Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN MASALAH UTAMA ISOLASI SOSIAL :


MENARIK DIRI

OLEH :
ONI FORUS RAHEL KASE
(1408110)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA HUSADA SEMARANG
2014/2015
LAPORAN PENDAHULUAN

A. MASALAH UTAMA
Isolasi sosial : menarik diri
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Pengertian
Menarik diri adalah suatu keadaan kesepian yang dialami seseorang
karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Tawsend,
1998).
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan
orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain ( Rawlins,1993 ).
Gejala klinis :
a. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul
b. Menghindar dari orang lain (menyendiri)
c. Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap
dengan klien lain/perawat.
d. Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk.
e. Berdiam diri di kamar/klien kurang mobilitas.
f. Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan
percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap.
g. Tidak melakukan kegiatan sehari-hari.
h. Posisi janin saat tidur.
2. Etiologi
Penyebab dari Isolasi Sosial adalah harga diri rendah yaitu perasaan
negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai
keinginan, yang ditandai dengan adanya perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa
bersalah terhadap diri sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat,
percaya diri kurang, dan juga dapat mencederai diri (Carpenito, 1998).
Tanda dan gejala :
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan
tindakan terhadap penyakit ( rambut rontok karena terapi )
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri
c. Percaya diri kurang.
3. Tanda dan Gejala
a. Aspek fisik :
1) Makan dan minum kurang
2) Tidur kurang atau terganggu
3) Penampilan diri kurang
4) Keberanian kurang
b. Aspek emosi :
1) Bicara tidak jelas, merengek, menangis seperti anak kecil
2) Merasa malu, bersalah
3) Mudah panik dan tiba-tiba marah
c. Aspek social
1) Duduk menyendiri
2) Selalu tunduk
3) Tampak melamun
4) Tidak peduli lingkungan
5) Menghindar dari orang lain
6) Tergantung dari orang lain
d. Aspek intelektual
1) Putus asa
2) Merasa sendiri, tidak ada sokongan
3) Kurang percaya diri
4. Akibat
Isolasi sosial menyebabkan klien mengalami halusinasi.
Halusinasi adalah gangguan penyerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya
rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan dimana
terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh/baik (Stuart, 1998).
Tanda dan gejala halusinasi adalah ( Keliat, 1999):
1) Bicara, senyum dan tertawa sendiri
2) Menarik diri dan menghindar dari orang lain
3) Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata
4) Tidak dapat memutuskan perhatian
5) Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain, dan lingkungan)
6) Ekspresi muka tegang dan tersinggung
7) Kesulitan berhubungan dengan orang lain
8) Tidak mampu mengendalikan diri

C. POHON MASALAH
Resiko Gangguan Persepsi seonsori: Halusinasi

Core Problem

Isolasi
HargaSosial: Menarik diri
Diri Rendah

D. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


1. Masalah keperawatan
a. Resiko gangguan persepsi-sensori: Halusinasi
b. Isolasi sosial: Menarik diri
c. Gangguan konsep diri: Harga diri rendah
2. Data yang perlu dikaji
a. Resiko perubahan persepsi-sensori: halusinasi
1) Data Subjektif
a) Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan
stimulus nyata.
b) Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata.
c) Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus.
d) Klien merasa makan sesuatu.
e) Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya.
f) Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar.
g) Klien ingin memukul/melempar barang-barang.

2) Data Objektif
a) Klien berbicara dan tertawa sendiri.
b) Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu.
c) Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu.
d) Disorientasi.
b. Isolasi sosial: menarik diri
1) Data subjektif
Sukar didapat jika klien menolak komunikasi. Terkadang hanya berupa
jawaban singkat ya atau tidak.
2) Data obyektif
Klien terlihat apatis, ekspresi sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri
di kamar dan banyak diam.
c. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
1) Data subjektif
Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap
diri sendiri.
2) Data obyektif
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri/ ingin mengakhiri hidup.

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Isolasi sosial : Menarik diri.
2. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah.

F. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Diagnosa I : Isolasi sosial : Menarik diri.
a. Tujuan umum: tidak
terjadi perubahan persepsi sensori: halusinasi
b. Tujuan khusus:
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
a) Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan
diri, jelaskan tuiuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat
kesepakatan / janji dengan jelas tentang topik, tempat, waktu.
b) Beri perhatian dan penghargaan: temani kilen walau tidak menjawab
c) Dengarkan dengan empati: beri kesempatan bicara, jangan
terburu-buru, tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan
klien.
2) Klien dapat menyebut penyebab menarik diri
Tindakan:
a) Bicarakan penyebab tidak mau bergaul dengan orang lain.
b) Diskusikan akibat yang dirasakan dari menarik diri.
3) Klien dapat menyebutkan keuntungan hubungan dengan orang lain
Tindakan:
a) Diskusikan keuntungan bergaul dengan orang lain.
b) Bantu mengidentifikasikan kernampuan yang dimiliki untuk bergaul.
4) Klien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap: klien-perawat,
klien-perawat-klien lain, perawat-klien-kelompok, klien-keluarga.
Tindakan:
a) Lakukan interaksi sering dan singkat dengan klien jika mungkin
perawat yang sama.
b) Motivasi temani klien untuk berkenalan dengan orang lain
c) Tingkatkan interaksi secara bertahap
d) Libatkan dalam terapi aktivitas kelompok sosialisasi
e) Bantu melaksanakan aktivitas setiap hari dengan interaksi
f) Fasilitasi hubungan kilen dengan keluarga secara terapeutik
5) Klien dapat mengungkapkan perasaan setelah berhubungan dengan
orang lain
Tindakan:
a) Diskusi dengan klien setiap selesai interaksi/ kegiatan
b) Beri pujian atas keberhasilan klien

6) Klien mendapat dukungan keluarga


Tindakan:
a) Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui
pertemuan keluarga
b) Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
2. Diagnosa 2 : Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
a. Tujuan umum : Klien
dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
b. Tujuan khusus :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
a) Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip
komunikasi terpeutik
b) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Tindakan :
a) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
b) Setiap bertemu klien hindarkan dari penilaian negatif.
c) Utamakan memberi pujian yang realistik.
3) Klien dapat menilai kemampun yang dimiliki
Tindakan :
a) Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih
dapat digunakan selama sakit
b) Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkn
penggunaannya.
4) Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampun yang dimiliki
Tindakan :
a) Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan
b) Tingkatkan kegiatan sesuai toleransi kondisi klien
c) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
5) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit dan
kemampuannya
Tindakan :
a) Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan
b) Beri pujian atas keberhasilan klien
c) Diskusikan kemungkinan pelaksanan di rumah
6) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan :
a) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
dengan harga diri rendah
b) Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat
c) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.

G. DAFTAR PUSTAKA
Capernito LJ. 1998. Diagnosa Keperawatan: Aplikasi pada Praktik Klinis. Jakarta:
EGC.
Keliat BA. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Keliat BA. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Townsed, Mary C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan
Psikiatri:pedoman untuk pembuatan rencana keperawatan. Edisi ketiga. Alih
Bahasa: Novi Helera C.D. Jakarta : EGC.
Tim Direktorat Keswa. 2000. Standar asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1.
Bandung : RSJP

Anda mungkin juga menyukai