LAPORAN PENDAHULUAN
1. Pengertian
Menurut Stuart & Sundeen, dalam Wijayaningsih (2015:49) Harga diri
rendah adalah “penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri”. Menurut Carpenito,
L.J dalam Wijayaningsih (2015:49) bahwa Harga diri rendah merupakan
keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai diri
ataupun kemampuan diri.
Harga diri rendah adalah perasaan yang tidak berharga, tidak berarti
dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negative terhadap
diri sendiri atau kemampuan diri. (Titin, 2014).
2. Rentang Respon
a. Respon Adaptif adalah respon yang dihadapi pasien bila menghadapi
suatu masalah dapat menyelesaikan suatu masalah dapat menyelesaikan
secara baik antara lain :
1) Aktualisasi diri
2) Kesadaran akan diri berdasarkan konservasi mandiri termasuk
persepsi masa lalu akan diri dan perasaannya.
3) Konsep diri positif
b. Respon Maladaptif adalah respon individu dalam menghadapi masalah
dimana indivivu tidak mampu memecahkan masalah tersebut.
1) Harga diri rendah
Transisi antara konsep diri positif dan maladaptive.
2) Kerancuan identitas
3) Identitas diri kacau atau tidak jelas sehingga tidak memberikan
kehidupan dalam mencapai tujuan.
4) Depersonalisasi ( tidak mengenal diri )
3. Factor Predisposisi
Factor yang menunjang terjadinya perubahan dalam harga diri seseorang
meliputi:
a. Penolakan orang tua
b. Harapan orang tua tidak realitas
c. Kegagalan yang berulang kali
d. Kurang mempunyai tanggung jawab personal
e. Ketergantungan pada orang lain
f. Ideal diri tidak realistic
4. Factor Presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah yaitu hilangnya
sebagian anggota tubuh, perubahan penampilan atau bentuk tubuh, mengalami
kegagalan, serta menurunnya produktivitas.
Gangguan konsep diri: harga diri rendah ini dapat terjadi secara situasional
maupun kronik:
a. Situasional: Gangguan konsep diri: harga diri rendah kronis yang terjadi
secara situasional bisa disebabkan oleh trauma yang muncul secara tiba
tiba misalnya harus dioperasi, mengalami kecelakaan, menjadi korban
pemerkosaan, atau menjadi narapidana sehingga haru masuk penjara.
Selain itu, dirawat dirumah sakit juga bisa menyebabkan rendahnya
harga diri seseorang dikarenakan penyakit fisik, pemasangan alat bantu
yang membuat klien tidak nyaman, harapan yang tidak tercapai akan
struktur, bentuk, dan fungsi tubuh, serta perlakuan petugas kesehatan
yang kurang menghargai klien dan keluarga.
b. Kronik: Gangguan konsep diri: harga diri rendah biasanya sudah
berlangsung sejak lama yang dirasakan klien sebelum sakit atau
sebelum dirawat. Klien sudah memiliki pemikiran negatif sebelum
dirawat dan menjadi semakin meningkat saat dirawat.
6. Psikodinamika
a. Etiologi
Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah dapat disebabkan karena
kurangnya umpan balik positif, perasaan ditolak oleh orang terdekat,
sejumlah kegagalan, ego yang belum berkembang, disfungsi sistem
keluarga dan kemiskinan.
b. Proses terjadinya masalah
Harga diri terjadi karena perasaan dicintai dan mendapatkan pujian dari
orang lain. Harga diri akan menjadi rendahketika tidak ada lagi cinta dan
ketika adanya kegagalan, tidak mendapatkan pengakuan dari orang lain,
merasa tidak berharga, gangguan citra tubuh akibat suatu penyakit
sehingga akan menimbulkan suatu gambaran individu yang berperasaan
negative terhadap diri sendiri.
c. Komplikasi
Individu mengalami gangguan konsep diri: harga diri rendah pertama kali
akan merasa cemas dan takut. Individu akan takut ditolak, takut gagal, dan
takut dipermalukan. Akhirnya cenderung untuk menarik diri, akan
mengisolasi diri, yang pada akhirnya individu akan mengalami gangguan
realita. Komplikasi yang berbahaya individu mempunyai keinginan untuk
meciderai dirinya.
7. Mekanisme Koping
a. Koping jangka pendek
1) Aktivitas yang memberikan kesempatan lari sementara dari krisis,
misalnya :olah raga dan obsesi nonton televisi.
2) Aktivitas yang memberi kesempatan mengganti identitas, misalnya:
ikut kelompok tertentu untuk mendapat identitas yang sudah dimiliki
kelompok, memiliki kelompok tertentu, atau pengikut kelompok
tertentu.
3) Aktivitas yang memberi kekuatan atau dukungan sementara terhadap
konsep diri atau identitas diri yang kabur, misalnya: aktivitas yang
kompetitif, olah raga, prestasi akademik, kelompok anak muda.
4) Aktivitas yang memberi arti dari kehidupan, misalnya: penjelasan
tentang keisengan akan menurunnya kegairahan dan tidak berarti pada
diri sendiri dan orang lain.
b. Koping jangka panjang
Semua koping jangka pendek dapat berkembang menjadi koping jangka
panjang. Penyelesaian positif akan menghasilkan ego identitas dan
Keunikan individu.Identitas negatif merupakan rintangan terhadap nilai
dan harapan masyarakat. Remaja mungkin menjadi anti sosial, ini dapat
disebabkan karena ia tidak mungkin mendapatkan identitas yang positif.
Mungkin remaja ini mengatakan “saya mungkin lebih baik menjadi anak
tidak baik”.Individu dengan gangguan konsep diri pada usia lanjut dapat
menggunakan ego-oriented reaction (mekanisme pertahanan diri) yang
bervariasi untuk melindungi diri. Macam mekanisme koping yang sering
digunakan adalah : fantasi, disosiasi, isolasi, proyeksi
Dalam keadaan yang semakin berat dapat terjadi deviasi perilaku dan
kegagalan penyesuaian sebagai berikut: psikosis, neurosis, obesitas, anoreksia,
nervosa, bunuh diri criminal, persetubuhan dengan siapa saja, kenakalan,
penganiayaan.
8. Sumber Koping
a. Aktivitas olahraga dan aktivitas lain di luar runah
b. Hobi dari kerajinan tangan
c. Seni yang ekspresif
d. Kesehatan dan perawatan diri
e. Pekerjaan, vokasi, atau posisi
f. Bakat tertentu
g. Kecerdasan
h. Imaginasi dan kreativitas
i. Hubungan interpersonal
9. Penatalaksanaan Umum
a. Medis
1) Clorpromazine (CPZ)
Indikasi untuk sindrom psikosis yaitu berat dalam kemampuan menilai
realitas, kesadaran diri terganggu, waham, halusinasi, gangguan
perasaan dan perilaku aneh, tidak bekerja, hubungan sosial dan
melakukan aktivitas rutin.
Efek saamping : sedasi, gangguan otonomik serta endokrin.
2) Haloperidol (HPL)
Indikasi : berdaya berat dalam kemampuan menilai realitaas dalaam
fungsi netral serta fungsi kehidupan sehari-hari.
Efek samping : sedasi, gangguan otonomik dan endokrin.
3) Trihexyphenidyl (THP)
Indikasi : segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pascaa
enchepalitis dan idiopatik.
Efeksamping : hypersensitive terhadap trihexyphenidyl, psikosis berat,
psikoneurosis dan obstruksi saluran cerna.
b. Psikoterapi
Psikoterapi yang dapat membantu penderita adalah psikoterapi suportif
dan individual atau kelompok serta bimbingan yang praktis dengan
maksud untuk mengembalikan penderita ke masyarakat. Therapy kerja
baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain,
penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak
mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk
kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan
atau latihan bersama.
B. STRATEGI PELAKSANAAN
1. Proses Keperawatan
a. Kondisi klien
DO: Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternative tindakan, ingin mencederai diri/ mengahiri kehidupan,
poduktifitas menurun, cemas dan takut
DS: Klien mengatakan:
Saya tidak bisa, tidak mampu, bodoh/ tidak tahuapa-apa, mengkritik diri
sendiri, klien mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri, klien
mengungkapkan rasa bersalah terhadap sesuatu/ seseorang
b. Diagnosa keperawatan
Harga Diri Rendah
c. Tujuan khusus
1) Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dengan aspek positif yang
dimiliki
2) Pasien dapat menilai kemampan yang dapat digunakan
3) Pasien dapat menetapkan kegiatan yang sesuai kemampuan
4) Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan
5) Pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang sudah
dilatih
d. Tindakan keperawatan
SP 1 PASIEN
1) Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien,
2) Membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan
3) Membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih
4) Melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal
pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian.
SP 2 PASIEN
a. Fase orientasi
“Assalamua‘laikum, Mas… masih ingat saya??? Bagus
“Bagaimana perasaan Mas pagi ini? Wah tampak gembira”
“Bagaimana Mas, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin tadi
pagi? Bagus (kalau sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi),
“Sekarang kita akan latihan kemampuan kedua, masih ingat apa kegiatan
itu Mas? “Ya benar kita akan latihan memcuci piring didapur ruangan ini”
“Waktunya 10 menit, mari kita ke dapur”
b. Fase kerja
“Mas, sebelum kita memcuci piring kita perlu siapkan dulu
perlengkapanya, yaitu serabut tepes untuk membersikan piring, sabun
khusus untuk mencuci piring, dan air untuk membilas, Mas bisa
mneggunakan air yang mengalir dari kran ini, oh ya jangan lupa sediakan
tempat sampah untuk membuang sisa – makanan.
“Sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya”
“Setelah semuanya perlengkapan tersedia, Mas ambil satu piring kotor,
lalu buang dulu sisa makanan yang ada dipiring tersebut ketemapat
sampah, kemudian Mas bersikan piring tersebut dengan menggunakan
sabut tepes yang sudah diberikan sabun pencuci piring, setelah selesai
disabuni bilas dengan menggunakan air bersih sampai tidak ada busa
sabun sedikitpun di piring tersebut, setelah itu Mas bisa mengkeringkan
piring yang sudah bersih tadi di rak yang sudah tersedia didapur, nah
selesai
“Sekarang coba Mas yang melakukan”
“Bagus sekali, Mas dapat mempraktekkan cuci piring dengan baik,
sekarang dilap tanganya.”
c. Fase terminasi
“Bagaimana perasaan Mas setelah latihan cuci piring”
Coba ulangi cara mencuci piring…baguss
“Bagaimana kalau kegiatan cuci piring ini dimasukan menjadi kegiatan
sehari – hari Mas? Mau berapa kali Mas mencuci piring? Bagus sekali Mas
mencuci piring tiga kali setelah makan”
“Besok kita akan latihan untuk kemampuan ke tiga, setelah merapikan
tempat tidur dan cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu? Ya benar
kita akan latihan mengepel”
“Mau jam berapa? Sama dengan sekarang?
Sampai jumpa…Assalamu’alaikum
DAFTAR PUSTAKA
Fitria, Nita. 2014. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan LP dan SP Tindakan
Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika.
Stuart, G.W., Sudden, S. J. 2013. Buku Saku Keperawatan Jiwa (3 th ed). Jakarta :
Kedokteran EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indoneseia :
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indoneseia :
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indoneseia : Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Wijayaningsih, K. 2015. Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta :
TIM
Yosep, H.I., dan Sutini, Titin. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa dan Advance Mental
Health Nursing. Bandung : Refika Aditama.