OLEH :
NURAENI M LAILLU
R014202027
Mengetahui
Perseptor : Andriani, S. Kep. Ns. M. Kep.
2. KASUS MINGGU 1 :
3. KASUS MINGGU 2 :
Kenanga
Ruang Kenanga
Ruang Kenanga
GANGGUAN JIWA
LAPORAN PENDAHULUAN
OLEH :
NURAENI M LAILLU
R014202027
1. Pengertian
Menurut Yusuf, Fitryasari, & Nihayati, (2015) defisit perawatan diri adalah
keinginan untuk mandi secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor, bau
badan, bau napas, dan penampilan tidak rapi. Pasien gangguan jiwa kronis sering
negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan baik dalam keluarga maupun masyarakat.
Defisit perawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat adanya
kebersihan diri, makan, berhias diri, dan eliminasi (buang air besar dan buang air
3. Etiologi
1. Faktor prediposisi :
perawatan diri.
perawatan diri.
2. Faktor presipitasi
Selain itu menurut Keliat dan Akemat, 2012 penyebab kurang perawatan diri
Tanda dan gejala yang tampak pada pasien yang mengalami defisit perawatan
pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki tidak
mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan makan tidak pada tempatnya.
(BAB) atau buang air kecil (BAK) tidak pada tempatnya da tidak membersihkan
a. Body Image
misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan
kebersihan dirinya.
b. Praktik Sosial
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,
sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang
e. Budaya
dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang
a. Dampak fisik
infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
b. Dampak psikososial
7. Mekanisme Koping
a. Regresi
b. Penyangkalan
d. Intelektualisasi
Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang tidak dapat merawat
3) Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien misalnya, kamar
C. Pohon Masalah
1. Isolasi Sosial
a. Data subyektif :
- Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
b. Data obyektif
- Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
sedih, Komunikasi verbal kurang, Aktivitas menurun, Posisi janin pada saat
a. Data subyektif
b. Data obyektif
Berdasarkan data yang didapat, masalah keperawatan adalah defisit perawatan diri
: hygiene diri, berhias, makan, dan eliminasi (Keliat dan Akemat, 2012).
a. Tujuan keperawatan
b. Tindakan keperawatan
Latihan berhias pada pria harus dibedakan dengan wanita. Pada pasien
SP 5 Pasien : Latih kegiatan harian, nilai kemampuan yang mandiri, nilai apakah
a. Tujuan keperawatan
b. Tindakan keperawatan
Untuk memantau kemampuan pasien dalam melakukan cara perawatan diri
yang baik, perawat harus melakukan tindakan agar keluarga dapat meneruskan
melatih dan mendukung pasien sehingga kemampuan pasien dalam perawatan diri
merawat pasien
4) Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat diri pasien dan membantu
mengingatkan pasien dalam merawat diri (sesuai jadwal yang telah disepakati)
merawat diri
BAB&BAK
Keliat BA, Akemat, 2012. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Penerbit Buku
Yusuf, A., Fitryasari, R., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2016). Asuhan keperawatan praktis berdasarkan penerapan
diagnosa nanda, nic, noc dalam berbagai kasus (edisi 1). Mediaction.
LAPORAN PENDAHULUAN
“HALUSINASI”
OLEH :
NURAENI M LAILLU
R014202027
Halusinasi
1. Definisi
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari suatu obyek tanpa adanya
rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh pancaindra.
Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa yang pasien mengalami
perubahan sensori persepsi, serta merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
sebagai pengalaman atau kesan sensori yang salah terhadap stimulus sensori.
sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada
rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca
indra tanpa stimulus eksteren (Persepsi palsu). Berbeda dengan ilusi dimana klien
mengalami persepsi yang salah terhadap stimulus, salah persepsi pada halusinasi
terjadi tanpa adanya timulus eksternal yang terjadi. Stimulus internal dipersepsikan
Klien melihat gambaran yang jelas atau samar-samar tanpa stimulus yang
Klien merasa makan sesuatu yang tidak nyata. Biasanya merasakan rasa
Klien mencium bau yang muncul dari sumber tertentu tanpa stimulus yang
2. Etiologi
psikologik terhadap kejadian traumatik sehubungan dengan rasa bersalah, rasa sepi,
marah, rasa takut ditinggalkan oleh orang yang dicintai, tidak dapat mengendalikan
terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau berbicara
sendiri, secara tiba-tiba marah atau menyerang orang lain, gelisah, melakukan
gerakan seperti menikmati sesuatu. Juga keterangan dari klien sendiri tentang
halusinasi yang dialaminya (apa yang dilihat, didengar atau dirasakan). Faktor
a. Faktor predisposisi
Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya halusinasi adalah:
1) Faktor biologis
Hal yang dikaji pada faktor biologis meliputi adanya faktor herediter
mengalami gangguan jiwa, adanya risiko bunuh diri, riwayat penyakit atau
2) Faktor psikologis
overprotektif.
b. Faktor Presipitasi
riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis atau kelainan struktur otak, kekerasan
adanya aturan atau tuntutan dikeluarga atau masyarakat yang sering tidak sesuai
Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap pasien serta
ungkapan pasien. Adapun tanda dan gejala pasien halusinasi adalah sebagai berikut:
a. Data Subjektif:
Pasien mengatakan:
1) Mendengar suara-suara atau kegaduhan.
atau monster
5) Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang-kadang bau itu
menyenangkan.
b. Data Objektif:
d) Menutup telinga
h) Menutup hidung.
i) Sering meludah
j) Muntah
4. Rentang respon
Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individu yang berada dalam
rentang respon neurobiologi. Ini merupakan respon persepsi paling maladaptif. Jika
mempersepsikan suatu stimulus panca indra walaupun sebenarnya stimulus itu tidak
ada. Diantara kedua respon tersebut adalah respon individu yang karena sesuatu hal
yang disebut sebagai ilusi. Klien mengalami ilusi jika interpretasi yang dilakukannya
terhadap stimulus panca indra tidak akurat sesuai stimulus yang diterima.
Rentang respon:
5. Fase Halusinasi
Halusinasi yang dialami oleh klien biasanya berbeda intensitas dan keparahannya.
a. Fase Pertama
Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stress, perasaan gelisah, kesepian.
internal menjadi menonjol, gambaran suara dan sensasi halusinasi dapat berupa
bisikan yang tidak jelas klien takut apabila orang lain mendengar dan klien
lain.
c. Fase Ketiga
dan tak berdaya pada halusinasinya. Halusinasi memberi kesenangan dan rasa
aman sementara.
d. Fase Keempat
Klien merasa terpaku dan tak berdaya melepaskan diri dari kontrol
orang lain karena terlalu sibuk dengan halusinasinya klien berada dalam dunia
yang menakutkan dalam waktu singkat, beberapa jam atau selamanya. Proses ini
C. Pohon Masalah
Risiko perilaku kekerasan
pendengaran
1. Masalah keperawatan
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada pasien dan
keluarga(pelaku rawat).
Tanda dan gejala gangguan sensori persepsi halusinasi dapat ditemukan dengan
tersebut.
tersebut
j. Apa yang sudah bapak/ibu lakukan, ketika mendengar suara dan melihat
bayangan tersebut.
Tanda dan gejala halusinasi yang dapat ditemukan melalui observasi sebagai berikut:
g. Menutup hidung.
h. Sering meludah
i. Muntah
diperlukan meliputi :
a. Isi Halusinasi
Ini dapat dikaji dengan menanyakan suara siapa yang didengar, apa yang
dikatakan suara itu, jika halusinasi audiotorik. Apa bentuk bayangan yang
dilihat oleh klien, jika halusinasi visual, bau apa yang tercium jika halusinasi
penghidu, rasa apa yang dikecap jika halusinasi pengecapan,dan apa yang
Ini dapat dikaji dengan menanyakan kepada klien kapan pengalaman halusinasi
muncul, berapa kali sehari, seminggu, atau sebulan pengalaman halusinasi itu
Selain itu perawat juga bias mengobservasi apa yang dialami klien menjelang
d. Respon Klien
Untuk menentukan sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi klien bisa dikaji
dengan apa yang dilakukan oleh klien saat mengalami pengalaman halusinasi.
Apakah klien masih bisa mengontrol stimulus halusinasinya atau sudah tidak
pasien dan keluarga (pelaku rawat). Saat melakukan pelayanan di Puskesmas dan
kunjungan rumah, perawat menemui keluarga (pelaku rawat) terlebih dahulu sebelum
yang dialami pasien dan keluarga (pelaku rawat). Setelah itu, perawat menemui pasien
untuk melakukan pengkajian dan melatih cara untuk mengatasi gangguan sensori
Jika pasien mendapatkan terapi psikofarmaka, maka hal pertama yang dilatih
melatih pasien, maka perawat kembali menemui keluarga (pelaku rawat) dan melatih
keluarga (pelaku rawat) untuk merawat pasien, serta menyampaikan hasil tindakan yang
telah dilakukan terhadap pasien dan tugas yang perlu keluarga lakukan yaitu untuk
mengingatkan pasien melatih kemampuan mengatasi masalah yang telah diajarkan oleh
perawat.
Setelah perawat selesai melatih pasien, maka perawat kembali menemui keluarga
(pelaku rawat) dan melatih keluarga (pelaku rawat) untuk merawat pasien, serta
menyampaikan hasil tindakan yang telah dilakukan terhadap pasien dan tugas yang perlu
b. Tindakan Keperawatan
perawat sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan yang disukai pasien
d) Buat kontrak asuhan apa yang perawat akan lakukan bersama pasien, berapa
kepentingan terapi
respon dan upaya yang sudah dilakukan pasien untuk menghilangkan atau
mengontrol halusinasi.
sebagai berikut:
d) Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan oleh
pasien.
Yusuf, A., Fitryasari, R., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
:WHO-FIK UI.
OLEH :
NURAENI M LAILLU
R014202027
1. Definisi
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri sendiri atau
kemampuan diri yang berlangsung minimal 3 bulan (Herman & Kamitsuru, 2018).
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau
kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena
Dari semua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa HDR adalah suatu
persaan negative terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri dan gagal mencapai
tujuan yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung, penurunan harga
2. Etiologi
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri seseorang.
Dalam tinjuan life span history klien. Penyebab terjadinya harga diri rendah adalah
pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya. Saat
kesempatan dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal di sekolah,
pekerjaan atau pergaulan. Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung
a. Faktor predisposisi
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan
orang tua yang tidak realistik, kegagalan yang berulang, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang
tidak realistis.
b. Faktor presipitasi
yang menurun. Secara umum, gangguan konsep diri harga diri rendah ini dapat
terjadi secara emosional atau kronik. Secara situasional karena trauma yang
dipenjara, termasuk dirawat dirumah sakit bisa menyebabkan harga diri rendah
disebabkan karena penyakit fisik atau pemasangan alat bantu yang membuat klien
sebelum sakit atau sebelum dirawat klien sudah memiliki pikiran negatif dan
Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping individu yang
tidak efektif akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya system
negatif, disfungsi system keluarga serta terfiksasi pada tahap perkembangan awal
(Townsend, 2009).
3. Jenis
Harga diri rendah merupakan penilaian individu tentang nilai personal yang
diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal
diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan diri
tetapi merasa sebagai seseorang yang penting dan berharga. Gangguan harga diri
rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan diekspresikan melalui tingkat
kecemasan yang sedang sampai berat. Umumnya disertai oleh evaluasi diri yang
negatif membenci diri sendiri dan menolak diri sendiri. Gangguan diri atau harga diri
a. Situasional
suami, putus sekolah, putus hubungan kerja. Pada pasien yang dirawat dapat
terjadi harga diri rendah karena prifasi yang kurang diperhatikan. Pemeriksaan
fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan, harapan akan
struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat/penyakit,
b. Kronik
Yaitu perasaan negativ terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum
sakit/dirawat. Pasien mempunyai cara berfikir yang negativ. Kejadian sakit dan
pasien gangguan fisik yang kronis atau pada pasien gangguan jiwa (Iskandar,
2012).
4. Rentang respon
a. Respon Adaptif
dihadapinya.
1) Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan
positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang
b. Respon Maladaptif
Respon maladaptif adalah respon yang diberikan individu ketika dia tidak mampu
1) Harga diri rendah adalah individu yang cenderung untuk menilai dirinya yang
2) Keracunan identitas adalah identitas diri kacau atau tidak jelas sehingga tidak
kepribadian yang kurang sehat, tidak mampu berhubungan dengan orang lain
secara intim. Tidak ada rasa percaya diri atau tidak dapat membina hubungan
a. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronis menurut Direja & Herman,
(2011) adalah penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali,
ideal diri yang tidak realistis. Faktor predisposisi citra tubuh adalah:
a) Penolakan
adalah: stereotipik peran seks, tuntutan peran kerja, harapan peran kultural
b. Faktor presipitasi
1) Trauma adalah masalah spesifik dengan konsep diri dimana situasi yang
2) Ketegangan peran adalah rasa frustasi saat individu merasa tidak mampu
melakukan peran yang bertentangan dengan hatinya atau tidak merasa sesuai
dalam melakukan perannya. Ketegangan peran ini sering dijumpai saat terjadi
konflik peran, keraguan peran dan terlalu banyak peran. Konflik peran terjadi
saat individu menghadapi dua harapan peran yang bertentangan dan tidak
harapan peran yang spesifik atau bingung tentang peran yang sesui
3) Perilaku
a) Citra tubuh
sosial, khawatir, merasa diri paling penting, distruksi pada orang lain,
dari diri, perasaan tidak realistis, rasa terisolasi yang kuat, kurang rasa
membedakan diri dari orang lain, gangguan citra tubuh, dunia seperti
Herman, 2011).
Menurut Keliet (2006) perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah antara
lain :
i. Merasionalisasi penolakan
Sedangkan menurut Stuart & Sundeen (2006) tanda- tanda klien dengan harga diri
rendah yaitu :
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri adalah akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit
c. Merendahkan martabat
f. Menciderai diri
Menurut Iskandar (2012) dan Keliat prilaku yang berhubungan dengan HDR adalah
sebagai berikut :
a. Data subjektif
9) Rasa bersalah
15) Khawatir
b. Data Objektif
1) Produktivitas menurun
3) Penyalahgunaan zat
7. Akibat
Harga diri rendah dapat diakibatkan oleh rendahnya cita-cita seseorang. Hal ini
penampilan seseorang yang tidak optimal. Harga diri rendah muncul saat lingkungan
mengalami harga diri rendah maka akan berdampak pada orang tersebut mengisolasi
diri dari kelompoknya dan cenderung menyendiri dan menarik diri (Direja &
Herman, 2011).
Harga diri rendah dapat berisiko terjadi isolasi sosial yaitu menarik diri. Isolasi
sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah
8. Mekanisme koping
jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanann ego untuk melindungi diri
a. Jangka pendek :
serta dalam klub sosial, agama, politik, kelompok, gerakan, atau geng)
9. Penatalaksanaan
Terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah dikembnagkan sehingga
a. Psikofarmaka
diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu golongan
generasi pertama (typical) dan golongan kedua (atypical). Obat yang termasuk
b. Psikoterapi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang
mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan
bersama.
c. Terapi modalitas
sosial. Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi
Keputusasaan
Effect
Ketidakberdayaan
a. Tujuan
1) Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
b. Tindakan keperawatan
aspek positif seperti kegiatan pasien di rumah, serta adanya keluarga dan
b) Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali bertemu dengan
kemampuan.
aktivitas yang perlu bantuan penuh dari keluarga atau lingkungan terdekat
pasien. Berikan contoh cara pelaksanaan aktivitas yang dapat dilakukan
pasien. Susun bersama pasien dan buat daftar aktivitas atau kegiatan
sehari-hari pasien.
dilakukan pasien.
diperlihatkan pasien.
dilatihkan.
hari.
aktivitas.
d) Susun daftar aktivitas yang sudah dilatihkan bersama pasien dan keluarga.
kegiatan.
pasien
DAFTAR PUSTAKA
Direja, & Herman, A. (2011). Buku Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Eko, P. (2014). Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawayan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Herman, T. H, & Kamitsuru, S. (2018). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2018
Stuart , & Sundeen. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta: EGC.
LAPORAN PENDAHULUAN
“ISOLASI SOSIAL”
OLEH :
NURAENI M LAILLU
R014202027
Isolasi sosial
A. Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Klien
mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian dan tidak mampu membina hubungan
Isolasi sosial merupakan upaya menghindari komunikasi dengan orang lain karena
merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi
rasa, pikiran dan kegagalan. Klien mengalami kesulitan dalam berhubungan secara
spontan dengan orang lain yang di manifestasikan dengan megisolasi diri dan tidak
Dalam membina hubungan sosial individu berada dalam rentang respon yang
adaptif sampai maladaptif. Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima
merupakan respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang kurang
dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya. Respon sosial dan emosional yang
maladaptif sering sekali terjadi dalam kehidupan sehari-hari, khususnya sering dialami
pada pasien isolasi sosial sehingga mulai pendekatan proses keperawatannya yang
mungkin pada pasien dengan masalah keperawatan utama kerusakan interaksi sosial :
Isolasi sosial. Dari segi kehidupan sosial kultural, interaksi sosial adalah merupakan hal
yang utama dalam kehidupan bermasyarakat, sebagai dampak adanya kerusakan isolasi
sosial : Isolasi sosial akan menjadi suatu masalah besar dalam fenomena kehidupan,
B. Etiologi
1. Faktor predisposisi
Faktor perkembangan dan sosial budaya merupakan faktor predisposisi
individu tidak percaya diri, tidak percaya diri pada orang lain, ragu, takut salah,
pesimis, putus asa terhadap hubungan dengan orang lain dan merasa tertekan.
Keadaan ini dapat menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang
lain, menghindar dari orang lain, lebih menyukai berdiam diri sendiri.
a. Pra sekolah
lingkungan di luar kelurga. Dalam hal ini anak membutuhkan dukungan dan
interdependen.
kelurga yang negatif akan mengakibatkan anak menjadi tidak mampu mengontrol
diri, tidak mandiri, (tergantung), ragu, menarik diri dari lingkungan, kurang
b. Anak sekolah
sekolah. Pada usia ini anak mulai mengenal bekerja sama, kompetisi, kompromi.
Konflik sering terjadi dengan orang tua karena pembatasan dan dukungan yang
tidak konsisten. Teman dengan orang dewasa diluar keluarga (guru, orang tua,
dukungan guru dan pembatasan serta dukungan yang konsisten dari orang tua
c. Remaja
Pada usia ini anak mengembangkan hubungan intim dengan teman sebaya
Kegagalan membina hubungan dengan teman dan kurangnya dukungan orang tua
d. Dewasa muda
e. Dewasa tengah
Individu pada usia dewasa tenganh umumnya telah pisah tempat tinggal
dengan orang tua khususnya individu yang telah menikah. Jika telah menikah
maka peran menjadi orang tua dan mempunyai hubungan antar orang dewasa
dan dukungan yang baru. Kegagalan pisah tempat tinggal dengan orang tua,
membina hubungan yang baru dan mendapatkan dukungan dari orang dewasa lain
akan mengakibatkan perhatian hanya tertuju pada diri sendiri, produktifitas dan
f. Dewasa Lanjut
Pada masa ini individu akan mengalami kehilangan, baik itu kehilangan
fungsi fisik, kegiatan, pekerjaan, teman hidup (teman sebaya dan pasangan),
yang baik dapat menerima kehilangan yang terjadi dalam kehidupannya dan
kehilangannya.
kehidupanya serta menolak bantuan yang telah disediakan untuk membantu akan
2. Faktor Presipitasi
b. Stresssor Psikologis
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan keterbatasan
kemampuan untuk mengatasinya, tuntutan untuk berpisah dengan oran terdekat atau
a. Gejala Subjektif
b. Gejala Objektif
Menurut Stuart and Sundeen, rentang respon klien ditinjau dari interaksinya
dengan lingkungan sosial merupakan suatu kontinu yang terbentang antara respon
Interdependent Curiga
a. Respon Adaptif
Respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan
secara umum serta masih dalam batas normal dalam menyelesaikan masalah :
1) Menyendiri, respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang
b. Respon Maladaptif
Respon yang diberikan individu yang menyimpang dari norma sosial yang
dengan orang lain atau lingkungan sekitarnya secara wajar dan hidup.
yang lebuh dini dapat bermanifestasi dalam bentuk prilaku, sikap yang tidak
berdaya.
c. Menarik Diri Katatonik
Suatu keadaan pasien yang sedikit atau sama sekali tidak menghiraukan
sekelilingnya, pasien menyadari segala sesuatu yang terjadi disekitarnya, tetapi dia
kegagalan KB, hamil diluar nikah, jenis kelamin yang tidak diinginkan, bentuk fisik
berdayaan, menyangkal tidak mampu menghadapi kenyataan dan menarik diri dari
lingkunan, terlalu tingginya self ideal dan tidak mampu menerima realita dengan rasa
syukur.
Misalnya kegagalan menjalani hubungan intim dengan sesama jenis atau lawan
jenis, tidak mampu mandiri dan menyelesaikan tugas, bekerja, bergaul, sekolah,
kegagalan.
d. Stressor Internal
Misalnya, stress terjadi akibat ansietas yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan
berpisah dengan orang terdekat, hilangnya pekerjaan atau orang yang dicintai.
G. POHON MASALAH
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Pasien
• Sp1 P
lain.
lain.
• Sp2 P
• Sp3 P
b. Keluarga
• Sp1 K
2) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang dialami pasoien
• Sp2 K
isolasi sosial.
• Sp 3 K
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, B. A. (2006). Modul model praktek keperawatan professional jiwa. Jakarta : FIK-UI
& WHO Indonesia.
Mahnum. (2004). Gangguan alam perasaan : menarik diri. Diakses pada tanggal 16 Oktober
2011, dari http://docs.google.com/gview?a=v&q=cache:d3CPE2Ro-
7gJ:library.usu.ac.id/download/fk/keperawatanmahnum2.pdf+halusinasi&hl=id&gl=id
&sig=AFQjCNEMgDC1xRpxdNlWqks85NbVnWkIrA.
Winddyasis. (2008). ‘Asuhan keperawatan isolasi sosial ; menarik diri. Winddyasis’s Weblog.
Diakses pada tanggal 16 Oktober 2011, dari
http://winddyasih.wordpress.com/2008/10/10/isolasi-sosial-menarik-diri/.
OLEH :
NURAENI M LAILLU
R014202027
1. Definisi
Risiko bunuh diri adalah perilaku merusak diri yang langsung dan disengaja
ingin bunuh diri, misalnya dengan mengatakan: “Tolong jaga anak-anak karena
saya akan pergi jauh!” atau “Segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.” Pada
kondisi ini pasien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya,
namun tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri. Pasien
putus asa / tidak berdaya. Pasien juga mengungkapkan hal-hal negatif tentang
untuk mati disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan
alat untuk melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif pasien telah memikirkan
rencana bunuh diri, namun tidak disertai dengan percobaan bunuh diri.
Walaupun dalam kondisi ini pasien belum pernah mencoba bunuh diri,
Percobaan bunuh diri adalah tindakan pasien mencederai atau melukai diri
untuk mengakhiri kehidupan. Pada kondisi ini, pasien aktif mencoba bunuh diri
dengan berbagai cara. Beberapa cara bunuh diri antara lain gantung diri, minum
racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi.
2. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor Biologis
2) Faktor Psikologis
Faktor sosial budaya yang berkaitan dengan risiko bunuh diri antara lain
b. Faktor Presipitasi
Faktor pencetus risiko bunuh diri meliputi : perasaan terisolasi karena
3. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala risiko bunuh diri dapat dinilai dari ungkapan pasien yang
menunjukkan keinginan atau pikiran untuk mengakhiri hidup dan didukung dengan
a. Data subjektif:
2) Ingin mati
b. Data Objektif:
1) Ekspresi murung
2) Tak bergairah
3) Banyak diam
4. Klasifikasi
a. Ancaman bunuh diri yaitu peringatan verbal atau nonverbal bahwa seseorang
tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri. Orang yang ingin bunuh diri
b. Upaya bunuh diri yaitu semua tindakan terhadap diri sendiri yang dilakukan
c. Bunuh diri yaitu mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau
diabaikan. Orang yang melakukan bunuh diri dan yang tidak bunuh diri akan
Sementara itu, Yosep (2010) mengklasifikasikan terdapat tiga jenis bunuh diri,
meliputi:
Bunuh diri anomik adalah suatu perilaku bunuh diri yang didasari oleh faktor
Bunuh diri altruistik adalah tindakan bunuh diri yang berkaitan dengan
Bunuh diri egoistik adalah tindakan bunuh diri yang diakibatkan faktor dalam
5. Rentang Respon
Respon
Respon Adaptif Mal-adaptif
Perilaku bunuh diri menurut Stuart & Sundeen (2006) dibagi menjadi 3 kategori, yaitu
sebagai beriku:
a. Upaya Bunuh Diri (suicide attempt) yaitu sengaja melakukan kegiatan bunuh
c. Ancaman Bunuh Diri (suicide threat) yaitu suatu perinagtan secara langsung
6. Pohon Masalah
Efek Resiko mencederai diri sendiri, orang lain
dan lingkungan
7. Masalah keperawatan
a. Perilaku kekerasan
rumah, perawat menemui keluarga (pelaku rawat) terlebih dahulu sebelum menemui
dialami pasien dan keluarga (pelaku rawat). Setelah itu, perawat menemui pasien
untuk melakukan pengkajian dan melatih cara untuk mengatasi risiko bunuh diri
yang dialami pasien. Jika pasien mendapatkan terapi psikofarmaka, maka hal
pertama yang dilatih perawat adalah tentang pentingnya kepatuhan minum obat.
keluarga (pelaku rawat) dan melatih keluarga (pelaku rawat) untuk merawat pasien,
serta menyampaikan hasil tindakan yang telah dilakukan terhadap pasien dan tugas
yang perlu keluarga lakukan yaitu untuk membimbing pasien melatih kemampuan
pertemuan, minimal empat kali pertemuan dan dilanjutkan sampai pasien dan
Tujuan:
lingkungan
9. Tindakan keperawatan:
d) Buat kontrak asuhan: apa yang akan dilakukan bersama pasien, berapa lama
kepentingan terapi
f) Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap pasien
tali pinggang)
meminta bantuan dari keluarga atau teman, berpikir positif terhadap diri,
3) positif.
Herman, T. H, & Kamitsuru, S. (2018). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2018
Stuart , & Sundeen. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Yusuf, A., Fitryasari, R., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
OLEH :
NURAENI M LAILLU
R014202027
3. Definisi
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psiklogis. Berdasarkan definisi tersebut maka perilaku
kekerasan dapat dilakukakn secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain dan
lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu sedang
(Townsend, 2009).
yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain
4. Etiologi
a. Faktor predisposisi
1) Teori biologis
a) Neurologic faktor
b) Genetic faktor
Adanya faktor gen yang diturunkan melalui orang tua, menjadi potensi
yang sedang tidur akan bangun jika terstimulasi oleh faktor eksternal.
c) Cycardian rhytm
ataupun pada jam tertentu akan menstimulasi orang untuk lebih mudah
bersikap agresif.
d) Faktor biokimia
2) Teori psikogis
a) Teori psikoanalisa
fase oral antara usia 0-2 tahun dimana anak tidak mendapat kasih sayang
berkembangnya ego dan membuat konsep diri yang yang rendah. Perilaku
kekerasan.
yang mentolelir kekerasan. Adanya contoh, model dan perilaku yang ditiru
tersebut dengan reward yang sama (yang baik mendapat hadiah). Setelah
anak-anak keluar dan diberi boneka ternyata masing-masing anak
c) Learning theory
b. Faktor Presipitasi
individu bersifat unik, berbeda satu orang dengan orang yang lain. Stresor
3) Faktor eksternal meliputi kegiatan atau kejadian sosial yang berubah seperti
5. Manifestasi klinis
3. Tangan mengepal
4. Rahang mengatup
7. Pandangan tajam
8. Jalan mondar mandir (Mukhripah, 2012)
Klien dengan perilaku kekerasan sering menunjukan adanya gejala sebaga berikut :
Tanda dan gejala perilaku kekerasan dapat dinilai dari ungkapan pasien dan
Data Subjektif:
Data Objektif:
b) Pandangan tajam
d) Mengepalkan tangan
e) Bicara kasar
g) Mondar mandir
Adaptif Maladaptif
Keterangan :
b. Frustasi: Individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak dapat
menemukan alternative.
e. Kekerasan: Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya control.
7. Akibat
yang dapat membahayakan, baik diri sendiri maupun orang lain. Seseorang dapat
mengalami perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain dapat menunjukan
perilaku:
Data Subyektif
Data Obyektif
b. Mondar mandir
c. Mata melotot, rahang mengatup
d. Tangan mengepal
f. Mata merah
h. Muka merah
8. Mekanisme Koping
Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada pasien marah untuk melindungi diri
antara lain :
a. Sublimasi
Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia. Artinya dimata masyarakat unutk
seperti meremas remas adona kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya
b. Proyeksi
c. Represi
Misalnya seorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak
disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil
bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh
tuhan. Sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat
melupakanya.
d. Reaksi formasi
sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakan sebagai rintangan misalnya
e. Deplacement
Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan pada objek yang tidak
begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan emosi itu
hukuman dari ibunya karena menggambar didinding kamarnya. Dia mulai bermai
9. Penatalaksanaan
a. Farmakoterapi
Pasien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan pengobatan mempunyai dosis
psikomotornya. Bila tidak ada dapat bergunakan dosis efektif rendah. Contohnya
bukan obat anti psikotik seperti neuroleptika, tetapi meskipun demikian keduanya
b. Terapi okupasi
Terapi ini sering diterjemahkan dengan terapi kerja terapi ini buka pemberian
pekerjaan atau kegiatan itu sebagai media untuk melakukan kegiatan dan
main catur dapat pula dijadikan media yang penting setelah mereka melakukan
kegiatan itu diajak berdialog atau berdiskusi tentang pengalaman dan arti kegiatan
uityu bagi dirinya. Terapi ni merupakan langkah awal yang harus dilakukan oleh
kegiatannya.
agar dapat melakukan lima tugas kesehatan, yaitu mengenal masalah kesehatan,
d. Terapi somatik
Terapi somatic terapi yang diberikan kepada pasien dengan gangguan jiwa dengan
tujuan mengubah perilaku yang mal adaftif menjadi perilaku adaftif dengan
a. Perilaku kekerasan
rawat). Setelah itu, perawat menemui pasien untuk melakukan pengkajian dan
b. Jika pasien telah mendapatkan terapi psikofarmaka, maka hal pertama yang dilatih
selesai melatih pasien, maka perawat kembali menemui keluarga (pelaku rawat)
dan melatih keluarga (pelaku rawat) untuk merawat pasien, serta menyampaikan
hasil tindakan yang telah dilakukan terhadap pasien dan tugas yang perlu keluarga
pertemuan, minimal empat kali pertemuan dan dilanjutkan sampai pasien dan
b. Tindakan Keperawatan
1) Membina hubungan saling percaya, tindakan yang harus dilakukan dalam rangka
• Perkenalkan diri: nama, nama panggilan yang Perawat sukai, serta tanyakan nama
• Buat kontrak asuhan: apa yang Perawat akan lakukan bersama pasien, berapa lama
kepentingan terapi
• Tunjukkan sikap empati
9) Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada saat marah
secara:
• Verbal
• Terhadap lingkungan
Eko, P. (2014). Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawayan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Sari, K. (2015). Panduan Lengkap Praktik Klinik KeperawatanJiwa. Jakarta: Trans Info
Media.
OLEH :
NURAENI M LAILLU
R014202027
Waham
6. Definisi
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat/terus
menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan. Waham adalah suatu keyakinan
seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah, keyakinan yang tidak
b. Waham curiga yaitu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang
kenyataan.
Penyebab secara umum dari waham adalah gannguan konsep diri : harga diri
rendah. Harga diri rendah dimanifestasikan dengan perasaan yang negatif terhadap
diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai
keinginan.
Akibat dari waham klien dapat mengalami kerusakan komunikasi verbal yang
pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak mata yang kurang. Akibat yang
lain yang ditimbulkannya adalah beresiko mencederai diri, orang lain dan
yaitu:
a. Faktor genetik
keturunan.
b. Faktor Perkembangan
Hal ini dapat meningkatkan stress dan ansietas yang berakhir dengan gangguan
c. Faktor Psikologis
d. Faktor Biologis
Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran ventrikel di otak,
Tanda dan gejala waham dinilai dari hasil observasi terhadap pasien serta
ungkapan pasien. Adapun tanda dan gejala pasien waham adalah sebagai
berikut:
a. Perbedaan kognitif
b. Defisit memori
e. Terdapat waham
g. Disorientasi
j. Bingung
k. Amat waspada
b. Persepsi akurat: yaitu proses diterimanya rangsang melalui panca indra yang
atau afek keluar disertai banyak komponen fisiologik dan biasanya berlangsung
tidak lama.
d. Perilaku sesuai hubungan sosial: perilaku individu berupa tindakan nyata dalam
hubungan antar individu dan individu, individu dan kelompok dalam bentuk
kerjasama.
f. Proses pikir kadang terganggu (ilusi): yaitu menifestasi dari persepsi impuls
eksternal melalui alat panca indra yang memproduksi gambaran sensorik pada
area tertentu di otak kemudian diinterpretasi sesuai dengan kejadian yang telah
dialami sebelumnya.
g. Emosi berlebihan atau kurang: yaitu menifestasi perasaan atau afek keluar
h. Perilaku tidak sesuai atau biasa: yaitu perilaku individu berupa tindakan nyata
dalam penyelesaian masalahnya tidak diterima oleh norma – norma sosial atau
i. Perilaku aneh atau tidak biasa: perilaku individu berupa tindakan nyata dalam
berinteraksi
5. Fase waham
fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-
orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat
mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang
secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara Reality dengan selft
ia eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi juga oleh rendahnya penghargaan saat
self ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan
melebihi lingkungan tersebut. Padahal self reality-nya sangat jauh. Dari aspek
rendah.
Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa
dengan kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang
sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien
itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya
Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma
(Super Ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.
e. Comforting
f. Fase improving
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul
sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak
terpenuhi ( rantai yang hilang ). Waham bersifat menetap dan sulit untuk
dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting
K. Pohon Masalah
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada pasien dan
Tanda dan gejala gangguan proses pikir : waham dapat ditemukan dengan
Objektif:
ulang
• Isi pembicaraan tidak sesuai dengan
kenyataan
dan keluarga (pelaku rawat). Saat melakukan pelayanan di Puskesmas dan kunjungan
rumah, perawat menemui keluarga (pelaku rawat) terlebih dahulu sebelum menemui
pasien dan keluarga (pelaku rawat). Setelah itu, perawat menemui pasien untuk
melakukan pengkajian dan melatih cara untuk mengatasi gangguan proses pikir : waham
Jika pasien mendapatkan terapi psikofarmaka, maka hal pertama yang dilatih
perawat adalah tentang pentingnya kepatuhan minum obat. Setelah perawat selesai
melatih pasien, maka perawat kembali menemui keluarga (pelaku rawat) dan melatih
keluarga (pelaku rawat) untuk merawat pasien, serta menyampaikan hasil tindakan yang
telah dilakukan terhadap pasien dan tugas yang perlu keluarga lakukan yaitu untuk
mengingatkan pasien melatih kemampuan mengatasi masalah yang telah diajarkan oleh
perawat.
Setelah perawat selesai melatih pasien, maka perawat kembali menemui keluarga
(pelaku rawat) dan melatih keluarga (pelaku rawat) untuk merawat pasien, serta
menyampaikan hasil tindakan yang telah dilakukan terhadap pasien dan tugas yang perlu
1. Tujuan :
a) Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap
2. Tindakan :
pasien
berhenti membicarakannya
realitas
emosional pasien
1. Tujuan :
secara optimal
2. Tindakan
di rumah.
konsultasi segera
Mosby.
CMHN (2005).Modul basic course community mental health nursing. Jakarta :WHO-FIK UI.
“HALUSINASI PENDENGARAN”
OLEH :
NURAENI M LAILLU
R014202027
I. IDENTITAS KLIEN
Pasien masuk rumah sakit diantar oleh keluarga karena mengamuk dialami sejak 5 hari sebelum masuk RS,
klien melempar orang yang lewat depan rumah, klien merusak barang di rumah, klien mengeluarkan kata-
kata kotor ke keluarga, klien selalu mondar mandir di luar rumah, bicara sendiri, tidur terganggu, mandi
jarang. Awal perubahan perilaku sekiatr 8 tahun lalu saat klien dipaksa menikah, klien jadi suka bicara
Klien mengatakan mendengar suara Zainuddin dg rama yang dianggap sebagai orang tua,
menyuruhnya mandi, suara sering didengar pada malam hari setiap jam 12 malam,
terkadang di siang hari, sehari 1-2 kali dan saat mendengar suara klien merespon dengan
mengikuti apa yang dikatakan suara itu, klien bisa mengontrol suara itu karena menurut
klien apa yang dikatakan suara itu baik, seperti menyuruh mandi, menyuruh minum obat,
menyuruh sholat, klien tidak pernah mendengar suara yang membuat klien marah.
klien pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu, pengobatan sebelumnya tidak berasil
karena klien masih kambuh, klien pernah mengalami kekerasan dalam keluarga berupa
aniaya fisik (dipukul) dan hal ini menjadi pengalaman yang tidak menyenangkan bagi
klien, anggota keluarga yang lain juga ada yang gangguan jiwa yaitu adik klien.
V. PEMERIKSAAN FISIK
TTV :
TD : 100/70mmHg
N : X/mnt
S : °C
P : X/mnt
Ukur : BB : 44 kg, TB : cm
VI. PSIKOSOSIAL
1. Genogram :
Keterangan :
Laki-laki
Perempuan
Pasien
Meninggal dunia
2. Konsep diri
a. Citra tubuh : Klien mengatakan puas dengan dirinya dan bagian mata paling disukai
b. Identitas : Klien mengatakan pernah menikah dan mempunyai satu orang anak
c. Peran : Klien mengatakan anak kelima dari enam bersaudara dan berperan
d. Ideal diri :Klien mengatakan ingin bekerja dan diberi uang, klie mengatakan ingin
e. Harga diri : Klien menyalakan dirinya terhadap apa yang terjadi padanya, klien
mengatakan pernah mendengar kakaknya bicara, “biar saja klien samapai mati di
RSJ”, tapi klien mengatakan kakaknya itu khilaf, dialah yang tidak sempurna.
3. Hubungan sosial
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Klien mengatakan tidak ada
masalah
4. Spiritual
1. Penampilan
2. Pembicaraan
3. Aktivitas motorik
4. Alam perasaan
5. Afek
suara sering didengar pada malam hari, terkadang di siang hari, sehari 1-2 kali dan
saat mendengar suara klien merespon dengan mengikuti suara itu, klien tidak
8. Isi pikir
klien terkadang merasa kehadiran zainuddin yang dianggap sebagai orang tua
9. Arus pikir
11. Memori
Klien mampu mengambil keputusan apa yang ingin dilakukan dalam aktivitasnya
Ya Tidak
Makanan ✓
Keamanan ✓
Perawatan
kesehatan
Pakaian
Transportasi
Tempat tinggal
Uang
2. Kegiatan sehari-hari
a. Perawatan diri :
mandiri
b. Nutrisi :
Klien puas dengan pola makannya, makan selalu bersama. Makan 3x sehari,
kudapan 1-2 x sehari, nafsu makan meningkat, berat badan meningkat (44 kg)
c. Tidur
Klien mengatakan tidak ada masalah dalam tidur, setelah bangun tidur klien
merasa segar, kebiasaan tidur siang setiap hari sekitar 1 jam, tidur malam jam 8,
3. Kemampuan klien : Klien mampu dalam mengatasi kebutuhan sendiri, klien dapat
masih dilakukan oleh perawat, klien mengatakan memiliki sistem pendukung yaitu
keluarga, klien juga menikmati saat melakukan pekerjaan atau hobi.
Klien mengatakan jika ada masalah suka berbicara dengan orang lain
Klien mengatakan tidak ada masalah dengan kelompok, pendidikan, pekerjaan dan
pelayanan kesehatan, klien mengatakan masalah di rumah dan ekonomi dimana klien sudah
membantu mengerjakan pekerjaan di rumah tetapi tidak diberi uang sehingga membuat
klien marah.
Klien mengatakan sistem pendukung adalah keluarga namun terkadang klien merasa tidak
inginkan keluarga.
Nama klien : Ny H
Ruangan : Kenanga
No Tanggal Data Masalah
keperawatan
menyuruhnya mandi
disiang hari
DO :
POHON MASALAH
Tanggal/Bulan/Tahun
No. Diagnosa Keperawatan
Ditemukan Teratasi
: Halusinasi pendengaran
Nama klien : Ny H
Ruangan : Kenanga
No Tanggal Dx Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Keperawatan
O:
• Pasien memahami dan dapat mempraktikkan
cara mengontrol halusinasi (menghardik, rutin
minum obat, bercakap-cakap dengan teman,
melakukan kegiatan merapikan tempat tidur).
A: Halusinasi Pendengaran
P:
• Latihan menghardik 2 x sehari
• Bersama pasien membuat jadwal kegiatan
harian
23 April 2021/ 1. Mengevaluasi kegiatan S:
08.00 menghardik. Beri pujian • Pasien merasa senang diajak bercakap-cakap
2. Mengevaluasi cara mengontrol • Pasien mengatakan ketika mendengar suara-
halusinasi dengan obat ( 6 suara dia mengikuti apa yang dikatakan suara
tersebut (menyuruh mandi tengah malam)
benar: jenis, guna, dosis,
frekuensi, cara kontinuitas O:
minum obat) • Pasien dapat mempraktikkan cara menghardik
3. Mengevaluasi cara mengontrol saat mendengar suara-suara.
halusinasi dg bercakap-cakap • Pasien dapat menyebutkan ulang jenis, guna,
saat terjadi halusinasi frekuensi, obat yang sering diminum
4. Mengevaluasi cara mengontrol • Pasien dapat menyebutkan cara mengontrol
halusinasi dg melakukan halusinasi dengan bercakap-cakap dengan
teman di bangsal
kegiatan harian (merapikan
tempat tidur,melakukan
kegiatan ibadah/sholat) A: Halusinasi Pendengaran
5. Masukkan pada jadwal kegiatan
untuk latihan menghardik, P:
minum obat, bercakap-cakap • Latihan menghardik 2 x sehari
serta kegiatan merapikan tempat • Minum obat sesuai aturan Rispiridon 2 mg 2 x
tidur dan sholat sehari dan clozapam 0,25 mg 1 x sehari
• Berbincang-bincang dengan teman di bangsal
• Lakukan kegiatan harian yaitu merapikan
tempat tidur dan beribadah/sholat
A: Halusiansi Pendengaran
P:
• Latihan menghardik 2 x sehari
• Minum obat sesuai aturan Rispiridon 2 mg 2 x
sehari dan clozapam 0,25 mg 1 x sehari
• Berbincang-bincang dengan teman di bangsal
• Lakukan kegiatan harian yaitu merapikan
tempat tidur dan beribadah/sholat
2. Defisit 21 April 2021 SP 1 S:
Perawatan Diri
1. Membina hubungan saling • Klien mengatakan seluruh badannya gatal
percaya dengan klien • Klien mengatakan udah mandi tapi tidak mau ganti
2. Mengidentifikasi masalah baju
kebersihan diri, berdandan, • Klien mengatakan jarang menyisir rambut
makan, BAB/BAK O:
3. Menjelaskan pentingnya • Klien tampak menggaruk badannya
perawatan diri • Penampilan tidak rapi, baju kusut
4. Menjelaskan alat dan cara • Rambut nampak kotor dan acak-acakan
merawat kebersihan diri
• Klien mengatakan tidak mempunyai shampo
5. Masukkan dalam jadwal A: Defisit perawatan diri
kegiatan pasien P: Lanjutkan intervensi
22 April 2021 SP 2 S:
1. Evaluasi kegiatan yang lalu • Klien mengatakan sudah mandi
(SP1) • Klien mengatakan sudah mengganti baju bersih
2. Menjelaskan pentingnya
berdandan O:
3. Menjelaskan cara dan alat • Klien tampak bersih
untuk berdandan • Baju sudah diganti
4. Melatih cara berdandan • Klien bisa menyisir rambut dan mengikat rambut
5. Masukkan dalam jadwal • Klien bisa memakai bedak dan lipstick
kegiatan pasien A: Defisit perawatan diri minimal
P: Lanjutkan intervensi
23 April 2021 SP 3 S:
1. Melakukan evaluasi kegiatan • Klien mengatakan merasa segar
yang lalu (Sp1 & SP 2) • Klien mengatakan mencuci tangan dengan air
2. Menjelaskan cara dan alat sebelum makan
makan yang benar O:
3. Melatih kegiatan makan • Klien tampak bersih
4. Masukkan dalam jadwal • Baju rapi
kegiatan pasien • Klien memakai bedak dan lipstic
• Rambut terikat
• Klien makan dengan perlahan
A: Defisit perawatan diri teratasi
P: Pertahankan intervensi.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP1-4P)
HALUSINASI PENDENGARAN
OLEH :
NURAENI M LAILLU
R014202027
Mengetahui
Perseptor CI Lahan
HALUSINASI PENDENGARAN
E. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
2. Diagnosa keperawatan
3. Tujuan khusus
4. Tindakan keperawatan
halusinasi
harian
Orientasi:
1. Salam terapeutik
“Assaalamu alaikum ibu” “perkenalkan saya, Nuraeni mahasiswa PSIK UNHAS yang
sedang praktik di ruangan Kenanga. “hari ini saya bertugas dari jam 10.00 – 12.00, saya
yang akan membantu perawatan ibu hari ini. Pada hari ini kita akan belajar menghardik
ya bu.”
2. Evaluasi/validasi
3. Kontrak:
Kerja:
“Apakah ibu biasa atau sering mendengar suara-suara yang tidak ada wujudnya?”
“Ibu, ada 4 cara yang adek bisa lakukan. Pertama, dengan cara menghardik suara tersebut.
Kedua, dengan cara meminum obat secara teratur. Ketiga, bercakap-cakap dengan orang
“Bagaimana kalau sekarang kita belajar mengontrol halusinasi dengan cara menghardik?
Caranya, saat ibu mulai mendengar suara-suara itu, ibu bisa langsung menghardik dengan
mengatakan “Pergi!! Saya tidak mau dengar!! Kamu tidak nyata!!.” Telinga dapat ditutup
dengan kedua tangan. Kegiatan tersebut diulang-ulang sampai suara itu tidak terdengar lagi.
Coba ibu peragakan cara menghardik seperti yang sudah saya dijelaskan tadi.”
“Ibu sudah dapat mempraktekkan cara menghardik dengan baik, bagaimana kalau kita
Terminasi:
Evaluasi obyektif : “Apa ibu bisa mempraktekkan kembali apa yang telah kita bicarakan
“Kalau nanti ibu mendengar suara-suara itu, ibu bisa segera mempraktekkan cara
menghardik halusinasi.”
HALUSINASI PENDENGARAN
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
2. Diagnosa keperawatan
3. Tujuan khusus
4. Tindakan keperawatan
Orientasi:
1. Salam terapeutik
“Assaalamu alaikum Ibu H” “saya, Nuraeni, masih ingat dengan saya kan bu?’’ Pada
hari ini kita akan belajar cara minum obat yang benar ya bu .”
2. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan ibu hari ini?”, “Kegiatan apa yang sudah dilakukan tadi?”
“Apakah ibu masih mendengar suara-suara itu?” “Masih ingat apa yang kita
3. Kontrak:
Topik : “Sesuai janji kita kemarin, hari ini kita akan berbincang-bincang tentang
cara mengontrol halusinasinya ibu dengan cara yang kedua yaitu dengan
pengobatan”
Kerja:
“Kemarin kita sudah belajar 1 cara mengontrol halusinasi. Ibu masih ingat? Coba
sebutkan! Apakah ibu sudah memasukannya dalam jadwal kegiatan harian ibu?”
“Hari ini kita akan berbincang-bincang tentang cara mengontrol halusinasi, dengan
minum obat. Hari ini, ibu sudah minum obat? Dalam sehari berapa kali ibu minum
obat? Obatnya berapa macam? Bagaimana warna obatnya? Bagaimana cara ibu minum
“Benar orang. Liat tempat obat ibu apa namanya sesuai atau tidak? Kalau tidak sesuai,
“Benar Obat: Obat ibu ada dua macam, namanya Rispiridon 2 mg warnanya putih dan.
“Benar dosis. Kalau obat Rispiridon diminum dua kali dalam sehari, sekali minum 1
tablet dan Clozapam diminum pada malam hari dan satu tablet setiap kali minum"
“Benar waktu : Waktu minum obatnya harus tepat, Rispiridon diminum pagi dan sore.
Clozapam diminum pada malam hari saja.. Sesuai jadwal minum obat di ruangan.”
Obat yang ibu minum ini ada manfaatnya supaya ibu tidak mendengar halusinasi, tidak
mudah marah dan tetap merasa tenang. Kalau ibu tidak tepat minum obat, nanti bisa
sakit lagi.
“Nah sekarang kita praktekkan cara minum obat yang benar, cek dulu sesuai prinsip
“Nah, kegiatan ini akan kita masukkan dalam jadwal harian ibu, Ibu setuju?”
Terminasi:
Evaluasi obyektif: “Apa ibu bisa menyebutkan kembali apa yang telah kita
bicarakan tadi?”
2. Rencana tindak lanjut klien
“Ibu bisa menyebutkan ketiga cara mengontrol halusinasi yang ibu telah pelajari?”
“Wah.. ingatan ibu baik sekali” “Ibu nanti obatnya diminum secara teratur ya…,
halusinasi ibu?”
kamar..”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWTAN (SP3P)
HALUSINASI PENDENGARAN
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
2. Diagnosa keperawatan
3. Tujuan khusus
4. Tindakan keperawatan
orang lain
Orientasi:
1. Salam terapeutik : “Assaalamu alaikum Ibu H?”masih ingat dengan saya kan bu?”
2. Evaluasi/validasi: “Bagaimana perasaan ibu hari ini?”, “Kegiatan apa yang sudah
dilakukan tadi?” “Apakah ibu masih mendengar suara-suara itu?” “Masih ingat apa
yang kita bicarakan kemarin? Coba sebutkan!”
3. Kontrak:
Topik : “Sesuai janji kita kemarin, hari ini kita akan berbincang-bincang tentang
cara mengontrol halusinasinya ibu dengan cara yang ketiga yaitu dengan
bercakap-cakap”
saja?”
Kerja:
“Kemarin kita sudah sepakat kalau ibu akan melakukan cara menghardik halusinasi untuk
dimasukkan ke dalam jadwal harian ibu. Apakah sudah dilakukan atau tidak? Wah..
bagus sekali”
“Sekarang saya akan mengajarkan cara mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-
cakap dengan orang lain. Jadi, saat ibu mulai mendengar suara itu muncul ibu dapat
segera ke perawat atau teman katakan bahwa ibu mendengar suara itu lagi, kemudian
dalam jadwal kegiatan ibu. Ibu setuju? Jam berapa kira-kira ibu mau melakukannya?”
Terminasi:
tadi?” “Coba ibu praktekkan kembali cara bercakap-cakap dengan orang lain jika
“Kalau nanti ibu mendengar suara-suara itu, ibu bisa segera mempraktekkan cara
halusinasi ibu dengan cara yang keempat yaitu melakukan aktifitas yang terjadwal?”
HALUSINASI PENDENGARAN
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Data subyektif (DS): Klien mengatakan bahwa klien tidak mendengar suara itu lagi
Data Obyektif (DO): Selama berinteraksi dengan perawat, kontak mata baik.
2. Diagnosa keperawatan
3. Tujuan khusus
4. Tindakan keperawatan
Orientasi:
1. Salam terapeutik: “Assaalamu alaikum Ibu M” masih ingat dengan saya kan bu?”
2. Evaluasi/validasi “Bagaimana perasaan ibu hari ini?” “Kegiatan apa yang sudah
dilakukan tadi?” “Apakah ibu masih mendengar suara-suara itu?” “Masih ingat apa
3. Kontrak:
Topik : “Sesuai janji kita kemarin, hari ini kita akan berbincang-bincang tentang cara
Kerja:
“Kemarin kita sudah sepakat kalau mengontrol halusinasi yaitu dengan cara menghardik,
minum obat dan bercakap-cakap dengan orang lain saat halusinasi muncul. Apakah ibu sudah
melakukannya?”
“Hari ini saya akan mengajarkan cara mengontrol halusinasi dengan melatih kegiatan yang
biasa ibu lakukan di rumah. Jadi, supaya halusinasinya tidak muncul atau untuk mengontrol
halusinasi pendengaran dan penglihatan, ibu dapat melakukan kegian yang sering ibu
“Wah banyak sekali kegiatan ibu! Dan itu bagus buat ibu.. apalagi jika ibu melaksanakannya
di sini”
“Nanti, kegiatan-kegiatan harian ibu akan kita masukkan ke dalam jadwal harian ibu?”
Terminasi:
Evaluasi obyektif: “Apa ibu bisa menyebutkan kembali apa yang telah kita bicarakan
tadi?”
“Ibu bisa menyebutkan keempat cara mengontrol halusinasi yang ibu telah pelajari?”
Topik : Bagaimana kalau kita bercakap-cakap lagi tentang cara mengontrol halusinasi
dengan 4 cara yang sudah diajarkan yaitu menghardik, minum obat-obatan, bercakap-
HALUSINASI PENDENGARAN
OLEH :
NURAENI M LAILLU
R014202027
Mengetahui
Perseptor CI Lahan
Nama : Ny.H
Usia : 48 tahun
Hari/Tanggal : Rabu 21 April 2021
Waktu : 10.00-10:15
Interaksi : Ke I Fase Orientasi
Nama Mahasiswa: Nuraeni M Laillu
Lingkungan : Tenang bangsal kenanga
Tujuan : Setelah intervensi keperawatan K dan P dapat mengenal masalahnya
Deskripsi : Penampilan klien terlihat cukup rapi, rambut dan wajah bersih, sudah mandi
A. FASE PERKENALAN
KOMUNIKASI KOMUNIKASI ANALISA ANALISA RASIONAL
VERBAL NONVERBAL BERPUSAT PADA BERPUSAT PADA
PERAWAT (P) KLIEN (K)
P : Assalamualaikum Bu P : Memandang dan P : berharap Pasien K : Tetap tenang ketika Salam terapeutik
tersenyum membalas senyum dan disapa oleh P Memberi salam adalah
K: Iye salam... menjawab salam hal yang baik untuk
K :Memandang dan K : Menunjukan sikap berkenalan
P : Ibu namanya siapa? terenyum P : menunjukan sikap terbuka kepada perawat
empati
K: Herlina P: melakukan kontak
mata P : menunjukan sikap K: Mengerti apa yang
P: Ibu biasanya akrab dikatakan oleh perawat. Perkenalan diharapkan
dipanggil siapa? K : melakukan kontak Klien juga mau bekerja dapat membina
mata P : Berharap Pasien mau sama dengan perawat hubungan saling percaya
K : Lina saja diajak bercakap-cakap juga untuk
P : menghadap kearah dan bekerja sama meningkatkan
P : oke, kalau nama saya klien kepercayaan bagi Pasien
Nuraeni, ibu bisa P : Merasa lega karena K
panggil saya ners Nuko K : menghadap perawat mau merespon stimulus
yang disampaikan oleh P
K : iya K: Memperhatikan apa dan K mau menyebut
yang disampaikan namanya
perawat dengan baik dan
nyambung
P : Ibu H, saya di sini P:Sikap terbuka tetap Berpikir apakah K mau Tampak tidak keberatan Informing : memberikan
mulai dari jam 10.00 tersenyum. melanjutkan interaksi, dengan kontrak waktu infomasi tentang waktu
sampai 12.00 wita. Kita berfikir untuk interaksi yang ditawarkan. dan tujuan perawat
selanjutnya.
sama-sama akan K:klien menatap perawat mengadakan interaksi
membahas masalah yang sambi tersenyum dengan klien
ibu rasakan, mudah- Tidak keberatan
mudahan saya dapat P:Menatap ke arah klien terhadap permintaan
membantu memecahkan perawat
masalahnya. Untuk itu P: Tetap tersenyum, dan
saya berharap ibu mau tetap
Berharap K mulai mau
menceritakan apa yang mempertahankan
berinteraksi dengan
ada dalam pikiran dan kontak mata.
Perawat.
perasaan ibu agar saya
K: Ekspresi wajah serius
lebih tahu.
. Kontrak diperlukan
K : Iya untuk interaksi yang
lebih terarah.
P : sekarang kita akan
berbincang” ya bu, di Mau mendengar dengan
sini saja selama 15 menit Berharap K mau serius dan
saja, boleh? menjawab pertanyaan P. memperhatikan.
K :iya
K: Di sini saja
ANALISA PROSES INTERAKSI
Nama : Ny.H
Usia : 48 tahun
Hari/Tanggal : Rabu 21 April 2021
Waktu : 11.00-11:30
Interaksi : Ke II Fase Kerja
Nama Mahasiswa: Nuraeni M Laillu
Lingkungan : Tenang bangsal kenanga
Tujuan : Setelah intervensi keperawatan klien dapat mengenal dan mengontrol halusinasi
Deskripsi : Penampilan klien terlihat cukup rapi, rampakt dan wajah bersih, sudah mandi
A. FASE KERJA
Melihat kemampuan
K: Na suruh mandi
Berharap K tetap
suster, jadi mandi ma’ kooperatif menjawab
klien
pertanyaan
P: Bagaimana perasaan
ta’ saat mendengar
suara itu? Memperagakan ulang Menunjukkan sikap
kepedulian terhadap K
K: Tidak ji suster, ku cara yang benar
ikut iii.. karena baik
ji yang na bilang,
suruh ka’ mandi, Memberikan pujian atas
Evaluasi apakah klien
suruh minum obat, apa yang diberikan
suruh makan. benar-benar mengerti
atau tidak
P: Bu, saya percaya ibu
mendengar suara itu,
tapi orang di sekitar Memberi informasi
ibu tidak ada yang
dengar, jadi kita sampai klien benar-
belajar untuk benar mengerti
menghilangkan suara Senang dan memberikan
itu di?, ibu tau
caranya? pujian
Melihat kemampuan
K: Iye tau suster,
klien setelah diberikan
menghardik, rutin serta menekankan
minum obat, pengetahuan tentang kepada klien untuk
bercakap-cakap selalu mengulangi apa
latihan tarik nafas dalam
dengan teman dan yang diajarkan
merapikan tempat
Memberikan pujian
tidur atau beribadah
untuk meningkatkan
harga diri klien
P: Waahhh pintar ibu Memperagakan ulang
ya... coba kita
cara yang benar
praktekkan
menghardik.
Memberikan pujian atas
P: Bagus bu, ibu benar K: Tersenyum sambil
sekali. Jadi kalau ada apa yang diberikan
memcontohkan cara
kita dengar suara-
suara itu lagi, ibu pertama
lakukan tindakan
menghardik ini ya...
P: Berbicara dengan
K: iya suster
sopan, lambat dan
jelas,
Senang dan memberikan
mempertahankan
pujian serta menekankan
kontak mata
kepada klien untuk
K: Memperagakan
selalu mengulangi apa
latihan menghardik
yang diajarkan
P: Menatap klien dan
memegang bahu
klien
K: Memperagakan sekali
lagi
P : menganggukkan
kepala sambil
tersenyum kearah
klien dan menepuk-
nepuk bahunya.
K : senyum dan
mengangguk
ANALISA PROSES INTERAKSI
Nama : Ny.H
Usia : 48 tahun
Hari/Tanggal : Rabu 21 April 2021
Waktu : 11.45-12:00
Interaksi : Ke II FaseTerminasi
Nama Mahasiswa: Nuraeni M Laillu
Lingkungan : Tenang bangsal kenanga
Tujuan : Setelah intervensi keperawatan klien melakukan kontrol Halusinasi
Deskripsi : Penampilan klien terlihat cukup rapi, rampakt dan wajah bersih, sudah mandi
A. FASE TERMINASI
KOMUNIKASI KOMUNIKASI NON ANALISA BERFOKUS ANALISA BERFOKUS
RASIONAL
VERBAL VERBAL PADA KLIEN PADA PERAWAT
P: oh iya pak, sekarang P:Memperhatikan ekspresi Mengingatkan bahwa
Mengungkapkan
sudah 20 menit sesuai wajah klien kontrak waktu telah selesai
terminasi dapat
kontrak waktu tadi. dan menanyakan perasaan
memberikan kesadaran
klien setelah berbincang-
bagi klien bahwa setiap
Setelah cerita-cerita
bincang ada pertemuan pasti ada
begini sama saya, K: Menatap kearah perawat Menjawab dengan singkat perpisahan.
bagaimana ekspresi datar dan Terminasi yang
perasaanta? memperhatikan apa yang disepakati dapat
ditanyakan oleh perawat. mempertahankan
Mengakhiri perbincangan hubungan.
K:Baik-baik ji P:Memperhatikan ekspresi dan membuat kontrak waktu
wajah klien untuk kegiatan selanjutnya Kontrak diperlukan untuk
P: Kalau begitu Menyetujui topik dalam interaksi selanjutnya
pembicaraan kita cukup upaya mengatasi masalah. yang lebih terarah.
sekian dulu ya…., saya K:menjawab cepat dengan jelas. Klien setuju dengan kontrak
tadi sudah mengetahui Melihat ke arah perawat yang ditawarkan perawat.
kalau ibu benar dalam tanpa mengubah ekspresi
mempraktekkan cara datarnya.
menghardik. Besok jam P: Memperhatikan ekspresi Klien sependapat dengan
9 kita cerita-cerita lagi wajah klien perawat
pak? Saya akan Berharap klien mau
K: menjawab cepat dan singkat. menerima perpisahan secara
mengevaluasi atau
Melihat ke arah perawat realistis. Berharap klien
menanyakan kembali tanpa mengubah ekspresi mau diajak bercakap-cakap Perhatian akan kondisi
kepada ibu, aktivitas datarnya. Klien sependapat dengan lagi. Senang karena klien klien dapat mempererat
ibu P: Tetap tersenyum sambil perawat mau diajak bercakap-cakap hubungan saling-percaya.
memperhatikan klien dan walaupun klien terkadang
mempertahankan kontak menjawab dengan singkat.
K : Bisa mata
K : Iye
K: iye
KASUS MINGGU 2 :
b. Analisis Proses Interaksi (API) Risiko Perilaku Kekerasan pada Ny. S di Ruang
Kenanga
c. Analisis Proses Interaksi (API) Risiko Perilaku Kekerasan pada Ny. S di Ruang
Kenanga
ASUHAN KEPERAWATAN
OLEH :
NURAENI M LAILLU
R014202027
Mengetahui CI Lahan
Perseptor
Pasien masuk rumah sakit untuk kesekian kalinya diantar oleh anaknya karena mengamuk dialami sejak 4
hari sebelum masuk RS, pasien mengambil pisau dan mengancam saudara dan ibuya, pasien terkadang jalan
keluar rumah tanpa tujuan, suka berbicara sendiri dan tidur pasien juga terganggu.
KELUHAN UTAMA
yang selalu memanggil dirinya, kadang juga melihat aji subur berbicara dengannya. saat di
kaji kadang klien menunjukkan ekspresi berubah dengan cepat, pandangan tajam dan
terdiam, saat klien di paksa untuk mengganti bajunya, tiba-tiba klien bernapas dengan cepat
seperti menahan emosi dan ingin marah, klien tampak lesu dan pembicaraa cepat kontak
mata kurang klien nampak sering mengalihkan pandangan ke tempat lain saat diajak
berbicara, klien kadang berbicara sendiri, klien juga mengatakan bahwa dirinya tidak sakit.
Klien pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu, pengobatan sebelumnya tidak berasil
karena Klien masih kambuh, Klien klien pernah mengalami kekerasan dalam keluarga
berupa aniaya fisik (dipukul) dan hal ini menjadi pengalaman yang tidak menyenangkan
bagi klien, anggota keluarga yang lain juga ada yang gangguan jiwa yaitu adik klien.
XVI. PEMERIKSAAN FISIK
TTV :
TD : 110/70mmHg
N : X/mnt
S : °C
P : X/mnt
Ukur : BB : kg, TB : cm
Keluhan fisik : Klien sering menggaruk, terasa gataltapi klien mengatakan tidak
XVII. PSIKOSOSIAL
5. Genogram :
Keterangan : Laki-laki
Perempuan
Pasien
Meninggal dunia
6. Konsep diri
b. Identitas : Klien sudah menikah sebanyak 3 kali, suami pertama tidak diketahui dan
memiliki aak 2 orang sudah meninggal, suami kedua meninggal memiliki 1 irang
7. Hubungan sosial
f. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Klien mengatakan tidak ada
masalah
8. Spiritual
I. STATUS MENTAL
1. Penampilan
• Tidak rapi
Jelaskan :Penampilan klien tidak rapi, rambut acak-acakan serta baju tidak diganti selama
2 hari
1. Pembicaraan
• Cepat
• Keras
• Gagap
• Inkoherensi
• Lambat
• Membisu
Jelaskan : Klien kadang tampak lesu saat berbicara, nada bicara cepat, kontak mata
2. Aktivitas Motorik
• Lesu
• Tegang
• Gelisah
• Agitasi
• Tik
• Grimasem
• Tremor
• Kompulsif
Jelaskan : Klien nampak tidak bersemangat dan tidak sanggup lama-lama berbicara
3. Alam perasaan
• Sedih
• Ketakutan
• Putus asa
• Khawatir
• Gembira berlebihan
2. Afek
• Datar
• Tumpul
• Labil
• Tidak sesuai
Jelaskan : Kadang klien menunjukkan ekspresi berubah dengan cepat, saat klien di paksa
untuk mengganti bajunya, tiba-tiba klien bernapas dengan cepat seperti menahan emosi dan ingin
marah
• Bermusuhan
• Tidak kooperatif
• Mudah tersinggung
• Defensive
• Curiga
Jelaskan : Klien nampak sering mengalihkan pandangan ke tempat lain saat diajak
Halusinasi :
• Pendengaran
• Penglihatan
• Perabaan
• Pengecapan
• Penghidu/Penciuman
Jelaskan : Klien kadang mendengar suara yang meanggil-manggil dirinya dan terkadang
5. Isi pikir
• Obsesi
• Phobia
• Hipokondria
• Depersonalisasi
• Pikiran magis
Waham :
• Agama
• Somatik
• Kebesaran
• Curiga
• Nihilistic
• Sisip pikir
• Siar pikir
• Kontrol pikir
6. Arus pikir
• Sirkumstansial
• Tangensial
• Kehilangan asosiasi
• Flight of idea
• Blocking
• Pengulangan pembicaraan/perseverasi
7. Tingkat Kesadaran
• Bingung
• Sedasi
• Disorientasi waktu; klien mengingat waktu masuk RS, tgl lahir dan tgl lahir anak
• Disorientasi orang
• Disorientasi tempat
Jelaskan : Klien kadang tampak bingung, Klien kadang mengatakan saya sering melihat
8. Memori
• Konfabulasi
• Mudah beralih
• Gangguan bermakna
Ya Tidak
• Makanan √
• Perawatan kesehatan √
• Pakaian √
• Transportasi √
• Tempat tinggal √
• Uang √
a. Perawatan diri BT M
• Mandi √
• Makan √
• BAB / BAK √
Jelaskan : Klien melakukan semua kegiatan secara mandiri, akan tetapi, klien
b. Nutrisi
• Ya
• Tidak
• Tidak
Nafsu makan :
• Meningkat
• Menurun
• Berlebihan
• Sedikit – sedikit
Berat Badan :
• Meningkat
• Menurun
c. Tidur
• Somnabulisme
Jelaskan : Klien tidak memiliki masalah dengan tidur, tidak ada ritual
• Ya
• Tidak
• Ya
• Tidak
• Ya
• Tidak
• Ya
• Tidak
kesehatan
Terapis : Tidak
Teman sejawat : Ya :
Jelaskan : .................................................................................................................
• Ya
• Tidak
Adaptif :
Maladaptif :
• Bicara dengan orang lain • Minum alkohol
• Mampu menyelesaikan masalah • Reaksi lambat/ berlebih
• Teknik relokasi
• Bekerja berlebihan
• Aktivitas konstruktif
• Menghindar
• Olahgara
• Mencederai diri
• Lainnya ……………
• Lainnya…………………
• Penyakit jiwa
• Factor presipitasi
• Koping
• System pendukung
• Penyakit fisik
• Obat-obatan
• Masalah Lainnya: Klien tidak mengetahui penyakit yang di deritanya, klien hanya
sekitar.
V. ASPEK MEDIK
Terapi medik :
• Risperidone 2 mg 2x1
Nama klien : Ny S
Ruangan : Kenanga
Masalah
No Identifikasi Data
Keperawatan
1. DS : Risiko
• Klien mengatakan marah-marah dan mengamuk di rumah, kadang Perilaku
mendengar suara-suara yang selalu memanggil dirinya, kadang juga Kekerasan
melihat aji subur berbicara dengannya
• Klien mengatakan dirinya tidak sakit, malas mium obatdan merasa tidak
senang dibawah ke RS
• Klien mengatakan kwatir suara-suara itu datang lagi
DO :
• Klien kadang menunjukkan ekspresi berubah dengan cepat, pandangan
tajam dan terdiam
• Saat klien di paksa untuk mengganti bajunya, tiba-tiba klien bernapas
dengan cepat seperti menahan emosi dan ingin marah
• Klien tampak lesu dan pembicaraa cepat
• Kontak mata kurang, nampak sering mengalihkan pandangan ke tempat
lain saat diajak berbicara
• Klien kadang berbicara sendiri
• Ekspresi wajah tegang
2. DS : Defisit
• Klien mengatakan malas mengganti baju Perawatan
• Klien mengatakan tidak berhias setelah mandi Diri
DO :
• Penampilan klien tidak rapi, rambut acak-acakan serta baju tidak
diganti selama 2 hari
• Klien sudah 2 hari tidak ganti baju
POHON MASALAH
Gangguan Persepsi
Sensori : Halusinasi
Etiolog
Tanggal/Bulan/Tahun
No. Diagnosa Keperawatan
Ditemukan Teratasi
1. Minum obat O:
2. Komunikasi • Pasien mampu
secara melakukan tarik nafas
verbal : dalam dengan mandiri.
asertif/bicar • Pasien mampu pukul
a baik-baik. bantal secara mandiri.
• Pasien mampu
mengontrol amarah
dengan minum obat
secara teratur dengan
bantuan perawat
• Pasien mampu melakukan
komunikasi secara
verbal : asertif/bicara
baik-baik dengan
motivasi. Terkadang
masih labil
A : Risiko Perilaku Kekerasan
(+).
P :
• Latihan tarik nafas
dalam 1x/hari.
• Latihan pukul bantal
1x/hari.
• Berobat
• Pasien melakukan
komunikasi secara verbal
: asertif/bicara baik-baik.
Kamis, Sp4 : Risiko Perilaku S :
29 April Kekerasan.
2021/10. • Pasien mengatakan
00 1. Mengevaluasi merasa senang
kemampuan telah
pasien dalam mampu
tarik nafas mengontrol emosinya
dalam dan setelah perawat
pukul bantal menjelaskan cara
kasur, minum mengontrol emosi dan
obat secara minum obat secara
teratur dan teratur dan berbicara
berbicara baik- baik-baik
baik.
2. Melatih pasien O:
untuk
• Pasien belum mampu
melakukan
melakukan kegiatan
kegiatan
ibadah
spritual yang
sudah diatur.
A : Perilaku Kekerasan (+).
P:
• Latihan tarik nafas
dalam dan pukul kasur
bantal 2x/hari.
• Berobat.
• Latihan melakukan
komunikasi secara
verbal : asertif/bicara
baik-baik.
• Latihan pasien untuk
melaksakan kegiatan
beribada seperti berdoa.
Defisit 27 April SP 1 S:
perawatan 2021/ 6. Membina hubungan • Klien mengatakan seluruh
Diri 10.30 saling percaya badannya gatal
dengan klien • Klien mengatakan belum
7. Mengidentifikasi mandi dari kemarin
masalah kebersihan • Klien mengatakan jarang
diri, berdandan, menyisir rambut
makan, BAB/BAK O:
8. Menjelaskan • Klien tampak menggaruk
pentingnya badannya
perawatan diri • Penampilan tidak rapi, baju
9. Menjelaskan alat dan kusut
cara merawat • Rambut nampak kotor dan
kebersihan diri acak-acakan
10. Masukkan • Klien mengatakan tidak
dalam jadwal mempunyai shampo
kegiatan pasien A: Defisit perawatan diri
P: Lanjutkan intervensi
28 April SP 2 S:
2021/09.0
0
6. Evaluasi kegiatan • Klien mengatakan sudah
yang lalu (SP1) mandi
7. Menjelaskan • Klien mengatakan sudah
pentingnya mengganti baju bersih
berdandan
8. Menjelaskan cara O:
dan alat untuk • Klien tampak bersih
berdandan • Baju sudah diganti
9. Melatih cara • Klien bisa menyisir rambut
berdandan dan mengikat rambut
10. Masukkan dalam • Klien bisa memakai bedak
jadwal kegiatan dan lipstick
pasien A: Defisit perawatan diri
minimal
P: Lanjutkan intervensi
29 April SP 3 S:
2021/10.0 5. Melakukan evaluasi • Klien mengatakan merasa
0 kegiatan yang lalu segar
(Sp1 & SP 2) • Klien mengatakan mencuci
6. Menjelaskan cara tangan dengan air sebelum
dan alat makan yang makan
benar O:
7. Melatih kegiatan • Klien tampak bersih
makan • Baju rapi
8. Masukkan dalam • Klien memakai bedak dan
jadwal kegiatan lipstick
pasien • Rambut terikat
• Klien makan dengan
perlahan
A: Defisit perawatan diri teratasi
P: Pertahankan intervensi.
Mengetahui
Perseptor CI Lahan
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
H. Proses Keperawatan
5. Kondisi klien
dengannya
dan terdiam
6. Diagnosa keperawatan
7. Tujuan khusus
kekerasan.
dilakukannya.
dilakukannya.
kekerasannya.
8. Tindakan keperawatan
a. Mendiskusikan penyebab PK
d. Mendiskusikan akibat PK
Orientasi:
1. Salam Terapeutik
saya yang akan membantu merawat Ibu selama dirawat dirumah sakit ini.
Kalau boleh tahu siapa namanya Ibu? Ibu senang dipanggil siapa Bu ? ”
2. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan Ibu saat ini?” apa tidurnya kita nyenyk Bu?”
Apakah kemarin ada hal yang membuat Ibu marah atau kesal?
3. Kontrak
kalau 15 menit?”.
Kerja :
“Baik Bu, bisa kita mulai sekarang? Apa yang meyebabkan Ibu biasanya
marah?”, “Bisa Ibu ceritakan apa yang dirasakan saat marah?”. “Saat Ibu
marah apa ada perasaan tegang, kesal, mengepalkan tangan, mondar mandir?,
atau mungkin ada hal lain yang dirasakan?”. “Apa saja yang Ibu lakukan saat
sedang marah?”, “terus apakah setelah melakukan tindakan tadi masalah yang
dialami selesai?”. “Apa akibat dari tindakan yang telah dilakukan?” Apakah
ada tindakan yang lebih baik yang bisa Ibu lakukan untuk mengontrol
kemarahan Ibu?
kerugian, ada beberapa cara fisik untuk mengendalikan rasa marah, hari ini
kita belajar yaitu teknik tarik napas dalam dan pukul bantal yah Bu” “Oh iya
Bu, bisa kita ambil bantalnya Bu dikamar?” “Oh begini saja Bu?”,“Baik Bu,
kalau tanda marah itu sudah Ibu rasakan berdiri lalu tarik nafas dari hidung,
sekali Ibu sudah dapat melakukan nya.” Kemudian jika amarahnya belum bisa
redah, Ibu bisa masuk ke kamar dan ambil bantal, kemudian Ibu pukul
“Bisa kita peragakan Bu cara pukul bantal yang kita tahu?” “nah sebaiknya
latihan ini Ibu lakukan secara rutin bisa 2x sehari, sehingga bila sewaktu-
Terminasi:
bincang tadi dan telah belajar cara mengontrol kemarahan Ibu dengan
“Bagus Bu”
“Oh iya Bu kita kan sudah belajar mengontrol rasa marah Ibu dengan
teknik relaksasi napas dalam dan juga pukul bantal, kita masih akan
menit?”
saja?”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWTAN (SP2P)
HALUSINASI PENDENGARAN
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Pasien
DS:
• Klien mengatakan ia mengetahui warna obatnya dan waktu
minum obatnya
DO:
2. Diagnosa Keperawatan
3. Tujuan Khusus
pengobatan)
4. Tindakan Keperawatan
obat
Orientasi
1. Salam terapeutik
“Selamat pagi Bu, masih ingat dengan saya Bu?”
2. Evaluasi/validasi
masih kita ingat cara yang diajarkan kemarin Ibu untuk mengontrol rasa
3. Kontrak
Kerja
“Baik kita mulai ya Bu” “Kita minum obsat setiap hari Bu?” “Berapa jenis
obat yang bapak minum?” “Kita tahu jenis obatnya itu Bu?” “jadi begini
Bu, saya jelaskan satu persatu ya. Yang warna orange itu namanya CPZ
atau chlorpomazin yang kita minum kalau malam, dan yang warna putih itu
respiridon. Obat ini Ibu minum gunanya agar menenangkan Ibu sehingga
masih ada yang belum jelas. Jangan lupa kalau obat ini tidak boleh berhenti
diminum Bu supaya tidak kambuh lagi, nanti dosisnya diatur oleh dokter”.
Terminasi
a. Evaluasi
b. Kontrak
Ibu yang lain dan saya ajarkan lagi untuk mengontrol amarahnya Bu?”.
HALUSINASI PENDENGARAN
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Pasien
DS:
DO:
2. Diagnosa Keperawatan
3. Tujuan Khusus
guna obatnya
dengan benar)
4. Tindakan Keperawatan
dan verbal
Orientasi:
1. Salam terapeutik
2. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaaan Ibu saat ini? Tidurnya lelap Bu? “Apakah Ibu
teknik reaksasi napas dalam dan memukul bantal yang kita sudah
3. Kontrak
“Seperti kesepakatan kemarin, hari ini kita akan bercakap cakap tentang
cara lain yang dapat Ibu gunakan untuk mengontrol rasa marah Ibu
dengan cara sosial atau verbal.” “kita bercakap cakap disini saja yah
Bu?” “bapak mau berapa lama kita bercakap cakap? 15 menit, baiklah”
Kerja
“Kemarin Ibu sudah belajar mengontrol rasa marah Ibu secara fisik yaitu
relaksasi napas dalam dan memukul bantal dan rutin minum obat”
“Sekarang kita akan belajar mengontrol rasa marah Ibu dengan cara
“Caranya itu, jika Ibu menginginkan sesuatu, Ibu bisa meminta dengan
cara yang sopan atau baik, seperti “Bisa tolong saya ambilkan buku
Ibu sedang kesal atau ada yang tidak Ibu suka dengan menyebutkan
alasannya, misalnya : saya tidak suka motor itu diparkir disitu, coba
Kemudian ketika Ibu ingin menolak sesuatu, Ibu juga bisa mengatakan
dengan sopan seperti, hari ini saya tidak bisa, karena saya memiliki
agenda lain”.
Terminasi:
a. Evaluasi
“Oh iya Bu kita kan sudah belajar mengontrol rasa marah Ibu
dengan cara fisik yaitu teknik relaksasi napas dalam dan memukul
kemarahan”
c. Kontrak
Topik: “Bagaimana kalau sebentar kita belajar cara lain untuk
Orientasi
“Selamat pagi Pak, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu sekarang
saya datang lagi.” “Bagaimana Pak, latihan apa yang sudah dilakukan ?
latihan cara lain untuk mencegah rasa marah yaitu dengan ibadah sesuai
Kerja
“Nah, kalau Bapak sedang marah coba Bapak langsung duduk dan tarik
napas dalam .”
“jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. “Apa
“Kegiatan ibadah mana yang mau dicoba selama di rumah sakit? Coba
meredakan kemarahan.”
Terminasi
lakukan jadwal ibadah sesuai jadwal yang telah kita buat tadi
Nama : Ny.S
Usia : 57 tahun
Tanggal : 27 April 2021
Waktu : 10.00-10:15
Interaksi : Ke I Fase Orientasi
Nama Mahasiswa: Nuraeni M Laillu
Lingkungan : Tenang bangsal kenanga
Tujuan : Setelah intervensi keperawatan K dan P dapat membina hupakngan saling percaya
Deskripsi : Klien tampak lesu dan pembicaraa cepat, kontak mata kurang, nampak sering mengalihkan pandangan ke tempat lain saat
diajak berbicara, klien kadang berbicara sendiri, ekspresi wajah tegang
A. FASE ORIENTASI
KOMUNIKASI KOMUNIKASI ANALISA ANALISA RASIONAL
VERBAL NONVERBAL BERPUSAT PADA BERPUSAT PADA
PERAWAT (P) KLIEN (K)
P : Assalamualaikum Bu P : memandang dan P : berharap klien K : terlihat segan Salam terapeutik
tersenyum membalas senyum dan dan sedikit malu Memberi salam adalah
K: Salam K : memandang menjawab salam hal yang baik untuk
berkenalan
P : kenalan dulu Bu, siapa P: melakukan kontak P : menunjukan sikap K : klien berbicara
nama ta’? mata empati dan mulai tanggap
K : ekspresi datar dan
K: Saya Syadiah menatap ke bawah P : menunjukan sikap K ; menunjukan
akrab sikap terbuka kepada Perkenalan diharapkan
P: Kita senang dipanggil P : menghadap kearah perawat dapat membina hubungan
siapa Bu? klien saling percaya
K : menghadap perawat
K : Panggil syadiah juga Berharap klien mau Mengerti apa yang
bekerja sama. dikatakan oleh
P : oke, kalau nama saya K:Menunduk sambil perawat. Klien juga
Nuraeni, ibu bisa panggil mengulurkan tangan mau bekerja sama
saya ners Nuko, untuk bersalaman. dengan perawat
Nada suara rendah
dan pelan, terkadang
K : iya Berharap klien mau
tidak jelas, klien selalu
diajak bercakap-cakap
menunduk dan
Tampak tidak
P : Ibu S, saya di sini sesekali melihat ke
arah perawat. Klien keberatan dengan
setiap hari ini dari jam
memperhatikan apa kontrak waktu yang
10.00 sampai 12. 00
yang disampaikan ditawarkan.
wita. Kita sama-sama
perawat dengan Tidak keberatan Informing : memberikan
akan membahas
ekspresi datar. terhadap permintaan infomasi tentang waktu
masalah yang ibu
perawat dan tujuan perawat
rasakan, mudah-
mengadakan interaksi
mudahan saya dapat P:Sikap terbuka tetap
dengan kilien
membantu tersenyum.
memecahkan
masalahnya. Untuk itu K:Tetap menunduk dan
saya berharap ibu mau sesekali menatap
menceritakan apa yang perawat dengan
ada dalam pikiran dan ekspresi yang datar.
perasaan ibu biar saya
lebih tahu. P:Menatap ke arah Kontrak diperlukan untuk
klien interaksi yang lebih
terarah.
K : Iya
K :iya
C. FASE TERMINASI
K : Iye
Laporan Hasil TAK : Terapi Musik Laporan
LAPORAN KEGIATAN
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASI SENSORI : TERAPI
MUSIK
RUANGAN KENANGA RSKD PROVINSI SUL-SEL
OLEH :
NURAENI M LAILLU
R014202027
A. TOPIK
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
C. KRITERIA KLIEN
Kegiatan terapi kelompok ini akan diikuti oleh klien yang mengalami gangguan
fungsi mental (jiwa), meliputi isolasi sosial, halusinasi, risiko perilaku kekerasan,
dan lain-lain yang telah diseleksi dan sedang dalam proses rehabilitasi dengan
kriteria :
3. Waktu : 10.00-10.45
F. PENGORGANISASIAN
1. Leader : Nurwahida
Tugas :
Tugas:
G. SETTING TEMPAT
Co Leader :
Fasilitator :
Observer :
Klien :
Dokumentator :
1. Metode
a. Dinamika Kelompok
kelompok.
c. Stimulus
masalah.
2. Media
b. Speaker
c. Laptop/Hp
d. Mic (jika ada)
e. Lembar evaluasi
f. Alat dokumentasi
g. konsumsi
I. Proses Pelaksanaan
1. Persiapan
Menyiapkan tempat, alat, dan media yang akan digunakan dalam kegiatan ini.
Setelah itu, menentukan pasien yang akan diikutkan TAK dan membawanya ke
tempat TAK. Setelah itu mempersilahkan peserta duduk ditempat yang telah
2. Orientasi
a. Salam teraupetik
b. Evaluasi/validasi
Leader menanyakan kabar para peserta, yang kemudian dijawab oleh peserta
satu. Bila satu peserta selesai memperkenalkan nama, leader menyuruh yang
c. Kontrak
Tata tertib
7) Apabila waktu TAK sudah habis, namun TAK belum selesai, maka
d. Tahap kerja
bergoyang dan tertawa. Setelah lagu selesai, leader menunjuk peserta untuk
menjelaskan arti dari lagu itu. Semua peserta mendapat kesempatan untuk
bicara. Selalu apresiasi dengan memuji atau bertepuk tangan Setiap 1 peserta
selesai berbicara. Setelah itu, meminta keberanian peserta yang ingin naik
tertawa
e. Tahap terminasi
1) Evaluasi
2) Tindak Lanjut
Setelah kegiatan, diharapkan para peserta bisa lebih akrab, lebih tenang
pasien lain.
EVALUASI DAN DOKUMENTASI
Berikut asil evaluasi dan dokumentasi para peserta yang hadir.
Aspek Penilian
Klien
Nama Klien
Aspek yang Dinilai Rika Sundari Nurmiati Nurala Ida Nur Panaja Risma Fitria Fitri
m Fitria Cahaya
Mengikuti kegiatan
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
dari awal sampai akhir
Memberi respon (ikut Respo Respon Respon Respon Respon Respon Respon Respon Respon Respon
bernyanyi/berjoget/me n baik baik kurang baik baik baik Lambat kurang baik baik
nari sesuai irama)
Memberi pendapat Ya, Ya, tapi Ya, tapi Ya, tapi Ya, Ya, Ya, Ya, Ya, Ya,
tentang musik yang tapi perkataa hanya kurang pendap pendap pendap pendap pendap pendap
didengar kuran n tidak berguma tepat at tepat at tepat at tepat at tepat at tepat at tepat
g jelas m
tepat
Menjelaskan perasaan √ √ Suara √ √ √ √ √ √ √
setelah mendengaar tidak
lagu jelas
DOKUMENTASI
KESIMPULAN
Secara keseluruhan semua peserta mengikuti TAK persepsi stimulasi persepsi dari
awal hingga akhir kegiatan .Tingkat keberhasilan dari TAK yaitu 90 %.
Kasus Kelolaan Kelompok 1 : Waham
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA NY. S DENGAN GANGGUAN PROSES PIKIR: WAHAM AGAMA
DI RUANG PERAWATAN KENANGA RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH
PROVINSI SULAWESI SELATAN
Kelompok 1
Handayani R014202045 Adriati Alimuddin R014202055
Nuraeni M Lailu R014202027 Fitria Widia Nengsih R014202029
Kartini Laundu R014202023 Anugrah Syarkia R014202046
Rohani Sakiman R014202017 Andi Megawati Darwis R01420202
Nurwahida R014202053 Nurfadila R014202045
Adri Dewi R014202005 Sion Rati R014202030
Andi Saadah R014202022 Arfiani Juhran R014202035
KESEHATAN JIWA
3. Trauma
Trauma Usia Pelaku Korban Saksi
Aniaya fisik - - - -
Aniaya seksual - - - -
Penolakan - - - -
Kekerasan dalam keluarga - - - -
Tindakan kriminal - - - -
Jelaskan : : Klien mengatakan tidak pernah ada trauma
yang dialami.
4. Anggota keluarga yang gangguan jiwa ?
• Ada
• Tidak
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan : Klien mengatakan tidak ada.
IX. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 88 kali/menit
Suhu : 36,8˚C
Pernapasan : 20 kali/menit
2. Ukur
Berat badan : -
Tinggi badan : -
3. Keluhan fisik
Klien mengatakan sering sakit kepala dan kadang-kadang jari-jari tangan gemetar.
X. PSIKOSOSIAL
1. Genogram:
Keterangan :
:Klien : Perempuan
: Laki-laki : Meninggal
2. Konsep diri
a. Citra tubuh : Klien mengatakan senang terhadap tubuhnya terutama
wajahnya karena menurut pasien wajahnya sangat
bercahaya dengan wudhu. Tidak ada bagian tubuh
yang tidak di sukai klien
b. Identitas : Klien mengatakan sebelum dirawat di RS klien adalah
seorang IRT
c. Peran : Klien mengatakan dirinya adalah seorang ibu dari dua
orang anak dan seorang Isteri
d. Ideal diri : Klien berharap segera keluar dari rumah sakit dan
berkumpul kembali dengan keluarganya
e. Harga diri : Klien mengatakan hubungannya dengan keluarganya
baik saja
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti : Klien mengatakan bahwa orang yang
berarti adalah anak dan suaminya
b. Peran serta dalam kegiatan : Klien mengatakan sebelum dirawat di
masyarakat rumah sakit klien tidak mengikuti
kegiatan kelompok. Karena klien lebih
senang di rumah.
c. Hambatan dalam berhubungan : Klien mengatakan tidak memiliki
dengan orang lain hambatan dalam berhubungan dengan
orang lain
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Klien mengatakan semua yang dialaminya
merupakan kehendak Tuhan. Klien juga
mengatakan bahwa ia selalu beribadah
dan berdoa agar diberikan diberikan
kesembuhan. Klien juga mengatakan
bahwa selalu beristigfar jika mulai merasa
emosi.
b. Kegiatan ibadah : Klien mengatakan rajin shalat dan berdoa
kepada Tuhan agar lekas sembuh
XI. STATUS MENTAL
1. Penampilan
• Tidak rapi
• Penggunaan pakaian tidak sesuai
• Cara berpakaian tidak seperti biasanya
Jelaskan : Penampilan klien tampak tidak rapi. Baju yang di pakai tidak di
ganti sudah 4 hari dengan alasan tidak ada baju yang tersedia
Masalah : Defisit perawatan diri
keperawatan
2. Pembicaraan
• Cepat
• Apatis
• Keras
• Gagap
• Inkoherensi
• Lambat
• Membisu
• Tidak mampu memulai pembicaraan
Jelaskan : Tidak terdapat masalah pada pembicaraan klien ketika interaksi.
3. Aktivitas Motorik
• Lesu
• Tik
• Tegang
• Grimasem
• Gelisah
• Tremor
• Agitasi
• Kompulsif
Jelaskan : Klien nampak gelisah dan tidak bersemangat, klien hanya
terbaring pada tempat tidur dan jari-jari tangan sering
gemetar.
4. Alam perasaan
• Sedih
• Ketakutan
• Putus asa
• Khawatir
• Gembira berlebihan
Jelaskan : Pada saat dilakukan pengkajian klien mengatakan khawatir
karena suaminya belum datang untuk menjemputnya.
5. Afek
• Datar
• Tumpul
• Labil
• Tidak sesuai
Jelaskan : Afek klien sesuai, ekspresi wajah yang ditunjukkan klien sesuai
dengan stimulus yang diberikan.
6. Interaksi selama wawancara
• Bermusuhan
• Tidak kooperatif
• Mudah tersinggung
• Kontak mata kurang
• Defensive
• Curiga
Jelaskan : Saat dilakukan wawancara kontak mata klien kurang dan klien
selalu mempertahankan argumennya. Selama interaksi klien
kooperatif.
7. Persepsi
Halusinasi :
• Pendengaran
• Penglihatan
• Perabaan
• Pengecapan
• Penghidu/Penciuman
Jelaskan : Klien mengatakan kadang mendengar suara bisikan-bisikan
yang menurut klien suara itu adalah wahyu dari Tuhan yang
merupakan rahasia yang tidak bisa di beritahu. Tapi pada saat
pengkajian suara tersebut tidak terdengar lagi.
Masalah : -
keperawatan
8. Isi pikir
• Obsesi
• Phobia
• Hipokondria
• Depersonalisasi
• Ide yang terkait
• Pikiran magis
Jelaskan : Klien selalu mengatakan bahwa dirinya adalah utusan Tuhan
yang menerima wahyu dan sering mengulang-ulang kata
tersebut.
Waham:
• Agama
• Somatik
• Kebesaran
• Curiga
• Nihilistic
• Sisip pikir
• Siar pikir
• Kontrol pikir
Jelaskan : Klien mengaku dirinya adalah utusan Tuhan yang menerima
wahyu. Klien mengatakan bercita-cita mendirikan negara Islam.
Klien mengatakan bahwa pada umur 40 tahun nanti akan
menjadi seorang pemimpin Islam di Sinjai dan akan menggorok
leher siapa saja yang tidak memakai cadar karena tidak
mematuhi perintah Tuhan. Klien juga mengatakan bahwa
badannya sangat harum karena sering berwudhu.
9. Arus pikir
• Sirkumstansial
• Flight of ideas
• Tangensial
• Blocking
• Kehilangan asosiasi
• Pengulangan pembicaraan/ Perseverasi
Jelaskan : Pada saat wawancara klien tiba-tiba mudah beralih topik dan
cepat memutuskan pembicaraan.
10. Tingkat Kesadaran
• Bingung
• Sedasi
• Stupor
• Disorientasi waktu
• Disorientasi orang
• Disorientasi tempat
Jelaskan : Pada saat pengkajian dan observasi klien melihat sosok dokter
laki-laki yang mengajak klien wawancara adalah anaknya.
11. Memori
• Gangguan daya ingat jangka panjang
• Gangguan daya ingat jangka pendek
• Gangguan daya ingat saat ini
• Konfabulasi
Jelaskan : Klien tidak menunjukkan tanda dan gejala terkait masalah
memori, klien mampu mengingat peristiwa atau kejadian dalam
kehidupannya.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
• Mudah beralih
• Tidak mampu berkonsentrasi
• Tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan : Pada saat pengkajian klien tidak mampu berkonsentrasi dengan
pertanyaan yang diberikan, mudah beralih dan memutuskan
pembicaraan
13. Kemampuan penilaian
• Gangguan ringan
• Gangguan bermakna
Jelaskan : Klien tidak mengalami masalah terkait kemampuan penilaian,
klien mampu mengambil atau menentukan keputusan sendiri.
14. Daya tilik diri
• Mengingkari penyakit yang diderita
• Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Jelaskan : Klien mengatakan bahwa dirinya tidak gila hanya gangguan
saraf.
XII. KEBUTUHAN PERENCANAAN PULANG
1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
Ya Tidak
• Manakan : ✓
• Keamanan : ✓
• Perawatan : ✓
kesehatan
• Pakaian : ✓
• Transportasi : ✓
• Tempat tinggal : ✓
• Uang : ✓
Jelaskan : Klien secara keseluruhan mampu memenuhi
kebutuhannya.
b. Kegiatan hidup sehari-hari
a. Perawatan diri
BT BM
• Mandi : ✓
• Kebersihan : ✓
• Makan : ✓
• BAB/BAK : ✓
• Ganti pakaian : ✓
Jelaskan : Klien mampu melakukan kegiatan sehari-
hari dengan mandiri. Klien mandi, makan,
BAB/BAK, dan ganti pakaian tanpa bantuan
orang lain.
b. Nutrisi
Apakah anda puas dengan pola makan anda ?
• Ya
• Tidak
Apakah anda memisahkan diri ?
• Ya
• Tidak
Frekuensi makan sehari ? 3 x sehari
Frekuensi kudapan sehari ? 1 x sehari
Nafsu makan :
• Meningkat
• Menurun
• Berlebihan
• Sedikit-sedikit
Berat badan :
• Meningkat
• Menurun
BB terendah : - , BB tertinggi: -
Jelaskan : BB klien untuk sekarang ini tidak diketahui karena tidak
ada timbangan pengukur berat badan.
c. Tidur
1) Apakah ada masalah tidur ? : Ya
2) Apakah merasa segar setelah bangun tidur? : Ya
3) Apakah ada kebiasaan tidur siang ? : Ya
4) Lama tidur siang : 4-5 jam
5) Apa yang menolong tidur : Tidak ada
6) Tidur mulai jam ? bangun jam ? : 21.00-07.00
7) Apakah ada gangguan tidur ? : Tidak
• Sulit untuk tidur
• Bangun terlalu pagi
• Somnabulisme
• Terbangun saat tidur
• Gelisah saat tidur
• Berbicara saat tidur
Jelaskan : Klien mengatakan merasa kurang nyaman
dengan kondisi lingkungan dan pasien lain
yang ribut sehingga terkadang mengganggu
tidurnya.
X. ASPEK MEDIK
• Diagnosa medis : Skozofrenia YTT
• Terapi medik : Risperidone 2 mg
Clozapine 25mg
POHON MASALAH
Efek Risiko perilaku kekerasan
Core Problem Gangguan proses pikir: waham
Gangguan konsep diri: Harga diri rendah
Etiologi kronik
DIAGNOSA KEPERWATAN
1. Gangguan Proses Pikir : Waham
A:
Gangguan proses pikir: Waham agama
P:
• Mengarahkan klien untuk pemenuhan kebutuhan
kebersihan diri
• Mengajurkan klien untuk olahraga teratur 2 kali seminggu
1 24/04/2021 SP3P S:
• Mengevaluasi kegiatan pemenuhan kebutuhan klien, • Klien mengatakan bahwa hari ini klien telah
kegiatan yang dilakukan klien dan berikan pujian membersihkan dan merapikan tempat tidur
• Menjelaskan tentang obat yang diminum dan tanyakan • Klien mengatakan mengetahui jadwal minum obat
manfaat yang dirasakan • Klien masih mempertahankan argumennya bahwa klien
• Memasukkan pada jadwal kegiatan pemenuhan kebutuhan adalah utusan Tuhan yang menerima wahyu
dan kegiatan yang telah dilatih dan minum obat O:
• Klien mampu melakukan kegiatan harian seperi mandi
dan membersihkan tempat tidur
A:
Gangguan proses pikir: Waham agama
P:
• Membantu klien mengingat jenis obat dan waktu
mengkonsumsinya
• Mengarahkan klien untuk melakukan kegiatan harian
seperti mandi, menyapu dan membersihkan tempat tidur
24/04/2021 SP4P S:
• Mengevaluasi kegiatan pemenuhan kebutuhan klien, • Klien mengatakan akan pulang h3ari ini dan di jemput
kegiatan yang telah dilatih dan minum obat. Berikan pujian oleh suaminya
• Mendiskusikan kebutuhan lain dan cara memenuhinya • Klien mengatakan akan rutin minum obat
• mendiskusikan kemampuan yang dimiliki dan memilih • Klien mengatakan jika putus obat maka klien akan
yang akan dilatih. Kemudian latih dibawa kembali ke RSKD
• Memasukkan pada jadwal pemenuhan kebutuhan kegiatan O:
yag telah dilatih dan minum obat • Klien mampu menyebutkan kembali nama obat, warna,
dosis, cara mengonsumsi obat, fungsi obat dan efek
SP5P samping putus obat
• Mengevaluasi kegiatan pemenuhan kebutuhan, kegiatan • Klien telah melakukan kegiatan harian seperti mandi dan
yang dilatih dan minum obat. Beri pujian membersihkan tempat tidur
• Menilai kemampuan yang telah mandiri • Klien minum obat sesuai jadwal dan dosis yang telah
• Menilai apakah frekuensi munculnya waham berkurang, ditentukan
apakah waham terkontrol • Klien mampu mempertahankan kontak mata
• Keyakinan klien masih susah dipatahkan
A:
Gangguan proses pikir: waham agama (+)
P:
• Berdiskusi tentang kemampuan klien yang lain yang
mungkin dapat dikembangkan