Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL DAN KRONIS

A. Pengertian

Harga diri rendah merupakan kondisi seseorang yang menilai keberadaan dirinya lebih
rendah dibandingkan orang lain yang berpikir adalah hal negatif diri sendiri sebagai individu
yang gagal, tidak mampu, dan tidak berprestasi (Keliat, 2010). Gangguan harga diri dapat
diartikan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, serta
merasa gagal mencapai keinginan (Keliat, Helena and Farida, 2011). Harga diri rendah
adalah kondisi individu yang menilai dirinya atau kemampuannya dirinya negatif atau suatu
perasaan menganggap dirinya sebagai individu yang tidak berharga dan tidak dapat
bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri (Nurhalimah, 2016).

Berdasarkan beberapa penelitian di atas maka dapat disimpulkan bahwa gangguan harga diri
rendah merupakan suatu gangguan konsep diri dimana individu menilai dan berpikir negatif
terhadap dirinya serta rasa tidak berharga dan hilangnya kepercayaan diri juga rasa gagal
dalam mencapai keinginannya.

Menurut Stuart and Sundenen (2013) harga diri rendah dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Harga diri rendah situasional

Harga diri rendah situasional merupakan keadaan dimana individu yang sebelumnya
memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif dalam berespon terhadap suatu
kejadian (kehilangan dan perubahan) ataupun trauma yang tiba-tiba seperti harus
dioperasi, kecelakaan, diceraikan, putus sekolah, putus hubungan kerja, dan lain-lain.

2. Harga diri rendah kronik

Harga diri rendah kronik merupakan keadaan dimana individu mengalami penilaian diri
yang negatif terkait diri atau kemampuannya dalam waktu lama sebelum sakit atau
dirawat. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya.
Hal ini dapat mengakibatkan respons maladaptive, kondisi ini dapat ditemukan pada
pasien yang mengalami gangguan fisik yang kronis ataupun pada pasien gangguan jiwa
(Damaiyanti and Iskandar, 2012).
B. Penyebab Harga Diri Rendah

Harga diri rendah disebabkan karena adanya ketidakefektifan koping individu akibat
kurangnya umpan balik yang positif. Penyebab lain dari harga diri rendah juga dapat berupa
kejadian masa kecil yang sering disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya.
Individu pada tahap remaja yang kurang dihargai keberadaannya, tidak diberi kesempatan
dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal di sekolah, pekerjaan ataupun
pergaulan.

Faktor yang mempengaruhi harga diri rendah meliputi faktor predisposisi dan faktor
presipitasi, yaitu:

1. Faktor predisposisi
a. Biologis

Faktor herediter atau keturunan seperti adanya riwayat anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa. Selain itu juga adanya riwayat penyakit kronis atau
trauma kepala merupakan salah satu faktor penyebab dari harga diri rendah.

b. Psikologis

Masalah psikologis yang dapat menyebabkan timbulnya harga diri rendah adalah
pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, penolakan dari lingkungan dan
orang terdekat serta harapan yang tidak realistis. Kegagalan berulang, kurang
mempunyai tanggung jawab personal dan memiliki ketergantungan yang tinggi pada
orang lain merupakan faktor lain yang menyebabkan gangguan. Selain itu pasien
dengan harga diri rendah memiliki penilaian yang negatif atas gambaran dirinya,
mengalami krisis identitas, peran yang terganggu, kegagalan yang berulang kali,
ideal diri yang tidak realistis dan dituntut untuk selalu berhasil dan tidak boleh
berbuat salah, sehingga anak kehilangan rasa percaya dirinya.

c. Faktor sosial budaya

Pengaruh sosial budaya yang dapat menimbulkan harga diri rendah adalah adanya
penilaian negatif dari lingkungan terhadap klien, sosial ekonomi rendah, pendidikan
yang rendah serta adanya riwayat penolakan dari lingkungan pada tahap tumbuh
kembang anak.

2. Faktor presipitasi

Faktor presipitasi ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal misalnya terdapat salah
satu anggota yang mengalami gangguan mental sehingga keluarga merasa malu dan
rendah diri. Pengalaman traumatik juga dapat menimbulkan harga diri rendah seperti
penganiayaan seksual, kecelakaan yang menyebabkan seseorang dirawat di rumah sakit
dengan pemasangan alat bantu yang tidak nyaman bagi individu tersebut. Respon
terhadap trauma umumnya akan mengubah arti trauma dan kopingnya menjadi represi
dan denial.

Faktor predisposisi maupun presipitasi tersebut apabila telah mempengaruhi seseorang baik
dalam berpikir, bersikap maupun bertindak, maka dianggap telah memengaruhi koping
individu tersebut sehingga menjadi tidak efektif (mekanisme koping individu tidak efektif).
Bila kondisi klien dibiarkan tanpa ada intervensi lebih lanjut dapat menyebabkan kondisi
dimana klien tidak memiliki kemauan untuk bergaul (isolasi sosial). Klien yang mengalami
isolasi sosial dapat membuat klien asyik dengan dunia dan pikirannya sendiri sehingga dapat
muncul risiko perilaku kekerasan.

C. Tanda dan Gejala

Menurut Carpenito, L.J dan Keliat, B.A (dalam Dewi, 2015) tanda dan gejala harga diri
rendah yaitu:

1. Data Subjektif
a. Mengintrospeksi diri sendiri
b. Perasaan diri yang berlebihan
c. Perasaan tidak mampu dalam semua hal
d. Selalu merasa bersalah
e. Sikap selalu negatif pada diri sendiri
f. Bersikap pesimis dalam kehidupan
g. Mengeluh sakit fisik
h. Pandangan hidup yang terpolarisasi
i. Menentang kemampuan diri sendiri
j. Menjelek-jelekkan diri sendiri
k. Merasakan takut dan cemas dalam suatu keadaan
l. Menolak atau menjauh dari umpan balik positif
m. Tidak mempu menentukan tujuan
2. Data Objektif
a. Produktivitas menjadi menurun
b. Perilaku distruktif yang terjadi pada diri sendiri dan/atau orang lain
c. Penyalahgunaan suatu zat
d. Tindakan menarik diri dari hubungan sosial
e. Mengungkapkan perasaan bersalah dan malu
f. Muncul tanda depresi seperti suka tidur dan makan
g. Gampang tersinggung dan mudah marah

D. Rentang Respon

Menurut Keliat (2010) rentang respon individu terhadap konsep dirinya digambarkan
sebagai berikut:

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Aktualisasi Konsep Diri Harga Diri Kerancuan Depersonalisasi


Diri Positif Rendah Identitas
Kronis

Keterangan:

1. Aktualisasi diri: pernyataan konsep diri positif dengan pengalaman sukses


2. Konsep diri positif: mempunyai pengalaman positif dalam perwujudan dirinya
3. Harga diri rendah: perasaan yang negatif pada diri sendiri, hilangnya percaya diri, tidak
berharga lagi, tidak berharga dan pesimis
4. Kerancuan identitas: kegagalan seseorang untuk mengintegrasikan berbagai identifikasi
masa anak-anak
5. Dipersonalisasi: perasaan sulit membedakan diri sendiri dan merasa tidak nyata dan
asing
E. Pohon Masalah

Risiko Tinggi (Risti) Perilaku Kekerasan

Effect Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi

Isolasi Sosial

Core Problem Harga Diri Rendah Kronis

Causa Koping Individu Tidak Efektif

Gambar 1 Pohon Masalah Harga Diri Rendah Kronis

F. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul


1. Harga diri rendah kronis
2. Koping individu tidak efektif
3. Isolasi sosial
4. Perubahan persepsi sensori: halusinasi
5. Risiko tinggi perilaku kekerasan
G. Data yang Perlu Dikaji

Masalah Keperawatan Data yang Perlu Dikaji


Harga Diri Rendah
Situasional
Harga Diri Rendah Kronis Subjektif
 Mengungkapkan dirinya merasa tidak berguna
 Mengungkapkan dirinya merasa tidak mampu
 Mengungkapkan dirinya tidak semangat untuk
beraktivitas atau bekerja
 Mengungkapkan dirinya malas melakukan perawatan
diri (mandi, berhias, makan, atau toileting)

Objektif
 Mengkritik diri sendiri
 Perasaan tidak mampu
 Pandangan hidup yang pesimistis
 Tidak menerima pujian
 Penurunan produktivitas
 Penolakan terhadap kemampuan diri
 Kurang memperhatikan perawatan diri
 Berpakaian tidak rapi
 Berkurang selera makan
 Tidak berani menatap lawan bicara
 Bicara lambar dengan nada suara lemah

H. Diagnosis Keperawatan
Harga diri rendah kronis

I. Rencana Tindakan Keperawatan


1. Rencana tindakan keperawatan pada klien
a. Tujuan/strategi pelaksanaan

Strategi pelaksanaan (SP 1) untuk klien


1) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
2) Membantu klien menilai kemampuan yang masih dapat dilakukan
3) Membantu klien menentukan kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan
kemampuan klien
4) Melatih klien sesuai dengan kemampuan yang dipilih
5) Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan klien
6) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

Strategi pelaksanaan (SP 2) untuk klien


1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
2) Melatih kemampuan kedua
3) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

b. Tindakan keperawatan untuk klien


1) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki klien
a) Mendiskusikan bahwa klien masih memiliki sejumlah kemampuan dan aspek
positif seperti kegiatan klien di rumah, adanya keluarga dan lingkungan
terdekat klien.
b) Beri pujian yang realistis atau nyata dan hindarkan penilaian yang negatif
setiap kali bertemu dengan klien.
2) Membantu klien dalam menilai kemampuan yang dapat digunakan
a) Mendiskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan saat
ini setelah mengalami bencana.
b) Bantu klien menyebutkan dan beri penguatan terhadap kemampuan diri yang
berhasil diungkapkan klien.
c) Perlihatkan respon yang kondusif dan jadilah pendengar yang aktif.
3) Membantu klien agar dapat memilih atau menetapkan kegiatan sesuai dengan
kemampuan
a) Mendiskusikan dengan klien beberapa aktivitas yang dapat dilakukan dan
dipilih sebagai kegiatan yang akan dilakukan sehari-hari.
b) Bantu klien menetapkan aktivitas yang dapat dilakukan secara mandiri.
Tentukan aktivitas-aktivitas yang memerlukan bantuan minimal dan bantuan
penuh dari keluarga atau lingkungan terdekat klien. Berikan contoh cara
pelaksanaan aktivitas yang dapat yang dapat dilakukan klien. Lakukan
penyusunan aktivitas bersama klien dan buatlah daftar aktivitas atau kegiatan
sehari-hari klien.
4) Melatih kegiatan klien yang sudah dipilih sesuai kemampuan
a) Mendiskusikan dengan klien untuk menetapkan urutan kegiatan (yang sudah
dipilih klien) yang akan dilatihkan.
b) Bersama klien dan keluarga memperagakan beberapa kegiatan yang akan
dilakukan klien.
c) Berikan dukungan dan pujian yang nyata pada setiap kemajuan yang
diperlihatkan klien.
5) Membantu klien agar dapat merencanakan kegiatan sesuai kemampuannya
a) Memberikan kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
dilatihkan.
b) Beri pujian atas aktivitas atau kegiatan yang dapat dilakukan klien setiap hari
c) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap
aktivitas.
d) Menyusun daftar aktivitas yang sudah dilakukan bersama klien dan keluarga.
e) Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya setelah
melaksanakan kegiatan/
f) Yakinlah bahwa keluarga mendukung setiap aktivitas yang dilakukan klien.
2. Rencana tindakan keperawatan pada keluarga
a. Tujuan/strategi pelaksanaan

Strategi pelaksanaan 1 (SP 1) untuk keluarga


1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga.
2) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah yang dialami klien
beserta proses terjadinya.

Strategi pelaksanaan 2 (SP 2) untuk keluarga


1) Melatih keluarga mempraktikan cara merawat klien harga diri rendah.
2) Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada klien harga diri
rendah.

Strategi pelaksanaan 3 (SP 3) untuk keluarga


1) Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat.
2) Menjelaskan follow up klien setelah pulang.
b. Tindakan keperawatan untuk keluarga
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat klien
2) Jelaskan kepada keluarga tentang kondisi klien yang mengalami gangguan
konsep diri : harga diri rendah kronis
3) Diskusikan dengan keluarga kemampuan yang dimiliki klien

J. Evaluasi Keperawatan
Menurut Kemenkes RI (2012) evaluasi kemampua pasien dan keluarga dalam merawat
pasien dengan harga diri rendah adalah :
1. Evaluasi kemampuan pasien harga diri rendah berhasil apabila pasien dapat:
a. Mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b. Menilai dan memilih kemampuan yang dapat dikerjakan
c. Melatih kemampuan yang dapat dikerjakan
d. Membuat jadwal kegiatan harian
e. Melakukan kegiatan sesuai jadwal kegiatan harian
f. Merasakan manfaat melakukan kegiatan positif dalam mengatasi harga diri
rendah
2. Evalausi kemampuan keluarga (pelaku rawat) harga diri rendah berhasil apabila
keluarga dapat:
a. Mengenal harga diri rendah yang dialami pasien
b. Mengambil keputusan merawat pasien HDR
c. Merawat pasien HDR
d. Menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang mendukung pasien untuk
meningkatkan harga dirinya.
e. Memantau peningkatan kemampuan pasen dalammengatasi harga diri rendah.
f. Melakukan follow up ke puskesmas mengenai tanda kambuh dan melakukan
rujukan.
STRATEGI PELAKSANAAN
HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL DAN KRONIS

KASUS

Seorang perempuan usia 23 tahun dirawat untuk yang ke 3 kalinya di rumah sakit jiwa.
Masuk ruang perawatan dengan dibawa keluarga ke rumah sakit jiwa karena dirumah bicara
sendiri kemuadian sering mendengarkan suara-suara, gelisah sering teriak-teriak di rumah.
Pasien sering tertawa sendiri dan mengatakan saya utusan Nabi yang akan menyelamatkan negeri
ini..hal itu diucapkan berulang2 dan kepada semua orang dengan suara keras dan
mondar.mandiri dengan tangan mengepal. Penampilan kotor dan berbau penggunaan pakaian
tidak sesuai..tercium bau pesing. Ny. A sebelumnya sudah pernah masuk RSJ dengan kasus yang
sama yaitu Halusinasi Pendengaran. Sekarang, klien dalam keadaan tenang dan dapat diajak
berbicara secara kooperatif.

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi
a. Klien sedang duduk di atas tempat tidur sambil menunduk
b. Klien tidak mau melihat dan bercakap-cakap dengan klien lain
c. Klien masuk ke rumah sakit karena klien menolak bergaul dengan orang lain
semenjak mengalami halusinasi
d. Observasi pada klien didapatkan klien sering menunduk, menghindari kontak mata,
dan berbicara hanya sebentar atau seperlunya

2. Diagnosis Keperawatan
Harga diri rendah kronis

3. TUK/Strategi Pelaksanaan
Strategi pelaksanaan (SP 1) untuk klien
a. Bina hubungan saling percaya
b. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
c. Membantu klien menilai kemampuan yang masih dapat dilakukan
d. Membantu klien menentukan kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan
klien
e. Melatih klien sesuai dengan kemampuan yang dipilih
f. Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan klien
g. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Strategi pelaksanaan (SP 2) untuk klien
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
b. Melatih kemampuan kedua
c. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

4. Tindakan keperawatan untuk klien


a. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki klien
1) Mendiskusikan bahwa klien masih memiliki sejumlah kemampuan dan aspek
positif seperti kegiatan klien di rumah, adanya keluarga dan lingkungan
terdekat klien.
2) Beri pujian yang realistis atau nyata dan hindarkan penilaian yang negatif
setiap kali bertemu dengan klien.
b. Membantu klien dalam menilai kemampuan yang dapat digunakan
1) Mendiskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan saat
ini setelah mengalami bencana.
2) Bantu klien menyebutkan dan beri penguatan terhadap kemampuan diri yang
berhasil diungkapkan klien.
3) Perlihatkan respon yang kondusif dan jadilah pendengar yang aktif.
c. Membantu klien agar dapat memilih atau menetapkan kegiatan sesuai dengan
kemampuan
1) Mendiskusikan dengan klien beberapa aktivitas yang dapat dilakukan dan
dipilih sebagai kegiatan yang akan dilakukan sehari-hari.
2) Bantu klien menetapkan aktivitas yang dapat dilakukan secara mandiri.
Tentukan aktivitas-aktivitas yang memerlukan bantuan minimal dan bantuan
penuh dari keluarga atau lingkungan terdekat klien. Berikan contoh cara
pelaksanaan aktivitas yang dapat yang dapat dilakukan klien. Lakukan
penyusunan aktivitas bersama klien dan buatlah daftar aktivitas atau kegiatan
sehari-hari klien.
d. Melatih kegiatan klien yang sudah dipilih sesuai kemampuan
1) Mendiskusikan dengan klien untuk menetapkan urutan kegiatan (yang sudah
dipilih klien) yang akan dilatihkan.
2) Bersama klien dan keluarga memperagakan beberapa kegiatan yang akan
dilakukan klien.
3) Berikan dukungan dan pujian yang nyata pada setiap kemajuan yang
diperlihatkan klien.

e. Membantu klien agar dapat merencanakan kegiatan sesuai kemampuannya


1) Memberikan kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
dilatihkan.
2) Beri pujian atas aktivitas atau kegiatan yang dapat dilakukan klien setiap
hari
3) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap
aktivitas.
4) Menyusun daftar aktivitas yang sudah dilakukan bersama klien dan
keluarga.
5) Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya setelah
melaksanakan kegiatan/
6) Yakinlah bahwa keluarga mendukung setiap aktivitas yang dilakukan klien.

B. Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan


1. Orientasi
“Assalamualaikum. Selamat pagi Ny. A, perkenalkan saya Ners …, panggil saja Ners …
Saya mahasiswa Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta III yang akan
bertugas di sini dari pukul 08.00-12.00 siang nanti.”

“Apa yang menyebabkan Ny. A dibawa ke sini? Apakah Ny. A masih mengingatnya?”
“Bagaimana kalau kita membicarakan tentang alasan Ny. A tidak mau bergaul dengan
orang lain dan terus menyendiri saja di dalam kamar?”

“di mana kita membicarakannya? Bagaimana kalau di luar saja? Berapa lama? 20 menit
saja?”

2. Kerja
“Coba Ny. A ceritakan apa yang menyebabkan Ny. X tidak mau bergaul dengan orang
lain? Apa yang menyebabkan Ny. A merasa bersalah? Apa yang menyebabkan Ny. X
merasa sangat bodoh?”

“Bagaimana dengan kemampuan lain seperti kemampuan akademik lainnya selain


computer?”

(Jika klien mengangguk)

“Nah, apa saja? Coba ceritakan. Bagus, apalagi? Saya buat daftarnya ya. Apalagi
kegiatan lain? Menyanyi misalnya? Atau mengaji? Wah… bagus sekali ada enam
kemampuan yang Ny. A miliki.”

“Dari keenam kemampuan yang dimiliki mana yang masih bisa dilakukan di rumah
sakit? Coba kita lihat yang pertama bisakah, yang kedua …, (misalnya ada 3
kemampuan yang bisa dilakukan di rumah sakit) wah… bagus sekali masih ada tiga
kemampuan yang dapat dilakukan di rumah sakit.”

“sekarang coba Ny. A pilih salah satu yang mampu dilakukan di rumah sakit. Bagus
sekali, sekarang kita coba latih kemampuan Ny. A dalam membaca Alquran. Ny. A
pernah mengaji selama di rumah sakit ini? Bagus sekali. Biasanya Alquran-nya didapat
dari siapa? Baiklah sekarang saya pinjamkan Alquran dan coba Ny. A membaca ayat
yang Ny. A inginkan.”

“Bagus sekali bacaan Ny. A, pembacaan hurufnya juga tepat. Sekarang coba dilanjutkan
ke ayat yang berikutnya.”

“Nah sekarang kita sudah selesai mengajinya, Ny. A tutup saja Alquran-nya.”

3. Terminasi
“Bagaimana perasaan Ny. A setelah kita bercakap-cakap dan latihan mengaji tadi?”

“Ternyata masih banyak kemampuan Ny. A yang bisa dilakukan di rumah sakit ini yang
sudah Ny. A oraktikkan dengan baik sekali.”

“Bagaimana kalau kita masukkan kegiatan ini di dalam jadwal harian Ny. A. menurut
Ny. A jam berapa mau dimasukkan?”

“Bagus sekali, berarti jam 05.30 setelah solat subuh dan jam 18.00 setelah solat maghrib
ya.”

“Baiklah, bagaimana kalau dua jam lagi saya datang dan kita akan melatih kemampuan
Ny. A yang kedua yaitu bernyanyi. Tempatnya di sini saja ya Ny. A.”
STRATEGI PELAKSANAAN 1 (SP 1)

HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL DAN KRONIK

A. Proses Keperawatan
1. Kondiri klien
Klien selalu terlihat menyendiri di kamarnya dan tidak bergaul dengan klien lainnya
2. Diagnosa keperawatan
Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah
3. Tujuan khusus
Klien dapat membina kepercayaan dan mendiskusikan kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki oleh pasien
4. Tindakan keperawatan
a. Menyapa klien
b. Memperkenalkan diri
c. Menepati janji
d. Memberikan perhatian
e. Mendiskusikan kemampuan klien
B. Proses Pelaksanaan
Membina Hubungan Saling Percaya
1. Orientasi
“Assalamualaikum, perkenalkan saya Ners…, dari Poltekkes Kemenkes Jakarta III,
apakah kita bisa berkenalan? Bagaimana kalau kita berbincang-bincang selama 15 menit?
Dimana?”

2. Kerja
“Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Adakah yang sedang dipikirkan? Bagaimana kalau Ibu
menceritakan pada saya? Saya siap mendengarkannya.”

3. Terminasi
“Bagaimana perasaannya setelah berbincang dengan saya tadi? Baiklah kita bertemu lagi
besok untuk berbincang-bincang tentang kemampuan dan aspek positif yang masih
dimiliki Ibu? Bagaimana kalau pagi jam 10.00 di sini?”
Mengkaji klien dengan harga diri rendah

Setelah hubungan saling percaya terbina antara perawat dengan klien, tindakan yang
dilakukan perawat selanjutnya adalah mengkaji adanya masalah gangguan konsep diri: harga
diri rendah kronis.

a. Orientasi
“Assalamualaikum, bagaimana perasaan Ibu hari ini? Sesuai dengan janji kita kemarin
yaitu bercakap-cakap selama 20 menit, ada beberapa hal yang akan kita diskusikan”

b. Kerja
“Bagaimana perasaan Ibu setelah mengalami kejadian tersebut? Apa harapan Ibu setelah
mengalami kejadian tersebut? Bagaimana Ibu dapat mencapai keinginan atau harapan
tersebut? Harapan dan keinginan apa yang Ibu yang belum tercapa? Sejauh ini apa yang
Ibu rasakan jika harapan atau keinginan tersebut tidak tercapai?”

“Bagaimana pandangan orang lain dalam menilai Ibu? Menurut Ibu apa kelebihan yang
dimiliki dan bagaimana dengan kekurangan atau kelemahan yang Ibu rasakan?”

c. Terminasi
“Baiklah kita sudah bicara terntag apa yang Ibu rasakan, bagaimana kalau besok kita
ketemu lagi untuk membicarakan beberapa kemampuan positif atau kegiatan lain yang
masih dapat dilakukan Ibu?”

Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki

a. Orientasi
“Assalamualaikum, bagaimana keadaan Ibu hari ini? Saya lihat sudah lebih segar dan
berpakaian rapi? Bagaimana kalau hari ini kita bercakap-cakap tentang kegiatan yang
Ibu lakukan sehari-hari? Di mana? Bagaimana kalau selama 15 menit?”

b. Kerja
“Apa saja kegiatan Ibu yang dilakukan setiap hari? Menurut Ibu kegiatan apa yang
sebenarnya ingin dilakukan akan tetapi belum dapat dilakukan saat ini? Dapatkan Ibu
menyebutkannya? Bagaimana dengan kegiatan memasak atau bercocok tana? Baik
sekali pa/bu sudah dapat menyebutkan kegiatan sehari-hari yang biasa dilakukan.”

“Bagaimana tanggapan keluarga saat Ibu melakukan kegiatan tersebut? Bentuk


dukungan apa yang Ibu harapkan? Bagaimana perasaan Ibu dengan adanya dukungan
keluarga? Ya ternyata Ibu harus bersyukur keluarga sangat mendukung.”

c. Terminasi
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang kegiatan yang masih bisa
dilakukan? baiklah kalau begitu kita akan bertemu lagi besok untuk membicarakan
tentang beberapa kegiatan lainnya yang dapat Ibu lakukan pada waktu yang akan datang.
Bagaimana kalau ita bertemu pada jam 10.00 di sini?”

STRATEGI PELAKSANAAN 2 (SP 2)

HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL DAN KRONIK

A. Proses Keperawatan
1. Kondiri klien
Klien selalu terlihat menyendiri di kamarnya dan tidak bergaul dengan klien lainnya
2. Diagnosa keperawatan
Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah
3. Tujuan khusus
Klien dapat melakukan dan menilai kemampuan yang dilakukan klien
4. Tindakan keperawatan
a. Melakukan kegiatan yang telah dipilih
b. Memberikan reinforcement
c. Menepati janji
B. Proses Pelaksanaan
a. Orientasi
“Assalamualaikum, bagaimana perasaannya pagi ini bu? Sesuai dengan apa yang telah
kita sepakati kemarin, hari ini kita akan melanjutkan perbincangan dan latihan tentang
kemampuan/kegiatan yang dapat Ibu lakukan.. Apakah masih ingat kegiatan itu?”
b. Kerja
“Bagaimana kalau Ibu yang menyebutkan kembali apa saja kegiatan yang dapat
dilakukan? Bagaimana kalau Ibu menetapkan kegiatan yang akan Ibu lakukan terlebih
dahulu? Bagaimana jika 5 kegiatan terlebih dahulu? Saya lihat Ibu sudah mulai
merapikan tempat tidur sendiri atau mungkin kegiatan lain yang ingin dipilih Ibu?
Manakah kegiatan yang perlu dibantu oleh keluarga? Baik sekali apa yang sudah Ibu
tetapkan sebagai kegiatan yang akan dilakukan.”

c. Terminasi
“Hari ini kita telah selesai melakukan kegiatannya bu. Bagaimana perasaan ibu setelah
melakukan kegiatan ini? Baiklah kita akan lanjutan perbincangan dan latihan ini pada
besok ya bu dengan mulai melatih ke-5 kegiatan tadi. Bagaimana apakah Ibu setuju?
Bagaimana kalau waktunya 25 menit karena nanti kita akan latihan?”

STRATEGI PELAKSANAAN 1 (SP 1)

HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL DAN KRONIK PADA KELUARGA

A. Proses Keperawatan
1. Diagnosa keperawatan
Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah
2. Tujuan khusus
Menjelaskan masalah yang terjadi dan mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki klien
dan memfasilitasi kemampuan yang dimiliki
3. Tindakan keperawatan
a. Mendiskusikan masalah yang terjadi di keluarga
b. Menjelaskan keluarga tentang harga diri rendah
c. Mendiskusikan kemampuan yang dimiliki klien

B. Proses Pelaksanaan
1. Orientasi
“Assalamualaikuam Ibu. Bagaimana keadaan Ibu hari ini? Bagaimana kalau pagi ini kita
bercakap-cakap mendiskusikan tentang keadaan klien? Berapa lama waktu Ibu? Apakah
30 menit cukup? Baik, mari kita lakukan di ruangan wawancara.”

2. Kerja
“Apa yang Ibu ketahui tentang masalah klien? Ya memang benar sekali pak/bu, itu
memang terlihat tidak percaya diri dan sering menyalahkan dirinya sendiri. Misalnya
pada klien sering menyalahkan dirinya dan mengatakan bahwa dirinya adalah orang
yang paling bodoh dan tidak berguna seduni. Dengan kata lain klien memiliki masalah
harga diri rendah yang ditandai dengan munculnya pikiran-pikiran yang selalu negatif
atas dirinya sendiri. Bila keadaan ini terus menerus seperti itu, klien adapat mengalami
masalah yang lebih berat lagi seperti klien menjadi malu dan tidak berani bertemu
dengan orang lain dan memilih untuk mengurung diri sendiri.”

“Sampai sini apakah Ibu mengerti dengan apa yang dimaksud harga diri rendah? Bagus
sekali bu jika Ibu sudah mengerti. Setelah kita mengerti masalah yang terjadi pada klien
maka kita perlu memberikan perawatan yang baik kepada klien agar masalahnya tidak
menjadi masalah yang seirus.”

“Apakah Ibu mengetahui kemampuan yang dimiliki oleh klien? Ya benar klien juga
mengatakan hal yang sama.”

“klien telah berlatih dalam kegiatan tersebut dan telah dibuatkan jadwal untuk
melakukannya. Untuk itu, Ibu dapat mengingatkan dan menyiapkan alat-alat untuk klien
melakukan kegiatan tersebut sesuai dengan jadwal serta jangan lupa untuk memberikan
pujian agar harga diri klien dapat meningkat. Selain itu beri tanda cek list di jadwal
kegiatannya. Bagaimana kalau sekarang kita praktikan cara memberi pujian kepada
klien? Ibu dapat menanyakan kegiatan yang sudah klien lakukan lalu berikan pujian
dengan mengatakan bagus sekali, kamu sekarang sudah semakin terampil dalam
kegiatan tersebut."
3. Terminasi
“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita bercakap-cakap? Dapatkan Ibu menjelaskan
kembali apa yang sudah kita diskusikan tadi? Bagus sekali Ibu dapat menjelaskan
dengan baik.”

“Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk latihan cara memberi
pujian langsung kepada klien? Jam berapa pak/bu? Waktunya 25 menit? Kegiatan
dilakukan di sini ya bu”

STRATEGI PELAKSANAAN 2 (SP 2)

HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL DAN KRONIK PADA KELUARGA

A. Proses Keperawatan
1. Diagnosa keperawatan
Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah
2. Tujuan khusus
Melatih keluarga dan mempraktikan cara merawat pasien HDR
3. Tindakan keperawatan
a. Mendiskusikan masalah yang terjadi di keluarga
b. Mendiskusikan kemampuan yang dimiliki klien
c. Melatih keluarga untuk merawat pasien HDR
B. Proses Pelaksanaan
1. Orientasi
“Assalamualakum pak/bu. Bagaimana perasaannya hari ini pak/bu? Apakah Ibu masih
ingat bagaimana latihan merawat klien seperti yang sudah kita pelajari dua hari yang
lalu? Baik hari ini kita akan mempraktikan langsung kepada klien. Waktunya 25 menit,
sekarang kita temui klien.”

2. Kerja
“Assalamualaikum Ny.A bagaimana perasaannya hari ini? Hari ini saya datang bersama
keluarga Ny.A. seperti yang sudah kita bicarakan sebelumnya, keluarga Ny.A juga ingin
Ny.A segera cepat pulih”

(mempersilahkan kepada keluarga untuk mempraktikan latihan untuk memberikan


pujian terhadap perkembangan klien dan mengobservasi bagaimana keluarga
mempraktikkan cara merawat pasien seperti yang telah dilatihkan pada pertemuan
sebelumnya)

“Bagaimana perasaan Ny.A setelah berbincang dengan keluarga? Baiklah kalau begitu
saya dan keluarga Ny.A akan ke ruang perawat”

3. Terminasi
“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita latihan tadi? Mulai sekarang Ibu sudah bisa
melakukan cara tersebut kepada klien. Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk
mendiskusikan pengalaman Ibu melakukan cara merawat yang sudah kita pelajari.
Waktu dan tempatnya sama seperti sekarang ya bu.”

STRATEGI PELAKSANAAN 3 (SP 3)

HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL DAN KRONIK PADA KELUARGA

A. Proses Keperawatan
1. Diagnosa keperawatan
Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah
2. Tujuan khusus
Melatih keluarga dan mempraktikan cara merawat pasien HDR
3. Tindakan keperawatan
a. Melatih keluarga untuk merawat pasien HDR
b. Membuat perencanaan pulang
B. Proses Keperawatan
1. Orientasi

“Assalamualaikum pak/bu. Bagaimana perasaan Ibu? Karena hari ini klien sudah boleh
pulang makan kita akan membicarakan terkait dengan jadwal klien selama di rumah ya
pak/bu.”

2. Kerja
“Ibu iin jadwal kegiatan klien selama di rumah sakit, coba Ibu baca terlebih dahulu
apakah semua dapat dilaksanakan di rumah pak/bu?”
“Jadwal yang sudah dibuat selama di rumah sakit tolong dilanjutkan di rumah baik itu
jadwal kegiatan maupun jadwal minum obatnya. Ada hal-hal yang perlu diperhatikan
lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan klien selama di rumah. Misalnya jika klien
terus menerus menyalahkan diri sendiri dan berpikir negatif terhadap diri sendiri,
menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayan orang lain. Jika ini
terjadi segera Puskesmas terdekat dari rumah Ibu. Selanjutnya Puskesmas tersebut akan
memantau perkembangan klien selama di rumah”

3. Terminasi
”Bagaimana bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan harian klien untuk dibawa
pulang. Ini surat rujukan untuk puskesmas terdekat dari tempat tinggal Ibu agar
memudahkan Ibu merawat klien. Jangan lupa control ke Puskesmas sebelum obatnya
habis atau jika ada gejala yang tampak.”
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, M. and Iskandar (2012) Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.

Dewi, K. S. (2015) Buku Ajar Kesehatan Mental. Semarang: UPT UNDIP Press Semarang.

Keliat, B. (2010) Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Keliat, B. ., Helena, N. and Farida, P. (2011) Manajemen Keperawatan Psikososial dan Kader
Kesehatan Jiwa CMHN (Intermediate Course). Jakarta: EGC.

Nurhalimah (2016) Modul Bahan Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta Selatan: Pusdik SDM
Kesehatan.

Stuart, G. . and Sundenen, S. . (2013) Buku Saku Keperawatan Jiwa. 6th edn. St. Louis: Mosby
Yeart Book.

Anda mungkin juga menyukai