Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN HARGA


DIRI RENDAH

(LOGO)

Oleh:
NAMA
NIM

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


(JURUSAN)
(UNIVERSITAS)
2022

1
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN HARGA
DIRI RENDAH

A. Kasus (Masalah Utama)


Gangguan konsep diri: harga diri rendah

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Pengertian
Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang
negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga
diri, merasa gagal mencapai keinginan. (Budi Ana Keliat, 1999).
Gangguan harga diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara:
a. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misal harus operasi,
kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja dll.
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena privacy
yang kurang diperhatikan: pemeriksaan fisik yang sembarangan,
pemasangan alat yang tidak sopan (pemasangan kateter, pemeriksaan
perianal, dll), harapan akan struktur, bentuk dan ffungsi tubuh yang
tidak tercapai karena dirawat/sakit/penyakit, perlakuan petugas yang
tidak menghargai.
b. Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama.
2. Tanda dan gejala
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat
tindakan terhadap penyakit
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri
c. Merendahkan martabat sendiri, merasa tidak mampu
d. Gangguan hubungan sosial seperti menarik diri
e. Percaya diri kurang
f. Mencederai diri

2
3. Penyebab
Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang
tua, harapan orang tua ang tidak realistik, kegagalan yang berulang kali,
kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pda orang
lain dan ideal diri yang tidak realistik.
Stressor pencetus munkin ditimbulkan dari sumber internal dan
eksternal, seperti: trauma fisik maupun psikis, ketegangan peran, transisi
peran situasi dengan bertambah atau berkurangnya anggota
keluargamelalui kelahiran atau kematian, serta transisi peran sehat sakit
sebagai transisi dari keadaan sehat dan keadaan sakit.
4. Tanda dan gejala
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat
tindakan terhadap penyakit
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri
c. Merendahkan martabat sendiri, merasa tidak mampu
d. Gangguan hubungan sosial seperti menarik diri
e. Percaya diri kurang
f. Mencederai diri
g. Konsentrasi menurun
h. Menyangkal efek labil
i. Regresi perkembangan
5. Akibat
Klien yang mengalami gangguan harga diri rendah bisa
mengakibatkan gangguan interaksi sosial: menarik diri, dan memicu
munculnya perilaku kekerasan yang beresiko mencederai diri, orang lain
dan lingkungan.
Isolasi sosial merupakan suatu keadaan dimana individu dan
kelompok mengalami kebutuhan meningkatkan keterlibatan dengan
orang lain tetapi tidak mampu untuk melakukan kontak. (Copernitto LJm
1998). Tanda dan gejala
a. Data Subyektif

3
1) Klien mengatakan kesepian
2) Klien mengatakan tidak mempunyai teman
3) Klien mengatakan lebih sering di rumah, sendiri
4) Klien mengatakan tidak dapat berhubungan sosial
b. Data Obyektif
1) Menyendiri
2) Diam
3) Ekspresi wajah murung, sedih
4) Sering larut dalam pikiranya sendiri
Sedangkan perilaku kekerasaan adalah suatu keadaan dimana
seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik
baik kepada diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Tanda dan gejala:
a. Data subyektif:
1) Mengungkapkan mendengar suara-suara yang mengancam,
menyuruh melakukan pencederaan pada diri sendiri, orang lain atau
lingkungan
2) Mengatakan takut, cemas atau khawatir
b. Data Obyektif:
1) Wajah tegang dan merah
2) Mondar-mandir
3) Mata melotot, rahang menutup
4) Tangan mengepal
5) Keluar keringat banyak
6) Mata merah
6. Pohon Masalah

Isolasi sosial : menarik diri Perilaku kekerasan

Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

Berduka disfungsional

4
C. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji
1. Masalah keperawatan
a. Isolasi sosial: menarik diri
b. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
c. Berduka disfungsional
2. Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan harga diri rendah
a. Data Subyektif
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri.
b. Data Obyektif
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup.
D. Diagnosa Keperawatan
1. Harga diri rendah
2. Isolasi sosial: menarik diri
E. Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa 1. Harga Diri Rendah
1. Tujuan umum: klien tidak terjadi gangguan interaksi sosial, bisa
berhubungan dengan orang lain dan lingkungan.
2. Tujuan khusus:
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
1) Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, perkenalan diri,
2) Jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang,
3) Bbuat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan)
4) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
5) Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
6) Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang
berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya
sendiri

5
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
Tindakan:
1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2) Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien,
3) Utamakan memberi pujian yang realistis
4) Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
c. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
Tindakan:
1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2) Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang
ke rumah
d. Klien dapat menetapkan/ merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki
Tindakan:
1) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap
hari sesuai kemampuan
2) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
3) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan:
1) Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
2) Beri pujian atas keberhasilan klien
3) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
f. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan:
1) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat
klien
2) Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
3) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
4) Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

6
Diagnosa 2: Menarik diri
Tujuan Umum:
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain
Tujuan Khusus:
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik dengan cara :
a) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b) Perkenalkan diri dengan sopan
c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d) Jelaskan tujuan pertemuan
e) Jujur dan menepati janji
f) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g) Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
b. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Tindakan:
1) Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-
tandanya.
2) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
penyebab menarik diri atau mau bergaul
3) Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda
serta penyebab yang muncul
4) Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya
c. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang
lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
Tindakan :
1) Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi (tidur, marah, menyibukkan diri dll)

7
2) Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan
dengan orang lain
a) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan prang lain
b) Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan
orang lain
c) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
3) Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan
dengan orang lain
a) beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan
perasaan dengan orang lain
b) diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain
c) beri reinforcement positif terhadap kemampuan
mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain
d. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial
Tindakan:
1) Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
2) Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain
melalui tahap:
▪ K–P
▪ K – P – P lain
▪ K – P – P lain – K lain
▪ K – Kel/Klp/Masy
3) Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai.
4) Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
5) Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam
mengisi waktu
6) Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan

8
7) Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan
ruangan
e. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan
dengan orang lain
Tindakan:
1) Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan
dengan orang lain
2) Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan
dengan orang lain.
3) Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan
perasaan manfaat berhubungan dengan oranglain
f. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga
Tindakan:
1) Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
▪ Salam, perkenalan diri
▪ Jelaskan tujuan
▪ Buat kontrak
▪ Eksplorasi perasaan klien
2) Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
▪ Perilaku menarik diri
▪ Penyebab perilaku menarik diri
▪ Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak
ditanggapi
▪ Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
3) Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien
untuk berkomunikasi dengan orang lain.
4) Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk
klien minimal satu kali seminggu
5) Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh
keluarga

9
DAFTAR PUSTAKA

Boyd MA, Hihart MA. Psychiatric nursing: contemporary practice. Philadelphia:


Lipincott-Raven Publisher. 1998
Keliat BA. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta: EGC. 1999
Stuart GW, Sundeen SJ. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3. Jakarta: EGC.
1998
Tim Direktorat Keswa. Standar asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1.
Bandung: RSJP Bandung. 2000

10

Anda mungkin juga menyukai