Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN


KEBUTUHAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

(LOGO)

Oleh:
NAMA
NIM

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


(JURUSAN)
(UNIVERSITAS)
2022

LAPORAN PENDAHULUAN
1
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. Konsep Dasar
1. Pengertian Defisit Perawatan Diri
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan
sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan
dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes, 2000).
Defisit keperawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa merupakan defisit
perawatan diri yang terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga
kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun (Keliat dan Akemat,
2007).
Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan
kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri
adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan
untuk dirinya (Tarwoto dan Wartonah, 2000).
2. Jenis Defisit Perawatan Diri
a. Kurang perawatan diri: Mandi/ kebersihan.
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan
aktivitas mandi/kebersihan diri.
b. Kurang perawatan diri: Mengenakan pakaian/ berhias.
Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan
memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
c. Kurang perawatan diri: Makan.
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk
menunjukkan aktivitas makan.
d. Kurang perawatan diri: Toileting.
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan
atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah: 2004, 79).
3. Etiologi
Menurut DepKes (2000), penyebab kurang perawatan diri adalah :
a. Faktor prediposisi
2
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu.
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan
diri.
3) Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan
diri.
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
b. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang
dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan
perawatan diri.
Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal
hygiene adalah:
1) Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli
dengan kebersihan dirinya.
2) Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan
akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3) Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat
gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
4) Pengetahuan

3
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik
dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes
mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
5) Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
6) Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri
seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
7) Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan
perlu bantuan untuk melakukannya.
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene.
1) Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering
terjadi adalah: Gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut,
infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
2) Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
4. Akibat
Akibat dari defisit perawatan diri adalah Gangguan Pemeliharaan Kesehatan
(Budiana K, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Jilid 2), Gangguan pemelihaaan
kesehatan ini bentuknya bisa bermacam-macam. Bisa terjadinya infeksi kulit
(scabies, panu, kurap) dan juga gangguan yang lain seperti gastritis kronis (karena
kegagalan dalam makan), penyebaran penyakit orofecal ( karena hiegene bab/bak
sembarangan) dan lain-lain.
5. Manifestasi Klinis
Menurut Depkes (2000), tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri
adalah:
a. Fisik
1) Badan bau, pakaian kotor.

4
2) Rambut dan kulit kotor.
3) Kuku panjang dan kotor
4) Gigi kotor disertai mulut bau
5) Penampilan tidak rapi
b. Psikologis
1) Malas, tidak ada inisiatif.
2) Menarik diri, isolasi diri.
3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
c. Sosial
1) Interaksi kurang.
2) Kegiatan kurang
3) Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
4) Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan
mandi tidak mampu mandiri.
Data yang biasa ditemukan dalam deficit perawatan diri adalah :
a. Data subyektif
1) Pasien merasa lemah
2) Malas untuk beraktivitas
3) Merasa tidak berdaya.
b. Data obyektif
1) Rambut kotor, acak – acakan
2) Badan dan pakaian kotor dan bau
3) Mulut dan gigi bau.
4) Kulit kusam dan kotor
5) Kuku panjang dan tidak terawat
6. Penatalaksanaan
a. Psikofarmakologi
1) Obat anti psikosis: Penotizin
2) Obat anti depresi: Amitripilin
3) Obat anti ansietas: Diasepam, Bromozepam, Clobozam
4) Obat anti insomnia: Phneobarbital
b. Psikoterapi
1) Terapi keluarga

5
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah
klien dengan memberikan perhatian
a) BHSP (bina hubungan saling percaya)
b) Jangan memancing emosi klien
c) Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga
d) Berikan kesempatan klien mengemukakan pendapat
e) Dengarkan, bantu dan anjurkan pasien untuk mengemukakan masalah yang
dialaminya
2) Terapi kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, ketrampilan sosial, atau
aktivitas lain dengan berdiskusi dan bermain untuk mengembalikan keadaan
klien karena masalah sebagian orang merupkan perasaan dan tingkah laku
pada orang lain.
3) Terapi musik
Dengan musik klien terhibur, rileks dan bermain untuk mengembalikan
kesadaran pasien.
7. Pohon Masalah
Gangguan pemeliharaan kesehatan

Defisit Perawatan Diri.

Isolasi sosial: Menarik Diri

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Masalah dan Data yang Perlu Dikaji
Masalah keperawatan jiwa yang mungkin muncul pada pasien dengan defisit
perawatan diri, diantaranya yaitu:
a. Defisit Perawatan Diri
b. Isolasi Sosial: Menarik Diri
c. Gangguan Pemeliharaan Kesehatan
Sedangkan data yang perlu dikaji pada pasien dengan defisit perawatan diri,
yaitu diantaranya:
a. Data Subjektif

6
1) Klien mengatakan dirinya malas mandi karena airnya dingin atau di rumah
sakit tidak tersedia alat mandi
2) Klien mengatakan dirinya malas berdandan
3) Klien mengatakan ingin disuapi makan
4) Klien mengatakan jarang membersihkan alat kelaminnya setelah BAK maupun
BAB
b. Data Objektif
1) Ketidakmampuan mandi/membersihkan diri ditandai dengan rambut kotor,
gigi kotor, kulit berdaki, dan berbau, serta kuku panjang dan kotor
2) Ketidakmampuan berpakaian/berhias ditandai dengan rambut acak – acakan,
pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, tidak bercukur (laki-laki)
atau tidak berdandan (wanita)
3) Ketidakmampuan makan secara mandiri ditandai dengan ketidakmampuan
mengambil makan sendiri, makan berceceran dan makan tidak pada tempatnya
4) Ketidakmampuan BAB/ BAK secara mandiri ditandai dengan BAB/ BAK
tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB/
BAK
2. Diagnosa Keperawatan
Defisit Perawatan Diri
3. Perencanaan Keperawatan
a. Tujuan Keperawatan Jiwa pada Pasien
1) Pasien mampu menjelaskan pentingnya kebersihan diri
2) Pasien mampu menjelaskan dan mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri,
kemudian memasukkannya kedalam jadwal kegiatan harian
3) Pasien mampu menjelaskan dan mempraktekkan cara mandi, gosok gigi,
keramas, berdandan, makan yang baik, eliminasi yang baik, kemudian
memasukkannya kedalam jadwal kegiatan harian
b. Tujuan Keperawatan Jiwa pada Keluarga
1) Keluarga mampu mengungkapkan masalah yang dirasakan dalam merawat
pasien
2) Keluarga mampu menjelaskan pengertian, tanda dan gejala defisit perawatan
diri, jenis defisit perawatan diri yang dialami pasien beserta proses terjadinya.

7
3) Keluarga mampu menjelaskan dan mempraktekkan cara merawat pasien
defisit perawatan diri
4) Keluarga mampu membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat
(discharge planning)
c. Tindakan Keperawatan Jiwa pada Pasien
1) Jelaskan pentingnya kebersihan diri
2) Jelaskan cara menjaga kebersihan diri
3) Latih cara menjaga kebersihan diri, kemudian bimbing untuk memasukkannya
kedalam jadwal kegiatan harian
4) Jelaskan cara mandi, gosok gigi, keramas, berdandan, makan yang baik,
eliminasi yang baik
5) Latih cara mandi, gosok gigi, keramas, berdandan, makan yang baik, eliminasi
yang baik, kemudian bimbing untuk memasukkannya kedalam jadwal kegiatan
harian
d. Tindakan Keperawatan Jiwa pada Keluarga
1) Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
2) Jelaskan pengertian, tanda dan gejala defisit perawatan diri, jenis defisit
perawatan diri yang dialami pasien beserta proses terjadinya.
3) Jelaskan cara merawat pasien defisit perawatan diri
4) Latih cara merawat pasien defisit perawatan diri
5) Bantu keluarga mmembuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat
(discharge planning)
6) Jelaskan follow up pasien sesudah pulang

8
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, F, dkk. 2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang: RSJD Dr. Amino
Gondhoutomo.

Keliat, B.A. 2007. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai