Disusun Oleh :
Paras Nur Tiyatna
20.088
2B
2. Etiologi
Menurut Stuart, 2016 faktor- faktor yang mengakibatkan harga diri rendah kronik
meliputi faktor predisposisi dan faktor presipitasi sebagai berkut:
a. Faktor Predisposisi
Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan
orang tua yang tidak realistis, kegagalan 31 yang berulang, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang
tidak realistis. Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereo type
peran gender, tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya. Faktor yang
mempengaruhi identitas pribadi meliputi ketidakkepercayaan orang tua, tekanan
dari kelompok sebaya, dan perubahan struktur sosial.
b. Faktor Presipitasi
Menurut Yosep, 2019. Faktor presipitasi terjadi haga diri rendah biasanya adalah
kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau
produktifitas yang menurun. Secara umum, ganguan konsep diri harga diri rendah
ini dapat terjadi secara stuasional atau kronik. Secara situasional karena trauma
yang muncul secara tiba-tiba, misalnya harus dioperasi, kecelakaan, perkosaan
atau dipenjara. Termasuk dirawat dirumah sakit bisa menyebabkan harga diri
rendah disebabkan karena penyakit fisik atau pemasangan alat bantu yang
membuat klien tidak nyaman. Harga diri rendah kronik, biasanya dirasakan klien
sebelum sakit atau sebelum dirawat klien sudah memiliki pikiran negatif dan
meningkat saat dirawat. Masalah khusus tentang harga diri rendah kronis
disebabkan oleh setiap situasi yang dihadapi individu dan ia tak mampu
menyelesaikan masalah yang di hadapi . Situasi atas stressor ini dapat
mempengaruhi terjadinya harga diri rendah kronis (Hendramawan, 2018).
c. Perilaku
Pengumpulan data yang dilakukan oleh perawat meliputi perilaku yang
objektif dan dapat diamati serta perasaan subjektif dan dunia dalam 32 diri klien
sendiri. Perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah salah satunya
mengkritik diri sendiri, sedangkan keracuan identitasseperti sifat kepribadian yang
bertentangan serta depersonalisasi Stuart, 2016.
3. Rentang Respon
Pohon masalah
C. Diagnosa Keperawatan
Harga Diri Rendah Kronis
Idaiani, S., & Riyadi, E. I. (2018). Sistem Kesehatan Jiwa di Indonesia: Tantangan untuk Memenuhi
Kebutuhan. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, 2(2), 70–80.
https://doi.org/10.22435/jpppk.v2i2.134Fitria, N. (2012). Prinsip dasar dan aplikasi
penulisan laporan pendahuluan dan strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (LP dan SP)
untuk 7 diagnosis keperawatan jiwa berat. Jakarta: Salemba Medika.
Jalil, A. (2015). Faktor Yang Mempengaruh Penurunan Kemampuan Pasien Skizofrenia Dalam
Melakukan Perawatan Di Rumah Sakit Jiwa. Jurnal Keperawatan Jiwa, 70-77.
Yosep, (2019). Asuhan Keperawatan Keluarga Penderita Skizofrenia Dengan Gangguan Konsep
DIiri: Harga Diri Rendah Kronis (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Ponorogo).
Struart, (2016 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH DI
RUANG DAHLIA RUMAH SAKIT JIWA PROF. HB. SA’ANIN PADANG. Padang: Poltekkes
Kemenkes Padang.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia . Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.
Yusuf, dkk. (2015). Buku Ajar Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.