Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktik Klinik


Stase Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh :
ISWATUN YULIYANTINI
SN192033

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2020
LAPORAN PENDAHULUAN
HARGA DIRI RENDAH

A. Masalah Utama
Harga Diri Rendah

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Definisi
Perkembangan kebudayaan masyarakat banyak membawa perubahan
dalam segi kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan baik
positif maupun negatif dapat mempengaruhi keseimbangan fisik, mental,
dan psikososial seperti bencana dan konflik yang dialami sehingga
berdampak sangat besar terhadap kesehatan jiwa seseorang yang berarti
akan meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa. Harga diri rendah
merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti, rendah diri, yang
menjadikan evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri
(Keliat, 2011).
Harga diri rendah merupakan evaluasi diri dan perasaan tentang diri
atau kemampuan diri yang negative terhadap diri sendiri, hilangnya percaya
diri dan harga diri, merasa gagal dalam mencapai keinginan (Herman,
2011).

2. Tanda dan Gejala


Menurut Keliat (2010), tanda dan gejala antara lain :
a Subjektif
1) Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat
tindakan terhadap penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena
rambut jadi botak setelah mendapat terapi sinar pada kanker
2) Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan
terjadi jika saya segera ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek
dan mengkritik diri sendiri.
3) Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak
mampu, saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa
4) Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak
ingin bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri.
5) Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan,
misalnya tentang memilih alternatif tindakan.
6) Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai
harapan yang suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.
b Objektif
1) Kurang spontan ketika diajak bicara
2) Apatis
3) Ekspresi wajah kosong
4) Komunikasi menurun/tidak ada kounikasi
5) Berbicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak mata saat
merbicara
(Keliat, 2010)

3. Penyebab Terjadinya Masalah


a Faktor Predisposisi
1) gangguan cita tubuh
a) kehilangan tau kerusakan bagian tubuh
b) perubahan ukuran ,bentuk dan penaptilan tubuh
c) proses patologik penyakit dan dampaknya terhadap stutuk atau
fungsi tubuh
2) gangguan harga diri
a) penolakan dari orang lain/kurang penghargaan
b) pola asuh salah
c) tidak mampu mencapai standar yang ditentukan
b Faktor Presipitasi
1) trauma (penganiyaan seksual dan psikologis)
2) ketegangan peran
3) citra tubuh yang tidak sesuai
4) perasaan negative mengenai dirinya sendiri

4. Akibat Terjadinya Masalah


Harga diri rendah dapat membuat klien menjdai tidak mau maupun tidak
mampu bergaul dengan orang lain dan terjadinya isolasi sosial : menarik
diri. Isolasi sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak
fleksibel pada tingkah laku yang maladaptive, mengganggu fungsi seseorang
dalam hubungan sosia (Yosep, 2010).

C. Pohon Masalah

(Fajariyah, 2012)

D. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu dikaji


1 Masalah keperawatan
a Resiko isolasi social : menarik diri
b Gangguan konsep diri : harga diri rendah
2 data yang perlu dikaji
a Resiko isolasi social : menarik diri
1) Data subjektif
Klien mengatakan klien tidak mampu mengungkapkan perasaan
2) Data objektif
Klien menarik diri
b Gangguan konsep diri : harga diri rendah
1) Data subjektif
Mengungkapkan perasaan malu pada diri sendiri dan mengkritik
diri sendiri
2) Data objektif
Klien lebih suka menyendiri

E. Diagnosa Keperawatan
Gangguan konsep diri: harga diri rendah.
F. Rencana Keperawatan
1. Diagnosa
Gangguan konsep diri: harga diri rendah
Tujuan Umum
Klien memiliki konsep diri yang positif
a. Tujuan khusus 1
Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
1) Kriteria hasil
Klien menunjukkan ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa
senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebut nama,
mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan perawat,
mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
2) Rencana tindakan
 Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.
 Perkenalkan diri dengan sopan.
 Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien
 Jelaskan tujuan pertemuan
 Jujur dan menepati janji
 Tunjukkan sifat empati dan menerima klien apa adanya.
 Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar klien
b. Tujuan khusus 2
Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
1) Kriteria hasil
Dengan menggunakan komunikasi therapeutik diharapkan klien dapat
menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2) Rencana tindakan
 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki (tubuh,
intelektual, dan keluarga) oleh klien diluar perubahan yang terjadi.
 Beri pujian atas aspek positif dan kemampuan yang masih dimiliki
klien.
c. Tujuan khusus 3
Klien dapat Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk
dilaksanakan.
1) Kriteria hasil
Klien menyebutkan kemampuan yang dapat dilaksanakan.
2) Rencana tindakan
 Diskusikan dengan klien kemampuan yang dapat dilaksanakan dan
digunakan selama sakit
 Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilanjutkan
pelaksanaannya setelah klien pulang dengan kondisinya saat ini.
d. Tujuan khusus 4
Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki.
1) Kriteria hasil
Dengan menggunakan komunikasi theraupetik diharapkan klien dapat
menyusun rencana kegiatan harian.
2) Rencana tindakan
 Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan klien.
 Tingkatkan kegiatan sesuai kondisi klien.
 Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan.
e. Tujuan khusus 5
Klien dapat melakukan kegiatan sesuai rencana yang dibuat.
1) Kriteria hasil
Dengan menggunakan komunikasi theraupetik diharapkan klien dapat
melakukan kegiatan sesuai jadwal yang dibuat.
2) Rencana tindakan
 Anjurkan klien untuk melaksanakan kegiatan yang telah direncanakn
 Pantau kegiatan yang dilaksanakan klien.
 Beri pujian atas usaha yang dilakukan klien.
 Diskusikan kemungkinan pelaksanaan kegiatan setelah pulang.
f. Tujuan khusus 6
Klien dapat memanfaatkan sitem pendukung
1) Kriteria Hasil
Klien mampu memand=faatkan sistem pendukung yang ada di keluarga
2) Rencana Tindakan
 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
dengan harga diri rendah.
 Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat
 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan dirumah.
DAFTAR PUSTAKA

Direja, A & Hermawan, S. (2011). Buku Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta :


Nuha Medika

Nita, F. (2011). Prinsip Dasar dan dari Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Penatalaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta:
Salemba Medika

Keliat, B.A. (2010). Proses  Keperawatan Kesehatan Jiwa edisi I. Jakarta : EGC.

Yosep, I. (2010). Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama

Yusuf, Ah, Rizky Fitryasari PK dan Hanik Endang Nihayati. (2015). Buku Ajar
Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
KLIEN DENGAN MASALAH HARGA DIRI RENDAH
(SP 1 PASIEN)

A. PROSES KEPERAWATAN
1 Kondisi klien
a. Klien tampak gelisah
b. Klien sering melamun
c. Terkadang klien sering menangis
2 Diagnosa Keperawatan
Harga Diri Rendah
3 Tujuan SP 1
a. Pasien dapat mengidentifikasi aspek positifnya
b. Pasien dapat menilai kemampuan yang masih dapat diguanakan
c. Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki
d. Pasien dapat mengetahuai cara untuk meningkatankan rasa percaya diri
4 SP 1 Pasien
Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien,
membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat diguanakan,
membantu pasien memilih atau menentapkan kemampuan yang akan dilatih,
melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyuun jadwal kegiatan
pelaksanaan kemapuan yang telah dilatih dalam rencana harian.
Tinadakan Keperawatan
a. Dorong individu untuk mengekspresikan persaannya, khusussnya
mengenai pikiran, persaan dan pandangan dirinya, dulu dan saat ini,
harapan yang di inginkan diwujudkan terhadap dirinya sendiri.
b. Diskusikan aspek positif
c. Bantu psien untuk menilai kemampuan yang masih diguankan
d. Bantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan
kemampuan klien
e. Melatih klien sesuai dengan kemampuan yang dipilih
f. Menganjurkan klien memasukkan kegiatan kedalam jadwal harian.
B. STRATEGI KOMUNIKASI
1 Fase Orientasi
a Salam Terapeutik
“Selamat pagi? Perkenalkan nama saya perawat Iswatun. Nama bapak
siapa ya? bapak senangnya dipanggil apa?”
b Validasi atau Evaluasi
“Bagaimana perasaan bapak hari ini? Saya lihat dari tadi bapak
melamun? Ada yang sedang dipikirkan ?”
c Kontrak
“Bagaiamana kalau kita ngobro-ngobrol dulu pak? Mau berapa lama
kira-kira ngobrolnya? Ok jadi bapak maunya kita ngobrol-ngobrol 20
menit. Baiklah mau dimana kita ngobrolnya bapak? Oh, jadi kita
ngobrolnya diruangan kita saja”
2 Fase Kerja
“Apa yang bapak pikirkan selama ini?”
“Oh jadi bapak berfikir bahwa hidup bapak sudah tidak bergun lagi dan
pinggin mengakhiri hidup bapak.”
“Mengapa nyonya S berkata demikian?”
“Biasanya kalau dirumah bapak ngapain saja? Punya hobby apa saja?”
“Oh jadi bapak senang bermain terus dan menyapu.”
“Dari hobi yang sudah bapak sebutkan tadi mana saja yang mungkin dan
dapat kita lakukan sekarang?”
“Bagaimana jika bapak menyapu?”
“Jadi bapak P bersedia mau menyapu, kira-kira mau menyapu dimana?”
“Oh jadi bapak mau menyapu diruang makan disini”.
“Sebentar saya sediakan peralatannya ya pak.”
“Kira-kira bapak mau menyapu ditemani perawat atau tidak?”
“Wah bersih sekali hasil sapuannya pak
“Kira-kiara besok bapak mau menyapu berapa kali sehari?”
”Oh bagus kalau mau 2 kali sehari bagaimana kalau suster buatakan jadwal
buat bapak?”
“Apakah bapak mau? Oke jadi bapak bersedia ya dibuatkan jadwalnya”.
3 Fase Terminasi
a. Evaluasi Subjektif dan Objektif :
“Bagaiamana persaan bapak setelah kita bercakap-cakap?”
b. RTL
“Wah ternyata bapak punya banyak kelebihan salah satunya tadi
menyapu dan hasil sapuannya bersih lho.”
c. Kontrak yang akan datang
 Topik :
“Baik besok kita akan beretemu kembali untuk ngobrol-ngobrol
kembali”
 Waktu :
“Kira-kira besok bapak mau kita ketemu jam berapa?”
“baik, jadi bapak maunya kita ketemu jam 10.00 WIB saja.”
 Tempat :
“..Ibu maunya kita berbincang dimana..? bagaimana kalau di ruang
makan..? baiklah bu. Sampai Jumpa besok ya bu.. Saya permisi.
Assalamualaikum..Wr. Wb..”.

Anda mungkin juga menyukai