Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DEFISIT PERAWATAN DIRI

diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Keperawatan Jiwa


Dosen Pengampu: Juliyanti, S.Kep.,Ners.,M.Si

Di susun oleh :
Mia Rosmiati
1440119008

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN IMMANUEL
BANDUNG
2022
LAPORAN PENDAHULUAN

KASUS ( MASALAH UTAMA )


Defisit Perawatan Diri

1. Pengertian
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan manusia dalam memenuhi
kebutuhannya sehari-hari guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan
kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien bisa dinyatakan
terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri
sendiri (Depkes, 2000 dalam Direja, 2011).
Menurut Nurjannah (2004, dalam Dermawan, 2013) Defisit perawatan
diri adalah gangguan kemampuan seseorang untuk melakukan aktifitas
perawatan diri seperti mandi, berhias/ berdandan, makan dan toileting.
Defisit perwatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalami
kelainan dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
kehidupan sehari-hari secara mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi secara
teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan, bau napas dan
penampilan tidak rapi.
Defisit perawatan diri merupakan salah satumasalah yang timbul pada
pasien gangguan jiwa. Pasien gangguan jiwa kronis sering mengalami
ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala perilaku negatif
dan menyebabkan pasien dikucilkan baik dalam keluarga maupun masyarakat
(Yusuf, 2015).

2. Faktor Predisposisi
a. Perkembangan, Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien
sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis, Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri
c. Kemampuan realitas turun, Klien dengan gangguan jiwa dengan
kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian
dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
d. Sosial, Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan
dalam perawatan diri.

3. Faktor Presipitasi
Adapun yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri
adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual,
cemas, lelah/ lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan
individu kurang mampu melakukan perawatan diri. Menurut Depkes
(2000, dalam Dermawan, 2013), faktor-faktor yang mempengaruhi
personal hygiene adalah
a. Body image, Gambaran individu terhadap dirinya sangat
mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan
fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
b. Praktik sosial, Pada anak-anak yang selalu dimanja dalam kebersihan
diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene
pada dirinya.
c. Status sosial ekonomi, Personal hygiene memerlukan alat dan bahan
seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya
memerlukan uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan, Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada
pasien menderita diabetes melitus ia harus menjaga kebersihan
kakinya.
e. Budaya, Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak
boleh dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang, Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk
tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan
lain-lain.
g. Kondisi fisik atau psikis, Pada keadaan tertentu atau sakit kemampuan
untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

4. Tanda dan Gejala


Menurut Depkes (2000, dalam Dermawan, 2013) tanda dan gejala klien
dengan defisit perawatan diri adalah :
1. Fisik
a. Badan bau, pakaian kotor.
b. Rambut dan kulit kotor.
c. Kuku panjang dan kotor.
d. Gigi kotor disertai mulut bau.
e. Penampilan tidak rapi.
2. Psikologis
a. Malas, tidak ada inisiatif.
b. Menarik diri, isolasi diri.
c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3. Sosial
a. Interaksi kurang.
b. Kegiatan kurang.
c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
d. Cara makan tidak teratur, BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok
gigi dan mandi tidak mampu
Data yang biasa ditemukan pada pasien dengan gangguan defisit
perawatan diri adalah :
1. Data subyektif
a. Pasien merasa lemas atau badan terasa lemah
b. Pasien mengatakan malam untuk beraktivitas
c. Pasien mengatakan tidak berdaya
2. Data obyektif
a. Rambut kotor, acak-acakan / kusut (tidak rapi)
b. Badan dan pakaian kotor juga bau
c. Terdapat bau mulut
d. Kulit kusam dan kotor
e. Kuku panjang dan tidak terawat

4. Dampak atau Akibat


Menurut Dermawan (2013) dampak yang sering timbul pada masalah
personal hygiene ialah :
1. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang
sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membran
mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada
kuku.
2. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

5. Pengakajian

1. Identitas
Biasanya identitas terdiri dari: nama klien, umur, jenis kelamin, alamat,
agama, pekerjaan, tanggal masuk, alasan masuk, nomor rekam medik,
keluarga yang dapat dihubungi.
2. Alasan Masuk
Alasan apa yang menyebabkan pasien atau keluarga datang, atau dirawat
dirumah sakit. Biasanya masalah yang di alami pasien yaitu senang
menyendiri, tidak mau banyak berbicara dengan orang lain, terlihat
murung, penampilan acak-acakan, tidak peduli dengan diri sendiri dan
mulai mengganggu orang lain.
3. Faktor Predisposisi
Pada pasien yang mengalami defisit perawatan diri ditemukan adanya
faktor herediter mengalami gangguan jiwa, adanya penyakit fisik dan
mental yang diderita pasien sehingga menyebabkan pasien tidak mampu
melakukan perawatan diri. Ditemukan adanya faktor perkembangan
dimana keluarga terlalu melindungi dan memanjakan pasien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu, menurunnya kemampuan realitas
sehingga menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk
perawatan diri serta didapatkan kurangnya dukungan dan situasi
lingkungan yang mempengaruhi kemampuan dalam perawatan diri.
4. Pemeriksaan Fisik
Biasanya pada pemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan tanda- tanda vital
(TTV), pemeriksaan secara keseluruhan tubuh yaitu pemeriksaan head to
toe yang biasanya penampilan klien yang kotor dan acak-acakan.
5. Psikososial
a. Genogram, Biasanya menggambarkan pasien dengan anggota keluarga
yang mengalami gangguan jiwa, dilihat dari pola komunikasi,
pengambilan keputusan dan pola asuh.
b. Konsep diri
1) Citra tubuh, Biasanya persepsi pasien tentang tubuhnya, bagian
tubuh yang disukai, reaksi pasien terhadap bagian tubuh yang
disukai dan tidak disukai.
2) Identitas diri, Biasanya dikaji status dan posisi pasien sebelum
pasien dirawat, kepuasan pasien terhadap status dan posisinya,
kepuasan pasien sebagai laki-laki atau perempuan, keunikan yang
dimiliki sesuai dengan jenis kelamin dan posisinnya.
3) Peran diri, Biasanya meliputi tugas atau peran pasien dalam
keluarga/pekerjaan/ kelompok/ masyarakat, kemampuan pasien
dalam melaksanakan fungsi atau perannya, perubahan yang terjadi
saat pasien sakit dan dirawat, bagaimana perasaan pasien akibat
perubahan tersebut.
4) Ideal diri, Biasanya berisi harapan pasien terhadap kedaan tubuh
yang ideal, posisi, tugas, peran dalam keluarga, pekerjaanatau
sekolah, harapan pasien terhadap lingkungan sekitar, serta harapan
pasien terhadap penyakitnya
5) Harga diri, Biasanya mengkaji tentang hubungan pasien dengan
orang lain sesuai dengan kondisi, dampak pada pasien berubungan
dengan orang lain, fungsi peran tidak sesuai harapan, penilaian
pasien terhadap pandangan atau penghargaan orang lain.
6) Hubungan sosial, Biasanya hubungan pasien dengan orang lain
sangat terganggu karena penampilan pasien yang kotor sehingga
orang sekitar menghindari pasien. Adanya hambatan dalam
behubungan dengan orang lain, minat berinteraksi dengan orang
lain.
7) Spiritual
a) Nilai dan keyakinan, Biasanya nilai dan keyakinan terhadap
agama pasien terganggu karna tidak menghirauan lagi dirinya.
b) Kegiatan ibadah Biasanya kegiatan ibadah pasien tidak
dilakukan ketika pasien menglami gangguan jiwa
8) Kebutuhan pasien pulang
a) Makan, Biasanya pasien kurang makan, cara makan pasien
terganggu serta pasien tidak memiliki kemampuan menyiapkan
dan membersihkan alat makan.
b) Berpakaian, Biasanya pasien tidak mau mengganti pakaian,
tidak bisa menggunakan pakaian yang sesuai dan tidak bisa
berdandan.
c) Mandi, Biasanya pasien jarang mandi, tidak tahu cara mandi,
tidak gosok gigi, tidak mencuci rambut, tidak menggunting
kuku, tubuh pasien tampak kusam dan badan pasien
mengeluarkan aroma bau.
d) BAB/BAK, Biasanya pasien BAB/BAK tidak pada tempatnya
seperti di tempat tidur dan pasien tidak bisa membersihkan WC
setelah BAB/BAK.
e) Istirahat, Biasanya istirahat pasien terganggu dan tidak
melakukan aktivitas apapun setelah bangun tidur.
f) Penggunaan obat, Apabila pasien mendapat obat, biasanya
pasien minum obat tidak teratur.
g) Aktivitas dalam rumah, Biasanya pasien tidak mampu
melakukan semua aktivitas di dalam maupun diluar rumah
karena pasien selalu merasa malas.

Analisa Data

No Analisa Data Masalah


1 DO : klien mengatakan malas untuk Defisit perawatan diri
mandi,mandi kalau disuruh.
Klien mengatakan saat mandi hanya menyiram
air ke badannya tanpa memakai sabun.
Gosok gigi hanya 1 kali sehari,kadang juga
tidak sikat gigi karena tidak punya odol

DS : klien tidak berpakain dengan rapi atau


celana nya kotor.
Alat makan tidak dibersihkan, namun ditmpuk
dibelakang,tidak mencuci tangan sebelum atau
sesudah makan.
Rambut klien tidak disisir dengan rapi.dan
terlihat kusam, wajh terlihat kecel
Klien tidak memotng kuku, kuku klien panjang

Diagnosa Keperawatan

1. Defisit perawatan diri


A. Intervensi Keperawatan
D. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Keperawatan
1. Defisit Pasien mampu Setelah 2 - 4 kali SP 1 Pasien :
Perawatan Diri menjaga pertemuan, klien mampu Pengkajian dan melatih cara menjaga kebersihan
kebersihan diri menjaga kebersihan diri diri (mandi, cuci rambut, sikat gigi, potong kuku)
sesuai dengan dengan cara: 1. Identifikasi masalah perawatan diri : kebersihan
strategi a. Membersihkan diri diri, berdandan, makan/minum, BAB/BAK
pelaksanaan dengan cara mandi 2. Jelaskan pentingnya kebersihan diri
tindakan b. Mampu berhias dan 3. Jelaskan alat dan cara kebersihan diri
keperawatan berdandan 4. Latih cara menjaga kebersihan diri : mandi dan
sehingga klien c. Mampu melakukan ganti pakaian, sikat gigi, cuci rambut, potong kuku
merasa nyaman makan dan minum 5. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
dan rapi dengan baik mandi dan sikat gigi (2 kali per hari), cuci rambut (2
d. Mampu melakukan kali per minggu), potong kuku (1 kali per minggu)
BAB / BAK dengan
baik SP 2 Pasien :
Melatih cara berdandan setelah kebersihan diri :
sisiran, rias muka untuk perempuan, cukuran
untuk pria
1. Evaluasi kegiatan kebersihan diri. Beri pujian
2. Jelaskan cara dan alat untuk berdandan
3. Latih cara berdandan setelah kebersihan diri :
sisiran dan cukuran untuk pria
4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk kebersihan
diri dan berdandan

SP 3 Pasien :
Melatih cara makan dan minum dengan baik
1. Evaluasi kegiatan kebersihan diri dan berdandan.
Beri pujian
2. Jelaskan cara makan dan minum serta jelaskan
penggunaan alat makan dan minum
3. Latih cara makan dan minum yang baik
4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
kebersihan diri : berdandan dan makan/minum yang
baik
SP 4 Pasien :
Melatih BAB dan BAK yang baik
1. Evaluasi kegiatan kebersihan diri, berdandan,
makan/minum. Beri pujian
2. Jelaskan cara BAB/BAK yang baik
3. Latih cara BAB/BAK yang baik
4. Masukan pada jadwal kegiatan untuk kebersihan
diri : berdandan, makan/minum, BAB/BAK

2. Defisit Keluarga diharap a. Keluarga mengerti SP 1 Keluarga :


Perawatan Diri kan dapat merawa cara merawat pasien 1. Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat
t pasien defisit pe yang mengalami pasien
rawatan diri di ru defisit perawatan diri 2. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala dan proses
mah dan menjadi b. Keluarga mampu terjadinya defisit perawatan diri
sistem pendukung mendampingi dan 3. Jelaskan cara merawat defisit perawatan diri
yang efektif bagi membantu pasien 4. Latih cara merawat diri : kebersihan diri
pasien dalam melakukan 5. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
aktivitas perawatan berikan pujian
diri
c. Keluarga memberi SP 2 Keluarga :
pujian ketika pasien 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat atau
mampu melakukan melatih pasien kebersihan diri beri pujian
perawatan diri 2. Bimbing keluarga dalam membantu pasien
berdandan
3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
berikan pujian

SP 3 Keluarga :
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat atau
melatih pasien kebersihan diri beri pujian
2. Bimbing keluarga dalam membantu pasien dalam
aktivitas makan dan minum
3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
berikan pujian
SP 4 Keluarga :
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat atau
melatih pasien kebersihan diri. Beri pujian
2. Bimbing keluarga dalam membantu pasien dalam
aktivitas BAB dan BAK
3. Jelaskan tanda kambuh dan rujukan
DAFTAR PUSTAKA

Dalami, Ernawati, dkk. 2014. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa.
Jakarta : Trans Info Media
Dermawan, Deden dan Rusdi. 2013. Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Gosyan Publishing
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Judit dan Nancy.2015. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Prabowo, Eko. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta :
Nuha Medika
Sue Moorhead, Marion Johnson, dkk. 2016. Nursing Outcome Clsasification (NOC).
Singapore : Elsevier Global Rights
Yusuf, AH, dkk. 2015. Buku Ajar Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai