Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH

DOSEN PENANGGUNG JAWAB : Ns.Triyana Harlia Putri, S.Kep, M.Kep


DOSEN PEMBIMBING : Ns. Ikbal Fradianto, M.Kep

NAMA MAHASISWA
IRMA AGUSTINA
NIM. I4051201013

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2020
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Kasus (Masalah Keperawatan Jiwa Utama)


Harga Diri Rendah Kronis

2. Definisi
Harga Diri rendah Kronis adalah Evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negatif dan dapat secara langsung atau tidak langsung
diekspresikan (Towsend, 1998).
Menurut Nurhalimah 2018, Harga diri rendah adalah suatu kondisi dimana individu
menilai dirinya atau kemampuan yang dimilikinya negatif atau suatu perasaan yang
menganggap dirinya sebagai seseorang yang tidak berharga dan tidak dapat
bertanggung jawab atas kehidupan sendiri.
Harga diri rendah kronik adalah evaluasi diri/perasaan negatif tentang diri sendiri atau
kemampuan diri yang berlangsung selama minimal 3 bulan.(Nanda-1, 2018) Sedangkan
Stuart, Kliat & Pasaribu, (2016), Harga diri rendah melibatkan evaluasi diri yang negatif
dan berhubungan dengan perasaan yang lemah, tidak berdaya, putus asa, ketakutan, rentan,
rapuh, merasa tidak lengkap, merasa tidak berharga dan merasa tidak memandai.

3. Etiologi, Faktor Predisposisi dan Faktor Presipitasi


Berbagai faktor menunjang terjadinya terjadinya perubahan dalam konsep-diri
seseorang. Dalam tinjauan life span history klien, penyebab terjadinya harga diri
rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas
keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang
dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima menjelang dewasa awal sering
gagal di sekolah, pekerjaan atau pergaulan. Harga diri rendah muncul saat lingkungan
cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuannya (Yosep, 2009).
1) Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronis adalah penolakan orang
tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung
jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.
2) Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah kronis adalah hilangnya sebagian
anggota tubuh, berubahnya penampilan, atau bentuk tubuh, mengalami kegagalan,
serta menurunnya produktivitas.
Baik faktor perdisposisi maupun presipitasi di atas bila telah memengaruhi
seseorang baik dalam berpikir, bersikap, maupun bertindak, maka dianggap telah
memengaruhi koping individu tersebut sehingga menjadi tidak efektif (mekanisme
koping individu tidak efektif). Bila kondisi klien dibiarkan tanpa ada intervensi
lebih lanjut dapat menyebabkan kondisi dimana klien tidak memiliki kemauan
untuk bergaul dengan orang lain (isolasi sosial). Klien yang mengalami isolasi
sosial dapat membuat klien asyik dengan dunia dan pikirannya sendiri sehingga
dapat muncul resiko perilaku kekerasan
4. Tanda dan Gejala
Berikut ini adalah tanda dan gejala klien dengan gangguan harga diri rendah kronis:
1) Mengkritik diri sendiri
2) Perasaan tidak mampu
3) Pandangan hidup yang pesimistis
4) Tidak menerima pujian
5) Penurunan produktivitas
6) Penolakan terhadap kemampuan diri.
7) Kurang memperhatikan perawatan diri
8) Berpakaian tidak rapi
9) Selera makan berkurang
10) Tidak berani menatap lawan bicara
11) Lebih banyak menunduk
12) Bicara lambat dengan nada suara lemah.

5. Klasifikasi Harga Diri Rendah


Gangguan konsep diri: harga diri rendah kronis ini dapat terjadi secara situasional
maupun kronik.
- Situasional. Gangguan konsep diri: harga diri rendah kronis yang terjadi secara
situasional bisa disebabkan oleh trauma yang muncul secara tiba-tiba misalnya
harus dioperasi, mengalami kecelakaan, menjadi korban pemerkosaan, atau
menjadi narapidana, sehingga harus masuk penjara. Selain itu, dirawat di rumah
sakit juga bisa menyebabkan rendahnya harga diri seseorang dikarenakan penyakit
fisik, pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak nyaman, harapan yang
tidak tercapai akan struktur, bentuk, dan fungsi tubuh, serta perlakuan petugas
kesehatan yang kurang menghargai klien dan keluarga.
- Kronik. Gangguan konsep diri: harga diri rendah kronis biasanya sudah
berlangsung sejak lama yang dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum dirawat.
Klien sudah memiliki pikiran negatif sebelum dirawat dan menjadi semakin
meningkat saat dirawat.
.
6. A. Pengkajian Keperawatan Jiwa yang Dikaji
Masalah Keperawatan Data yang Perlu Dikaji
Harga diri rendah kronis Subjektif:
 Mengungkapkan dirinya merasa tidak berguna
 Mengungkapkan dirinya merasa tidak mampu
 Mengungkapkan dirinya tidak semangat untuk
beraktivitas atau berkerja
 Mengungkapkan dirinya malas melakukan perawatan
diri (mandi, berhias, makan, atau toileting)
Objektif:
 Mengkritik diri sendiri
 Perasaan tidak mampu
 Pandangan hidup yang pesimistis
 Tidak menerima pujian
 Menurunkan produktivitas
 Penolakan terhadap kemampuan diri
 Kurang memperhatikan perawatan diri
 Berpakaian tidak rapi
 Berkurangnya selera makan
 Tidak berani menatap lawan bicara
 Lebih banyak menunduk
 Bicara lambat dengan nada suara lemah
B. Pohon Masalah (gambaran pohon masalah)
Resiko tinggi (Risti) Perilaku Kekerasan

Effect Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi

Isolasi Sosial

Core Problem Harga Diri Rendah Kronis

Causa Koping Individu Tidak Efektif

7. Diagnosa Keperawatan
- Harga diri rendah Kronis

8. Rencana Tindakan Keperawatan


1. Rencana tindakan keperawatan pada klien
 Tujuan/strategi pelaksanaan
Strategi pelaksanaan 1 (SP 1) untuk klien
a. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
b. Membantu klien menilai kemampuan yang masih dapat dilakukan.
c. Membatu klien menetukan kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan
kemampuan klien.
d. Melatih klien sesuai dengan kemampuan yang dipilih.
e. Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan klien.
f. Menganjurkan klien memasukkan jadwal kegiatan harian.
Strategi pelaksanaan 2 (SP 2) untuk klien.
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
b. Melatih kemampuan keduanya.
c. Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal harian.
 Tindakan keperawatan untuk klien
a. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki klien.
Perawat dapat melakukan hal-hal berikut utuk membantu klien
mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki.
1) Mendiskusikan bahwa klien masih memiliki sejumlah kemampuan dan
aspek positif seperti kegiatan klien di rumah, adanya keluarga dan
lingkungan terdekat klien.
2) Beri pujian yang realistis atau nyata dan hindarkan penilaian yang
negatif setiap kali bertemu dengan klien.
b. Membantu klien dalam menilai kemampuan yang dapat digunakan
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Mendiskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan
saat ini setelah mengalami bencana.
2) Bantu klien menyebutkannya dan berikan penguatan terhadap
kemampuan diri yang berhasil diungkapkan klien.
3) Perlihatkan respons yang konduktif dan jadilah pendengar yang aktif.
c. Membantu klien agar dapat memilih atau menetapkan kegiatan sesuai
dengan kemampuan. Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah
sebagai berikut:
1) Mendiskusikan dengan klien beberapa aktivitas yang dapat dilakukan
dan pilih sebagai kegiatan yang akan dilakukan sehari-hari.
2) Bantu klien menetapkan aktivitas yang dapat dilakukan secara mandiri.
Tentukan aktivitas-aktivitas yang memerlukan bantuan minimal dan
bantuan penuh dari keluarga atau lingkungan terdekat klien. Berikan
contoh cara pelaksanaan aktivitas yang dapat dilakukan klien. Lakukan
penyusunan aktivitas bersama klien dan buatlah daftar aktivitas atau
kegiatan sehari-hari klien.
d. Melatih kegiatan klien yang sudah dipilih sesuai kemampuan.
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Mendiskusikan dengan klien untuk menetapkan urutan kegiatan (yang
sudah dipilih klien yang akan dilatih.
2) Bersama klien dan keluarga memperagakan beberapa kegiatan yang
akan dilakukan klien.
3) Berikan dukungan dan pujian yang nyata pada setiap kemajuan yang
diperlihatkan klien.
e. Membantu klien agar dapat merencanakan kegiatan sesuai kemampuan.
Untuk mencapai tujuan dari tindakan keperawatan tersebut, saudara dapat
melakukan hal-hal berikut:
1) Memberi kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
dilakukan.
2) Berikan pujian atas aktivitas atau kegiatan yang dapat yang dapat
dilakukan klien setiap hari.
3) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan
setiap aktivitas.
4) Menyusun daftar setiap aktivitas yang sudah dilakukan bersama klien
dan keluarga.
5) Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
setelah melaksanakan kegiatan.
6) Yakikan bahwa keluarga mendukung setiap aktivitas yang dilakukan
oleh klien.
2. Rencana tindakan keperawatan pada keluarga.
 Tujuan/strategi pelaksanaan
Strategi pelaksanaan 1 (SP 1) untuk keluarga.
a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien.
b. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah yang dialami
klien beserta proses terjadinya.
Strategi Pelaksanaan 2 (SP 2) untuk keluarga.
a. Melatih keluarga untuk mempraktikkan cara merawat klien harga diri
rendah.
b. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada klien harga
diri rendah.
Strategi pelaksanaan 3 (SP 3) untuk keluarga
a. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum
obat.
b. Menjelaskan follow up klien setelah pulang.
 Tindakan keperawatan untuk keluarga.
a. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat klien.
b. Jelaskan kepada keluarga tentang kondisi klien yang mengalami gangguan
konsep diri; harga diri rendah kronis.
c. Diskusikan dengan keluarga kemampuan yang dimiliki klien.
d. Jelaskan cara-cara merawat klien dengan gangguan konsep diri: harga diri
rendah kronis.
e. Demostrasikan cara merawat klien dengan gangguan konsep diri: harga
diri rendah kronis.
f. Bantu klien menyusun rencana kegiatan klien di rumah.
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, Mukhripah, dan Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung:


Refika Aditama.
Fitria, Nita. (2014). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba
Medika.
Keliat, B. A., Hamid, A. Y. S., Putri, Y. S. E., Daulima, N. H. C., dkk. (2019).
Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Nurhalimah. (2018). Modul Praktek Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta Pusat: Asosiasi
Institusi Pendidikan Vokasi Keperawatan Indonesia (AIPVikI)

Anda mungkin juga menyukai