Disusun oleh :
Rachel Matulessy
1820000009
JAKARTA
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
Harga Diri Rendah
Keterangan :
1. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan
latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.
2. Konsep diri positif apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang negatif dair dirinya.
3. Harga diri rendah adalah individu cendrung untuk menilai dirinya negatif dan
merasa lebih rendah dari orang lain.
4. Identitas kacau adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek identitas
masa kanak-kanak ke dalam kematangan aspek psikososial kepribadian pada masa
dewasa yang harmonis.
5. Depresionalisasi adalah perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri
sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat
membedakan dirinya dengan orang lain.
Isolasi Sosial
Tindakan Keperawatan
a. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat klien
b. Jelaskan kepada keluaraga tentang kondisi klien yang mengalami gangguan
konsep diri harga diri rendah
c. Diskusikan dengan keluarga kemampuan yang dimiliki klien
d. Jelaskan cara-cara merawat klien dengan gangguan konsep diri, harga diri
rendah
e. Demonstrasikan cara merawat klien dengan gangguan konsep diri harga diri
rendah
f. Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan klien di rumah
Daftar Pustaka
Fitria, N. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksaan
Perilaku kekerasan
D. RENTANG RESPON:
Respons kemarahan dapat berfluktuasi sepanjang rentang respons adaptif dan
maladaptif
Respons adaptif Respons maladaptif
Perilaku Kekerasan
Tindakan
a. Bina Hubungan Saling Percaya
Dalam hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar merasa aman dan
nyaman saat berinteraksi dengan saudara. Tindakan yang harus saudara
lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya adalah
mengucapkan salam terapeutik, berjabat tangan, menjelaskan tujuan interaksi,
serta membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu klien.
b. Diskusikan bersama klien penyebab perilaku kekerasan yang terjadi dimasa
lalu dan saat ini.
c. Diskusikan perasaan klien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan.
Diskusikan bersama klien mengenai tanda dan gejala perilaku kekerasan, baik
kekerasan fisik, psikologis, sosial, spiritual maupun intelektual.
d. Diskusikan bersama klien perilaku secara verbal yang biasa dilakukan pada
saat marah baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
e. Diskusikan bersama klien akibat yang ditimbulkan dari perilaku marahnya.
Diskusikan bersama klien cara mengontrol perilaku kekerasan baik secara
fisik (pukul kasur atau bantal serta tarik nafas dalam), obat-obatan, sosial atau
verbal (dengan mengungkapkan kemarahannya secara asertif), ataupun
spiritual (salat atau berdoa sesuai keyakinan klien).
2. Tindakan keperawatan untuk keluarga
Tujuan
Keluarga dapat merawat klien di rumah
Tindakan
a. Diskusikan bersama keluarga tentang perilakukekerasan meliputi penyebab,
tanda dan gejala perilaku yang muncul, serta akibat dari perilaku tersebut
b. Latih keluarga untuk merawat anggota keluarga dengan perilaku kekerasan
1) Anjurkan keluarga untuk selalu memotivasi klien agar melakukan tindakan
yang telah diajarkan oleh perawat.
2) Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada klien bila anggota
keluarga dapat melakukan kegiatan tersebut secara tepat.
3) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila klien
menunjukan gejala-gejala perilaku kekerasan.
c. Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi klien yang perlu segera
dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul benda/orang lain.
Daftar Pustaka
Aziz R. Dkk. (2003). Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang RSJDDR. Amino
Gunohutomo
Keliat Budi Ana. (1999). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi. 1 Jakarta: EGC
Stuart GW, Sundeen (1995). Princeples And PracticeOf Psykiatric Nursing (S th ed). St Louis
mosby Year Book
Tim Dikrektorat Keswa. (2000). Standar Asuhan Keperawatan Jiwa Edisi 1. Bandung: RSJP
Bandung
.
LAPORAN PENDAHULUAN
Isolasi Sosial
B. Faktor Presipitasi
Tingkat kecemasan yang berat menyebabkan menurunnya kemampuan
individu untuk berhubungan dengan orang lain. Intensitas kecemasan yang
ekstrim dan memanjang disertai keterbatasan kemampuan individu untuk
mengatasi masalah yang diyakini menimbulkan berbagai masalah gangguan
berhubungan (menarik diri).
C. Mekanisme Koping
Individu mempunyai respons sosial maladaptif yang menggunakan berbagai
mekanisme dalam upaya untuk mengatasi ansietas. Mekanisme yang disajikan
disini berkaitan dengan jenis spesifik dari masalah-masalah berhubngan :
1. Koping yang berkaitan dengan gangguan kepribadian anti sosial yaitu
proyeksi, pemisahan dan merendahkan orang lain.
2. Koping yang berkaitan dengan gangguan kepribadian borderline yaitu
pemisahan, reaksi formasi, proyeksi, isolasi, idealisasi orang lain,
merendahkan orang lain dan identifikasi – proyeksi.
D. Rentang Respons
Hubungan dengan orang lain dan lingkungan sosialnya menimbulkan respons-
respons sosial pada individu yaitu:
Keterangan:
1. Respons adaptif
Yaitu respons individu dalam penyesuaian masalah yang dapat diterima oleh
norma-norma sosial dan budaya yang meliputi:
a. Solitude (merenung) merupakan respons yang dibutuhkan seseorang untuk
merenungkan apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya, dan
merupakan suatu cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah-
langkah selanjutnya.
b. Autonomy (kebebasan) merupakan respon individu untuk menentukan dan
menyampaikan ide-ide pikiran dan perasaan dalam hubungan sosialnya.
c. Mutuality merupakan respons individu dalam berhubungan interpersonal
dimana individu saling memberi dan menerima.
d. Interdependence (saling ketergantungan) merupakan respons individu
dimana terdapat saling ketergantungan dalam melakukan hubungan
interpersonal.
2. Respons antara adaptif dan maladaptif
a. Aloness (merasa sendiri) dimana individu merasakan kesepian,
terkucilkan dan tersisihkan dari lingkungannya.
a. Withdrawl (menarik diri) gangguan yang terjadi dimana seseorang
menemukan kesulitan dalam membina hubungan saling terbuka dengan
orang lain, dimana individu sengaja menghindari hubungan
interpersonal ataupun dengan lingkungannya.
b. Dependence (ketergantungan) individu mulai tergantung kepada
individu yang lain dan mulai tidak memperhatikan kemampuan yang
dimilikinya.
3. Respons maladaptif
Yaitu respons individu dalam penyelesaian masalah yang
menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungannya, yang
meliputi:
a. Loneliness (kesepian) merupakan gangguan yang terjadi apabila seseorang
memutuskan untuk tidak berhubungan dengan orang lain atau tanpa
bersama orang lain untuk mencari ketenangan sementara waktu.
b. Manipulation (manipulasi) merupakan hubungan yang berpusat pada
masalah pengendalian lain dan individu cendrung berorientasi pada diri
sendiri atau tujuan dan bukan pada orang lain.
c. Narksisme merupakan rasa cinta pada diri sendiri yang berlebihan
Suart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa Jakarta : EGC
LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI
Isolasi Sosial
1. Masalah Keperawatan
Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi
2. Data yang perlu dikaji
Data Subyektif
Klien mengatakan sering mendengar suara bisikan di telinga.
Klien mengatakan sering melihat sesuatu
Data Obyektif
a. Klien tampak ketakutan
b. Klien tampak bicara sendiri
c. Klien tampak marah tanpa sebab
d. Klien kadang tertawa sendiri
e. Klien sering menyendiri
f. Klien tampak mondar-mandir
Daftar Pustaka
B. Faktor Presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurangnya
motivasi, kerusakan kognitif atau preseptual, cemas, lelah atau lemah yang dialami
individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes, 2009: 59: faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene
adalah: faktor body image dimana gambaran individu terhadap dirinya sangat
mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga
individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya. Dan faktor sosial dimana pada masa
anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi
perubahan pola personal hygiene. Faktor sosial ekonomi dimana personal hygiene
memerlukan alat dan bahan seperti sabun, odol, sikat gigi, shampo, alat mandi yang
semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya. Faktor pengetahuan dimana
pengetahuan tentang personal hygiene sangat penting karena pengetahan yang baik
dapat meningkatkan kesehatan, misalnya pada pasien diabetes melitus harus menjaga
kebersihan kuku kakinya. Faktor budaya dimana sebagian masyarakat jika individu
sakit tertentu maka tidak boleh dimandikan. Faktor kebiasaan sesorang dimana ada
kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan dirinya seperti
penggunaan sabun, dll. Selanjutnya faktor kondisi fisik atau psikis dimana pada
keadaan tertentu atau sakit, kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu
bantuan orang lain.
DPD
HDR
Daftar Pustaka
Tarwoto dan Wartonah,2000. Proses Keperawatan dan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta :
EGC
Carpenito, 2000. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa Edisi 1. Bandung : RSJP Bandung
LAPORAN PENDAHAULUAN
Waham
a) Pengertian Waham
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang di pertahankan secara kuat atau terus
menerus, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan (keliat dan Akemat,2010). Waham adalah
keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak
didapat diubah secara logis oleh orang lain. Kenyataan ini berasal dari pemikiran klien
yang sudah kehilangan kontrol ( Depkes RI,2000). Berdasarkan pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa waham adalah suatu keyakinan yang salah atau tidak sesuai dengan
Individu memproyeksikan pikiran dan perasaan internal pada lingkungan sehingga perasaan,
pikiran, dan keinginan negative / tidak dapat diterima menjadi bagian eksternal.
a) Faktor Predisposisi
hubungan interpersonal seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stress dan ansietas yang
berakhir dengan gangguan persepsi, klien menekan perasaan nya sehingga pematangan
fungsi intelektual dan emosi tidak efektif. Seseorang yang merasa diasingkan dan
kesepian dapat menyebabkan timbulnya waham. Hubungan yang tidak harmonis, peran
ganda atau bertentangan, dapat menyebabkan timbulnya ansietas dan berakhir dengan
b) Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya waham adalah faktor social budaya, biokimia dan psikologis.
Waham dapat dipicu karna adanya perpisahan dengan orang yang berarti diasingkan dari
kelompok. Dopamin, dan zat halusinogen lainya diduga dapat menyebabkan terjadinya
c) Jenis Waham
1) Waham kebesaran
Individu meyakini bahwa ia memiliki kebebasan atau kekuatan khusus dan diucapkan
berulang kali.
2) Waham curiga
Individu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusahha untuk
merugikan / mencerdai diri nya dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai
keyataan.
3) Waham Agama
Individu memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan dan diucapkan
4) Waham somatic
Individu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu atau terserang
5) Waham Nihilistik
Individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada didunia / meninggal dan diucapkan
d) Fase-fase
maupun pisikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang
dengan status social dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan
mendorongnya untuk melakukan konpensasi yang salah. Ada juga klien yang secara
social dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara reality dengan self ideal
sangat tinggi.
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self ideal
dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan kebutuhan yang tidak
Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia
kenyataan, tetapi mengadapi keyataan bagi klien adalah suatu yang sangat berat,
lingkungan menjadi prioritas dalam hidup nya, karna kebutuhan tersebut belum
bahwa suatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara
adekuat karna besar nya toleransi dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan
hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konprontatif berkepanjangan dengan
klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan
tersebut sebagai sesuatu kebeneran karna seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai
terjadinya kontrol diri dan tidak berfungsi nya norma ( super ego) yang ditandai
5. Fase comforting
semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan sering di
sertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien
6. Fase improving
Apabila tidak adanya konprontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakinan
yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering berkaitan
dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai
yang hilang). Waham bersipat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat
e) Mekanisme koping
Tidak memiliki kelainan dalam orientasi klien waham spesifik terhadap orang, tempat,
waktu. Daya ingat atau kognisi lainya biaanya akurat. Pengendalian implus pada klien
waham perlu diperhatikan bila terlihat adanya rencana bunuh diri, membunuh atau
melakukan kekerasan pada orang lain. Gangguan proses pikir: waham biasanya diawali
dengan adanya riwayat penyakit berupa kerusakan pada bagian konteks dan libik otak.
Biar dikarenakan terjatuh atau didapat ketika lahir. Hal ini mendukung terjadinya
menimbulkan perasaan rendah diri, kemudian mengisolasi diri dari orang lain dan
Isolasi sosial
Harga diri rendah kronis
a. subjektif:
b. objektif:
Setelah pengkajian dilakukan dan data subjektif dan objektif sudah ditemukan pada pasien,
Tujuan
Tindakan
Sebelum memulai pengkajian pada klien dengan waham. Perawat harus membina
hubungan saling percaya terlebih dahulu agar klien merasa aman dan nyaman saat
2) Berjabat tangan
4) Membuat kontrak topic, waktu dan tempat setiap kali bertemu klien
g) Berikan pujian bila penampilan dan orientasi kklien sesuai dengan realitas
h) Diskusikan dengan klien kemampuan realittas yang dimilikinya pada saat yang
k) Tingkatkan aktifitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional klien
sesuai
n) Jelaskan pada klien tentang program pengobatan ( Manfaat, dosis obat, jenis dan
efek samping dari obat yang diminum serta cara meminum obat yang benar)
o) Diskusikan akibat yang terjadi bila klien berhenti minum obat tanpa berkonsultasi
Tujuan
Tindakan keperawatan
b) Diskusikan dengan keluarga cara merawat klien waham dirumah, follow up dan
c) Diskusikan dengan keluarga tentang oabat klien ( nama obta, dosis, frekuensi,
Direja . (2011). Buku ajar asuhan keperawatan jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika
Keliat dan Akemat. (2010). model praktik keperawatan profesional jiwa. Jakarta:
Yosep. (2009). Keperawatan Jiwa, Edisi Revisi. Jakarta : Refika Aditama
LAPORAN PENDAHULUAN
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk
Usaha bunuh diri adalah tindakan yang merupakan bagian dari depresi
gambaran diri buruk) dan dapat dipandang sebagai tangisan untuk meminta
Pencederaan diri adalah aniaya diri, agresi yang diarahkan kepada diri
sendiri, membahayakan diri, cedera yang membebani diri dan mutilasi diri dengan
tujuan mengakhiri hidup (Gail Wiscarz Stuart dan Sandra J.Sundeen, Edisi 3 , 2002).
diri merupakan tindakan dari depresi kehilangan yang merupakan tangisan untuk
meminta pertolongan, dengan tindakan yang agresif,merusak diri sendiri dan
A. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart dan Sundeen,1997, faktor presdisposisi bunuh diri antara lain
faktor diagnostik dimana lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya
dengan bunuh diri mempunyai hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga gangguan jiwa
yang dapat membuat individu beresiko untuk bunuh diri yaitu gangguan afektif,
penyalahgunaan zat, dan skizofrenia. Faktor sifat kepribadian dimana ada tiga aspek
kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya resiko bunuh diri adalah rasa
yang baru mengalami kehilangan, perpisahan atau perceraian, kehilangan yang dini
dengan bunuh diri. Faktor riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri
B. Faktor Presipitasi
Faktor pencetus seseorang melakukan bunuh diri adalah perasaan terisolasi yang
menghadapi stres. Faktor perasaan marah atau bermusuhan, bunuh diri dapat
menanggulangi stres. Usaha ini dapat berorientasi pada tugas yang meliputi usaha
setidak-tidaknya orang yang hendak melakukan bunuh diri egoistik atau anomik
berada dalam keadaan patologis. Mereka semua sedang mengalami gangguan fungsi
mental yang bervarariasi dari yang ringan sampai yang berat karena itu perlu
ditolong. Pencegahan bunuh diri altruistik boleh dikatakan tidak mungkin kecuali
D. Rentang Respons
Adaptif Maladaptif
diri
Keterangan :
individu terhadap stressor tergantung pada kemampuan masalah yang dimiliki serta
tingkat stres yang dialami. Individu yang sehat senantiasa berespons secara adaptif
dan jika gagal ia akan berespons maladaptif dengan menggunakan koping bunuh
diri.
Keputusasaan
1. Masalah Keperawatan
Data Subyektif
mematikan
kecil
Data Obyektif
Impulsif
patuh)
alkhohol)
karier)
b. Menjauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya pisau, silet, gelas, ikat
mendapatkan obat.
Tujuan
Tindakan
melamun sendiri
teratur
Tujuan
Tindakan keperawatan
berikut.
perasaannya
positif
klien
sebagai berikut.
penyelesaian masalah
baik.
Tindakan keperawatan
berikut ini
diri.
diri, seperti: tali, bahan bakar minyak/bensin, api, pisau atau benda
tajam lainnya, zat yang berbahaya seperti obat nyamuk atau racun
serangga.
Selalu mengadakan pengawasan dan meningkatkan pengawasan
klien melakukan percobaan bunuh diri, antara lain dengan cara sebagai
berikut.
bagi klien
prinsip enam benar yaitu benar orangnnya, benar dosisnya, benar cara
Brunner dan suddanth. 2002. Keperawatan medikal bedah Edisi. 8 Jakrta: EGT
Erna, Dalami: dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: Trans
Info medika
Kelien Anna, Bdi, Akemat. 2009. Model Praktek Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC
Surya, Herman, Ade. Joll. Buku Ajar Keperawatan Jiwa Yogyakarta: Nulia medikal.