Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH

1. Masalah Utama
Gangguan konsep diri : harga diri rendah

2. Proses Terjadinya Masalah


A. Pengertian
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri
sendiri dan kemampuan diri. Adanya perasaan hilang percaya diri , merasa
gagal karena karena tidak mampu mencapai keinginansesuai ideal diri
(keliat. 2009). Menurut Schult & videbeck (2009) gangguan harga diri
rendah adalah penilaian negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan,
yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung.
Tanda dan Gejala
Menurut Carpenito, L.J (2009 : 352); Keliat, B.A (2011 : 20)
1) Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat
tindakan terhadap penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena
rambut jadi botak setelah mendapat terapi sinar pada kanker
2) Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi
jika saya segera ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan
mengkritik diri sendiri.
3) Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak
mampu, saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa
4) Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin
bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri.
5) Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya
tentang memilih alternatif tindakan.
6) Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.
B. Penyebab
Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dan dapat
terjadi secara :
a. Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi,
kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja,
perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN,
dipenjara tiba-tiba).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena :
 Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik
yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan
(pencukuran pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan perneal).
 Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak
tercapai karena dirawat/ sakit/ penyakit.
 Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya
berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai
tindakan tanpa persetujuan.
b. Kronik
Yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu
sebelum sakit/ dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang
negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif
terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang
maladaptive. Kondisi ini dapat ditemukan pada klien gangguan fisik
yang kronis atau pada klien gangguan jiwa. Dalam tinjauan life span
history klien, penyebab HDR adalah kegagalan tumbuh kembang,
misalnya sering disalahkan, kurang dihargai, tidak diberi kesempatan
dan tidak diterima dalam kelompok (Yosep, 2017)
Tanda dan Gejalanya :
 Data subjektif : mengungkapkan ketidakmampuan dan meminta
bantuan orang lain dan mengungkapkan malu dan tidak bisa bila
diajak melakukan sesuatu.
 Data objektif : tampak ketergantungan pada orang lain, tampak sedih
dan tidak melakukan aktivitas yang seharusnya dapat dilakukan,
wajah tampak murung.
C. Akibat
Harga diri rendah dapat membuat klien menjdai tidak mau maupun tidak
mampu bergaul dengan orang lain dan terjadinya isolasi sosial : menarik
diri. Isolasi sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak
fleksibel pada tingkah laku yang maladaptive, mengganggu fungsi
seseorang dalam hubungan sosial (DEPKES RI, 2009 : 336).
Tanda dan gejala :
Data Subyektif :
a. Mengungkapkan untuk memulai hubungan/ pembicaraan
b. Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan orang
lain
c. Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh orang lain
Data Obyektif :
a. Kurang spontan ketika diajak bicara
b. Apatis
c. Ekspresi wajah kosong
d. Menurun atau tidak adanya komunikasi verbal
e. Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak mata saat berbicara
3. Pohon Masalah

Isolasi sosial : menarik diri

Gangguan konsep diri: Harga diri rendah Core Problem

Gangguan citra tubuh

4. Data yang perlu dikaji:


a. Isolasi sosial: menarik diri
Data yang perlu dikaji:
Data Obyektif
Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri di
kamar, banyak diam.
Data Subyektif
Ekspresi wajah kosong, tidak ada kontak mata, suara pelan dan tidak
jelas.
1. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
Data yang perlu dikaji:
a. Data Subyektif
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri
b. Data Obyektif
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup.
2. Gangguan citra tubuh
Data yang perlu dikaji:
a. Data subyektif
Mengungkapkan tidak ingin hidup lagi, mengungkapkan sedih karena
keadaan tubuhnya, klien malu bertemu dan berhadapan dengan orang
lain, karena keadaan tubuhnya yang cacat.
b. Data obyektif
Ekspresi wajah sedih, tidak ada kontak mata ketika diajak bicara,
suara pelan dan tidak jelas, tampak menangis.
5. Diagnosa Keperawatan
a. Isolasi sosial : menarik diri
b. Harga diri rendah
c. Gangguan citra tubuh
6. Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa 1: Isolasi sosial: menarik diri
Tujuan Umum :
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik dengan cara :
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien

2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri


Tindakan:
a. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-
tandanya
b. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
penyebab menarik diri atau mau bergaul
c. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-
tanda serta penyebab yang muncul
d. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya

3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan


kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
Tindakan :
a. Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi ( tidur, marah, menyibukkan diri dll)
b. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan
berhubungan dengan orang lain
c. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
d. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan
orang lain
e. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
f. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan
dengan orang lain
g. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
dengan orang lain
h. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain
i. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain

4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial


Tindakan:
a. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
b. Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain
melalui tahap :
- Klien – Perawat
- Klien – Perawat – Perawat lain
- Klien – Perawat – Perawat lain – Klien lain
- K – Keluarga atau kelompok masyarakat
c. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah
dicapai.
d. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
e. Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam
mengisi waktu
f. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
g. Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan
ruangan
5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan
orang lain
Tindakan:
a. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan
dengan orang lain
b. Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan
dengan orang lain.
c. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan
perasaan manfaat berhubungan dengan oranglain

6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga


Tindakan:
a. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
- Salam, perkenalan diri
- Jelaskan tujuan
- Buat kontrak
- Eksplorasi perasaan klien
b. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
- Perilaku menarik diri
- Penyebab perilaku menarik diri
- Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak
ditanggapi
- Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
- Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan
kepada klien untuk berkomunikasi dengan orang lain.
- Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian
menjenguk klien minimal satu kali seminggu
- Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah
dicapai oleh keluarga

Diagnosa II : harga diri rendah.


Tujuan umum: Kien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
Tujuan khusus:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
1.1. Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip
komunikasi terapeutik:
 Sapa klien dengan ramah secara verbal dan nonverbal
 Perkenalkan diri dengan sopan
 Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang
disukai klien
 Jelaskan tujuan pertemuan
 Jujur dan menepati janji
 Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
 Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan
dasar klien
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
2.1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
2.2. Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien.
2.3. Utamakan memberi pujian yang realistik.
3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
3.1. Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan.
3.2. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.
4. Klien dapat merencanakn kegiatan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki.
4.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap
hari.
4.2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
4.3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan.
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuannya.
6.1. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan.
6.2. Diskusikan pelaksanaan kegiatan dirumah
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
6.3. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara mearwat
klien dengan harag diri rendah.
6.4. Bantu keluarga memberiakn dukungan selama klien dirawat.
6.5. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah.
Diagnosa II: gangguan citra tubuh.
Tujuan umum: klien tidak terjadi gangguan konsep diri : harga diri
rendah/klien akan meningkat harga dirinya.
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
1.1. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, perkenalan diri,
jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat
kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan)
1.2. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
1.3. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
1.4. Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga
dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Tindakan:
2.1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2.2. Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan
memberi pujian yang realistis
2.3. Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
Tindakan:
3.1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3.2. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang
ke rumah
4. Klien dapat menetapkan/merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki
Tindakan:
4.2. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan
4.3. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
4.4. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan:
5.1. Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
5.2. Beri pujian atas keberhasilan klien
5.3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan:
6.1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
6.2. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
6.3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
6.4. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
Lampiran
STRATEGI PELAKSANAAN
GANGGUAN KONSEP DIRI HARGA DIRI RENDAH

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
 Mengkritik diri sendiri.
 Perasaan tidak mampu
 Pandangan hidup yang pesimis
 Penurunan produktifitas
 Penolakan terhadap kemampuan diri
 terlihat dari kurang memperhatikan perawatan diri
 Berpakaian tidak rapih.
 Selera makan kurang
 tidak berani menatap lawan bicara.
 Lebih banyak menunduk.
2. Diagnosa Keperawatan : Harga Diri Rendah
3. Tujuan : Pasien mampu :
 Membina hubungan saling percaya
 Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
 Menilai kemampuan yang dapat digunakan
 Menetapkan atau memilih kegiatan yang sesuai kemampuan
 Melatih kegiatan yang telah dipilih sesuai kemampuan
 Merencanakan kegiatan yang telah dilatih
4. Tindakan Keperawatan
a. Membina hubungan saling percaya dengan cara :
 Ucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien
 Perkenalkan diri dengan pasien
 Tanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini
 Buat kontrak asuhan
 Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang
diperoleh untuk kepentingan terapi
 Tunjukkan sikap empati terhadap klien
 Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan
b. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih
dimiliki pasien :
 Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif
pasien (buat daftar kegiatan)
 Beri pujian yang realistik dan hindarkan memberikan penilaian
yang negatif setiap kali bertemu dengan pasien
c. Membantu pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
 Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini
( pilih dari daftar kegiatan ) : buat daftra kegiatan yang dapat
dilakuakn saat ini
 Bantu pasien menyebutkan dan memberi penguatan terhadap
kemampuan diri yang diungkapkan pasien
d. Membantu pasien dapat memilih/menetapkan kegiatan berdasarkan
daftar kegiatan yang dilakukan
 Diskusikan kegiatan yang akan dipilih untuk dilatih saat
pertemuan
 Bantu pasien memberikan alasan terhadap pilihan yang ia
tetapkan
e. Melatih kegiatan yang telah dipilih pasien sesuai kemampuan
 Latih kegiatan yang dipilih (alat atau cara melakukannya)
 Bantu pasien memasukkan pada jadwal kegiatn untuk latihan
dua kali per hari
 Berikan dukungan dan pujian yang nyata setiap kemajuan yang
diperlihatkan pasien
f. Membantu pasien dapat merencanakan kegiatan sesuai
kemampuannya dan menyusun rencana kegiatan
 Beri kesempatan klien untuk mencoba kegiatan yang telah
dilatihkan
 Beri pujian atas kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap
hari
 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan
perubahan setiap aktifitas
 Susun daftar aktifitas yang sudah dilatihkan bersama pasien
dan keluarga
 Beri kesempatan klien untuk mengungkapakan perasaanya
setelah pelaksanaan kegiatan

B. STRATEGI KOMUNIKASI
SP 1 HARGA DIRI RENDAH (HDR)

1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik :
Assalamualaikum bu, perkenalkan nama saya Ali Mughni Pratama
senang dipanggil Ali, saya mahasiswa keperawatan dari STIKes
Bhamada Slawi, saya akan merawat ibu dari jam 8 pagi sampai jam
2 siang nanti. Nama ibu siapa?, senang dipanggil apa?.
b. Evaluasi/ Validasi :
Bagaimana perasaan ibu pada pagi hari ini?, oo jadi ibu merasa
tidak berguna kalau dirumah?
c. Kontrak :
 Topik :
Baik lah bagaimana kalau kita membicarakan tentang perasaan
ibu dan kemampuan yang ibu miliki? Setelah itu kita akan nilai
kegiatan mana yang masih dapat ibu dilakukan. Setelah kita
nilai, kita akan pilih beberapa kegiatan untuk kita latih .
 Waktu :
Mau berapa lama kita berbicang-bincang bu? bagaimana kalau
30 menit?
 Tempat :
Dimana ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau disini
saja.
2. Fase Kerja
Sebelumnya saya ingin menanyakan tentang penilaian ibu terhadap
diri ibu, tadi ibu mengatakan merasa tidak berguna kalau dirumah. Apa
yang menyebabkan ibu merasa demikian?
Jadi ibu merasa telah gagal memenuhi keinginan orang tua ibu,
apakah ada hal lain yang tidak menyenangkan yang ibu rasakan?
Bagaimana hubungan ibu dengan keluarga dan teman-teman
setelah setelah ibu merasakan hidup ibu yang tidak berarti dan tidak
berguna?, oo jadi ibu menjadi malu dan malam, ada lagi bu?. Tadi ibu
mengatakan gagal dalam memenuhi keingina orang tua. Sebenarnya apa
saja harapan dan cita-cita ibu?. Yang mana saja harapan ibu yang sudah
tercapai?. Bagaimana usaha ibu untuk mencapai harapan yang belum
terpenuhi?
Agar dapat mencapai harapan-harapan ibu, mari kita sama-sama
menilai kemampuan yang ibu miliki untuk dilatih dan dikembangkan.
Coba ibu sebutkan kemampuan apa saja yang ibu pernah miliki?, bagus
apalagi bu? Kegiatan rumah tangga yang bisa ibu lakukan? Bagus,
apalagi bu?
Wah bagus sekali ada 5 kemampuan dan kegiatan yang ibu miliki.
Nah sekarang dari lima kemampuan yang ibu miliki mana yang masih
dapat dilakukan dirumah sakit? Coba kita lihat yang pertama bisa bu?
Yang kedua bu? ( sampai yang kegiatan yang kelima). Bagus sekali,
ternyata ada empat kegiatan yang masih dapat ibu lakukan dirumah
sakit.
Nah dari keempat kegiatan yang telah dipilih untuk dikerjakan
dirumah sakit, mana yang dilatih hari ini?. Baik mari kita latihan
merapikan tempat tidur, tujuannya agar ibu dapat meningkatkan
kemampuan merapikan tempat tidur dan merasakan manfaatnya.
Dimana kamar ibu?
Nah kalau kita akan merapikan tempat tidur, kita pindahkan dulu
bantal dan selimutnya, kemudian kita angkat seprainya dan kasurnya
kita balik. Nah sekaramg kita pasang lagi seprainya. Kita mulai dari
arah atas ya bu. Kemudian bagian kakinya, tarik dan masukan, lalu
bagian pinggir dimasukan, sekarang ambil bantal, rapikan dan letakkan
dibagian atas kepala. Mari kita lipat selimut. Nah letakkan dibagian
bawah. Bagus . Menurut ibu bagaiman perbedaan tempat tidur setelah
dibersihakan dibandingkan tadi sebelum dibersihakan?
3. Fase Terminasi
a. Eavaluasi subjektif :
Bagaimana perasaan ibu setelah kita latiahn merapikan tempat
tidur?
b. Evaluasi objektif :
Nah coba ibu sebutkan lagi langkah-langkah merapikan tempat
tidur? Bagus.
c. Rencana Tindak Lanjut
Sekarang mari kita masukan dalam jadwal harian ibu, mau berapa
kali ibu melakukannya? Bagus 2 kali…pagi-pagi setelah bangun
tidur dan jam 4 setelah istiraht siang. Jika ibu melakukannya tanpa
diingatkan perawta ibu beri tanda M, tapi kalau ibu merapikan
tempat tidur dibantu atau diingatkan perawat ibu beri tanda B, tapi
kalau ibu tidak melakukannya ibu buat T.
d. Kontrak
 Topik :
Baik, besok saya akan kembali lagi untuk melatih kemampuan
ibu yang kedua.
 Waktu :
Ibu mau jam berapa? Baik jam 10 pagi ya.
 Tempat :
Tempatnya dimana ibu? bagaimana kalau disini saja, jadi
besok kita ketemu lagi disini jam 10 ya w. Assalamualaikum
ibu.

SP II HARGA DIRI RENDAH (HDR)

1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
Assalamualaikum ibu. Apakah ibu masih ingat dengan saya?
Sesuai janji saya kemarin saya datang lagi.
b. Evaluasi / validasi :
Bagaimana perasaan ibu pagi ini? Bagaimana dengan perasaan
negatif yang ibu rasakan? Bagus sekali berarti perasaan tidak
berguna yang ibu rasakan sudah berkurang. Bagaimana dengan
kegiatan merapikan tempat tidurnya?, boleh saya lihat kamar
tidurnya? Tempat tidurnya rapi sekali.
Sekarang mari kita lihat jadwalnya, wah ternyata ibu telah
melaukan kegiatan merapikan tempat tidur sesuai jadwal, lalu apa
manfaat yang ibu rasakan dengan melaukan kegiatan merapikan
tempat tidur secara terjadwal?
c. Kontrak :
 Topik :
Sekarang kita akan kita akan lanjutkan latihan kegiatan yang
kedua. Hari kita mau latihan cuci piring kan?
 Waktu :
Kita akan melakukan latihan cuci piring selamaa 30 menit bu
 Tempat :
Dimana tempat mencuci piringnya bu?
2. Fase kerja
Baik, sebelum mencuci piring, kita persiapkan dulu perlengkapan
untuk mencuci piring. Menurut ibu apa saja yang kita perlu kita siapkan
saat mencuci piring?, ya bagus, jadi sebelum mencuci piring kita perlu
menyiapkan alatnya yaitu sabun cuci piring dan spoons untuk mencuci
piring. Selain itu juga tersedia air bersih untuk membilas piring yang
telah kita sabuni
Nah sekarang bagaimana langkah-langkah atau cara mencuci yang
biasa ibu lakukan? Benar sekali, tapi sebaiknya sebelum kita mencuci
piring pertama kita bersihkan pirimng dari sisa-sisa makanan dan kita
kumpulkan disuatu tempat atau tempat sampah. Kemudian kita basahi
piring dengan air, lalu sabuni seluruh permukaan piring, dan kemudian
dibilas hingga bersih sampai piringnya tidak teras licin lagi. Kemudian
kita letakkan pada rak piring yang tersedia. Jika ada piring dan gelas,
maka yang pertama kali kita cuci adalh gelasnya, setelah itu baru
piringnya. Sekarang bisa kita mulai bu. Bagus sekali, ibu telah mencuci
piring dengan cara yang baik. Menurut ibu bagaiman perbedaan setelah
piring dicuci dibandingkan tadi sebelum piring belum dicuci?
3. Fase terminasi
a. Eavaluasi subjektif :
Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan mencuci piring?
b. Evaluasi objektif :
Nah coba ibu sebutkan lagi langkah-langkah mencuci piring yang
baik bu? Bagus bu.
c. Rencana Tindak Lanjut
Sekarang mari kita masukan dalam jadwal harian ibu, mau berapa
kali ibu melakukannya? Bagus 3 kali…setelah selesei makan
sarapan, siang dan malam ya bu. Jika ibu melakukannya tanpa
diingatkan perawat ibu beri tanda M, tapi kalau ibu mencuci piring
dibantu atau diingatkan perawat ibu beri tanda B, tapi kalau ibu
tidak melakukannya ibu buat T.
d. Kontrak
 Topik :
Baik, besok saya akan kembali lagi untuk melatih kemampuan
ibu yang ketiga.
 Waktu :
Ibu mau jam berapa? Baik jam 10 pagi ya.
 Tempat :
Tempatnya dimana ibu? bagaimana kalau disini saja, jadi
besok kita ketemu lagi disini jam 10 ya w. Assalamualaikum
ibu.
REFERENSI

Keliat,Budi A. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2. Jakarta: EGC.


Purwaningsih, Wahyu. Karlina, Ina. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta:
Nuha Medika Press.

Anda mungkin juga menyukai