Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH

Di susun oleh:

Rahmawati Priangan

2211040086

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

TAHUN AJARAN 2022/2023


LAPORAN PENDAHULUAN

I. MASALAH UTAMA
Harga Diri Rendah
II. PROSES TERJADINYA MASALAH (PSIKOPATOLOGIS)
Proses terjadinya harga diri rendah dijelaskan oleh Stuart dan Laraia (2009) dalam
konsep stress adapatasi yang terdiri dari faktor predisposisi dan presipitasi.
A. Faktor Predisposisi yang menyebabkan timbulnya harga diri rendah meliputi:
a. Biologis
Faktor heriditer (keturunan) seperti adanya riwayat anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa Selain itu adanya riwayat penyakit kronis atau
trauma kepala merupakan merupakan salah satu faktor penyebab gangguan
jiwa.
b. Psikologis
Masalah psikologis yang dapat menyebabkan timbulnya harga diri rendah
adalah pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, penolakan dari
lingkungan dan orang terdekat serta harapan yang tidak realistis. Kegagalan
berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal dan memiliki
ketergantungan yang tinggi pada orang lain merupakan faktor lain yang
menyebabkan gangguan jiwa. Selain itu pasiendengan harga diri rendah
memiliki penilaian yang negatif terhadap gambaran dirinya, mengalami krisis
identitas, peran yang terganggu, ideal diri yang tidak realistis.
c. Faktor Sosial Budaya
Pengaruh sosial budaya yang dapat menimbulkan harga diri rendah adalah
adanya penilaian negatif dari lingkungan terhadap klien, sosial ekonomi
rendah, pendidikan yang rendah serta adanya riwayat penolakan lingkungan
pada tahap tumbuh kembang anak.
B. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi yang menimbulkan harga diri rendah antara lain:
a. Riwayat trauma seperti adanya penganiayaan seksual dan pengalaman
psikologis yang tidak menyenangkan, menyaksikan peristiwa yang
mengancam kehidupan, menjadi pelaku, korban maupun saksi dari perilaku
kekerasan.
b. Ketegangan peran: Ketegangan peran dapat disebabkan karena
1. Transisi peran perkembangan: perubahan normatif yang berkaitan dengan
pertumbuhan seperti transisi dari masa kanak-kanak ke remaja.
2. Transisi peran situasi: terjadi dengan bertambah atau berkurangnya
anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian
c. Transisi peran sehat-sakit: merupakan akibat pergeseran dari kondisi
sehatkesakit.
Transisi ini dapat dicetuskan antara lain karena kehilangan sebahagian anggota
tuhuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh. Atau
perubahan fisik yang berhubungan dengan tumbuh kembang normal, prosedur
medis dan keperawatan.
Pohon Masalah
Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah

Koping Individu Tidak Efektif

III. DATA DAN MASALAH KEPERAWATAN


A. DATA (SUBJEKTIF & OBJEKTIF) DAN MASALAH KEPERAWATAN
a. Subjektif
1. Menilai diri negative (mis. tidak berguna, tidak tertolong)
2. Merasa malu atau bersalah
3. Melebih – lebihkan penilaian negative tentang diri sendiri
4. Menolak penilaian positif tentang diri sendiri
5. Sulit berkonsentrasi
b. Objektif
1. Berbicara pelan dan lirih
2. Menolak berinteraksi dengan orang lain
3. Berjalan menunduk
4. Postur tubuh menunduk
5. Kontak mata kurang
6. Lesu dan tidak bergairah
7. Pasif
8. Tidak mampu membuat keputusan

B. DATA YANG PERLU DIKAJI LEBIH LANJUT


1. Memandang kehidupan kearah yang pesimis
2. Tidak mau diberi pujian
3. Terjadi penurunan produktivitas
4. Tidak memperhatikan perawatan diri
5. Pakaian tidak rapi
6. Selera makan berkurang.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Harga diri rendah situasional b/d perubahan peran sosial

IV. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


No. SDKI SLKI SIKI
1. Harga diri Setelah dilakukan Tindakan Manajemen prilaku
rendah keperawatan selama 1 minggu Observasi:
situasional b/d diharapkan masalah keperawatan - Identifikasi harapan untuk
perubahan harga diri rendah membaik mengendalikan perilaku
peran sosial dengan kriteria hasil: Terapeutik:
Harga diri - Diskusikan tanggung jawab
1. Penerimaan penilaian terhadap perilaku
positif terhadap diri sendiri - Jadwalkan kegiatan
meningkat terstruktur
2. Berjalan menampakkan - Ciptakan dan pertahankan
wajah meningkat lingkungan dan kegiatan
3. Postur tubuh menampakkan perawatan konsisten setiap
wajah meningkat dinas
4. Konsentrasi meningkat - Tingkatkan aktivitas fisik
5. Kontak mata meningkat sesuai kemampuan
6. Percaya diri berbicara - Batasi jumlah pengunjung
meningkat - Bicara dengan nada rendah
7. Gairah aktivitas meningkat dan tenang
- Lakukan kegiatan
pengalihan terhadap
sumber agitasi
- Cegah perilaku pasif dan
agresif
- Beri penguatan positif
terhadap keberhasilan
mengendalikan perilaku
- Lakukan pengekangan fisik
sesuai indikasi
- Hindari bersikap
menyudutkan dan
menghentikan pembicaraan
- Hindari sikap mengancam
atau berdebat
- Hindari berdebat atau
menawar batas perilaku
yang telah ditetapkan
Edukasi:
- Informasikan keluarga
bahwa keluarga sebagai
dasar pembentukan
kognitif
DAFTAR PUSTAKA
Stuart, G. W., & Laraia, M. T. (2009). Principles And Practice of Psychiatric Nursing. (10th
ed). Jakarta: EGC. pp: 11, 97-110.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai