Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH

A. Kasus (Masalah utama: Harga diri rendah)


1. Definisi
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah
diri berkepanjangan akibat evaluasi negative terhadap diri sendiri dan kemampun
diri (Keliat, Akemat, Helena, & Nurhaeni, 2014).
Menurut Patricia D. Barry dalam Yosep & Sutini (2014), harga diri rendah
adalah perasaan seseorang bahwa dirinya tidak diterima dilingkungan dan
gambaran-gambaran negative tentang dirinya.
Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri
atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak
langsung diekspresikan ( Townsend, 2009 ).

2. Tanda dan gejala


a. Mengejek dan mengkritik diri
b. Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri sendiri
c. Mengalami gejala fisik, missal: tekanan darah tinggi, gangguan penggunaan
zat.
d. Menunda keputusan
e. Sulit bergaul
f. Menghindari kesenangan yang dapat memberi rasa puas
g. Menarik diri dari realitas, cemas, panic, cemburu, curiga, halusinasi.
h. Merusak diri: harga diri rendah menyokong klien untuk mengakhiri hidup
i. Merusak atau melukai orang lain
j. Merasaan tidak mampu
k. Pandangan hidup yang pesimistis
l. Tidak menerima pujian
m. Menurunan produktivitas
n. Penolakan terhadap kemampuan diri
o. Kurang memerhatikan perawatan diri
p. Berpakaian tidak rapi
q. Berkurang selera makan
r. Tidak berani menatap lawan bicara
s. Lebih banyak menunggu
t. Bicara lambat dengan nada suara lemah

3. Rentan Respon Harga diri rendah

Respon adaptif Respon Maladaptif


Aktualisasi Konsep diri Harga diri Kerancuan Depersonalisasi
diri positif rendah identitas
Rentang konsep diri :
1. Aktualisasi diri: pengungkapan perasaan/kepuasan dari konsep diri positif.
2. Konsep diri positif: dapat menerima kondisi dirinya sesuai dengan yang
diharapkannya dan sesuai dengan kenyataan.
3. Harga diri rendah: perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diit,
dan merasa gagal mencapai keinginan.
4. Kerancuan identitas: ketidakmampuan individu mengintegrasikan aspek
psikologis pada masa dewasa, sifat kepribadian yang bertentangan, dan perasaan
hampa.
5. Depersonalisasi: merasa asing terhadap dirinya sendiri dan kehilangan identitas
misalnya malu dan sedih karena orang lain.

B. Proses terjadinya harga diri rendah


Hasil riset Malhi dalam Yosep & Sutini (2014), menyimpulkan bahwa harga diri
rendah diakibatkan oleh rendahnya cita-cita seseorang. Hal ini mengakibatkan
berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan. Tantangan yang rendah menyebabkan
upaya yang rendah. Selanjutnya hal ini menyebabkan penampilan seseorang yang tidak
optimal.
1. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan orang tua
yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab
personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.
2. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah kehilangan
bagian tubuh, perubahan penampilan atau bentuk tubuh, kegagalan atau
produktifitas yang menurun.
Secara umum, gangguan konsep diri harga diri rendah ini dapat terjadi
secara situasional atau kronik. Secara situasional misalnya karena trauma yang
muncul secara tiba-tiba misanya harus dioperasi, kecelakaan, perkosaan atau
dipenjara termaksud dirawat dirumah sakit bisa menyebabkan harga diri rendah
disebabkan karena penyakit fisik atau pemasangan alat bantu yang membuat klien
tidak nyaman. Penyebab lainnya adalah harapan fungsi tubuh yang tidak tercapai
serta perlakuan petugas kesehatan yang kurang menghargai klien dan keluarga.
Harga diri rendah kronik, biasanya dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum
dirawat klien sudah memiliki pikiran negative dan meningkat saat dirawat.

C. Pohon masalah

Isolasi sosial : menarik diri


Akibat

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah Core


problem

Berduka disfungsional Penyebab

D. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji


1. Isolasi sosial : menarik diri
a. Data subjektif
1) Mengungkapkan tidak berdaya dan tidak ingin hidup lagi
2) Mengungkapkan atau enggan berbicara dengan orang lain
3) Klien malu bertemu dan berhadapan dengan orang lain
b. Data objektif

1) Ekspresi wajah kosong


2) Tidak ada kontak mata ketika diajak bicara
3) Suara pelan dan tidak jelas
2. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
a. Data subjektif
1) Mengungkapkan ingin diakui jati dirinya
2) Mengungkapkan tidak ada lagi yang peduli
3) Mengungkapkan tidak bisa apa-apa
4) Mengungkapkan dirinya tidak berguna
5) Mengkritik diri sendiri
b. Data objektif
1) Merusak diri sendiri
2) Merusak orang lain
3) Menarik diri dari hubungan sosial
4) Tampak mudah tersinggung
5) Tidak mau makan dan tidak tidur
6) Perasaan malu
7) Tidak nyaman jika jadi pusat perhatian
3. Berduka disfungsional
a. Data subjektif
1) Mengungkapkan tidak berdaya dan tidak ingin hidup lagi
2) Mengungkapkan sedih karena tidak naik kelas
3) Klien malu bertemu dan berhadapan dengan orang lain karena
diceraikan suaminya
b. Data objektif
1) Ekspresi wajah sedih
2) Tidak ada kontak mata ketika diajak bicara
3) Suara pelan dan tidak jelas
4) Tampak menangis

E. Diagnosa keperawatan
Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
F. Rencana Tindakan Keperawatan
Tujuan Umum :
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
Tindakan :
a. Bina hubungan saling percaya
Salam terapeutik
Perkenalan diri
Tanyakan nama lengkap klien dan panggilan yang disukai.
Jelaskan tujuan pertemuan
Ciptakan lingkungan yang tenang
Buat kontrak yang jelas ( waktu, tempat dan topik pembicaraan ).
b. Beri kesempatan pada klien mengungkapkan perasaannya.
c. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien.
d. Katakan kepada klien bahwa ia adalah seseorang yang berharga dan
bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri.
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
Tindakan :
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
b. Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negatif
c. Utamakan memberi pujian yang realistis.
3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
Tindakan :
a. Diskusikan bersama klien kemampuan yang masih dapat digunakan
selama sakit
b. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke
rumah.
4. Klien dapat menetapkan/ merencanakan kegiatan sesuai kemampuan yang
dimiliki.
Tindakan :
a. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan ( mandiri, bantuan sebagian, bantuan total ).
b. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
c. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan.
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuannya
Tindakan :
a. Beri kesempatan klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
b. Beri pujian atas keberhasilan klien.
c. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
Tindakan :
a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
dengan harga diri rendah.
b. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
d. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B.A dan Akemat, (2012). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta.
EGC.
Keliat, B. A., Akemat, Helena, N., & Nurhaeni, H. (2014). Keperawatan Kesehatan Jiwa
Komunitas . Jakarta: EGC.
Townsend Mary C. (2009). Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri Edisi 3.
Alih Bahasa Novi Elena C. Daulima. Jakarta : EGC.
Yosep, I., & Sutini, T. (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai