Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO GANGGUAN JIWA : HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL

Disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan individu Praktek Profesi Ners


Stase Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh :

MILA KURNIA CANDRA

2022207209431

FAKULTAS KESEHATAN PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
TAHUN 2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN
HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL

1. Proses terjadinya masalah


a. Defenisi

Harga diri rendah merupakanHarga diri rendah situasional adalah


mulculnya persepsi tentang makna diri sebagai respons terhadap situasi saat
ini (Heather, 2018). Padaklien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah 
dikarenakan sebagai berikut:
1) Privasi yang kurang diperhatikan, misalnya ;Pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasanganalat yang tidaksopan (pencukuran pubis,
pemasangan kateter, pemeriksaan perineal).
2) Harapan akan struktur ,bentuk  dan fungsi yang tidak tercapai
dirawat/sakit atau penyakit.
3) Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, Misalnya
pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa
persetujuan.

b. Faktor penyebab
1) Penyebab
Koping individu tidak efektif Harga diri rendah berhubungan dengan
koping individu tidak efektif, koping merupakan respon pertahanan
individu terhadap suatu masalah. Jika koping itu tidak efektif maka
individu tidak bisa mencapai harga dirinya dalam mencapai suatu
perilaku.
2) Akibat
Menarik diri
Mekanisme terjadinya masalah :
Harga diri merupakan penilaian seseorang terhadap dirinya, individu
dengan harga diri rendah akan merasa tidak mampu , tidak berdaya,
pesimis dapat menghadapi kehidupan, dan tidak percaya pada diri
sendiri. Untuk menutup rasa tidak mampu individu akan banyak diam,
menyendiri, tidak berkomunikasi dan menarik diri dari kehidupan sosial.
3) Teori penyebab
a) Situasional
Yang terjadi trauma secara tiba – tiba misalnya pasca operasi,
kecelakaan cerai, putus sekolah, Phk, perasaan malu karena terjadi
(korban perkosaan, dipenjara, dituduh KKN). HDR pada pasien yang
dirawat disebabkan oleh : Privacy yang kurang diperhatikan, misal
pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak
spontan (mencukur pubis pemasangan kateter).Harapan akan struktur,
bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tecapai karena dirawat atau sakit
atau penyakitnya. Kelakuan petugas kesehatan yang tidak
menghargai, misal berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan
berbagai tindakan tanpa pemeriksaan.
b) Kronik
Perasaan negatif terhadap diri sudah berlangsung lama yaitu sebelum
sakit atau dirawat. Klien ini mempunyai cara berpikir yang negatif,
kejadian sakit yang dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap
dirinya.
Menurut Ericson, masa balita adalah kemandirian yang ragu dan
malu anak belajar mengendalikan diri dan kepercayaan diri, sebabnya
bila banyak dikendalikan dari luar maka akan timbul bibit keraguan
dan rasa malu yang berlebihan.
4) Factor predisposisi
Faktor yang mempengaruhi HDR adalah penolakan orang tua,
harapan orang tua yang tidak realistic. Tergantung pada orang tua dan
ideal diri yang tidak realistic. Misalnya ; orang tua tidak percaya pada
anak, tekanan dari teman, dan kultur sosial yang berubah
5) Factor presifitasi
a) Ketegangan peran
Stress yang berhubungan dengan frustasi yang dialami dalam peran
atau posisi
b) Konflik peran
Ketidaksesuaian peran dengan apa yang diinginkan
c) Peran yang tidak jelas
Kurangnya pengetahuan individu tentang peran
d) Peran yang berlebihan
Menampilkan seperangkat peran yang konpleks
e) Perkembangn transisi
Perubahan norma dengan nilai yang taksesuai dengan diri
f) Situasi transisi peran
Bertambah/ berkurangnya orang penting dalam kehidupan individu
g) Transisi peran sehat-sakit
Kehilangan bagian tubuh, prubahan ukuran, fungsi, penampilan,
prosedur pengobatan dan perawatan.

c. Tanda dan Gejala


1) Perasaan malu pada diri sendiri akibat penyakit dan akibat terhadap
tindakan penyakit. Misalnya malu dan sedih karena rambut menjadi
rontok (botak) karena pengobatan akibat penyakit kronis seperti
kanker.
2) Rasa bersalah terhadap diri sendiri misalnya ini terjadi jika saya tidak
ke RS menyalahkan dan mengejek diri sendiri.
3) Merendahkan martabat misalnya, saya tidak bisa, saya tidak mampu,
saya memang bodoh dan tidak tahu apa – apa.
4) Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri, klien tak mau
bertemu orang lain, lebih suka menyendiri.
5) Percaya diri kurang, klien sukar mengambil keputusan yang suram
mungkin memilih alternatif tindakan.
Mencederai diri dan akibat HDR disertai dengan harapan yang suram
mungin klien ingin mengakhiri kehidupan

HDR ditunjukkan tanda – tanda sebagai berikut :


1) Produktivitas menurun.
2)   Mengukur diri sendiri dan orang lain.
3)   Destructif pada orang lain.
4) Gangguan dalam berhubungan.
5) Perasaan tidak mampu
6) Rasa bersalah.
7) Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan
8) Perasaan negatif terhadap tubuhnya sendiri.
9) Ketegangan peran yang dihadapi atau dirasakan.
10)   Pandangan hidup yang pesimis.
11) Keluhan fisik
12)   Pandangan hidup yang bertentangan.
13) Penolakan terhadap kemampuan personal.
14) Destruktif terhadap diri sendiri
15) Menolak diri secara sosial.
16) Penyalahgunaan obat.
17) Menarik diri dan realitas.
18) Khawatir.
2. Pohon Masalah

Efek Resiko Isolasi Sosial


 

Core Problem Harga Diri Rendah

 
 
Etiologi BerdukaDisfungsional
3. Masalah keperawatan yang perlu dikaji
a. Isolasi sosial : menarik diri
Data yang perlu dikaji
1) Lebih banyak diam
2) Lebih suka menyendiri/ hubungan interpersonal kurang
3) Personal hygiene kurang
4) Merasa tidak nyaman diantara orang
5) Tidak cukupnya ketrampilan sosial
6) Berkurangnya frekwensi, jumlah dan spontanitas dalam
berkomunikasi
b. Gangguan konsep diri harga diri rendah
Data yang perlu dikaji
1) Perasaan rendah diri
2) Pikiran mengarah
3) Mengkritik diri sendiri
4) Kurang terlibat dalam hubungan sosial
5) Meremehkan kekuatan/ kemampuan diri
6) Menyalahkan diri sendiri
7) Perasaan putus asa dan tidak berdaya.
c. Koping individu tidak efektif
1) Masalah yang di hadapi pasien (sumber koping)
2) Strategi dalam menghadapi masalah
3) Status emosi pasien
4. Diagnosa keperawatan
a. ResikoIsolasi Sosial
b. Harga diri rendah

5. Rencana tindakan keperawatan


a. Resiko Isolasi Sosial
TUM : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya.
TUK 2 : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek yang
dimiliki.
1) Kriteria hasil :
a) Klien mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
kemampuan yang dimiliki
b) aspek positif keluarga
c) aspek positif lingkungan yang di miliki klien.
2) Intervensi
a) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
b) Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negatif.
c) Utamakan memberi pujian yang realistik.

TUK 3 : Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.


1) Kriteria evaluasi
Klien menilai kemampuan yang dapat digunakan.
2) Intervensi
a) Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat
digunakan selama sakit.
b) Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.

TUK 4 : Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan


kemampuan yang dimiliki.
1) Kriteria evaluasi
Klien membuat rencana kegiatan harian.
2) Intervensi
a) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan
setiap hari sesuai kemampuan.
- kegiatan mandiri
- kegiatan dengan bantuan sebagian
- kegiatan yang membutuhkan bantuan total.
b) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
c) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien
lakukan.

TUK 5 : Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan


kemampuannya.
1) Kriteria evaluasi
Klien melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan
kemampuannya.
2) Intervensi
a) Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang
telah direncanakan.
b) Beri pujian atas keberhasilan klien.
c) Diskusikan kemungkinan, pelaksanaan di rumah.

TUK 6 : Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada :


1) Kriteria evaluasi
Klien memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga.
2) Intervensi
a) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat
klien dengan harga diri rendah.
b) Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.
c) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
6. Fokus intervensi
Pasien
SP 1
1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien
2. Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih digunakan
3. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan
kemampuan pasien
4. Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih
5. Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien
6. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP 2
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Melatih kemampuan kedua
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

Keluarga
SP 1
1. mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2. menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah yang dialami
pasien beserta proses terjadinya
3. menjelaskan cara - cara merawat pasien harga diri rendah

SP 2
1. melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan harga diri
rendah
2. melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien harga
diri rendah

SP 3
1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum
obat (discharge planning)
2. menjelaskan follow up pasien setelah pulang
Diagnosa Keperawatan Pasien Keluarga

Gangguan konsep diri: SP 1 SP 1


Harga Diri Rendah a. Mengidentifikasi kemampuan positif
Situasional yang dimiliki a. Mengidentifikasi masalah yg dirasakan dalam
b. Menilai kemampuan yang dapat merawat pasien
dilakukan saat ini b. Menjelaskan proses terjadinya HDR
c. Memilih kemampaun yang akan dilatih c. Menjelaskan ttg cara merawat pasien
d. Melatih kemampuan pertama yang d. Bermain peran dalam merawat pasien HDR
telah dipilih e. Menyusun RTL keluarga/jadwal keluarga u/
e. Masukkan dalam jadwal kegiatan merawat pasien.
pasien
SP 2
SP 2
a. Evaluasi kegiatan yang lalu (Sp 1)
b. Memilih kemampuan kedua yang dapat a. Evaluasi kemampuan Sp 1
dilakukan b. Latih keluarga langsung ke pasien
c. Melatih kemampuan yang dipilih c. Menyusun RTL keluarga /jadwal keluarga u/
d. Masukkan dalam jadwal kegiatan merawat pasien
pasien
SP 3 SP 3
a. Evaluasi kegiatan yang lalu (Sp1 & 2)
b. Memilih kemampuan ketiga yang dapat a. Evaluasi kemampuan keluarg
dilakukan b. Evaluasi kemampuan pasien
c. Melatih kemampuan 3 yang dipilih c. RTL kelg:
d. Masukkan dalam jadwal kegiatan - Follow up
pasien - Rujukan
DAFTAR PUSTAKA

Fitria, N. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba
Medika.
Hawari, D. 2003. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa: Skizofrenia. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Heather, T. H. (2018). Nanda-1 diagnosis keperawatan defenisi dan klasifikasi
2018-2020 (11th ed.). Jakarta: EGC.
Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Riyadi, S. Dan Purwanto, T. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Townsed, M. C. 1998. Diagnosa Keperawatan Psikiatri, Edisi 3. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai