0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
11 tayangan2 halaman
1. Desa Ngalian memanfaatkan pohon kelapa untuk berbagai keperluan seperti bahan bangunan, makanan, dan minuman.
2. Petani di desa ini mulai memanfaatkan kelapa muda atau "degan" sebagai minuman yang dijual ke kota.
3. Jeli degan kini diproduksi di Desa Ngalian dengan berbagai rasa buah-buahan dan dikemas secara sederhana.
1. Desa Ngalian memanfaatkan pohon kelapa untuk berbagai keperluan seperti bahan bangunan, makanan, dan minuman.
2. Petani di desa ini mulai memanfaatkan kelapa muda atau "degan" sebagai minuman yang dijual ke kota.
3. Jeli degan kini diproduksi di Desa Ngalian dengan berbagai rasa buah-buahan dan dikemas secara sederhana.
1. Desa Ngalian memanfaatkan pohon kelapa untuk berbagai keperluan seperti bahan bangunan, makanan, dan minuman.
2. Petani di desa ini mulai memanfaatkan kelapa muda atau "degan" sebagai minuman yang dijual ke kota.
3. Jeli degan kini diproduksi di Desa Ngalian dengan berbagai rasa buah-buahan dan dikemas secara sederhana.
Pohon kelapa merupakan pohon yang dapat tumbuh dan berbuah di Desa Ngalian. Usia produktif pohon kelapa ini mulai bibit tanam kurang lebih membutuhkan paling cepat 3 sampai tahun tergantung bibit kelapa yang ditanam. Pohon kelapa banyak dimanfaatkan masyarakat banyak mulai dari batang pohon bisa untuk kontuksi bangunan rumah, janur bisa untuk bungkus kupat, lidi untuk sapu, manggar untuk disadap atau di-deres (bahasa Jawa) dan buah kelapanya untuk kebutuhan masak secara umum. Di Desa Ngalian sebagian besar pohon kelapa di ambil niranya atau di-deres oleh petani penderes untuk dibuat gula merah, petani penderes ini menjadikan pokok ekonomi karena setiap pagi dan sore diambil niranya untuk di produksi gula kelapa merah yang bermacam bentuk sesuai permintaan pembeli. Di desa Ngalian ada kurang lebih 525 petani penderes yang sudah berapa puluh tahun menjalankan aktivitas dari turun temurun. Bagi masyarakat yang tidak menderes pohon kelapanya petani membiarkan pohon kelapa untuk dipanen buah kelapanya yang kurang lebih dari awal tumbuh manggar sampai kelapa siap panen membutuhkan waktu 6 bulan. Petani kelapa pernah mengalami hasil produksi sangat minim 4 tahun yang lalu yaitu dengan harga butir kelapa di hargai hanya Rp. 500 per butir, sehingga pada saat itu tidak hanya petani yang punya kerugian besar tapi juga pedang pembelinya berdampak penurunan hasil omset. Pada saat itulah para petani dan pedagang berpikir banyak bagaimana untuk menyelamatkan ekonomi petani kelapa di Desa Ngalian. Setelah mencoba beberapa alternatif sebut saja Pak Sumanto sebagai pedagang kelapa memulai menawarkan kelapa muda atau bahasa Jawanya (degan). Lambat laun para petani mulai menjual kelapa muda karena dengan harga yang lebih tinggi dari kelapa tua dan lebih cepat panen, dan pembeli kelapa muda membelinya langsung di pohon karena biar aman dan tidak pecah dalam memetiknya, karena harus dikerek dengan tambang tali. Sebelum kelapa muda degan dijualbelikan, degan merupakan minuman orang ndeso yang pada saat itu hanya untuk dikonsumsi petani yang di ladang mengalami kehausan saja, karena yang alami tanpa masak airnya diminum manis tanpa ada pemanis buatan, sehingga tidak ada efek samping orang yang menikmati degan. Degan itu dulu bukan sebuah minuman yang di nikmati orang banyak. Namun setelah degan dijualbelikan sampai di kota, justru degan seakan menjadi minuman yang unik atau menarik karena rasanya alami dan menyegarkan. Hari demi hari kebutuhan degan di kota semakin meningkat pemasarannya terutama di daerah pariwisata, sehingga menjadi usaha baru bagi pedagang. Karena kebutuhan yang meningkat maka muncullah pedagang-pedagang baru, seperti di wilayah jalur jalan- jalan menuju tempat pariwisata. Namun tanpa disadari pada saat itu ada sebuah bencana global yang kita kenal yaitu Covid 19 atau corona yang melemahkan perekonomian di segala bidang usaha termasuk pedagang degan. Karena semua usaha pariwisata di tutup total beberapa bulan untuk tidak beroperasi normal sampai saat ini. Dengan dampak tersebut maka para pedagang degan memulai lagi untuk bisa menyajikan minuman degan ini lebih di sukai dan dinikmati kapan saja tanpa kendala. Pak Sumanto salah satu pedagang dengan melalui belajar dari teman yang lebih dulu memulai membuat minuman jeli degan, dia akhirnya mendapatkan ilmu bisa meniru rekan kerja untuk membuat jeli degan tersebut. Jeli degan pada saat ini sudah dapat diproduksi di Desa Ngalian dengan variasi rasa yang tetap segar dan tentunya sehat alami, karena terbuat dari bahan bahan yang tidak mengandung kimia sehingga tidak ada efek samping dan dapat dinikmati kapan saja. Jeli degan yang di produksi di Ngalian mempunyai varian rasa buah-buahan seperti mangga, klengkeng, anggur, buah naga, leci dan lain-lainnya tentunya sesuai musim buah tersebut. Jeli degan yang di produksi Pak Sumanto ada dua kemasan yaitu, berbentuk kemasan gelas dan berbentuk asli buah degan yang di bentuk sangat sederhana tapi berkelas. Ada pun cara pembuatannya sangat sederhana dan masih manual dalam sehari hanya mampu membuat 20 sampai 30 bungkus saja. Bahan bahan yang di gunakan adalah: 1. 5 buah degan (air dan isi buahnya dipisah) 2. Agar-agar 3. Buah buah segar (bersihkan dan potong potong) Cara membuat 1. Tuang air degan kedalam panci kemudian ma- sukkan agar-agar masak hingga mendidih. 2. Tuang kedalam batok kelapa yang sudah diam- bil air dan daging buahnya. 3. Masukan kembali daging degan yang tadi sudah disiapkan. 4. Setelah agak membeku masukan buah-buahan segar yang sudah diiris iris. Jeli degan yang tanpa toping buah-buahan bisa bertahan sekitar 4 hari di dalam kulkas, akan tetapi jika sudah ditambah dengan toping buah maka tidak bisa bertahan lebih dari satu hari saja. Kami sangat membutuhkan bimbingan saran baik di bidang pengemasan pemasaran, dan legalitasnya. Semoga pemerintah Kecamatan bisa membantu membimbing agar produk jeli degan ini bisa terpasarkan dengan baik.