DISUSUN OLEH:
KLARA MITA APRILIYANI, S.KEP
2008037
2. PENYEBAB
Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dan dapat
terjadi secara :
a. Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan,
dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena
sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena :
Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis,
pemasangan kateter, pemeriksaan perneal).
Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai
karena dirawat/ sakit/ penyakit.
Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai
pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa
persetujuan.
b. Kronik
Yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu
sebelum sakit/ dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif.
Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap
dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptive. Kondisi ini
dapat ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronis atau pada klien
gangguan jiwa.
C. POHON MASALAH
Isolasi sosial : menarik diri
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Harga diri rendah (SDKI- D.0087)
2. Gangguan citra tubuh (SDKI- D.0083)
Azis R, dkk. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang : RSJD Dr. Amino
Gondoutomo. 2009
Stuart GW, Sundeen SJ. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC. 2010
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2019). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2019). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus PPNI
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Pasien
DS : Pasien mengatakan tidak berguna.
DO : Pasien tampak berbicara sendiri, tampak sedih,
menyendiri, tatapan mata kosong.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah.
3. Tujuan
a. Pasien dapat menilai aspek positif.
b. Pasien dapat meningkatkan harga dirinya.
c. Pasien dapat berorientasi pada realitas secara
bertahap.
d. Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar.
e. Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain
dan lingkungan.
4. Tindakan Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya, salam
terapeutik, perkenalan diri dengan sopan,
jeaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan
yang tenang dan buat kontrak yang jelas
(waktu,tempat,topik).
b. Beri kesempatan kepada klien untuk
mengungkapkan perasaannya.
c. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien.
d. Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah
seorang yang berharga dan bertanggung jawab
serta mampu menolong dirinya sendiri.
Fase Orientasi
“Selamat pagi, perkenalkan nama saya Klara Mita Apriliyani,
saya biasa dipanggil Klara. Saya mahasiswa Keperawatan di
Universitas Widya Husada. Mbak namanya siapa? Suka
dipanggil apa?”
“Bagaimana perasaan mbak hari ini? Kenapa mbak sering
menyendiri?”
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang
kemampuan dan kegiatan mana yang dapat mbak lakukan?
Setelah itu kita nilai, kita pilih salah satu kegiatan untuk kita
latih.”
“Bagaimana mbak? Mbak mau berapa lama? Tempatnya
dimana?”
Fase Kerja
“Mbak, kalau boleh saya tahu, kemampuan apa saja yang
mbak miliki? Bagus, apa lagi? Saya buaat daftarnya, ya?
Kegiatan rumah tangga apa yang bisa mbak lakukan?
Bagaimana dengan merapikan tempat tidur? Menyapu?”
“Wah, bagus sekali ada 5 kemampuan dan kegiatan yang mbak
miliki.”
“Mbak, dari 5 kegiatan tersebut, yang mana yang masih dapat
dikerjakan dirumh sakit? Coba kita lihat yang pertama
bisakah? Yang kedua,..... sampai yang kelima. (misalnya ada 3
yang bisa dilakukan). Bagus sekali, ada 3 kegiatan yang masih
bisa dikerjakan di rumah sakit ini.”
“Sekarang coba mbak pilih salah satu kegiatan yang masih
bisa dikerjakan di rumah sakit ini. Oh yang nomer satu,
merapikan tempat tidur? Kalau begitu, bagaimana kalau
sekarang kita latihan merapikan tempat tidur mbak?”
“Mari kita lihat tempat tidur mbak!’
“Nah,kalau mau merapikan tempat tidur, mari kita pindahkan
dulu bantal dan selimutnya. Bagus! Sekarang kita angkat
sprainya, dan kasurnya kita balik. Nah sekarang, bagian
bawah, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan,
sekarang ambil bantal, rapikan dan letakan sebelah atas/kepala.
Mari kita lipat sellimut, nah letakkan sebelah atas/kaki.
Bagus!”
“Mbak sudah bisa merapikan tempat tidur dengan baik sekali.
Coba, bedakan dengan yang sebelum dirapikan? Bagus!!”
Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan mbak setelah kita berbincang-bincang
dan latihan merapikan tempat tidur? Ya, ternyata mbak
memiliki kemampuan yang dapat dilakukan disini. Salah
satunya, merapikan tempat tidur yang sudah mbak praktikan
dengn baik sekali.”
“Sekarang, mari kita masukkan ke dalam jadwal latihan harian
mbak. Mbak mau berapa kali sehari? Bagus, dua kali ya pagi
dan sore.”
Baik, bagaimana kalau besok kita latihan kegiatan yang lain?
Mbak masih ingat kegiatan lain yang bisa dilakukan? Ya
bagus, cuci piring. Bagaimana kalau besok kita latihan
mencuci piring setelah sarapan? Di dapur ya, mbak?”
“Kalau begitu, cukup sekian untuk latihan hari ini, besok kita
sambung lagi, terimakasih. Selamat siang.”