang


Pemeriksaan penunjang menurut Betz dan Sowden (2002) dapat
dilakukan antara lain :
a. Kajian foto thorak– diagnostic, digunakan untuk melihat adanya infeksi di
paru dan status pulmoner (untuk mengkaji perubahan pada paru).
b. Nilai analisa gas darah, untuk mengevaluasi status kardiopulmoner
sehubungan dengan oksigenasi.
c. Hitung darah lengkap dengan hitung jenis untuk menetapkan adanya
anemia, infeksi dan proses inflamasi.
d. Pewarnaan gram (darah) untuk seleksi awal antimikroba.
e. Tes kulit untuk tuberkulin– mengesampingkan kemungkinan TB jika
anak tidak berespons terhadap pengobatan.
f. Jumlah leukosit– leukositosis pada pneumonia bacterial
g. Tes fungsi paru, digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan
luas dan beratnya penyakit dan membantu mendiagnosis keadaan.
h. Spirometri statik, digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang
diinspirasi.
i. Kultur darah – spesimen darah untuk menetapkan agens penyebabnya
seperti virus dan bakteri.
j. Kultur cairan pleura– spesimen cairan dari rongga pleura untuk
menetapkan agens penyebab seperti bakteri dan virus.
k. Bronkoskopi, digunakan untuk melihat dan memanipulasi cabang- cabang
utama dari pohon trakeobronkhial; jaringan yang diambil untuk diuji
diagnostik, secara terapeutik digunakan untuk menetapkan dan
mengangkat benda asing.
l. Biopsi paru– selama torakotomi, jaringan paru dieksisi untuk melakukan
kajian diagnostik
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Identitas
1. Nama : Ny. S A
2. Umur : 42 Th
3. Jenis Kelamin :P
4. Agama : Islam
5. Suku/Bangsa : Indonesia
6. Pendidikan : SMA
7. Pekerjaan : IRT
8. Alamat : Lk. III Tuminting Manado
9. Tanggal Masuk Rs : 09-02-2023
10. Ruangan/kelas : Asoka Boungenville
11. No Rekam Medik : 238799
12. Diagnosa masuk : Demam naik turun selama 3 minggu, batuk, sakit
kepala
13. Tanggal Pengkajian : 13 Februari
14. Penanggung jawab :
a. Nama : Tn S K
b. Umur : 48 Th
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan : IRT
e. Hubungan dengan pasien : Kakak

B. Riwayat Sakit dan Kesehatan


1. Keluhan utama :
Lemas

2. Riwayat keluhan utama : Pasien mengatakan merasa demam dan lemas, dengan
suhu 36,8 C, untuk makan dan minum masih dibantu sebagian oleh keluarga
3. Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang ke IGD pada tanggal 9 Februari
2023 dengan keluhan demam selama 3 minggu, batuk, pilek dan sedikit sesak
pada bagian dada, kemudian pada tanggal 10 februari pasien dirawat di ruangan
asoka boungenville
4. Riwayat Penyakit dahulu : Pasien mengatakan bahwa belum pernah
mengalami penyakit ini sebelumnya, bila demam tidak sampai 3 minggu
5. Riwayat alergi : Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat
alergi makanan maupun obat
6. Riwayat kesehatan keluarga : Pasien mengatakan pada keluarga tidak
memiliki riwayat penyakit seperti ini.
7. Genogram (minimal 3 generasi) :

X X X X X X X
X

X X X X
Ket :
= Laki-laki

= Perempuan

X = Meninggal

= Pasien

= Tinggal serumah
C. Pola Fungsi Kesehatan (menurut pola Gordon)
1. Pola persepsi dan manajemen kesehatan
a. Sebelum sakit
Pasien sebelumnya belum mengetahui tentang penyakit yang dideritanya

b. Saat sakit
Pasien langsung dating ke rumah sakit karena sudah tidak bias menahan rasa
sakitnya dan ingin mengetahui pengobatan dan perawatan untuk mengobati
penyakitnya.

Keterangan Sebelum sakit Saat sakit


3x sehari 2x sehari
Frekuensi
(Porsi habis) (mampu ½ porsi)
Jenis Nasi, Buah-buahan Bubur
Porsi Habis 1 porsi ½ porsi
Total Konsumsi +/- 1000 Kkal +/- 400-500 Kkal
Makanan pantangan Tidak ada pantangan Pedas, asam
Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
Keluhan
2. Pola nutrisi dan metabolisme

3. Pola istirahat tidur

Keterangan Sebelum sakit Saat sakit

Jumlah jam tidur 1-2 jam Sulit untuk tidur siang


siang (Pkl. 13.00-14.00 WITA)

Jumlah jam tidur 8 jam 5-6 jam


malam (Pkl 21.00-05.00 WITA) (Pkl 23.00-05.00
WITA)
Pengantar tidur Pasien mengatakan tidak Pasien mengatakan
ada pengantar tidur tidak ada pengantar
tidur

Gangguan tidur Tidak ada gangguan Demam, Kondisi


tidur ruangan yang sering
kali ribut

Perasaan waktu Segar Lemas, Pusing


bangun

Masalah :
4. Pola aktivitas dan latihan
a. Alat bantu : Tidak menggunakan alat bantu
b. Kebersihan diri
1) Mandi : Belum pernah mandi, hanya dilap
2) Gosok gigi : 2x sehari
3) Kebersihan rambut : tampak lepek
4) Kebersihan kuku : tampak bersih
c. Aktivitas sehari-hari : masih perlu bantuan
d. Rekreasi : tidak ada
e. Kemampuan perawatan diri

Kemampuan Perawatan Diri


Aktivitas 0 1 2 3 4

Mobilitas rutin X

Waktu senggang X

Eliminasi/Toileting X

Mobilitas di tempat tidur X

Mandi X

Berjalan X

Makan dan minum X

Berpakaian X

Berhias X

Tingkat ketergantugan X

Keterangan :
Skor : 15
0 : Mandiri
1 : Dibantu sebagian
2 : Perlu bantuan orang lain
3 : Perlu bantuan orang lain dan alat
4 : Tergantung/tidak mampu
5. Pola eliminasi
a. Eliminasi urin
Pola Eliminasi Urin
Keterangan Sebelum sakit Saat sakit
Frekuensi 5-6x sehari 2-4x sehari
Pancaran Kuat Kuat
Jumlah +/- 400-500 cc/hari +/- 200 cc/hari
Bau Khas urine Khas Urine
Warnah Kuning Kuning
Perasaan setelah BAK Lega Lega
Total produksi +/- 400-500 cc/hari +/- 200 cc/hari
Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan

b. Eliminasi alvi
Pola Eliminasi Alvi
Keterangan Sebelum sakit Saat sakit
Frekuensi 1x sehari Selama perawatan
dari tgl 10-2-2023
sampai tgl 13-02-
2023 baru 1x pada tgl
12-02-2023
Konsistensi Lembek Lembek
Bau Khas Feses Khas Feses
Warnah Kuning Kuning
Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan

6. Pola nilai dan kepercayaan

Pola Nilai Dan Kepercayaan


Keterangan Sebelum sakit Saat sakit
Nilai khusus Pasien seorang yang taat kepada
Pasien sering berdoa agar
Allah SWT cepat diberikan
kesembuhan
Praktik ibadah Dapat melakukan solat dimesjid
Solat hanya dilakukan di
tempat tidur
Pengetahuan tentang praktik Pasien yakin Allah SWTPasien yakin Allah SWT akan
ibadah selama sakit membantu semua memberikan
masalah yang dihadapi kesembuhan

7. Pola seksual reproduksi


a. Riwayat perkawinan
1) Menikah / belum : Menikah
2) Umur waktu menikah : 30 tahun
3) Lama perkawinan/lebih : 12 tahun

b. Riwayat reproduksi
1) Haid/ manerche : 16 tahun
2) Lama haid : 5 hari
3) Siklus haid : Tidak teratur
c. Riwawayat kehamilan
1) Hamil / tidak : Tidak sementara hamil
2) Riwayat persalinan : belum ada riwayat persalinan
3) Riwayat aborsi : tidak ada riwayat aborsi
d. Pola seksual
1) Gangguan seksual : tidak ada gangguan seksual
2) Aktivitas seksual : tidak ada masalah
3) Sebelum sakit : tidak ada masalah
4) Sesudah sakit : selama sakit tidak melakukan hubungan
seksual

8. Pola kognitif perceptual


a. Bicara : Jelas dan mudah dipahami
b. Bahasa : Indonesia, Manado
c. Kemampuan membaca : Baik
d. Tingkat ansietas : Tidak ada perasaan cemas
e. Nyeri : Tidak merasakan nyeri

9. Pola mekanisme koping


a. Kaji faktor yang menimbulkan stres
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami stress

b. Respon untuk mengatasi stres dengan koping efektif


Pasien mengatakan selama sakit masih bisa berbicara dengan keluarga

10. Pola peran hubungan


a. Status perkawinan : kawin
b. Pekerjaan : IRT
c. Kualitas bekerja : Baik
d. Hubungan dengan orang lain : Baik
e. System dukungan : Selalu mendapat dukungan dari
keluarga

11. Pola persepsi diri dan konsep diri


a. Gambaran diri :
Pasien merasa dirinya sakit dan memerlukan pertolongan

b. Identitas diri :
Pasien mampu mengenali dirinya sebagai seorang ibu rumah tangga

c. Peran diri :
Selama ini pasien berperan sebagai seorang istri dan ibu bagi keluarganya

d. Ideal diri :
Pasien mengatakan ingin segera sembuh dan dapat beraktifitas seperti biasa

e. Harga diri :
Pasien tidak merasa minder dengan keadaanya sekarang

D. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : sedang
2. Kesadaran : CM

GCS :E4M6V5
3. Tanda-tanda vital :Tekanan darah : 100/74 mmHg
Nadi : 115 / menit
Respirasi : 20
Suhu badan : 36,8 C
4. Tinggi badan : 163
5. Berat badan :
a. Sebelum sakit: 69 kg
b. Saat dikaji : 65 kg
6. Nilai IMT : 24,5

7. Kepala
inspeksi
a. Bentuk kepala : Bulat
b. Warna rambut : Beruban
c. Penyebaran : tidak merata

palpasi
a. Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan
b. Benjolan/lesi : tidak ada benjolan

8. Wajah
Inspeksi
a. Pergerakan wajah : simetris
b. Ekspresi wajah : biasa
c. Warna kulit : sawo matang
9. Mata
Inspeksi
a. Konjungtiva : anemis
b. Sklera : ikterik
10.Hidung
Inspeksi
a. Septum hidung : tidak terdapat sputum hidung dan tidak ada tanda
inflamasi
b. sekret : tidak terdapat sekret
Palpasi : tidak ada nyeri tekan

11.Telinga
Inspeksi
a. Bentuk : Simetris
b. Lesi : tidak ada lesi di telinga
c. Peradangan : tidak ada peradangan pada telinga
12.Mulut
Inspeksi
a. Mukosa : lembab
b. Warna : merah agak pucat
c. Gusi : normal berwarna merah muda
d. Peradangan : tidak ada peradangan pada mulut
e. Gigi : tidak ompong
f. Lidah : tidak ada kelainan pada lidah dan berwarna merah muda
12. Leher
Inspeksi
a. Warna : sawo matang
b. Tonsil : tidak ada peradangan pada tonsil

Palpasi
Kelenjar Tiroid : tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid

13. Thoraks dan paru


Inspeksi : pergerakan simetris

Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan bentuk simetris

Perkusi : Sonor

Auskultasi : normal tidak ada suara wheezing dan ronchi

14. Abdomen
Inspeksi : tidak ada benjolan dan luka operasi diperut

Auskultasi : terdengar Gerakan peristaltic 15x/menit

Perkusi : tymphani

palpasi : tidak ada rasa nyeri saat ditekan


15. Genetalia dan Anus
Inspeksi
a. Genetalia : tidak terpasang kateter
b. Anus : normal, tidak ada ambeyen
c. Kebersihan : tidak dikaji

16. Ekstremitas : Kekuatan otot

4
4 4

Ket:
0 : Otot tidak mampu bergerak
1 : Tampak kontraksi atau ada sedikit gerakan
2 : Mampu menahan tegak yang berarti dapat melawan gaya gravitasi
tapi dengan sentuhan akan jatuh.
3 : Mampu menahan tegak walaupun sedikit didorong tetapi tidak melawan
tekanan / dorongan dari pemeriksa.
4 : Kekuatan kurang dari sisi lain.
5 : Kekuatan utuh

a. Ekstremitas atas
Inspeksi :
Tangan kanan dan tangan kiri simetris, tangan kanan terpasang infus Nacl 0,9% 20
tetes/menit , keadaaan area yang ditusuk infus tampak bersih
Palpasi :
Tidak ada benjolan dan nyeri tekan

b. Ekstremitas bawah
Inspeksi :
Tampak simetris kaki kanan dan kiri
Palpasi :
Tidak ada eudema
17. Saraf
Pemeriksaan 12 Saraf Kranial

N1 : normal Ket.: dapat membedakan bau


N2 : normal Ket.: dapat mendeteksi cahaya, warna
N3 : normal Ket.: pupil mengecil saat terkena cahaya
N4 : normal Ket.: pasien dapat menggerakan bola mata secara normal
N5 :normal Ket.: dapat merasakan sensasi halus dan kasar
N6 : normal Ket.: dapat mengontrol pergerakan mata
N7 : normal Ket.: dapat mengontrol ekspresi wajah secara normal
N8 : normal Ket.: dapat menyeimbangkan tubuh secara normal
N9 : normal Ket.: dapat menggerakan lidah
N10 : normal Ket.: dapat mengontrol pernafasan
N11 : normal Ket.: dapat menggerakan leher
N12 : normal Ket.: dapat berkomunikasi dengan jelas

E. Data Penunjang
1. Pemeriksaan Diagnostik
Tanggal : 09-02-2023
Pemeriksaan Diagnostik : Urine

Pemeriksaan Hasil Normal Satuan


Leb
Glukosa Negative Negative Mg/dL
Bilirubin Negative Negative Mg/dL
Keton Negative Negative Mg/dL
S. G 1.010 1.05-1.030
PH 6.0 5.0-8.5
Protein 1+ Negative Mg/dL
Urobilinogen 0.2 0.2 Eu/dL
Nitrit Negative Negative
leukosit Negative Negative

2. Pemeriksaan Diagnostik
Tanggal : 09-02-2023
Pemeriksaan Diagnostik : Rapid Swab Antigen

Pemeriksaan Hasil Normal


Leb
Rapid Antigen Negative Negative

3. Pemeriksaan Diagnostik
Tanggal : 09-02-2023
Pemeriksaan Diagnostik : EKG
Dx : Sinus Tachycardia

4. Pemeriksaan Diagnostik
Tanggal : 09-02-2023
Pemeriksaan Diagnostik : Thorax
Dx : Mild Cardiomegaly , bronchopneumonia
5. Pemeriksaan Diagnostik
Tanggal : 10-02-2023
Pemeriksaan Diagnostik : Malaria rapid
Hasil : Negative
6. Pemeriksaan Diagnostik
Tanggal : 09-02-2023
Pemeriksaan Diagnostik : Darah lengkap

Pemeriksaan Hasil Normal Satuan


Leb
WBC 24,2 5,0-10,0 10^3/uL
HGB 10,5 12.0-15.0 g/dL
PLT 809 150-450 10^3/uL

7. Pemeriksaan Diagnostik
Tanggal : 10-02-2023
Pemeriksaan Diagnostik : Kimia Klinik

Pemeriksaan Hasil Normal Satuan


Leb
HBsAg Negative Negative
Kimia Klinik
GDS 142 80-140 Mg/dL
Ureum 22 10-50 Mg/dL
Creatinin 1.15 0.7-1.3 Mg/dL
SGOT 43 0-37 U/L
SGPT 29 0-42 U/L
Elektrolit
Natrium 126 135-155 Mmol/L
Kalium 3.3 3.6-5.5 Mmol/L
Clorida 98 95-108 Mmol/L

8. Pemeriksaan Diagnostik
Tanggal : 12-02-2023
Pemeriksaan Diagnostik : Darah Lengkap

Pemeriksaan Hasil Normal Satuan


Leb
WBC 22.3 5,0-10,0 10^3/uL
HGB 8.7 12.0-15.0 g/dL
PLT 711 150-450 10^3/uL

8. Pemeriksaan Diagnostik
Tanggal : 13-02-2023
Pemeriksaan Diagnostik : Darah PRC
Jenis darah O+
Volume = 200 cc

9. Terapi yang diberikan


Tanggal : 13-02-2023
Pemberian Terapi

No Therapi Dosis Cara


pemberian
1. NaCl 0.9% 500 cc/8jam IV
2. PCT 500 mg 3x1 sesudah PO
makan
3. Sucralfat Syp 10 cc/8jam PO
4. Ondancentron 4 mg/12 jam IV
5. Pumpirol 40 mg/12 jam IV
6. Natrium Asetilisteine 3x20 mg PO
7. Levofloxapil 750 mg/24 jam IV

F. Tindakan Pembedahan
Tanggal Pembedahan : Tidak dilakukan pembedahan
Nama Tindakan yg diberikan : Tidak ada tindakan pembedahan
PENGELOMPOKAN DATA
1. DS : pasien mengeluh demam dan merasakan lemas dan mengalami kesulitan
tidur
DO : Pasien tampak memejamkan mata untuk mencoba istirahat/tidur
TD : 100/74 mmHg Makanan : Bubur
Suhu : 36.8 C Tidak memakai O2
R : 20 Tidak memakai popok
N : 115
Pemeriksaan Diagnostik
Tanggal : 12-02-2023
Pemeriksaan Diagnostik : Darah Lengkap

Pemeriksaan Hasil Normal Satuan


Leb
WBC 22.3 5,0-10,0 10^3/uL
HGB 8.7 12.0-15.0 g/dL
PLT 711 150-450 10^3/uL

2. DS : Pasien mengatakan tidak selera untuk makan


DO : Untuk makan hanya habis ½ porsi makanan (bubur)
BB sebelum sakit : 69 Kg
BB setelah sakit : 65 Kg

Analisa Data
No Data Etiologi/Faktor Masalah
Resiko
1 DS : pasien mengeluh lemas Kelemahan Intoleransi
dan merasakan demam Aktivitas
DO: pasien hanya terbaring (D.0056)
lemas di bed dan terpasang
infus
TD : 100/74 mmHg
Suhu : 36.8 C
R : 20
N : 115
HB : 8,7
Transfusi : 230 CC ( O ) PRC

2 DS : pasien mengatakan Hambatan


kesulitan tidur dikarenakan Gangguan pola
Lingkungan tidur ( D.0055)
sesekali terbangun karena
rebut diruangan

DO : Pasien tampak sesekali


memejamkan mata untuk
mencoba tidur
jam tidur : 13.00-14.00 WITA

DS : pasien mengatakan tidak


3 Faktor Psikologis
selera untuk makan Resiko deficit
DO : pasien menghabiskan ½ nutrisi (D.0032)
porsi makanan dan berat badan
menurun 4 kg selama sakit
BB awal 69 kg
BB setelah sakit 65 kg

G. Diagnosis Keperawatan Berdasarkan Prioritas Masalah


1. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan d.d mengeluh lemas
2. Gangguan pola tidur b.d hambatan lingkungan d.d mengeluh sulit tidur
3. Risiko deficit nutrisi b.d factor psikologis
4. RENCANA KEPERAWATAN

No. Hari/tanggal Diagnosis Keperawatan Luaran/Outcame Intervensi


1 Senin D.0056 L.05047 I. 05178
13-02-2023
Intoleransi aktivitas b.d Toleransi Aktivitas Manajemen Energi
kelemahan d.d mengeluh
Setelah dilakukan tindakan O = - Identifikasi gangguan fungsi tubuh
lemas
keperawatan selama 1x8 jam yang mengakibatkan kelelahan
maka toleransi aktifitas
- monitor kelelahan fisik dan
meningkat dengan kriteria
emosional
hasil :
- monitor pola dan jam tidur
a. frekuensi nadi meningkat
T = - sediakan lingkungan nyaman dan
b. kemudahan dalam
rendah stimulus
melakukan aktivitas sehari-
hari meningkat - Berikan aktifitas distraksi yang
menenangkan
c. keluhan Lelah menurun
E = - Anjurkan tirah baring
d. keluhan lemah menurun
- anjurkan menghubungi perawat jika
tanda & gejala kelelahan tidak
berkurang
- ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelalahan
K = - Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan

I. 09265
L.05045
Dukungan Tidur
Pola Tidur
O = - Identifikasi pola aktifitas dan tidur
2 Senin Gangguan pola tidur b.d Setelah dilakukan tindakan
13-02-2023 hambatan lingkungan d.d keperawatan selama 1x8 jam - identifikasi factor pengganggu tidur
mengeluh sulit tidur maka Pola tidur membaik
T = - Modifikasi lingkungan
dengan kriteria hasil :
a. Keluhan sulit tidur meningkat
- fasilitasi menghilangkan stress
sebelum tidur
b. Keluhan istirahat tidak cukup
- tetapkan jadwal tidur rutin
meningkat
E = - jelaskan pentingnya tidur cukup
selama sakit
- anjurkan menepati kebiasaan waktu
tidur
- ajarkan menghindari makanan /
minuman yang mengganggu tidur
I. 03111
L.03030 Manajemen gangguan makan
Status Nutrisi O = - Monitor asupan dan keluarnya
makanan dan cairan serta kebutuhan
Setelah dilakukan tindakan
kalori
keperawatan selama 1x8 jam
maka status nutrisi membaik T = - timbang berat badan secara rutin
3 Senin Resiko deficit nutrisi b.d factor dengan kriteria hasil :
- diskusikan perilaku makan dan
13-02-2023 psikologis a. Porsi makanan yang jumlah aktivitas fisik yang sesuai
dihabiskan meningkat - rencanakan program pengobatan
b. Berat badan membaik untuk pengobatan dirumah
E = - anjurkan membuat catatan harian
tentang perasaan dan situasi pemicu
pengeluaran makanan
- ajarkan pengaturan diet yang tepat
- ajarkan keterampilan koping untuk
penyelesaian masalah perilaku
makanan
K = - kolaborasi dengan ahli gizi tentang
target berat badan, kebutuhan kalori
dan pilihan makanan.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/
No.
Tgl/ Jam Implementasi Respon Paraf
Dx
Shift
Selasa 1 09.30 Memonitor pola dan jam tidur
14-02- S = pasien mengatakan sulit untuk tidur siang,
2023 kemudian pada malam hari pkl 23.00 – 05.00
sering terbangun karena ruangan sering kali
rebut

10.00 Menyediakan lingkungan nyaman dan


rendah stimulus

Menganjurkan menghubungi perawat jika S = pasien memahami dan mengerti apa yang
10.20
tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang disampaikan oleh perawat
2 Mengidentifikasi factor penganggu tidur S = Pasien mengatakan sering terbangun pada
11.15 malam hari karena sering kali ruangan rebut

Memodifikasi lingkungan
12.00 S= pasien memahami dan mengerti
Menjelaskan pentingnya tidur cukup selama
12.45 pentingnya tidur cukup untuk mempercepat
sakit
proses penyembuhan

13.15 Memonitor asupan dan keluarnya makanan


dan cairan serta kebutuhan kalori
3

13.20
Merencanakan program pengobatan untuk
perawatan dirumah
13.35 Mengajarkan pengaturan diet yang tepat
EVALUASI KEPERAWATAN
Hari/Tanggal No Evaluasi Paraf
Dx
Rabu 1 S: Pasien mengatakan keadaan sudah mulai membaik, rasa lemas sudah mulai
15-02-2023 berkurang , sudah terasa lebih segar

O: Pasien tampak terlihat lebih bersemangat, raut wajah sudah mulai tampak cerah

A: Masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan

2 S : Pasien mengatakan keluhan sulit tidur menurun, pasien mengatakan keluhan


sering terbangun pada malam hari sudah tidak dan merasa cukup tidur

O : Pasien tampak segar, keadaan umum pasien baik, kantong mata pada pasien
tampak berkurang
A : Gangguan pola tidur teratasi

P : Intervensi dihentikan

3 S : Pasien mengatakan sudah mulai ada selera untuk makan

O : Porsi makanan pasien tampak mulai bertambah dari sebelumnya, makanan pagi
dan siang tampak habis dimakan

A : Masalah teratasi

P : Intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai