Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN HARGA DIRI RENDAH DI RUMAH

SAKIT JIWA MENUR SURABAYA

Disusun Oleh:
Amilia Dwi Indrawati
22101055

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI
JEMBER
2023
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Masalah Utama
Gangguan konsep diri : harga diri rendah

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Pengertian
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri
sendiri dan kemampuan diri. Adanya perasaan hilang percaya diri , merasa
gagal karena karena tidak mampu mencapai keinginansesuai ideal diri.
Gangguan harga diri rendah adalah penilaian negatif seseorang terhadap diri
dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun tidak
langsung (Keliat, 2020).

2. Faktor Predisposisi
a. Faktor yang mempengaruhi harga diri
Meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua tidak realistis,
kegagalanyang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis.
b. Faktor yang mempengaruhi peran
Dimasyarakat umunya peran seseorang disesuai dengan jenis
kelaminnya.Misalnya seseorang wanita dianggap kurang mampu,
kurang mandiri, kurang obyektif dan rasional sedangkan pria
dianggap kurang sensitive, kuranghangat, kurang ekspresif
dibandingkan wanita. Sesuai dengan standar tersebut, jika wanita atau
pria berperan tidak sesuai lazimnya maka dapat menimbulkan konflik
diri maupun hubungan sosial.
c. Faktor yang mempengaruhi identitas diri
Meliputi ketidak percayaan, tekanan dari teman sebaya dan
perubahanstruktur sosial. Orang tua yang selalu curiga pada anak akan
menyebabkan anak menjadi kurang percaya diri, ragu dalam
mengambil keputusan dan dihantui rasa bersalah ketika akan
melakukan sesuatu.
d. Faktor biologis
Adanya kondisi sakit fisik yang dapat mempengaruhi kerja hormon
secara umum, yang dapat pula berdampak pada keseimbangan
neurotransmitter diotak, contoh kadar serotonin yang menurun dapat
mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada pasien depresi
kecenderungan harga diri dikuasai oleh pikiran-pikiran negatif dan
tidak berdaya

3. Faktor Presipitasi
Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh setiap situasi
yangdihadapi individu dan ia tidak mampu menyesuaikan. Situasi atas
stressor dapat mempengaruhi komponen. Stressor yang dapat
mempengaruhi gambaran diri adalah hilangnya bagian tubuh, tindakan
operasi, proses patologi penyakit, perubahan struktur dan fungsi tubuh,
proses tumbuh kembang prosedur tindakan dan pengobatan. Sedangkan
stressor yang dapat mempengaruhi harga diri dan ideal diri adalah
penolakan dankurang penghargaan diri dari orang tua dan orang yang
berarti, pola asuh yang tidak tepat, misalnya selalu dituntut, dituruti,
persaingan dengan saudara, kesalahan dan kegagalan berulang, cita-cita
tidak terpenuhi dan kegagalan bertanggung jawab
sendiri. Stressor pencetus dapat berasal dari internal dan eksternal :
a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau
menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan.
b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dan individu mengalaminya sebagai frustasi.
4. Pohon Masalah
Isolasi sosial : menarik diri

Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

Gangguan citra tubuh

5. Tanda dan Gejala


a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak
setelah mendapat terapi sinar pada kanker;
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi
jika saya segera ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan
mengkritik diri sendiri;
c. Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu,
saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa;
d. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin
bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri;
e. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya
tentang memilih alternatif tindakan;
f. Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.

6. Akibat yang Ditimbulkan


Harga diri yang rendah menyebabkan klien merasa malu sehingga
klien lebih suka menyendiri dan menghindari orang lain, klien mengurung
diri sehingga hal ini dapat menyebabkan klien berfikir yang tidak realistik.
7. Penatalaksanaan Medis
a. Psikofarmako
1) Cloppromazine (CPZ)
Indikasi untuk sindrom psikologis yaitu berat dalam kemampuan
menilairealistis, kesadaran diri terganggu, waham, halusinasi,
gangguan perasaandan perilaku aneh
Efek samping sedasi, gangguan otonomik dan endokrin
2) Haloperidol (HPL)
Indikasi : berdaya berat dalam kemampuan menilai realistis dalam
fungsi netral serta fungsi kehidupan sehari-hari
Efek samping : sedasi, gangguan otonomik dan endokrin.
3) Trihexypheridyl (THP)
Indikasi : Segala jenis penyakit parkinson, termasuk pasca
enchepalitis danidiopatik
Efek samping : hpersensitive terhadap trihexyphenidyl, psinosis
berat, psikoneurosis, dan obstruksi saluran cerna

8. Asuhan Keperawatan
Data yang perlu dikaji:
1. Isolasi sosial: menarik diri
Data yang perlu dikaji
a. Data Obyektif : Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul, menyendiri,
berdiam diri di kamar, banyak diam;
b. Data Subyektif : Ekspresi wajah kosong, tidak ada kontak mata,
suara pelan dan tidak jelas.
2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
Data yang perlu dikaji:
a. Data Subyektif : Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa,
tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan
perasaan malu terhadap diri sendiri
b. Data Obyektif : Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila
disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin
mengakhiri hidup.
3. Gangguan citra tubuh
Data yang perlu dikaji:
a. Data subyektif : Mengungkapkan tidak ingin hidup lagi,
mengungkapkan sedih karena keadaan tubuhnya, klien malu bertemu
dan berhadapan dengan orang lain, karena keadaan tubuhnya yang
cacat
b. Data obyektif : Ekspresi wajah sedih, tidak ada kontak mata ketika
diajak bicara, suara pelan dan tidak jelas, tampak menangis.

Diagnosa Keperawatan
1. Isolasi sosial : menarik diri;
2. Harga diri rendah;
3. Gangguan citra tubuh.

Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa I : Isolasi sosial: menarik diri
Tujuan Umum :
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi
Tujuan Khusus : Klien dapat membina hubungan saling percaya
Intervensi :
1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik dengan cara :
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal;
b. Perkenalkan diri dengan sopan;
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai;
d. Jelaskan tujuan pertemuan;
e. Jujur dan menepati janji;
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya;
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien.
2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Intervensi:
a. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya;
b. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab
menarik diri atau mau bergaul;
c. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta
penyebab yang muncul;
d. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya.
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
Intervensi :
a. Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi ( tidur, marah, menyibukkan diri dll);
b. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan
dengan orang lain;
c. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang
keuntungan berhubungan dengan orang lain;
d. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang
lain;
e. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain;
f. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan
orang lain;
g. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan
orang lain;
h. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain;
i. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan
tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial
Intervensi:
a. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
b. Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain;
c. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai;
d. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan;
e. Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi
waktu;
f. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan;
g. Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan
5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan
orang lain
Intervensi:
a. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan
dengan orang lain;
b. Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan
orang lain;
c. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan
perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain
6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga
Intervensi:
a. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
1) Salam, perkenalan diri;
2) Jelaskan tujuan;
3) Buat kontrak;
4) Eksplorasi perasaan klien
b. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
1) Perilaku menarik diri;
2) Penyebab perilaku menarik diri;
3) Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi;
4) Cara keluarga menghadapi klien menarik diri;
5) Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien
untuk berkomunikasi dengan orang lain;
6) Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk
klien minimal satu kali seminggu;
7) Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh
keluarga

Diagnosa II : harga diri rendah.


Tujuan umum :
Kien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
a. Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip komunikasi
terapeutik:
1) Sapa klien dengan ramah secara verbal dan nonverbal;
2) Perkenalkan diri dengan sopan;
3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
klien;
4) Jelaskan tujuan pertemuan;
5) Jujur dan menepati janji;
6) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya;
7) Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien;
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien;
b. Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien;
c. Utamakan memberi pujian yang realistik.
3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan
a. Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan;
b. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya;
4. Klien dapat merencanakn kegiatan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki
a. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari;
b. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien;
c. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan;
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuannya
a. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan;
b. Diskusikan pelaksanaan kegiatan dirumah
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara mearwat klien
dengan harag diri rendah;
b. Bantu keluarga memberiakn dukungan selama klien dirawat;
c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah.

Diagnosa III : gangguan citra tubuh.


Tujuan umum :
Klien tidak terjadi gangguan konsep diri : harga diri rendah/klien akan
meningkat harga dirinya.
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Intervensi :
a. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, perkenalan diri,
jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat
kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan);
b. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya;
c. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien;
d. Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga
dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Intervensi:
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki;
b. Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan
memberi pujian yang realistis;
c. Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki;
3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
Intervensi:
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki;
b. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke
rumah
4. Klien dapat menetapkan/merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki
Intervensi:
a. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan;
b. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien;
c. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Intervensi:
a. Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan;
b. Beri pujian atas keberhasilan klien;
c. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Intervensi:
a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien;
b. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat;
c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah;
d. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
DAFTAR PUSTAKA

Keliat Budi Ana. 2020. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta :

EGC

Keliat Budi Ana. 2020. Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial : Menarik Diri.

Jakarta : FIK UI

Keliat Budi Ana. 2020. Proses Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC

Aziz R, dkk, 2019. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr.

Amino Gonohutomo.

Anda mungkin juga menyukai