Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN

PADA KASUS HARGA DIRI RENDAH


STASE KEPERAWATAN JIWA

UNTUK MEMENUHI TUGAS PROFESI NERS STASE KEPERAWATAN JIWA

DISUSUN OLEH:
KLARA MITA APRILIYANI, S.KEP
2008037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN, BISNIS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
A. KASUS (MASALAH UTAMA)
Gangguan konsep diri : harga diri rendah

B. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. PENGERTIAN
Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif
terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa
gagal mencapai keinginan. (Budi Ana Keliat, 2008). Menurut Schult & videbeck
(2008) gangguan harga diri rendah adalah penilaian negatif seseorang terhadap
diri dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun tidak
langsung.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa gangguan harga diri
rendah adalah penilaian yang negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan serta
merasa tidak percaya pada diri sendiri.
Tanda dan Gejala:
Menurut Carpenito, L.J (2009 : 352); Keliat, B.A (2010 : 20)
Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap
penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah mendapat
terapi sinar pada kanker
1. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi jika saya
segera ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan mengkritik diri sendiri.
2. Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya
orang bodoh dan tidak tahu apa-apa
3. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin bertemu
dengan orang lain, lebih suka sendiri.
4. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang
memilih alternatif tindakan.
5. Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram,
mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.

2. PENYEBAB
Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dan dapat
terjadi secara :
a. Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan,
dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena
sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena :
 Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis,
pemasangan kateter, pemeriksaan perneal).
 Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai
karena dirawat/ sakit/ penyakit.
 Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai
pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa
persetujuan.
b. Kronik
Yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu
sebelum sakit/ dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif.
Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap
dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptive. Kondisi ini
dapat ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronis atau pada klien
gangguan jiwa.

Tanda dan Gejalanya :


▪ Data subjektif : mengungkapkan ketidakmampuan dan meminta bantuan
orang lain dan mengungkapkan malu dan tidak bisa bila diajak
melakukan sesuatu.
▪ Data objektif : tampak ketergantungan pada orang lain, tampak sedih dan
tidak melakukan aktivitas yang seharusnya dapat dilakukan, wajah
tampak murung.
c. Distorsi Kognitif
Kesalahan dalam cara berpikir yang membuat kita menyakinkan diri
tentang sesuatu yang tidak benar atau belum tentu kebenarannya.
Jenis Distorsi Kognitif :
a. Mental Filtering : pemikiran yang melihat segala hal dari kacamata
negatif tanpa menengok sisi positif yang ada.
b. Labelling : pemberian label negatif baik pada diri sendiri maupun
orang lain.
c. Berfikir secara Terpolarisasi : hanya berfikir baik dan buruk atau
sukses dan gagal.
d. Melompat ke Kesimpulan : sering merasa orang lain memiliki
pemikiran negatif terhadap kita berdasarkan satu atau dua hal yang
dilakukan
e. Ramalan : kesalahan kognitif dimana kita memprediksi hal-hal
yang akan datang dan bernasib buruk
f. Penalaran Emosional : perasaan dimana selalu mengedepankan
dalam melihat atau melakukan sesuatu
g. Personalisasi : melakukan kesalahan berfikir personalisasi jika ia
menyakini segala yang dikatakan atau dilakukan orang lain
memiliki hubungan terhadap dirinya sendiri.
3. AKIBAT
Harga diri rendah dapat beresiko terjadinya isolasi sosial : menarik diri,
isolasi sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel
pada tingkah laku yang maladaptive, mengganggu fungsi seseorang dalam
hubungan sosial (DEPKES RI, 2010 : 336).
Tanda dan Gejala:
 Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
 Menghindar dari orang lain (menyendiri).
 Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap
dengan klien lain/perawat.
 Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk.
 Berdiam diri di kamar/klien kurang mobilitas.
 Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan
atau pergi jika diajak bercakap-cakap.
 Tidak melakukan kegiatan sehari-hari.
 Posisi janin saat tidur. (Budi Anna Keliat,
2008)

C. POHON MASALAH
Isolasi sosial : menarik diri

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah Core Problem

Gangguan citra tubuh

D. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


1. Isolasi sosial : menarik diri
Data yang perlu dikaji :
a. Data Obyektif
Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri di kamar,
banyak diam.
b. Data Subyektif
Ekspresi wajah kosong, tidak ada kontak mata, suara pelan dan tidak jelas.
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
Data yang perlu dikaji :
a. Data Subyektif
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri
b. Data Obyektif
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup.
3. Gangguan citra tubuh
Data yang perlu dikaji :
a. Data subyektif
Mengungkapkan tidak ingin hidup lagi, Mengungkapkan sedih karena
keadaan tubuhnya, Klien malu bertemu dan berhadapan dengan orang lain,
karena keadaan tubuhnya yang cacat
b. Data obyektif
Ekspresi wajah sedih, Tidak ada kontak mata ketika diajak bicara, Suara
pelan dan tidak jelas, Tampak menangis

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Harga diri rendah (SDKI- D.0087)
2. Gangguan citra tubuh (SDKI- D.0083)

F. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


DIAGNOSA I : HARGA DIRI RENDAH (D.0087)
Tujuan umum: Kien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
Tujuan khusus:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
- Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip komunikasi
terapeutik:
 Sapa klien dengan ramah secara verbal dan nonverbal
 Perkenalkan diri dengan sopan
 Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
 Jelaskan tujuan pertemuan
 Jujur dan menepati janji
 Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
 Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
- Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
- Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien.
- Utamakan memberi pujian yang realistik.
3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
- Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan.
- Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.
4. Klien dapat merencanakn kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
- Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari.
- Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
- Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan.
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuannya.
- Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan.
- Diskusikan pelaksanaan kegiatan dirumah
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
- Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara mearwat klien
dengan harag diri rendah.
- Bantu keluarga memberiakn dukungan selama klien dirawat.
- Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah.

Diagnosa II: GANGGUAN CITRA TUBUH (D.0083)


Tujuan umum : klien tidak terjadi gangguan konsep diri : harga diri rendah/klien
akan meningkat harga dirinya.
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
- Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri, jelaskan
tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas
(waktu, tempat dan topik pembicaraan)
- Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
- Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
- Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan
bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Tindakan :
- Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
- Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien,
utamakan memberi pujian yang realistis
- Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
Tindakan :
- Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
- Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah
pulang ke rumah
4. Klien dapat menetapkan/merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki
Tindakan :
- Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap
hari sesuai kemampuan
- Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
- Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
- Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
- Beri pujian atas keberhasilan klien
- Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan :
- Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat
klien
- Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
- Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
- Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
DAFTAR PUSTAKA

Azis R, dkk. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang : RSJD Dr. Amino
Gondoutomo. 2009

Boyd MA, Hihart MA. Psychiatric Nursing : Contemporary Practice. Philadelphia :


Lipincott-Raven Publisher. 2008

Keliat BA. Proses Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC. 2009

Stuart GW, Sundeen SJ. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC. 2010

Tim Direktorat Keswa. Standar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 1.


Bandung : RSJP Bandung. 2009

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2019). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2019). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus PPNI
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Masalah : HARGA DIRI RENDAH


Pertemuan : Ke 1 (satu)

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Pasien
DS : Pasien mengatakan tidak berguna.
DO : Pasien tampak berbicara sendiri, tampak sedih,
menyendiri, tatapan mata kosong.

2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah.

3. Tujuan
a. Pasien dapat menilai aspek positif.
b. Pasien dapat meningkatkan harga dirinya.
c. Pasien dapat berorientasi pada realitas secara
bertahap.
d. Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar.
e. Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain
dan lingkungan.

4. Tindakan Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya, salam
terapeutik, perkenalan diri dengan sopan,
jeaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan
yang tenang dan buat kontrak yang jelas
(waktu,tempat,topik).
b. Beri kesempatan kepada klien untuk
mengungkapkan perasaannya.
c. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien.
d. Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah
seorang yang berharga dan bertanggung jawab
serta mampu menolong dirinya sendiri.

B. Strategi Tindakan Pelaksanaan


SP1 Pasien : Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki klien, membantu klien menilai kemampuan yang
masih dapat digunakan, membantu klien memilih/menetapkan
kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan yang
sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan
yang telah dilatih dalam rencana harian.

Fase Orientasi
“Selamat pagi, perkenalkan nama saya Klara Mita Apriliyani,
saya biasa dipanggil Klara. Saya mahasiswa Keperawatan di
Universitas Widya Husada. Mbak namanya siapa? Suka
dipanggil apa?”
“Bagaimana perasaan mbak hari ini? Kenapa mbak sering
menyendiri?”
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang
kemampuan dan kegiatan mana yang dapat mbak lakukan?
Setelah itu kita nilai, kita pilih salah satu kegiatan untuk kita
latih.”
“Bagaimana mbak? Mbak mau berapa lama? Tempatnya
dimana?”

Fase Kerja
“Mbak, kalau boleh saya tahu, kemampuan apa saja yang
mbak miliki? Bagus, apa lagi? Saya buaat daftarnya, ya?
Kegiatan rumah tangga apa yang bisa mbak lakukan?
Bagaimana dengan merapikan tempat tidur? Menyapu?”
“Wah, bagus sekali ada 5 kemampuan dan kegiatan yang mbak
miliki.”
“Mbak, dari 5 kegiatan tersebut, yang mana yang masih dapat
dikerjakan dirumh sakit? Coba kita lihat yang pertama
bisakah? Yang kedua,..... sampai yang kelima. (misalnya ada 3
yang bisa dilakukan). Bagus sekali, ada 3 kegiatan yang masih
bisa dikerjakan di rumah sakit ini.”
“Sekarang coba mbak pilih salah satu kegiatan yang masih
bisa dikerjakan di rumah sakit ini. Oh yang nomer satu,
merapikan tempat tidur? Kalau begitu, bagaimana kalau
sekarang kita latihan merapikan tempat tidur mbak?”
“Mari kita lihat tempat tidur mbak!’
“Nah,kalau mau merapikan tempat tidur, mari kita pindahkan
dulu bantal dan selimutnya. Bagus! Sekarang kita angkat
sprainya, dan kasurnya kita balik. Nah sekarang, bagian
bawah, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan,
sekarang ambil bantal, rapikan dan letakan sebelah atas/kepala.
Mari kita lipat sellimut, nah letakkan sebelah atas/kaki.
Bagus!”
“Mbak sudah bisa merapikan tempat tidur dengan baik sekali.
Coba, bedakan dengan yang sebelum dirapikan? Bagus!!”

Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan mbak setelah kita berbincang-bincang
dan latihan merapikan tempat tidur? Ya, ternyata mbak
memiliki kemampuan yang dapat dilakukan disini. Salah
satunya, merapikan tempat tidur yang sudah mbak praktikan
dengn baik sekali.”
“Sekarang, mari kita masukkan ke dalam jadwal latihan harian
mbak. Mbak mau berapa kali sehari? Bagus, dua kali ya pagi
dan sore.”
Baik, bagaimana kalau besok kita latihan kegiatan yang lain?
Mbak masih ingat kegiatan lain yang bisa dilakukan? Ya
bagus, cuci piring. Bagaimana kalau besok kita latihan
mencuci piring setelah sarapan? Di dapur ya, mbak?”
“Kalau begitu, cukup sekian untuk latihan hari ini, besok kita
sambung lagi, terimakasih. Selamat siang.”

Anda mungkin juga menyukai