Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

PASIEN DENGAN MASALAH HARGA DIRI RENDAH


KRONIS
Untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Jiwa Profesi Ners 16

Dosen Pembimbing: Rita Tri Subekti S.Kep.,Ns

Disusun oleh:

ADITYA PATRIA NEGARA


SN221002

PROGRAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN JIWA HARGA DIRI RENDAH KRONIS

A. Masalah Utama
Harga Diri Rendah

B. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Definisi
Harga diri rendah merupakan evaluasi diri dan perasaan tentang diri
atau kemampuan diri yang negatif terhadap diri sendiri, hilangnya percaya
diri dan harga diri, merasa gagal dalam mencapai keinginan (Direja, 2011).
Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berharga,
tidak berarti, rendah diri, yang menjadikan evaluasi negatif terhadap diri
sendiri dan kemampuan diri (Keliat, 2011).

2. Tanda dan Gejala


a. Data subjektif
1) Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi
jika saya segera ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan
mengkritik diri sendiri.
2) Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak
mampu, saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa.
3) Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat
tindakan terhadap penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena
rambut jadi botak setelah mendapat terapi sinar pada kanker

b. Data objektif
1) Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin
bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri.
2) Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya
tentang memilih alternatif tindakan.
3) Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan
yang suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.

3. Penyebab Terjadinya Masalah


Dibawah ini penyebab terjadinya klien mengalami harga diri rendah :
a. Faktor Prediposisi
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri
seseorang. Menurut Kemenkes RI (2012) faktor predisposisi ini dapat
dibagi sebagai berikut:
1) Faktor Biologis
Pengaruh faktor biologis meliputi adanya faktor herediter anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa, riwayat penyaakit atau
trauma kepala.
2) Faktor psikologis
Pada pasien yang mengalami harga diri rendah, dapat ditemukan
adanya pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, seperti
penolakan dan harapan orang tua yang tidak realisitis, kegagalan
berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain, penilaian negatif pasien terhadap
gambaran diri, krisis identitas, peran yang terganggu, ideal diri yang
tidak realisitis, dan pengaruh penilaian internal individu.
3) Faktor sosial budaya
Pengaruh sosial budaya meliputi penilaian negatif dari lingkungan
terhadap pasien yang mempengaruhi penilaian pasien, sosial
ekonomi rendah, riwayat penolakan lingkungan pada tahap tumbuh
kembang anak, dan tingkat pendidikan rendah.
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah
kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh,
kegagalan atau produktifitas yang menurun. Secara umum gangguan
konsep diri harga diri rendah ini dapat terjadi secara situasional atau
kronik. Secara situsional misalnya karena trauma yang muncul tiba-
tiba, sedangkan yang kronik biasanya dirasakan klien sebelum sakit
atau sebelum dirawat klien sudah memiliki pikiran negatif dan
memingkat saat dirawat (Yosep, 2009)
4. Akibat Terjadinya Masalah
Harga diri rendah dapat membuat klien menjdai tidak mau maupun
tidak mampu bergaul dengan orang lain dan terjadinya isolasi sosial :
menarik diri. Isolasi sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang
tidak fleksibel pada tingkah laku yang maladaptive, mengganggu fungsi
seseorang dalam hubungan sosial.

C. Pohon
Masalah
Isolasi sosial: menarik diri

Gangguan konsep diri: harga diri rendah


(Core problem)
Gangguan citra tubuh

D. Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji


Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan harga
diri rendah (Fitria, 2009), adalah:
1. Harga diri rendah kronik
2. Koping individu tidak efektif
3. Isolasi sosial
Sedangkan data yang perlu dikaji pada pasien dengan harga diri rendah
adalah:
1. Data subyektif
a. Mengungkapkan dirinya merasa tidak berguna.
b. Mengungkapkan dirinya merasa tidak mampu
c. Mengungkapkan dirinya tidak semangat untuk beraktivitas atau
bekerja.
d. Mengungkapkan dirinya malas melakukan perawatan diri (mandi,
berhias, makan atau toileting)

2. Data obyektif
a. Mengkritik diri sendiri
b. Perasaan tidak mampu
c. Pandangan hidup yang pesimistis
d. Tidak menerima pujian
e. Penurunan produktivitas
f. Penolakan terhadap kemampuan diri
g. Kurang memperhatikan perawatan diri
h. Berpakaian tidak rapi
i. Berkurang selera makan
j. Tidak berani menatap lawan bicara
k. Lebih banyak menunduk
l. Bicara lambat dengan nada suara lemah.

E. Diagnosa Keperawatan
Harga diri rendah

F. Rencana Asuhan Keperawatan


1. Untuk klien
Tujuan umum : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara
optimal.
Tujuan khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip komunikasi
terapeutik:
1) Sapa klien dengan ramah secara verbal dan nonverbal
2) Perkenalkan diri dengan sopan
3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
klien
4) Jelaskan tujuan pertemuan
5) Jujur dan menepati janji
6) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
7) Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
2) Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien.
3) Utamakan memberi pujian yang realistik.
c. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
1) Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan.
2) Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.
d. Klien dapat merencanakn kegiatan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki.
1) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap
hari.
2) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
3) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan.
e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuannya.
1) Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan.
2) Diskusikan pelaksanaan kegiatan dirumah.

2. Untuk kelurga
Tujuan umum : Keluarga mampu mendorong klien untuk meningkatkan
kepercayaan diri.
Tujuan khusus : Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara mearwat klien
dengan harag diri rendah.
b. Bantu keluarga memberiakn dukungan selama klien dirawat.
c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah
STRATEGI PELAKSANAAN 1
Pertemuan 1

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
a. Klien tampak gelisah
b. Klien sering melamun
c. Terkadang klien sering menangis
2. Diagnosa
Keperawatan Harga
Diri Rendah
3. Tujuan SP 1
a. Pasien dapat mengidentifikasi aspek positifnya
b. Pasien dapat menilai kemampuan yang masih dapat diguanakan
c. Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki
d. Pasien dapat mengetahuai cara untuk meningkatankan rasa percaya
diri
4. SP 1 Pasien
Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien,
membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat diguanakan,
membantu pasien memilih atau menentapkan kemampuan yang akan
dilatih, melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyuun jadwal
kegiatan pelaksanaan kemapuan yang telah dilatih dalam rencana harian.
Tinadakan Keperawatan
a. Dorong individu untuk mengekspresikan persaannya, khusussnya
mengenai pikiran, persaan dan pandangan dirinya, dulu dan saat ini,
harapan yang di inginkan diwujudkan terhadap dirinya sendiri.
b. Diskusikan aspek positif
c. Bantu psien untuk menilai kemampuan yang masih diguankan
d. Bantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan
kemampuan klien
e. Melatih klien sesuai dengan kemampuan yang dipilih
f. Menganjurkan klien memasukkan kegiatan kedalam jadwal harian

B. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi? Perkenalkan nama saya perawat X, saya senangnya
dipanggil X saya adalah mahasiswa STIKes KUSUMA HUSADA
yang akan merawat bapak atau ibu. Nama bapak atau ibu siapa ya?
Bapak atau ibu senangnya dipanggil apa? Oh jadi bapak atau ibu
senagnya dipanggil P saja?”
b. Validasi atau Evaluasi
“Bagaimana persaan bapak/ibu hari ini? Saya lihat dri tadi bapak
melamun? Ada yang sedang dipikirkan ?”
c. Kontrak
“Bagaiamana kalau kita ngobro-ngobrol dulu pak? Mau berapa lama
kira-kira ngobrolnya? Ok jadi bapak maunya kita ngobrol-ngobrol 20
menit. Baiklah mau dimana kita ngobrolnya bapak? Oh, jadi
kita ngobrolnya diruangan kita saja”
2. Fase Kerja
“Apa yanga bapak pikirkan selama ini?”
“Oh jadi bapak berfikir bahwa hidup bapak sudah tidak bergun lagi
dan pinggin mengakhiri hidup bapak.”
“Mengapa nyonya S berkata demikian?”
“Biasanya kalau dirumah bapak ngapain saja? Punya hobby apa
saja?” “Oh jadi bapak senang bermain terus dan menyapu.”
“Dari hobi yang sudah bapak sebutkan tadi mana saja yang mungkin
dan dapat kita lakukan sekarang?”
“Bagaimana jika bapak menyapu?”
“Jadi bapak P bersedia mau menyapu, kira-kira mau menyapu
dimana?” “Oh jadi bapak mau menyapu diruang makan disini”.
“Sebentar saya sediakan peralatannya ya pak.”
“Kira-kira bapak mau menyapu ditemani perawat atau
tidak?” “Wah bersih sekali hasil sapuannya pak
“Kira-kiara besok bapak mau menyapu berapa kali sehari?”
”Oh bagus kalau mau 2 kali sehari bagaimana kalau suster
buatakan jadwal buat bapak?”
“Apakah bapak mau? Oke jadi bapak bersedia ya dibuatkan jadwalnya”.
3. Fase Terminasi
“Bagaiamana persaan bapak setelah kita bercakap-cakap?”
“Wah ternyata bapak punya banyak kelebihan salah satunya tadi
menyapu dan hasil sapuannya bersih lho.”
“Baik besok kita akan beretemu kembali untuk ngobrol-ngobrol
kembali” “Kira-kira besok bapak mau kita ketemu jam berapa?”
“baik, jadi bapak maunya kita ketemu jam 10.00WIB dan tempatnya
diruang ini saja.”
“Baik bapak sampai jumpa besok”
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, mukripah. 2008. Komunikasi Terapeutik dalam Praktik


Keperawatan. Bandung: Refika Aditama
Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika
Fitria, Nita. 2012. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta:
Salemba Medika
Keliat, B.A. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: EGC
Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan JiwaCetakan kedua (edisi revisi). Bandung. PT
Refrika Aditama

Anda mungkin juga menyukai