Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH (HRD)

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah keperawatan jiwa

Dosen Pengampu : Saryomo,M.Kep

Disusun oleh :

Ahmad Zajuli

E2214401059

D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVEERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA

2024
A. Definisi
Harga diri rendah merupakan keadaan dimana individu mengalami
evaluasi diri negatif tentang kemampuan dirinya. Pemberian TAK
stimulasi persepsi yang efektif didukung dengan lingkungan tempat terapi
diberikan, dan kemauan untuk berpartisipasi dalam kegiatan, maka
diharapkan dapat mengatasi harga diri rendah juga dapat mengekspresikan
yang dipaparkan dengan baik dan tepat (Hani Tuasikal, Moomina Siauta,
2019).
Harga diri rendah adalah penilaian tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri menurut
Fajariyah, 2012 (dalam (Yain Rokhimmah, 2020). Harga diri rendah
kronik adalah evaluasi diri perasaan negatif tentang diri sendiri atau
kemampuan diri yang berlangsung minimal tiga bulan (NANDA-1, 2018).
Harga diri rendah melibatkan evaluasi diri yang negatif dan berhubungan
dengan perasaan yang lemah, tidak berdaya, putus asa, ketakutan, rentan,
rapuh, tidak lengkap, tidak berharga, dan tidak memadai (Stuart, Keliat, &
Pasaribu, 2016)
B. Faktor predisposisi & presipitasi
Menurut Marpaung (2015) penyebab harga diri rendah, yaitu:
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang
tua tidak realistis, kegagalan yang berulang, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal
diri yang tidak realistis.
b. Faktor yang mempengaruhi peran, dimasyarakat umumnya peran
seseorang disesuai dengan jenis kelaminnya. Misalnya seseorang
wanita dianggap kurang mampu, kurang mandiri, kurang obyektif
dan rasional sedangkan pria dianggap kurang sensitif, kurang
hangat, kurang ekspresif dibandingkan wanita. Sesuai dengan
standar tersebut, jika wanita atau pria berperan tidak sesuai
lazimnya maka dapat menimbulkan konflik diri maupun hubungan
sosial.
c. Faktor yang mempengaruhi identitas diri meliputi ketidak
percayaan, tekanan dari teman sebaya dan perubahan struktur
sosial. Orang tua yang selalu curiga pada anak akan menyebabkan
anak menjadi kurang percaya diri, ragu dalam megambil keputusan
dan dihantui rasa bersalah ketika akan melakukan sesuatu.
d. Faktor biologis adanya kondisi sakit fisik yang dapat
mempengaruhi kerja hormon secara umum, yang dapat pula
berdampak pada keseimbangan neutrotransmitter di otak.
2. Faktor Presipitasi
Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh setiap situasi
yang dihadapi individu dan ia tidak mampu menyesuaikan. Situasi atas
stressor dapat mempengaruhi komponen. Stresor yang dapat
mempengaruhi gambaran diri adalah hilangnya bagian tubuh, tindakan
operasi, proses patologi penyakit, perubahan struktur dan fungsi tubuh,
proses tumbuh kembang prosedur tindakan da pengobatan. Sedangkan
stresor yang dapat mempengaruhi harga diri dan ideal diri adalah
penolakan dan kurang penghargaa diri dari orang tua dan orang yang
berarti, pola asuh yanag tidak tepat, misalnya selalu dituntut, dituti,
persaingan dengan saudara, kesalahan dan kegagalan berulang, cita-
cita tidak terpenuhi dan kegagalan bertanggung jawab sendiri.
Menurut Keliat, (2019) penyebab harga diri rendah kronik antara lain:
a. kurang kasih sayang
b. Kurang rasa memiliki
c. Kurang penghargaan orang lain
d. Mengalami kegagalan
e. Diejek, dikucilkan orang lain
f. Kenyataan tidak sesuai dengan harapan
C. Tanda dan gejala/penilaian stressor
Menurut Nurhalimah (2016) tanda dan gejala harga diri rendah yaitu:
1. Penurunan produktivitas
2. Tidak berani menatap lawan bicara
3. Lebih banyak menundukkan kepala saat interaksi
4. Bicara lambat dengan nada suara lemah
5. Bimbang, perilaku yang non asertif
6. Mengekspresikan tidak berdaya dan tidak berguna
Menurut Stuart (2006) dalam Mahdalena (2017) tanda dan gejala perilaku
yang berhubungan dengan harga diri rendah adalah:
1. Mengkritik diri sendiri dan orang lain
2. Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan
3. Pandangan hidup yang bertentangan
4. Psikopatologi, yaitu malu
D. Sumber koping
Menurut Stuart dan Sundeen (1998:233), setiap individu mempunyai
beberapa kelebihan personal, meskipun individu tersebut mengalami
gangguan jiwa. Kelebihan- kelebihan itu antara lain:
1. Aktivitas olahraga dan aktivitas lain di luar rumah
2. Hobi dan kerajinan tangan
3. Seni yang ekspresif
4. Kesehatan dan perawatan diri
5. Pekerjaan, lokasi atau posisi
6. Bakat tertentu
7. Kecerdasan
8. Imajinasi dan kreativitas
9. Hubungan interpersonal
E. Mekanisme koping
Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka panjang pendek
atau jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk
melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan.
Pertaahanan tersebut mencakup berikut ini:
1. Jangka pendek:
a. Aktivitas yang memberikan pelarian semestara dari krisis identitas
diri (misalnya, konser musik, bekerja keras, menonton tv secara
obsesif)
b. Aktivitas yang memberikan identitas pengganti semestara
(misalnya, ikut serta dalam klub sosial, agama, politik, kelompok,
gerakan, atau geng)
c. Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan
diri yang tidak menentu (misalnya, olahraga yang kompetitif,
prestasi akademik, kontes untuk mendapatkan popularitas).
2. Pertahanan Jangka Panjang mencakup berikut ini:
a. Penutupan identitas adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh
orang terdekat tanpa memerhatikan keinginan aspirasi, atau potensi
diri individu.
b. Identitas negatif asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai
dan harapan yang diterima masyarakat. Mekanisme pertahanan ego
termasuk penggunaan fantasi, disosiasi.isolasi, proyeksi,
pengalihan (displacement, berbalik marah terhadap diri sendiri, dan
amuk).
F. Rentang respon

Keterangan:

1. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri positif tentang latar


belakang pengalaman nyata yang sukses diterima.
2. Konsep diri positif adalah individu mempunyai pengalaman
yang positif dalam beraktualisasi.
3. Harga diri rendah adalah transisi antara respon diri adaptif
dengan konsep diri maladaptif.
4. Kerancuan identitas adalah kegagalan individu dalam
kemalangan aspek psikososial dan kepribadian dewasa yang
harmonis.
5. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis terhadap
diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan
serta tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain.

G. Perencanaan

N Diagnosa Perencanaan
o keperawata
n (SDKI) Tujuan dan kriteria Intervensi (SIKI)
hasil (SLKI)

1. Harga diri Setelah dilakukan Manajemen perilaku


rendah Tindakan
keperawatan Observasi
selama 3x24 jam,
- Identifikasi harapan
diharapkan harga
untuk mengendalikan
diri meningkat
perilaku
dengan kriteria
hasil : Terapeutik
- Penilaian diri
positif - Diskusikan tanggung
meningkat jawab terhadap
- Perasaan perilaku
memiliki - Jadwalkan kegiatan
kelebihan atau terstruktur
kemampuan - Ciptakan dan
positif pertahankan
meningkat lingkungan dan
- Penerimaan kegiatan perawatan
penilaian konsisten setiap dinas
positif terhadap - Tingkatkan aktivitas
diri sendiri fisik sesuai
meningkat kemampuan
- Minat mencoba - Batasi jumlah
hal baru pengunjung
- Bicara dengan nada
meningkat rendah dan tenang
- Berjalan - Lakukan kegiatan
menampakkan pengalihan terhadap
wajah sumber agitasi
meningkat - Cegah perilaku pasif
- Postur tubuh dan agresif
menampakkan - Beri penguatan posistif
wajah terhadap keberhasilan
meningkat mengendalikan
- Konsentrasi perilaku
meningkat - Lakukan pengekangan
- Tidur fisik sesuai indikasi
meningkat - Hindari bersikap
- Kontak mata menyudutkan dan
meningkat menghentikan
- Gairah pembicaraan
aktivitas - Hindari sikap
meningkat mengancam dan
- Aktif berdebat
meningkat - Hindari berdebat atau
- Percaya diri menawar batas
berbicara perilaku yang telah
meningkat ditetapkan
- Perilaku asertif
meningkat Edukasi
- Kemampuan
- Informasikan keluarga
membuat
bahwa keluarga
- Keputusan
sebagai dasar
meningkat
pembentukan kognit
- Perasaan malu
menurun Promosi harga diri
- Perasaan
bersalah Observasi
menurun
- Perasaan tidak - Identifikasi budaya,
mampu agama, ras, jenis
melakukan kelamin, dan usia
apapun terhadap harga diri
menurun - Monitor verbalisasi
- Meremehkan yang merendahkan diri
kemampuan sendiri
- mengatasi - Monitor tingkat harga
masalah diri setiap waktu,
menurun sesuai kebutuhan
- Ketergantunga Terapeutik
n pada
- penguatan - Motivasi terlibat dalam
secara verbalisasi positif
berlebihan untuk diri sendiri
menurun - Motivasi menerima
- Pencarian tantangan atau hal baru
penguatan Diskusikan pernyataan
secara tentang harga diri
berlebihan - Diskusikan
menurun kepercayaan terhadap
penilaian diri
Diskusikan
pengalaman yang
meningkatkan harga
diri
- Diskusikan persepsi
negatif diri
- Diskusikan alasan
mengkritik diri atau
rasa bersalah
- Disukusikan penetapan
tujuan realistis untuk
mencapai harga diri
yang lebih tinggi
- Diskusikan bersama
keluarga untuk
menetapkan harapan
dan batasan yang jelas
- Berikan umpan balik
positif atas
peningkatan mencapai
tujuan
- Fasilitasi lingkungan
dan aktivitas yang
meningkatkan harga
diri
Edukasi
- Jelaskan kepada
keluarga pentingnya
dukungan dalam
perkembangan konsep
positif diri pasien
- Anjurkan
mengidentifikasi
kekuatan yang dimiliki
- Anjurkan
mempertahankan
kontak mata saat
berkomunikasi dengan
orang lain
- Anjurkan membuka
diri terhadap kritik
negatif
- Anjurkan
mengevaluasi perilaku
- Ajarkan cara mengatasi
bullying
- Latih peningkatan
tanggung jawab untuk
diri sendiri
- Latih
pernyataan/kemampua
n positif diri
- Latih cara berfikir dan
berperilaku positif
- Latih meningkatkan
kepercayaan pada
kemampuan dalam
menangani situasi

Promosi koping
Observasi
- Identifikasi kegiatan
jangka pendek dan
panjang sesuai tujuan
- Identifikasi
kemampuan yang
dimiliki
- Identifikasi sumber
daya yang tersedia
untuk memenuhi
tujuan
- Identifikasi
pemahaman proses
penyakit
- Identifikasi dampak
situasi terhadap peran
dan hubungan
- Identifikasi metode
penyelesaian masalah
- Identifikasi kebutuhan
dan keinginan terhadap
dukungan sosial
Terapeutik
- Diskusikan perubahan
peran yang dialami
- Gunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan
- Diskusikan alasan
mengkritik diri sendiri
- Diskusian untuk
mengklarifikasi
kesalahpahaman dan
mengevaluasi perilaku
sendiri
- Diskusikan
konsekuensi tidak
menggunakan rasa
bersalah dan rasa malu
- Diskusikan risiko yang
menimbulkan bahaya
pada diri sendiri
- Fasilitasi dalam
memperoleh informasi
yang dibutuhkan
- Berikan pilihan
realistis mengenai
aspek-aspek tertentu
dalam perawatan
- Motivasi untuk
menentukan harapan
yang realistis Tinjau
kembali kemampuan
dalam pengambilan
keputusan
- Hindari mengambil
keputusan saat pasien
berada di bawah
tekanan
- Motivasi terlibat dalam
kegiatan sosial
- Motivasi
mengidentifikasi
sistem pendukung yang
tersedia Dampingi saat
berduka (mis. penyakit
kronis, kecacatan)
- Perkenalkan dengan
orang atau kelompok
yang berhasil
mengalami
pengalaman sama
- Dukung penggunaan
mekanisme pertahanan
yang tepat
- Kurangi rangsangan
lingkungan yang
mengancaman
Edukasi
- Anjurkan menjalin
hubungan yang
memiliki kepentingan
dan tujuan sama
Anjurkan penggunaan
sumber spiritual, jika
perlu
- Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi
- Anjurkan keluarga
terlibat
- Anjurkan membuat
tujuan yang lebih
spesifik
- Ajarkan cara
memecahkan masalah
secara konstruktif
Latih penggunaan
teknik relaksasi
- Latih keterampilan
sosial, sesuai
kebutuhan Latih
mengembangkan
penilaian obyektif
DAFTAR PUSTAKA

Herdman. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.


Iskandar,

M. D. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Retika Aditama.

Keliat Anna, Achir, Yossie, dkk. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Keliat, C. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Yogyakarta: EGC.

Nurarif Huda, Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC Jilid 2. Jogjakarta:
MediAction

Nurhalimah. (2016). Keperawatan Jiwa (Anang, ed.). Kementrian Kesehatan


Republik Indonesia.

Prabowo. E. (2014). Konsep&Aplikasi ASUHAN KEPERAWATAN JIWA.


Yogyakarta: Nuhame

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia .
Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia .
Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai