Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN MASALAH UTAMA GANGGUAN KONSEP DIRI


HARGA DIRI RENDAH

OLEH :
ONI FORUS RAHEL KASE
(1408110)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA HUSADA SEMARANG
2014/2015
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KASUS (MASALAH UTAMA)


Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

B. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Pengertian
Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri
atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak
langsung diekspresikan (Towsend, 1998).
Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif
terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa
gagal mencapai keinginan. (Keliat, 1999).
2. Etiologi
Gangguan harga diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara (Ircham, 2008):
a. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misal harus operasi,
kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja dll. Pada
klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena privasi yang kurang
diperhatikan : pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang
tidak sopan (pemasangan kateter, pemeriksaan perianal, dll), harapan akan
struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena
dirawat/sakit/penyakit, perlakuan petugas yang tidak menghargai.
b. Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama.
Tanda dan gejalanya adalah:
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak
setelah mendapat terapi sinar pada kanker
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi jika
saya segera ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan mengkritik diri
sendiri.
c. Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya
orang bodoh dan tidak tahu apa-apa
d. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin bertemu
dengan orang lain, lebih suka sendiri.
e. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang
memilih alternatif tindakan.
f. Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram,
mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.
3. Tanda dan Gejala
Menurut Carpenito, L.J (1998); Keliat, B.A (1994), tanda dan gejalanya:
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat
tindakan terhadap penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi
botak setelah mendapat terapi sinar pada kanker
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan
terjadi jika saya segera ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan mengkritik
diri sendiri.
c. Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak
mampu, saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa
d. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak
ingin bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri.
e. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya
tentang memilih alternatif tindakan.
f. Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan
yang suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.
4. Akibat
Harga diri rendah dapat beresiko terjadinya isolasi sosial : menarik diri,
isolasi sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada
tingkah laku yang maladaptive, mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan
sosial.
Tanda dan gejala :
a. Apatis, ekspresi dan afek tumpul
b. Menghindari dari orang lain
c. Komunikasi kurang atau tidak ada
d. Tidak ada kontak mata
e. Menolak berhubungan dengan orang lain
f. Ekspresi wajah kosong

C. POHON MASALAH
Isolasi sosial : menarik diri

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah Core Problem

Gangguan citra tubuh, identitas diri, peran diri, ideal diri

D. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


1. Masalah Keperawatan
a. Isolasi sosial : menarik diri
b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
c. Gangguan citra tubuh, identitas diri, peran, ideal diri
2. Data yang dapat Dikaji
a. Isolasi sosial : menarik diri
1) Data subjektif
a) Mengungkapkan tidak berdaya dan tidak ingin hidup lagi
b) Mengungkapkan enggan berbicara dengan orang lain
c) Klien malu bertemu dan berhadapan dengan orang lain
2) Data objektif
a) Ekspresi wajah kosong
b) Tidak ada kontak mata ketika diajak bicara
c) Suara pelan dan tidak jelas
b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
1) Data subjektif
a) Mengungkapkan ingin diakui jati dirinya
b) Mengungkapkan tidak ada lagi yang peduli
c) Mengungkapkan tidak bisa apa-apa
d) Mengungkapkan dirinya tidak berguna
e) Mengkritik diri sendiri
2) Data objektif
a) Merusak diri sendiri
b) Merusak orang lain
c) Menarik diri dari hubungan sosial
d) Tampak mudah tersinggung
e) Tidak mau makan dan tidak tidur
c. Gangguan citra tubuh, identitas diri, peran, ideal
diri, harga diri
1) Data subjektif
a) Klien mengungkapkan ada bagian tubuh yang tidak disukai
b) Klien mengungkapkan ketidakpuasan terhadap status di
lingkungannya
c) Klien mengungkapkan ketidakmampuan klien melakukan peran yang
seharusnya di lingkungannya
d) Klien mengungkapkan ketidaksesuaian harapan klien terhadap tubuh,
peran, status dengan kenyataan yang ada.
e) Klien mengatakan tidak ada orang yang menghargainya dan dia selalu
diremehkan.
2) Data objektif
a) Menarik diri dari hubungan sosial
b) Tampak mudah tersinggung
c) Merusak diri sendiri
d) Merusak orang lain
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
2. Gangguan body image

F. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Diagnosa I: Gangguan konsep diri (harga diri rendah)
a. Tujuan umum :
Klien tidak terjadi gangguan konsep diri : harga diri rendah/klien akan
meningkat harga dirinya.
b. Tujuan khusus :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
a) Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri,
jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat
kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan)
b) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
c) Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
d) Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga
dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
Tindakan :
a) Klien dapat menilai kemampuan yang dapat Diskusikan kemampuan
dan aspek positif yang dimiliki
b) Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan
memberi pujian yang realistis
c) Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimili
3) Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
Tindakan :
a) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b) Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke
rumah
4) Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
a) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan
b) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
c) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
5) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
a) Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
b) Beri pujian atas keberhasilan klien
c) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan :
a) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien.
b) Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
c) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
d) Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
2. Diagnosa 2: Gangguan body image
Tujuan : Klien dapat melakukan interaksi dengan orang lain tanpa merasa rendah
diri
Tindakan :
a. Kaji derajat dukungan yang ada untuk pasien
Rasional : Dukungan yang cukup dari orang terdekat dapat mempercepat
proses rehabilitasi
b. Diskusikan persepsi pasien tentang diri dan hubungannya dengan perubahan
dan bagaimana pasien melihat dirinya dalam pola/peran fungsi yang biasanya
Rasional : membantu mengartikan masalah sehubungan dengan pola hidup
sebelumnya dan membantu pemecahan masalah
c. Perhatikan perilaku menarik diri, membicarakan tentang hal negatif,
penggunaan penyangkalan atau terus-menerus melihat perubahan nyata/yang
diterima
Rasional : dibutuhkan pada masalah ini untuk membantu adaptasi lanjut yang
optimal dan rehabilitasi

G. DAFTAR PUSTAKA
Capernito LJ. 1998. Diagnosa Keperawatan: Aplikasi pada Praktik Klinis. Jakarta:
EGC.
Ircham R. 2008. Asuhan Keperawatan Jiwa.
Kelliat, BA. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.edisi 1. Jakarta: EGC.
Suseno D. 2009. Psikofarmaka.
Towsend. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri (ed.
Indonesia). Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai