Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

I DENGAN
BRONKOPNEUMONIA DI RUANG MAGDALENA

RS IMMANUEL BANDUNG

DISUSUN OLEH :

DINI ROSTIKA 1440119002

FEBBY AMALIA S 1440119006

NOVI ROSDIANTI 1440119003

SABRINA SRI L 1440119004

PRODI D3 KEPERWATAN 2019

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG

Jl.KH.Wahid Hasyim /Kopo No. 161 Bandung – 40234

TAHUN AJARAN 2021

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah kami panjatkan puji syukur kami ke hadirat Allah SWT.
Sehingga penulis telah menyelesaikan Laporan Pendahuluan dan Laporan Kasus
pada Asuhan Keperawatan Bronkopeneumonia Pada Tn. I di RS Immanuel
Bandung dengan tepat waktu.

Salah satu tujuan penulis dalam menulis laporan ini adalah sebagai
dokumentasi dan juga bentuk evaluasi kegiatan praktik Keperawatan Medikal
Bedah I dan II. Laporan yang penulis buat ini berdasarkan data-data yang valid
yang telah dikumpulkan dalam berbagai metode.

Penulis menyampaikan terima kasih pada beberapa pihak yang ikut


mendukung proses pembuatan laporan ini hingga selesai. Yaitu:

1. Komkordik RS Immanuel Bandung


2. Bapak/ibu dosen STIKES Immanuel Bandung
3. Kakak perawat di ruangan Magdalena dan Filipus yang sudah membimbing
kami
4. Orang Tua dan Teman – teman penulis, terimakasih banyak yang sudah
mendukung kami

Penulis menyadari atas ketidak sempurnaan penyusunan laporan ini.


namun penulis tetap berharap laporan ini akan memberikan manfaat bagi para
pembaca. Demi kemajuan penulis, penulis juga mengharapkan adanya masukan
berupa kritik atau saran yang berguna.

Terima kasih.

Bandung, 14 November 2021

Kelompok 1

DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bronkopneumonia merupakan peradangan pada paru-paru yang mengenai
satu atau beberapa lobus diparu-paru yang ditandai dengan adanya bercak-
bercak infiltrate yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda asing.
Bakteri-bakteri ini mampu menyebar dalam jarak dekat melalui percikan
ludah saat penderita bersin atau batuk, yang kemudian terhirup oleh orang
disekitarnya. Bronkopneumonia disebut juga pneumonia loburalis dan
dinyatakan dengan adanya daerah infeksi yang terdapat bercak dengan adanya
daerah infeksi sekitar 3-4 cm yang mengelilingi dan melibatkan bronkus
(Padila, 2013).
Bronkopneumonia biasanya didahului dengan infeksi saluran nafas akut
selama beberapa hari. Selain itu didapatkan nyeri dada dan batuk dengan
dahak
kental, terkadang dapat berwarna kuning hingga hijau (Wahid, 2013).
Terdapatnya benda asing seperti sekret pada saluran pernafasan sehingga
menghambat saluran pernafasan, maka muncul masalah ketidakefektifan
bersihan jalan nafas dengan penanganan keperawatan menjaga kelancaran
pernafasan (suction atau hisap sekret, ekstensi kepala, ubah posisi rutin),
postural drainage, fisioterapi dada dan menjaga lingkungan bersih dan aman
(Wijaya, 2013).
Menurut laporan (World Health Organization) WHO 2010
memperkirakansetiap tahunnya penyakit bronkopneumonia berperan dalam
satu juta penyakit pernafasan yang mematikan. Di dunia penyakit ini
terbanyak dinegara negara berkembang seperti di Afrika dan Asia. Sekitar
800.000 orang hingga satu juta orang.
Berdasarkan data dari Riskesdas (2018) prevalensi penyakit pneumonia
mengalami kenaikan dari 1,6% menjadi 2%. Sedangkan hasil tinjauan kasus
pada tahun 2017 penderita pneumonia digolongkan berdasarkan jenis
kelamin, jumlah penderita pneumonia pada perempuan (46%) lebih sedikit
dibandingkan dengan kasus pneumonia pada laki- laki (54%). Dari data yang
diperoleh dari RSUD Ungaran di ruang dahlia pada periode bulan Januari
sampai Februari 2020 terdapat 5 orang yang mengalami penyakit
bronkopneumonia pada pasien dewasa madya dan lanjut usia yang berusia
sekitar 45-64 tahun. Faktor resiko yang meningkatkan kematian (mortalitas)
akibat pneumonia merupakan gabungan faktor resiko insiden ditambah
dengan faktor tatalaksana di pelayanan kesehatan meliputi ketersediaan
pedoman tatalaksana, ketersediaan tenaga kesehatan terlatih yang memadai,
kepatuhan tenaga kesehatan terhadap pedoman, ketersediaan fasilitas yang
diperlukan untuk pneumonia (obat, oksigen, perawatan intensif), prasarana
dan sistem rujukan (Depkes RI, 2012).
B. Rumusan masalah
1. Jelaskan apa yang di maksud dengan bronkpneumonia ?
2. Bagaimana anatomi fisiologi system pernafasan ?
3. Bagaimana etiologi pada bronkpneumonia ?
4. Jelaskan patofisiologi pada bronkpneumonia ?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang pada bronkpneumonia ?
6. Bagaimana penatalaksanaan bronkpneumonia ?
7. Bagaimana asuhan keperawatan bronkpneumonia ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud bronkpneumonia
2. Untuk mengetahui anatomi fisiologi system pernafasan
3. Untuk mengetahui etilogi pada bronkpneumonia
4. Untuk mengetahui patofisiologi bronkpneumonia
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada bronkpneumonia
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan bronkpneumonia
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan bronkpneumonia
D. Manfaat
a. Manfaat untuk mahasiswa
1. Laporan ini bermanfaat bagi mahasiswa dalam menegmbangkan ilmu
pengetahuan yang dimiliki khususnya menegnai asuhan keperawatan
pada bronkopneumonia
2. Laporan ini dapat dijadikan referensi materi pembelajaran menegani
proses asuhan keperawatan
b. Manfaat untuk masyarakat
1. Laporan ini dapat dijadikan pedoman untuk memberikan pelayanan
kesehatan yang baik bagi masyarakat
2. Laporan ini dapat memberi infomasi bagi masyarakat mengenai
asuhan keperawatan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Bronkopneumonia adalah suatu cadangan pada parenkim paru yang
meluas sampai bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada
jaringan paru melaui cara penyebaran langsung melalui saluran pernafasan
atau melaui hematogen sampai ke bronkus (Sujono & Sukarmin, 2009).
Bronkopneumonia adalah suatu peradangan pada paru - paru yang bisa di
sebabkan oeh bermacam – macam penyebab seperti : virus, bakter, jamur,
benda asing. (Wijaya,2013)
Bronkopneumonia adalah suatu infeksi akut pada paru–paru yang secara
anatomi mengenai begian lobulus paru mulai dari parenkim paru sampai
perbatasan bronkus yang dapat disebabkan oleh bermacam–macam etiologi
seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing ditandai oleh trias (sesak nafas,
pernafasan cuping hidung, sianosis sekitar hidung atau mulut). (Mansjoer,
2000. Dalam Dewi, 2013).
Bronkopneumonia adalah suatu konsolidasi subsegmental yang multipel
atau konsolidasi lobus yang tampak pada lapangan bawah paru (Djojodibroto,
2009).
B. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi
1) Hidung (nasal) merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai alat
pernapasan dan indra penciuman (pembau). Dalam keadaan normal,
udara masuk dalam sistem pernapasan melalui rongga hidung.
2) Faring (tekak) adalah saluran otot selaput yang tegak lurus antara
basis krani dan servikalis IV.
3) Laring atau pangkal tenggorokan merupakan jalinan tulang rawan
yang dilengkapi dengan otot, membran, jaringan ikat, dan
ligamentum.
4) Trakea atau batang tenggorokan dalah tabung seperti pipa dan
berbentuk menyerupai huruf C. Trakea dibentuk oleh tulang-tulang
rawan yang disempurnakan oleh selaput terletak di antara vertebrae VI
sampai ke tepi bawah kartigo krikoidea vertebra torakalis V.
5) Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari trakea.
Bronkus memiliki struktur yang sama dengan trakea dan dipalisi oleh
sejenis sel yang sama dengan trakea dan berjalan ke bawah menuju
paru-paru.
Bronkus terdiri dari dua bagian, yaitu :
a) Bronkus prinsipalis dekstra
Bronkus ini pada saat masuk ke hilus bercabang menjadi tiga,
yaitu bronkus lobaris medius, bronkus lobaris inferior, dan
bronkus lobaris superior.
b) Bronkus prinsipalis sinistra
Bronkus ini lebih kecil, lebih sempit, serta lebih panjang dari
bronkus prinsipalis dekstra.
6) Pulmo
Paru-paru sangat lunak, elastism dan berada dalam rongga thorak.
Paru-paru memiliki sifat ringan dan mampu terapung dalam air,
berwarna biru keabu-abuan dengan bintik. Bintik-bintik ini antara lain
karena partikel debu yang masuk termakan oleh tagosi.
Paru-paru kanan terdiri atas tiga gelambir (lobus) yaitu :
a) Lobus superior
b) Lobus medius
c) Lobus inferior

Paru-paru kiri terdiri dari dua lobus yaitu :

a) Lobus superior
b) Lobus inferior Paru-paru diselimuti oleh suatu selaput paru-paru
yang disebut pleura.
Pleura adalah membran seorsa yang halus dan membentuk suatu
kantong. Pleura terdiri atas dua lapisan, yaitu :

a) Lapisan permukaan (parietalis), yakni lapisan yang langsung


berhubungan dengan paru memisahkan lobus dengan paru-paru.
b) Lapisan dalam pleura viseralis, yakni pleura yang berhubungan
dengan fasia endotorasika, yaitu permukaan dalam dari dinding
thoraks. (Kirnanoro, Maryana, 2017)
b. Fisiologi
Fungsi dari sistem pernapasan untuk mengalirkan udara ke paru - paru. .
Respirasi mencangkup proses-proses sebagai berikut :
1) Ventilasi Paru
Merupakan proses pernapasan inspirasi (menghirup udara) dan
ekspirasi ( menghembuskan udara )
2) Pernapasan Luar
Merupakan proses pertukaran gas antar paru-paru dengan
darah.Oksigen dari udara berdifusi daru paru-paru ke dalam darah,
sedangkan karbon dioksida berdifusi dari dalam darah ke paru.
3) Transportasi Gas
Transportasi gas dilakukan oleh sistem kardiovaskular. Transportasi
gas merupakan proses mendistribusikan oksigen ke seluruh tubuh dan
mengumpulkan karbon dioksida untuk dikembalikan ke paru-paru.
Oksigen dalam darah diangkut dengan dua cara :
a) Sejumlah kecil oksigen (1,5 persen) dilakukan dalam plasma
sebagai terlarut gas.
b) Sebagian oksigen (98,5 persen) dibawa dalam darah terikat dengan
protein hemoglobin dalam sel darah merah. (Kirnanoro, Maryana,
2017)
C. Etiologi
Reeves 2001 (dalam Padilla, 2013) memaparkan penyebab terjadinya
bronkopneumoni antara lain :
a. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram
positif seperti :Streptococcus pneumonia, Streptococcus aureus dan
Streptococcus pyogenesis.Bakteri gram negatif seperti Haemophilus
influenza, klebsiella pneumonia dan P.Aeruginosa.
b. Virus
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama
pneumonia virus.
c. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada
kotoran burung, tanah serta kompos.
d. Protozoa
Menimbulkan terjadinya pneumocystis carinii pneumonia.
D. Patofisiologi
Bakteri, jamur, dan protozoa yang dapat menyebabkan bronkopneumonia
masuk ke dalam saluran pernafasan atas yang pada akhirnya menyebar hingga
bronkus. Terjadi inflamasi di dinding - dingin bronkus yang beresiko
terjadinya infeksi dengan begitu produksi seputum meningkat dan terjadi
akumulasi sputum pada saluran pernafasan. Hal ini dapat menyebabkan
ketidakefektifan besihan jalan napas. Selain hal tersebut produksi sputum
yang meningkat juga menyebabkan penderita mengalami penurunan nafsu
makan yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh. Inflamasi dingin bronkus juga menyebabkan perubahan
membran yang dapat membuat suplai oksigen ke sluruh tubuh menurun
sehingga terjadi penurunan energi yang menyebabkan intoleransi aktivitas.
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut Padila ( 2013 ) :
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah
Leukositosis atau meningkatnya jumlah neutrofil akan terjadi pada kasus
bronkopneumonia oleh bakteri.
2) Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam yang
digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis, kultur dan tes sensifitas untuk
mendeteksi agen infeksius.
3) Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam
basa.
4) Kultur darah untuk mendeteksi bakterimia
b. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologi bronkopneumonia terdapat bercak-bercak
konsolidasi yang merata pada lobus dan gambaran bronkopneumonia
difus atau infiltrat pada pneumonia stafilokok (Sujono & Sukarmin,
2009).
c. Pemeriksaan Cairan Pleura
Pemeriksaan cairan mikrobiologi, dapat dibiakkan dari spesimen usap
tenggorok, sekresi nasofaring, bilasan bronkus atau sputum, darah,
aspirasi trakea, fungsi pleura atau aspirasi paru (Mansjoer, A 2000 dalam
(Sujono & Sukarmin, 2009).
F. Penatalaksanaan
a. Terapi oksigen jika pasien mengalami pertukaran gas yang tidak adekuat.
b. Bronkodilator apabila terdapat obstruksi jalan napas dan lendir
c. Teknik pengisapan dilakukan jika klien tidak mampu mengeluarkan
sekresi dari saluran pernapasan dengan batuk.
d. Memposisikan klien semifowler.
e. Kebutuhan istirahat dan nutrisi yang adekuat (Padila, 2013).
G. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Biodata pasien meliputi nama,umur jenis kelamin pekerjaan NO.RM dan
tanggal lahir
b) Keluhan utama
Saat dikaji niasanya pendeita bronkopneumonia akan mengeluh sesak
nafas disertai natuk yang tak kunjung mereda
c) Riwayat penyakit sekarang
Penyakit bronkopneumonia mulai dirasakan nsaat penderita mengalami
batuk menetap dan produksi sputum setiap hari terutama pada pagi hari.
d) Riwayat penyakit dulu
Biasanya penderita bronkopneuminia sebelumnya belum pernah
menderita kasus yang sama tetapi mereka mempunyai riwayat penyakit
yang dapat memicu terjadinya bronkopneumonia yaitu riwayat merokok
terpaan polisi kimia dan dalam jangka panjang misalnya debu dan asap
e) Riwayat penyakit keluarga
Biasanya penyakit bronkopneumonia dalam keluarga bukan merupakan
faktor keturunan tetapi kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat seperti
merokok.
f) Pengkajian pola Kesehatan fungsional
1) Pola persepsi sehat penatalaksanaan sehat keluarga sering
menganggap seperti batuk biasa Dan menganggap benar-benar sakit
apabila mengalami sesak
2) Pola metabolik nutrisi sering muncul anoreksia mual muntah karena
terjadi peningkatan rangsangan gaster dan dampak peningkatan
Toxic mikroorganisme
3) Pola eliminasi penderita Mengalami penurunan urine akibat
perpindahan cairan karena demam
4) Pola istirahat tidur data yang muncul adalah pasien kesulitan tidur
karena sesak nafas
5) Pola aktivitas latihan aktivitas menurun dan terjadi kelemahan fisik
6) Pola kognitif persepsi penurunan kognitif untuk mengingat apa yang
pernah disampaikan biasanya sesaat akibat penurunan asupan nutrisi
dan oksigenasi pada otak
7) Pola persepsi konsep diri tanpa gambaran keluarga terhadap pasien
karena pasien banyak diam
8) Pola peran hubungan pasien terlihat malas untuk diajak berbicara
9) Pola stress coping saat menghadapi stress pasien biasanya selalu
diam
10) Pola nilai kepercayaan nilai keyakinan mungkin meningkat
g) Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum tanda tanda vital
a. frekuensi nadi dan tekanan darah : takikardi hipertensi
b. Frekuensi pernapasan takipnea dispnea progresif pernapasan
dangkal penggunaan otot bantu pernapasan pelebaran nasal
c. Suhu tinggi hipertermi Akibat penyebaran mikroorganisme yang
direspon oleh hipotalamus
2) Status penampilan biasanya terlihat lemah
3) Tingkat kesadaran: tingkat kesadaran normal letargi, strukpokoma,
apatis tingkat kesadaran tergantung pada tingkat keparahan penyakit
4) Data yang paling meninjol adalah pada pemeriksaan fisik pada Thorak
a. Inspeksi : Frekuensi Irama kedalaman dan upaya bernapas antara
takipnea dispnea progresif pernapasan dangkal pectus excavatum
dada corong pectus KarinaTum dada busung bares chest
b. Palpasi adanya nyeri tekan masa peningkatan vokal fremitus pada
daerah yang tertekan
c. Perkusi terkaji bila terisi cairan pada paru normalnya timpani berisi
udara resonansi
d. Auskultasi suara pernapasan yang meningkat intensitasnya suara
bronkovesikuler atau bronkial pada daerah yang terkena suara
pernapasan tambahan ronkhi pada sepertiga akhir inspirasi.
2. Analisa data
Menurut (setiadi 2012) Analisa data yang diperoleh dari :
a. Data subjektif
Pengumpulan data yang diperoleh dari deskripsi pasien mengenai
masalah kesehatannya seperti riwayat keperawatan persepsi pasien
perasaan dan ide status kesehatannya Sumber data lain dapat diperoleh
dari keluarga konsultan dan tenaga kesehatan lainnya
b. Data objektif
Pengumpulan data melalui pengamatan sesuai dengan penggunaan
panca indera mencatat hasil observasi secara khusus tentang apa yang
dilihat di rasa dan didengar.
3. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon
pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialami baik
secara aktual maupun potensial dianosa yang biasanya ada pada penyakit
bronkopneumonia adalah
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan efek dari perubahan
membran alveoli
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan pengaruh
infeksi sekresi bronchial yang berlebihan kelelahan dan penurunan
energi ketidaknyamanan dada dan kelemahan otot
c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan pertukaran gas
4. Perencanaan dan intervensi keperawatan
1) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan efek dari perubahan
membran alveoli-kapiler paru
Tujuan : Klien dengan pneumonia mampu memelihara PaO2 dan
PaCO2 dan saturasi oksigen dalam batas normal.
Rencana Intervensi :
a. Pelihara patensi jalan nafas dengan posisi klien yang
memaksimalkan ventilasi, bantu mengencerkan sekresi dan
mengeluarkan sekresi dari jalan nafas.
b. monitor status respirasi meliputi tanda vital, suara nafas, saturasi
oksigen,
c. Berikan terapi oksigen sesuai order dokter
d. Pemberian terapi obat bronkhodilator sesuai order dokter
e. Anjurkan latihan nafas dalam
f. Penggunaan incentive spirometry sangat dianjurkan
2) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
pengaruh infeksi, sekresi trakheobronkhial yang berlebihan,
kelelahan dan penurunan energi, ketidaknyamanan dada dan
kelemahan otot.
Tujuan : Suara nafas klien diharapkan bersih
Rencana Intervensi :
a. Kaji status respirasi meliputi tanda vital, suara nafas, saturasi
oksigen, dan warna kulit tiap 4 jam sekali
b. Kaji batu dan sputum (jumlah, warna, konsistensi dan bau)
c. Monitor hasil pemeriksaan analisa gas darah dan laporkan ke
dokter yang merwatnya bila terdapat hipoksemia atau temuan
abnormal lainnya.
d. Posisi klien Fowler’s atau high fowlwr’s. Anjurkan untuk
berganti posisi dengan seringdan diikuti ambulasi.
e. Bantu untuk latihan nafas dalam dan batuk terkontrol. Bila perlu
lakukan suction.
f. Berikan masukan cairan per oral 2500 – 3000 ml/hari.
g. Berikan obat-obat untuk pengenceran mukus dan pengeluaran
sesuai order dan observasi efeknya.
h. Kerjasama dengan fisioterapi untuk pengeluaran sekret.
3) Ketidakefektifan pola nafas b.d. efek proses inflamasi
Tujuan : Pola nafas klien kembali normal dengan RR, kedalaman,
ritme pernafasan dalam batas normal.
Rencana Intervensi :
a. Berikan waktu untuk istirahat
b. Kaji ketidaknyaman dada dan berikan anlgesik sesuai order
c. monitor status respirasi meliputi tanda vital, suara nafas, saturasi
oksigen,
d. Berikan terapi oksigen
e. Ajarkan latihan nafas abdominal secara lambat
f. Ajarkan tehnik relaksasi
4) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan gangguan pertukaran gas
Tujuan : Klien mampu memelihara aktivitas sehari-hari dengan
normal
Rencana intervensi :
a. kaji intoleransi aktifitas dan catat peningkatan nadi, RR,
dyspnea diaforesis atau sianosis
b. Bantu aktivitas sehari-hari klien seperti mandi.
c. Jadwalkan untuk aktifitas dan berikan waktu untuk istirahat
d. Dapatkan bantuan keluarga untuk meminimalkan stress dan
tingkat kecemasan.
e. Lakukan latihan ROM pasif maupun aktif
f. Berikan dukungan emosional dan pastikan kembali bahwa
kekuatan dan energi akan kembali normal ketika proses infeksi
sembuh dan terjadi keseimbangan kebutuhan dan masukan
oksigen
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi sebagai sesuatu yang direncanakan dan perbandingan yang
sistematik pada status kesehatan klien. Evaluasi adalah proses penilaian,
pencapaian, tujuan serta pengkajian ulang rencana keperawatan (Griffith
& Christensen, 1986).
BAB III

LAPORAN KASUS

I. PENGKAJIAN
A. Biodata
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. I
Tempat tanggal lahir : Bandung, 14-12-1980 / 41 thn
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku bangsa : Sunda
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak bekerja
Status perkawinan : Belum kawin
Alamat : Jl. Sukarma dalam No. 234
Tanggal masuk RS : 07 Oktober 2021
No. RM : 01519954
Diagnosa medis : Bronkopneumonia

2. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn. G
Hubungan : Keponakan
Alamat : Jl. Sukarma 99. Bapa Sukardi No. 234

B. Riwayat Kesehatan Pasien


1. Keluhan utama
Sesak Napas
2. Riwayat Kesehatan sekarang
Pada saat pengkajian keluarga mengatakan pasien mengalami Sesak napas
yang disebabkan oleh pola hidup yang tidak sehat yaitu merokok, sesak
dirasakan di area dada, Sesak nafas akan dirasakan saat pasien banyak
beraktivitas dan akan sedikit reda ketika beristirahat.
3. Riwayat Kesehatan masa lalu
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak pernah memiliki penyakit yang
sama dengan yang dideritanya sekarang ataupun penyakit lainnya.
4. Riwayat penyakit keluarga
Di keluarga tidak ada yang memiliki Riwayat penyakit yang sama seperti
dengan pasien dan tidak ada penyakit menurun lainnya seperti Hipertensi
ataupun Diabetes Melitus. Di keluarganya juga tidak ada yang memiliki
penyakit menular.
5. Genogram

Keterangan:

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

: Pasien
: Tinggal dalam satu rumah

C. Pola Aktivitas Sehari-hari

No Jenis Aktivitas Sebelum sakit Setelah sakit


1 Pola makan dan minum
Jenis makanan Nasi+lauk pauk Nasi+lauk pauk
Frekuensi 3x1 hari 3x1 hari
Jumlah makanan 1-2 porsi ½ porsi
Bentuk makanan Padat Padat
Gangguan/keluhan Tidak ada Tidak ada
Jenis Minuman Air putih Air putih
Frekuensi >6 gelas/hari >5 gelas/hari
Jumlah minuman ±1L ±1L
Gangguan/keluhan Tidak ada Tidak ada
2 Pola eliminasi
BAB 2x1 hari
Frekuensi 1x/hari 2x1 /hari
Jumlah Banyak Sedikit
Konsistensi, warna, bau Lunak Cair
Gangguan/keluhan Tidak ada Tidak ada
BAK
Frekuensi 4-5x1 hari 4-5x1 hari

Jumlah Tidak ada ±450 cc

Warna dan bau Kuning jernih Kuning, orange

Gangguan/keluhan Tidak ada Tidak ada

3 Pola istirahat/tidur
Siang 2 jam ±2 jam
Malam 9 jam ±8 jam
Gangguan/keluhan Tidak ada Sering terbangun
4 Personal Hygiene
Mandi 2x1 hari 1x1 hari
Cuci rambut 1x2 hari Belum pernah
Gosok gigi 2x1 hari keramas
Ganti pakaian 1x1 hari 1x1 hari
Gunting kuku 1x1 minggu 1x1 hari
Gangguan/keluhan Tidak ada Belum pernah
Tidak ada
5 Pola aktivitas latihan
Olahraga Tidak ada Tidak ada
Gangguan/keluhan Tidak ada Mobilitas terbatas
6 Kebiasaan lain
Merokok Perokok aktif Berhenti merokok
Alcohol Tidak ada Tidak ada

D. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
E: 3 M: 3 V: 4
GCS: 10 (Somnolent)
Tanda – Tanda Vital :
TD : 110/80 mmHg
S : 36 ̊C
N : 85x/mnt
RR : 26 x/mnt
SPO2: 89%

a) Kepala
Rambut: Saat dilakukan pengkajian rambut pasien tampak berkeringat,
tidak ada luka, tidak ada rontok dan berwarna hitam
Mata : Simetris kiri kanan, keadaan mata sedikit kotor, Sklera sedikit
berwarna kuning
Telinga : Simetris kiri dan kanan dan telinga tampak sedikit kotor
Hidung : Simetris dan pasien terpasang O2 3LPM
Mulut dan gigi gigi : Klien sedikit kotor, mukosa bibir kering, pasien
terlihat batuk sekali sekali dan pasien bicara pelo
b) Leher : Leher tampak simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan
tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada nyeri tekan
c) Thorax
- Paru-paru
Inspeksi: Dada tampak simetris, pernapasan pasien tampak dangkal, RR:
26 x/menit
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
Perkusi : Terdengar bunyi redup
Auskultasi: Terdengar bunyi wheezing
- Jantung

Inspeksi: Dada tampak simetris kiri dan kanan, tidak terdapat Lesi dan
tidak ada edema

Palpasi : Denyutan tidak teraba jelas, tidak teraba pembengkakan

Perkusi: Terdengar bunyi pekat

Auskultasi: Terdengar bunyi jantung lupdup

d) Abdomen
Inspeksi: Abdomen klien tampak buncit, tidak ada Lesi, tidak ada
pembengkakan dan warnanya sama dengan kulit lainnya
Auskultasi: Bising usus terdengar
Perkusi: Timpani
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
e) Ekstremitas
Atas : Pada saat melakukan pemeriksaan fisik ekstremitas atas pasien
tampak lengkap tidak terdapat pembengkakan pada tangan sebelah kanan
terpasang infus RL 2000/24 jam , kekuatan tonus otot 2222/2222
Bawah : : Pada saat melakukan pemeriksaan fisik ekstremitas atas pasien
tampak lengkap, tidak terdapat pembengkakan dan tonus otot 2222/2222
f) Genetalia: tidak ada kelainan, terpasang kateter
g) Anus: Tidak ada kelainan
h) Kulit: turgor kulit baik, warna kulit sawo matang dan tidak terdapat Lesi

E. Data Psiko-Sosial-Spiritual
a) Data Psikologis
a. Pengaruh penyakit terhadap psikologis: Saat dilakukan pengkajian
pasien banyak diam karena tidak sepenuhnya sadar dah bilang
menjawab kurang lancar
b. Persepsi pasien terhadap penyakit: Menurut pasien memiliki penyakit
tersebut karena merokok jadi pasien akan perlahan mengubah pola
hidupnya
c. Harapan pasien terhadap pelayanan keperawatan: Pasien berharap
perawat memberikan pelayanan yang terbaik
b) Data Sosial
a. Hubungan pasien dengan orang lain: Keluarga mengatakan pasien
kurang bisa bersosialisasi dengan orang yang lebih suka diam di rumah
b. Peran dalam keluarga atau masyarakat keluarga mengatakan dalam
keluarga pasien berperan sebagai anak bungsu yang sering menemani
bapaknya ketika di rumah
c) Data spriritual
Pasien beragama Islam

F. Data Penunjang
Laboratorium

Tanggal Jenis pemeriksaan Hasil


29-10-2021 Anti HIV Non reaktif
30-10-2021 Sars Cov (PCR) Negatif

G. Terapi
Terapi obat

Nama terapi Dosis Rute pemberian


R/OBH Ika 200ml 3x1 Oral
Triacinole 4mg 3x1 Oral
Moxifioxacine 400mg 2x1 IV
Metformin 3x1 Oral
Acetycistein 200mg 3x1 Oral
Spitonolakton 25mg 3x1 Oral
Combiven Nebu 2x1 Inhaler
II. ANALISA DATA

No Tanggal Data Etiologi Masalah

1 02/11/2021 DS : Saluran Bersihan Jalan nafas


- Keluarga pernafasan atas Tidak Efektif
mengatakan ( D.0001)
pasien batuk Kuman berlebih
berdahak di bronkus
- Keluarga
mengatakan Proses

pasien sulit peradangan

mengeluarkan
Akumulasi secret
dahak
di bronkus
DO :
- Irama nafas
tidak teratur
Bersihan jalan
- Pasien
nafas tidak
tampak
efektif
gelisah
- Frekuensi
nafas
meningkat
- Saturasi
oksigen
<95%
2 02/11/2021 DS : Saluran Pola Nafas Tidak
- Keluarga pernafasan atas Efektif (D.0005)
mengatakan
pasien sesak Infeksi saluran
nafas nafas bawah
DO :
- Pernafasan Edema antara
cuping kapiler dan
hidung Alveoli
- Terdengar
bunyi
Suplai O2
wheezing
menurun
- Terpasang
nasal kanul
- RR :
Hipervelentasi
26X/menit
- SPO2 : 89

Dispneu

Pernafasan
Cuping HIdung

Pola Nafas Tidak


Efeltif
3 02/11/2021 DS : Infeksi saluran Intoleransi aktivitas
- Keluarga nafas
mengatakan
semua
Edema paru
aktivitas klien
di bantu
selama sakit Suplai O2

DO : menurun

- Pasien
mengalami Hipoksia
penurunan
kesadaran
Metabolisme
(somnolent)
anaerob
- GCS : 10 ( 3-
meningkat
3-4)
- Pasien hanya
berbaring di Fatigue

tempat tidur

Intoleransi
aktivitas
4 02/11/2021 DS : Infeksi saluran Defisit Perawatan Diri
- Keluarga nafas ( D.0109)
mengatakan
pasien tidak
Edema paru
bisa pergi ke
kamar mandi
karena masi Suplai 02

lemas menurun

DO :
- Aktivitas Lemas
pasien di
bantu perawat
Ketidakmampuan
dan keluarga
menjangkau
- Pasien hanya
kamar mandi
berbaring di
tempat tidur
Defisit
Perawatan diri
III. Diagnosa keperawatan

Berdasarkan Analisa data yang didapat diagnose keperawatan pada Tn. I


dengan Bronkopneumonia menurut (SDKI edisi 1,2018) adalah

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi


2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
3. Intoleleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
IV. RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1 Bersihan jalan Setelah dilakukan Observasi : Observasi :
nafas tidak Efektif asuhan keperawatan 1. Monitor pola nafas 1. Takipnea ,pernafasan dangkal dan
3x24 jam bersihan jalan ( frekuensi ,kedalaman Gerakan dada tak simetris sering
nafas meningkat dengan usaha nafas ) terjadi karena ketidaknyamanan
: 2. Monitor bunyi nafas paru-paru
1. pasien dapat Terapeutik : 2. Posisi semifowler dapat membantu
melakukan batuk 1. Posisikan semifowler menstabilkan nafas
efektif 2. Fisioterapi dada untuk 3. Fisioterapi dada dan batuk efektif
2. produksi sputum mengeluarkan sputum dapat membantu mengeluarkan
menurun 3. Ajarkan Teknik batuk secret
3. suara nafas normal efektif Kolaborasi :
4. pasien tidak tampak 4. Berikan oksigen bila perlu 1. Broncodiclcton,ekspetoran ,mukan
gelisah Kolaborasi : tik dapat membantu menurunkan
1. Kolaborasi pemberian spasme bronkus dengan mobilisasi
broncodileltut ekspetotan secret
mukontik (jika perlu)
2 Pola nafas tidak Setelah dilakukan Observasi : Observasi
efektif asuhan keperawatan 1. Monitor frekuensi irama
3x24 jam dapat kedalaman dan upaya nafas 1. Untuk mengetahui
mempertahankan pola 2. Monitor pada nafas frekuensi,irama,keadaaan dan
nafas menjadi efektif 3. Monitor saturasi oksigen upaya nafas
Kriteria Hasil : 4. Atur interval pemantauan 2. Untuk mengetahui pola nafas
1. Menunjukan respirasi sesuai kondisi 3. Untuk memantau saturasi oksigen
pernafasan yang pasien pasien
efektif dan 5. Jelaskan tujuan dan 4. Monitor sputum untuk mengetahui
mengalami prosedur pemantauan jumlah sputum
pertukaran gas pada respirasi 5. Untuk edukasi kepada keluarga
paru-paru 6. Informasikan nilai 6. Untuk mengetahui bunyi nafas
2. Menyatakan gejala pemantauan
berkurang 7. Auskultasi bunyi nafas
3. Menyatakan factor
factor penyebab

3 Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen energi 1. Untuk mengetahui fungsi tubuh


Aktivitas asuhan keperawatan 1. Identifikasi gangguan yang menyebabkan kelelahan
3x24 jam maka fungsi tubuh 2. Meningkatkan kenyamanan
intoleransi aktivitas 2. Sediakan lingkungan yang istirahat
dapat teratasi dengan nyaman 3. Menceah kekuatan
kriteria hasil : 3. Lakukan rentang gerak sendi,kontrakturkelehan otot
1. Saturasi oksigen pasif/aktif 4. Meningkatkan kenyamanan pasien
dalam batas normal 4. Anjurkan tirah baring 5. Meminimalkan otot
2. Kekuatan tubuh 5. Anjurkan aktivitas secara
meningkat bertahap
3. Perasaan lemah
menurun
4 Defisit Perawatan Setelah dilakukan 1. Identifikasi jenis bantuan 1. Untuk memenuhui kebutuhan yang
Diri asuahan keperawatan yang di butuhkan dibutuhkan pasien
3x 24 jam maka deficit 2. Damping dalam melakukan 2. Untuk mempermudah pasien
perawatan diri menurun perawatan diri dalam melakukan perawatn diri
dengan kriteria hasil : 3. Sediakan alat bantu BAK 3. Membantu pasien dalam menjaga
1. Dapat melakukan 4. Fasilitasi menggunakan kebersihan
ADL pakaian (jika perlu) 4. Agar keluarga pasien membantu
2. Mempertahankan 5. Ajarkan keluarga cara pasien dalam menjaga kebersihan
kebersihan diri memandikan pasien
meningkat
V. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Tanggal No Jam Implementasi Evaluasi


Dx
Hari ke-1 1-4 21.00 1. Mengobservasi GCS S = keluarga mengatakan pasien mengalami sesak
03/11/2021 Respon : kesadaran pasien Somnolent nafs
- 23.00 2. Memeriksa TTV O = Pasien tampak sesak nafas
04/11/2021 Respon : GCS =10 (3-3-4) (somnolent)
TD = 110/80 mmHg TD = 110/80 mmHg
S = 36 C S = 36 C
N = 85x/menit N = 85x/menit
RR =26x/menit RR =26x/menit
SPO2 =89% SPO2 =89%
3. Memberikan posisi nyaman A=
Respon: Pasien tampak terlihat lebih 1. Bersihan jalan nafas tidak efektik belum teratasi
03.00 nyaman 2. Pola nafas tidak efektik belum teratasi
4. Mengganti cairan infus 3. Intoleransi aktivitas belum teratasi
05.00 Respon: Tetes infus tampak mengalir 4. Defisit perawatan diri belum teratasi
05.30 dengan lancar P = intervensi dilanjutkan
5. Memeriksa TTV Latihan Batuk efektif
06.30 Respon :
TD = 120/85 mmHg
S = 36 C
N = 80x/menit
RR =24x/menit
SPO2 =90%
6. Membantu mengganti pampers
Respon : pasien tampak lebih nyaman
7. Membantu menyeka pasien
Respon : Pasien tampak lebih bersih dan
segar
8. Mengedukasi cara batuk efektif kepada
keluarga
Respon : keluarga tampak mengerti

Hari ke-2 21.00 1. Memeriksa TTV S = pasien merasa sudah baikan


04/11/2021 Respon : O=
- TD = 120/80 mmHg TD = 120/80 mmHg
05/11/2021 S = 36 C S = 36 C
N = 90x/menit N = 90x/menit
RR =22x/menit RR =22x/menit
SPO2 =90% SPO2 =90 %
2. Memeberikan posisi nyaman Output urine =450 cc
Respon : Pasien merasa nyaman A = Masalah teratasi
03.00 3. Mengontrol cairan infus RL P = Intrvensi di lanjutkan
Respon : Tetes cairan infus tampak lancar
05.00
4. Mengganti cairan infus
Respon : Tetes cairan infus tampak lancar
5. Memeriksa TTV
Respon :
06.30
6. Menghitung output cairan
Respon : Output urine 400 cc
7. Membantu mobilisasi pasien (miring
kanan/kiri)
Respon : Pasien tampak terlihat lebih
nyaman
8. Melakukan batuk efektif kepada pasien
Respon : Pasien dapat melakukan batuk
efektif sehingga dapat mengeluarkan
sputum
Hari ke-3 1-4 14.00 1. Memeriksa TTV S = Klien mengatakan sudah merasa baikan
05/11/2021 Respon : O = kesadaran meningkat
- TD = 120/80 mmHg GCS =14 (4-4-6)
06/11/2021 S = 36 C TD = 120/80 mmHg
N = 89x/menit S = 36 C
RR =21x/menit N = 89x/menit
SPO2 =92% RR =21x/menit
2. Mengobservasi GCS SPO2 =92%
Respon: kesadaran pasien mulai membaik A = Masalah Teratasi sebagian

15.00 GCS : 14 ( Composmentis) P = Intervensi di lanjutkan


3. Membantu pemberian obat combiven nebu
Respon : pasien mengatakan sesak nafas
18.30 berkurang
4. Mengganti cairan infus
Respon : cairan
5. Membantu mobilisasi pasien (posisi miring
kanan/miring kiri)
Respon : Pasien tampak lebih nyaman
6. Memngobservasi saturasi oksigen)
Respon :
Saturasi oksigen membaik
20.00 SPO2 : 95%
7. Mengontrol cairan infus
Respon : Tetes cairan infus tampak lancar
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bronkopneumonia adalah suatu infeksi akut pada paru–paru yang secara anatomi
mengenai begian lobulus paru mulai dari parenkim paru sampai perbatasan
bronkus yang dapat disebabkan oleh bermacam–macam etiologi seperti bakteri,
virus, jamur dan benda asing ditandai oleh trias (sesak nafas, pernafasan cuping
hidung, sianosis sekitar hidung atau mulut).

Dari kasus Bonkopeumonia didapatkan diagnose keperawatan yaitu Bersihan


jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi, Pola nafas tidak
efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas ,Intoleleransi aktifitas
berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen dan
Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan. Pada saat pengkajian
keluarga mengatakan pasienmengalami Sesak napas yang disebabkan oleh pola
hidup yang tidak sehat yaitu merokok, sesak dirasakan di area dada, Sesak nafas
akan dirasakan saat pasien banyak beraktivitas dan akan sedikit reda ketika
beristirahat.

B. Saran
a. Bagi penulis
Sebaiknya seorang mahasiswa keperawatan harus mampu memahami dan
memberikan tindakan kepada pasien dengan asuhan keperawatan pada
bronkopneumonia
b. Bagi pembaca
Sebaiknya lebih memahami dan menerapkan asuhan keperawatan
bronkopneumonia dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat
meminimalisir terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan

Anda mungkin juga menyukai