NIM : 00000018012
LAPORAN PENDAHULUAN
Kesimpulan harga diri rendah adalah salah satu masalah psikososial yang
menilai diri sendiri negative serta kehilangan kepercayaan terhadap kemampuan diri
dan merasa orang lain lebih baik dari dirinya dan bahkan menolak dirinya yang
disebabkan oleh perasaan ketidakmampuan untuk bertanggung jawab atas diri sendiri.
II. Proses Terjadinya Masalah:
1) Penyebab
Faktor yang dapat menyebabkan harga diri rendah terdiri dari faktor
predisposisi dan faktor presipitasi. Faktor Predisposisi misalnya adalah penolakan
orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berualang, serta ideal
diri yang tidak realistis. Sedangkan faktor presipitasinya mungkin ditimbulkan
dari sumber internal dan eksternal yang terjadi secara situasional seperti trauma,
frustrasi dalam suatu hal yang dapat dipengaruhi oleh transisi peran.
Klasifikasi harga diri rendah dapat dibedakan menjadi 2, yakni : (Fitria,2009)
1. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi,
kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja,
perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh korupsi,
dipenjara tiba-tiba).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena :
1) Privacy yang harus diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik
yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran
pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan perineal).
2) Harapan akan struktur bentuk dan fungsi tubuh yang tidak
tercapai karena dirawat/sakit/penyakit.
3) Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya
berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai
tindakan tanpa persetujuan.
2. Kronik yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama,
yaitu sebelum sakit/dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang
negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif
terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptif.
3) Rentang respon
4) Mekanisme Koping
Menurut Keliat (1998), mekanisme kopinh pada klien dengan gangguan konsep
diri dibagi menadi 2, yakni :
1. Koping Jangka Pendek
a. Aktivitas yang memberikan kesempatan lari sementara dari krisis.
Misalnya pemakaian obat, ikut musik rok, balap motor, olah raga berat dan
obsesi nonton televisi.
b. Aktivitas yang memberi kesempatan mengganti identitas. Misalnya: ikut
kelompok tertentu untuk mendapat identitas yang sudah dimiliki
kelompok, memiliki kelompok tertentu, atau pengikut kelompok tertentu.
c. Aktivitas yang memberi kekuatan atau dukungan sementara terhadap
konsep diri atau identitas diri yang kabur. Misalnya: aktivitas yang
kompetitif, olah raga, prestasi akademik, kelompok anak muda.
d. Aktivitas yang memberi arti dari kehidupan. Misalnya: penjelasan tentang
keisengan akan menurunnya kegairahan dan tidak berarti pada diri sendiri
dan orang lain.
2. Koping Jangka Panjang
Individu dengan gangguan konsep diri dapat menggunakan ego-
oriented reaction (mekanisme pertahanan diri) yang bervariasi untuk
melindungi diri. Macam mekanisme koping yang sering digunakan adalah :
fantasi, disosiasi, isolasi, dan proyeksi. Dalam keadaan yang berat dapat
terjadi perilaku dan kegagalan penyesuaian seperti psikosis, obesitas,
anoreksia, bunuh diri criminal, free sex, kenakalan, dan penganiayaan.
5) Mind Map
III. a. Analisa Masalah
2. Tindakan keperawatan:
a) Identifikasi kemampuan dan aspek positifyang masih dimiliki pasien dengan
cara:
Diskusikan tentang sejumlah kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki pasien seperti kegiatan pasien di rumah sakit, dan di rumah,
adanya keluarga dan lingkungan terdekat pasien.
Beri pujian yang realistik dan hindarkan penilaian yang negatif
b) Bantu pasien menilai kemapuan yang dapat digunakan dengan cara-cara
berikut:
Diskusikan dengan pasien mengenai kemampuannya yang masih dapat
digunakan saat ini
Bantu pasien menyebutkannya dan beri penguatan terhadap
kemampuan diri yang digunakna pasien
Perlihatkan rspon yang kondusif dan upayakan menjadi pendengar
aktif
c) Membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih.
Tindakan yang dapat dilakukan adalh:
Diskusikan dengan pasien kegiatan yang akan dipilih sebagai kegiatan
yang akan pasen lakukan sehari-hari.
Bantu oasuen untuk memilih kegiatan yang dapat pasien lakukan
dengan mandiri atau dengan bantuan minimal
d) Latih kemampuan pasien yang telah dipilih dengan cara:
Diskusikan dengan pasien langkah-langkah pelaksanaan kegiatan
Bersama pasien, peragakan kegiatan yang ditetapkan
Berikan dukungan dan pujian setiap kegiatan yang dapat dilakukan
pasien
e) Bantu pasien menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih
Beri kesempatan kepada pasien untuk mencoba kegiatan yang akan
dilatih
Beri pujian atas kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari
Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan
setiap kegiatan
Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah dilatih
Berikan pasien kesempatanmengungkapkan perasaannya setelah
pelaksanaan kegiatan.
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, B.A., Akemat. (2007). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC
Schultz dan Videback. (1998). Manual Psychiatric Nursing Care Plan. 5th edition.
Lippincott- Raven Publisher: philadelphia.
Stuart dan Sundeen. (1999). Buku Saku Keperawatan Jwa. Edisi 3. EGC: Jakarta
Townsend. (1995). Nursing Diagnosis in Psychiatric Nursing a Pocket Guide for Care Plan
Construction. Edisi 3.Jakarta : EGC
SP II p SP II k
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian 1. Melatih keluarga
pasien mempraktekkan cara merawat
2. Melatih kemampuan kedua yang pasien dengan harga diri rendah
dimiliki pasien 2. Melatih keluarga melakukan cara
3. Menganjurkan pasien memasukkan merawat langsung kepada pasien
dalam jadwal kegiatan harian harga diri rendah
SP III k
1. Membantu keluarga membuat
jadwal aktivitas dirumah
termasuk minum obat
2. Menjelaskan follow up pasien
setelah pulang