Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HARGA DIRI


RENDAH

Disusun oleh:
Daesy Kristiana Lau
SN192018

PROGRAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI

UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


LAPORAN PENDAHULUAN
HARGA DIRI RENDAH

A. MASALAH UTAMA
Harga diri rendah

B. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Definisi
Harga diri merupakan salah satu komponen dari konsep diri. Dimana,
konsep diri adalah semua pikiran, kepercayaan dan keyakinan yang
diketahui tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain. Sedangkan harga diri adalah penilaian
individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh
perilaku sesuai dengan ideal diri. Dan harga diri rendah adalah menolak
dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak bertanggungjawab atas
kehidupannya sendiri. Jika individu sering gagal maka cenderung harga
diri rendah. Harga diri rendah jika kehilangan kasih sayang dan
penghargaan orang lain. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang
lain, aspek utama adalah diterima dan menerima penghargaan dari orang
lain (Keliat dan Akemat, 2010). Harga diri rendah adalah evaluasi diri
dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negative dan dapat
secara langsung atau tidak langsung diekspresikan (Townsend, 2010).

2. Tanda dan Gejala


Berikut ini adalah tanda dan gejala klien dengan gangguan harga diri
rendah:
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan
terhadap penyakit (rambut botak karena terapi)
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri
sendiri)
3. Gangguan hubungan sosial (menarik diri)

1
4. Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
5. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan
yang suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya (Keliat,
2010).
Tanda dan gejala yang lain menurut Fitria (2009) adalah sebagai berikut:
1. Mengkritik diri sendiri
2. Perasaan tidak mampu
3. Pandangan hidup yang pesimistis
4. Tidak menerima pujian
5. Penurunan produktivitas
6. Penolakan terhadap kemampuan diri
7. Kurang memperhatikan perawatan diri
8. Berpakaian tidak rapih
9. Selera makan berkurang
10. Tidak berani menatap lawan bicara
11. Lebih banyak menunuduk
12. Bicara lambat dengan nada suara lemah.

3. Penyebab Terjadinya Masalah


a. Faktor Predisposisi
1. Faktor yang mempengaruhi harga diri, termasuk penolakan orang
tua, harapan orang tua yang tidak realistis.
2. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran, yaitu peran yang
sesuai dengan jenis kelamin, peran dalam pekerjaan dan peran
yang sesuai dengan kebudayaan
3. Faktor yang mempengaruhi identitas diri, yaitu orang tua yang
tidak percaya pada anak, tekanan teman sebaya dan kultur social
yang berubah.
b. Faktor Presipitasi
Menurut Sutejo (2018), faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah
adalah hilangnya sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau

2
bentuk tubuh, mengalami kegagalan, serta menurunnya produktivitas.
Gangguan konsep diri: harga diri rendah ini dapat terjadi secara
situasional maupun kronik.
1. Situasional
Gangguan konsep diri: harga diri rendah yang terjadi secara
situasional bisa disebabkan oleh trauma yang muncul secara tiba-
tiba misalnya harus dioperasi, mengalami kecelakaan, mejadi
korban perkosaan, atau menjadi narapidana sehingga harus masuk
penjara. Selain itu dirawat di rumah sakit juga bisa menyebabkan
rendahnya harga diri seseorang dikarenakan penyakit fisik,
pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak nyaman,
harapan yang tidak tercapai akan struktur, bentuk dan fungsi
tubuh serta perlakuan petugas kesehatan yang kurang menghargai
klien dan keluarga.
2. Kronik
Gangguan konsep diri: harga diri rendah kronis biasanya sudah
berlangsung sejak lama yang dirasakan klien sebelum sakit atau
sebelum dirawat. Klien sudah memiliki pikiran negatif sebelum
dirawat dan menjadi semakin meningkat saat dirawat.

4. Akibat (Effect)
Harga diri rendah kronis dapat beresiko terjadinya isolasi sosial (Keliat
dan Akemat, 2010). Isolasi sosial merupakan percobaan untuk
menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan
orang lain. Isolasi sosial dapat mengakibatkan perubahan persepsi sensori:
halusinasi yang pada akhirnya menyebabkan resiko tinggi perilaku
kekerasan.

3
C. POHON MASALAH
Perubahan persepsi sensori: halusinasi
↑ Effects
Isolasi sosial: menarik diri

Gangguan konsep diri: harga diri rendah Core problem

Causa
Koping individu tidak efektif

D. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


Masalah Keperawatan Data yang Perlu Dikaji
Harga diri rendah kronis Subjektif:
 Mengungkapkan dirinya merasa tidak
berguna.
 Mengungkapkan dirinya merasa tidak
mampu.
 Mengungkapkan dirinya tidak semangat
untuk beraktivitas atau bekerja.
 Mengungkapkan dirinya merasa malas
melakukan perawatan diri (mandi,
berhias,makan atau toileting).
Objektif:
 Mengkritik diri sendiri.
 Perasaan tidak mampu.
 Pandangan hidup yang pesimistis.
 Tidak menerima pujian.
 Penurunan produktivitas.
 Penolakan terhadap kemampuan diri.
 Kurang memperhatikan perawatan diri.
 Berpakaian tidak rapi.

4
 Berkurang selera makan.
 Tidak berani menatap lawan bicara.
 Lebih banyak menunduk.
 Bicara lambat dengan nada suara lemah.

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Harga diri rendah kronis

F. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Tujuan
Klien Keluarga
Klien mampu: keluarga mampu merawat
 Mengidentifikasi kemampuan dan aspek klien HDR di rumah dan
positif yang dimiliki. menjadi sistem pendukung
 Menilai kemampuan yang dapat digunakan. yang efektif bagi pasien.
 Menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai
dengan kemampuan.
 Melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai
kemampuan.
 Merencanakan kegiatan yang sudah dilatih.

Kriteria Hasil
Klien Keluarga
Setelah ... x pertemuan, klien mampu: Setelah ....x pertemuan, keluarga
 Mengidentifikasi kemampuan mampu:
aspek positif yang dimiliki.  Mengidentifikasi kemampuan yang
 Memiliki kemampuan yang dapat dimiliki klien.
digunakan.  Menyediakan fasilitas untuk klien
 Memilih kegiatan sesuai melakukan kegiatan.
kemampuan.  Mendorong klien melakukan

5
 Melakukan kegiatan yang sudah kegiatan.
dipilih.  Memuji klien saat klien dapat
 Merencanakan kegiatan yang melakukan kegiatan.
sudah dilatih.  Membantu melatih klien.
 Membantu menyusun jadwal
kegiatan klien.
 Membantu perkembangan klien

Intervensi
Tgl/ No Tindakan Keperawatan Untuk Tindakan Keperawatan untuk
Dx Klien keluarga
SP 1 SP 1
1. Identifikasi kemampuan dan 1. Jelaskan masalah yang
aspek positif yang dimiliki dirasakan keluarga dalam
klien merawat klien
2. Bantu klien menilai 2. Jelaskan pengertian, tanda
kemampuan klien yang dapat dan gejala harga diri rendah,
digunakan serta proses terjadinya
3. Bantu klien memilih kegiatan 3. Jelaskan cara merawat klien
yang akan dilatih sesuai dengan harga diri rendah
dengan kemampuan klien
4. Latih klien sesuai kemampuan
yang dipilih
5. Berikan pujian yang wajar
terhadap keberhasilan klien
6. Anjurkan klien memasukkan
dalam jadwal kegiatan
SP 2 SP 2
1. Evaluasi jadwal kegiatan 1. Latih keluarga
harian klien mempraktekkan cara
merawat klien dengan harga

6
2. Latih kemampuan kedua diri rendah
3. Anjurkan klien memasukkan 2. Latih keluarga melakukan
dalam jadwal kegiatan harian cara merawat langsung klien
harga diri rendah
SP 3
1. Bantu keluarga membuat
jadwal aktivitas di rumah
termasuk minum obat
(dischange planning)
2. Jelaskan follow up klien
setelah pulang

Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
 Mengkritik diri sendiri.
 Perasaan tidak mampu.
 Pandangan hidup yang pesimis
 Penurunan produktifitas
 Penolakan terhadap kemampuan diri
 Terlihat dari kurang memperhatikan perawatan diri
 Berpakaian tidak rapih.
 Seleram akan kurang
 Tidak berani menatap lawan bicara
 Lebihbanyakmenunduk

2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Konsep Diri: Harga diri rendah

7
3. Tujuan Khusus
a. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
b. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
c. Klien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai
kemampuan
d. Klien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai
kemampuan
e. Klien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang
sudah dilatih

4. Tindakan Keperawatan
1) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih

dimiliki klien.

Untuk membantu klien dapat mengungkapkan kemampuan dan aspek


positif yang masih dimilikinya, perawat dapat:

 Mendiskusikan bahwa sejumlah kemampuan dan aspek positif yang


dimiliki klien seperti kegiatan klien di rumah sakit, di rumah, dalam
keluarga dan lingkungan adanya keluarga dan lingkungan terdekat
klien.
 Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali bertemu
dengan klien penilaian yang negatif.

2) Membantu klien menilai kemampuan yang dapat digunakan.

Untuk tindakan tersebut, saudara dapat :

 Mendiskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat


digunakan saat ini.

8
 Bantu klien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap
kemampuan diri yang diungkapkan klien.
 Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif

3) Membantu klien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih

Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah :

 Mendiskusikan dengan klien beberapa kegiatan yang dapat


dilakukan dan dipilih sebagai kegiatan yang akan klien lakukan
sehari-hari.
 Bantu klien menetapkan kegiatan mana yang dapat klien lakukan
secara mandiri, mana kegiatan yang memerlukan bantuan minimal
dari keluarga dan kegiatan apa saja yang perlu batuan penuh dari
keluarga atau lingkungan terdekat klien. Berikan contoh cara
pelaksanaan kegiatan yang dapat dilakukan klien. Susun bersama
klien dan buat daftar kegiatan sehari-hari klien.

4) Melatih kemampuan yang dipilih klien

Untuk tindakan keperawatan tersebut saudara dapat melakukan:

 Mendiskusikan dengan klien untuk melatih kemampuan yang dipilih


 Bersama klien memperagakan kegiatan yang ditetapkan
 Berikan dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat
dilakukan klien.

5) Membantu menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih

Untuk mencapai tujuan tindakan keperawatan tersebut, saudara dapat


melakukan hal-hal berikut :

9
 Memberi kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang
telah dilatihkan
 Beri pujian atas kegiatan/kegiatan yang dapat dilakukan klien setiap
hari
 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan
setiap kegiatan
 Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah dilatih
Berikan kesempatan mengungkapkan perasaanya setelah pelaksanaan
kegiatan

Strategi Tindakan Pelaksanaan

SP 1: Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien, membantu


klien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu klien
memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan
yang sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah
dilatih dalam rencana harian

ORIENTASI :

“Selamat pagi, Perkenalkan nama saya Ayu Afriani, dari PSIK UKSW.
Bagaimana keadaan bapak hari ini ? bapak terlihat segar“.

”Bagaimana, kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yang


pernah bapak lakukan? Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih
dapat bapak dilakukan. Setelah kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita
latih”

”Dimana kita duduk ? Bagaimana kalau di ruang tamu ? Berapa lama ?


Bagaimana kalau 20 menit ?

KERJA :

” bapak, apa saja kemampuan yang bapak miliki? Bagus, apa lagi? Saya buat
daftarnya ya! Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa bapak lakukan? Bagaimana

10
dengan merapihkan kamar? Menyapu ? Mencuci piring..............dst.”. “ Wah, bagus
sekali ada lima kemampuan dan kegiatan yang bapak miliki “.

” bapak dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat dikerjakan di
rumah sakit ? Coba kita lihat, yang pertama bisakah, yang kedua.......sampai 5 (misalnya
ada 3 yang masih bisa dilakukan). Bagus sekali ada 3 kegiatan yang masih bisa
dikerjakan di rumah sakit ini.

”Sekarang, coba bapak pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit
ini”.” O yang nomor satu, merapihkan tempat tidur?Kalau begitu, bagaimana kalau
sekarang kita latihan merapihkan tempat tidur bapak”. Mari kita lihat tempat tidur
bapak Coba lihat, sudah rapihkah tempat tidurnya?”

“Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan
selimutnya. Bagus ! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita balik. ”Nah,
sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus !. Sekarang
sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil
bantal, rapihkan, dan letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimut, nah
letakkan sebelah bawah/kaki. Bagus !”

” bapak sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan
bedakah dengan sebelum dirapikan? Bagus ”

“ Coba bapak lakukan dan jangan lupa memberi tanda MMM (mandiri) kalau
bapak lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan bisa melakukan,
dan bapak (tidak) melakukan.

TERMINASI :

“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap dan latihan


merapihkan tempat tidur ? Yach, t ternyata banyak memiliki kemampuan yang
dapat dilakukan di rumah sakit ini. Salah satunya, merapihkan tempat tidur, yang
sudah bapak praktekkan dengan baik sekali. Nah kemampuan ini dapat
dilakukan juga di rumah setelah pulang.”

11
”Sekarang, mari kita masukkan pada jadual harian. Bapak Mau berapa kali
sehari merapihkan tempat tidur. Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa ?
Lalu sehabis istirahat, jam 16.00”

”Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Bapak masih ingat
kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah selain merapihkan tempat
tidur? Ya bagus, cuci piring.. kalu begitu kita akan latihan mencuci piring besok
jam 8 pagi di dapur ruangan ini sehabis makan pagi Sampai jumpa ya”

SP 2: Melatih klien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan klien.

ORIENTASI :

“Selamat pagi, bagaimana perasaan Bapak pagi ini ? Wah, tampak cerah ”

”Bagaimana Bapak, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin/ tadi pagi?
Bagus (kalau sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi, sekarang kita akan latihan
kemampuan kedua. Masih ingat apa kegiatan itu t?”

”Ya benar, kita akan latihan mencuci piring di dapur”

”Waktunya sekitar 15 menit. Mari kita ke dapur!”

KERJA :

“ Bapak sebelum kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapannya, yaitu
sabut/tapes untuk membersihkan piring, sabun khusus untuk mencuci piring, dan air
untuk membilas., Bapak bisa menggunakan air yang mengalir dari kran ini. Oh ya
jangan lupa sediakan tempat sampah untuk membuang sisa-makanan.

“Sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya”

“Setelah semuanya perlengkapan tersedia, Bapak ambil satu piring kotor, lalu buang
dulu sisa kotoran yang ada di piring tersebut ke tempat sampah. Kemudian Bapak
bersihkan piring tersebut dengan menggunakan sabut/tapes yang sudah diberikan
sabun pencuci piring. Setelah selesai disabuni, bilas dengan air bersih sampai tidak ada

12
busa sabun sedikitpun di piring tersebut. Setelah itu Bapak bisa mengeringkan piring
yang sudah bersih tadi di rak yang sudah tersedia di dapur. Nah selesai…

“Sekarang coba Bapak yang melakukan…”

“Bagus sekali, Bapak dapat mempraktekkan cuci pring dengan baik. Sekarang dilap
tangannya

TERMINASI :

”Bagaimana perasaan Bapak setelah latihan cuci piring ?”

“Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan menjadi kegiatan sehari-hari

Bapak Mau berapa kali t mencuci piring? Bagus sekali Bapak mencuci piring tiga kali
setelah makan.”

”Besok kita akan latihan untuk kemampuan ketiga, setelah merapihkan tempat tidur
dan cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu? Ya benar kita akan latihan mengepel”

”Mau jam berapa ? Sama dengan sekarang ? Sampai jumpa ”

13
DAFTAR PUSTAKA
Direja, A.H.S. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta :
Nuha Medika

Fitria, Nita. 2009. Aplikasi Dasar dan Aplikasi penulisan Laporan


Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
(LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika

Keliat, BA., & Akemat. 2010. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta: EGC

Sutejo. 2018. Keperawatan Jiwa, Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan


Kesehatan Jiwa: Gangguan Jiwa dan Psikososial. Yogyakarta: Pustaka
Baru Press

Stuart & Laraia. 2009. Buku Saku Keperawatan Jiwa (terjemahan). Jakarta:
EGC

Townsend, MC. 2010. Diagnosis Keperawatan Psikiatri Rencana Asuhan &


Medikasi Psikotropik. Jakarta: EGC

14

Anda mungkin juga menyukai