DOSEN PEMBIMBING :
Ns. Triyana Harlina Putri, M.Kep
PEMBIMBING KLINIK :
Ns. Dwi Suseno, S.Kep
DISUSUN OLEH :
Nama : Anugrah Syahrurramadhan
NIM : I1032191019
B. Etiologi
Menurut (PPNI, 2016), Penyebab harga diri rendah, yaitu:
1. Terpapar situasi traumatis
2. Kegagalan berulang
3. Kurangnya pengakuan dari orang lain
4. Ketidakefektifan mengatasi masalah kehilangan
5. Gangguan psikiatri
6. Penguatan negatif berulang
7. Ketidaksesuaian budaya
Menurut Stuart, 2006. faktor- faktor yang mengakibatkan harga diri rendah
kronik meliputi factor predisposisi dan faktor presipitasi sebagai berkut:
1. Faktor Predisposisi
a. Biologi
Faktor heriditer (keturunan) seperti adanya riwayat anggota keluarga
yang mengalami gangguan jiwa Selain itu adanya riwayat penyakit
kronis atau 5 Universitas Muhammadiyah Magelang trauma kepala
merupakan merupakan salah satu faktor penyebab gangguan jiwa.
b. Psikologis Masalah psikologis yang dapat menyebabkan timbulnya
harga diri rendah adalah pengalaman masa lalu yang tidak
menyenangkan, penolakan dari lingkungan dan orang terdekat serta
harapan yang tidak realistis. Kegagalan berulang, kurang mempunyai
tanggungjawab personal dan memiliki ketergantungan yang tinggi pada
orang lain merupakan faktor lain yang menyebabkan gangguan jiwa.
Selain itu pasiendengan harga diri rendah memiliki penilaian yang
negatif terhadap gambaran dirinya, mengalami krisis identitas, peran
yang terganggu, ideal diri yang tidak realistis.
c. Faktor Sosial Budaya
Pengaruh sosial budaya yang dapat menimbulkan harga diri rendah
adalah adanya penilaian negatif dari lingkungan terhadap klien, sosial
ekonomi rendah, pendidikan yang rendah serta adanya riwayat
penolakan lingkungan pada tahap tumbuh kembang anak.
2. Faktor Presipitasi
a. Riwayat trauma seperti adanya penganiayaan seksual dan pengalaman
psikologis yang tidak menyenangkan, menyaksikan peristiwa yang
mengancam kehidupan, menjadi pelaku, korban maupun saksi dari
perilaku kekerasan.
b. Ketegangan peran: Ketegangan peran dapat disebabkan karena:
1) Transisi peran perkembangan: perubahan normatif yang berkaitan
dengan pertumbuhan seperti transisi dari masa anak-anak ke remaja.
2) Transisi peran situasi: terjadi dengan bertambah atau berkurangnya
anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.
3) Transisi peran sehat-sakit: merupakan akibat pergeseran dari kondisi
sehat kesakit. Transisi ini dapat dicetuskan antara lain karena
kehilangansebahagian anggota tuhuh, perubahan ukuran, bentuk,
penampilan atau fungsi tubuh atau perubahan fisik yang
berhubungan dengan tumbuh kembang normal, prosedur medis dan
keperawatan (Nurhalimah, 2016).
C. Diagnosa Medis
Diagnosa medis yang mungkin muncul: Skizoid
Skizoid kondisi ketika orang menghindari kegiatan sosial dan berinteraksi
dengan orang lain. Kelainan kepribadian skizoid adalah gangguan dimana
orang yang memilikinya selalu bersifat menjauhkan diri dari orang lain serta
memiliki pemikiran yang bersifat eksentrik (Kartono & Kartini, 1987).
D. Menifestasi Klinis
Pasien dengan harga diri rendah akan tampak bingung, kurang memori
dalam jangka waktu panjang atau pendek, kurangnya perhatian merasa putus
asa, merasa tidak berdaya, merasa tidak berharga atau tidak berguna, kurang
aktivitas atau menurunnya aktivitas yang menyenangkan, menarik diri, kurang
sosialisasi, merusak diri (Kuntari dkk, 2017).
Sedangkan menurut (PPNI, 2016), ungkapan negatif tentang diri sendiri
merupakan salah satu tanda dan gejala harga diri rendah. Selain itu tanda dan
gejala harga diri rendah didapatkan dari data subyektif dan obyektif.
1. Tanda dan Gejala Mayor
a. Tanda (Obyektif)
1) Enggan mencoba hal baru
2) Berjalan menunduk
3) Postur tubuh menunduk
b. Gejala (Subjektif)
1) Menilai diri negatif (misal:tidak berguna, tidak tertolong)
2) Merasa malu atau bersalah
3) Merasa tidak mampu melakukan apapun
4) Meremehkan kemampuan mengatasi masalah
5) Merasa tidak memiliki kelebihan atau kemampuan positif
6) Melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri
7) Menolak penilaian positif tentang diri sendiri
b. Evaluasi/validasi
“Ani terlihat diam saja pagi ini ada apa, apa yang ani sedang pikirkan?, Nah
bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yang
pernah Ani lakukan? Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih dapat
Ani lakukan disini. Setelah kita nilai, kita akan pilih salah satu kegiatan untuk
kita latih.”
c. Kontrak
“Baiklah dimana kita duduk ? bagaimana kalau di sini saja ? Berapa lama Ani
mau kita berbincang-bincang ? Bagaimana kalau 20 menit ?”
d. Tujuan
“Supaya kita dapat mendiskusikan kemampuan dan aspek positif apa saja yang
Ani miliki, dan nanti kita dapat melakukan kegiatan yang ani suka”
2. Kerja
“Ani, apa saja kemampuan yang Ani miliki? bagus, apa lagi? saya buat
daftarnya ya! apa saja kegiatan rumah tangga yang biasa ani lakukan?
bagaimana dengan merapikan kamar? menyapu? mencuci piring..............dst”.
“wah, bagus sekali ada lima kemampuan dan kegiatan yang Ani miliki “.
“Nah, dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat
dikerjakan di rumah sakit ? coba kita lihat, yang pertama bisakah, yang
kedua.......sampai 5. Sekarang, coba Ani pilih satu kegiatan yang masih bisa
dikerjakan di rumah sakit ini”.
“Yang nomor satu, merapikan tempat tidur? Kalau begitu, bagaimana kalau
sekarang kita latihan merapihkan tempat tidur?.” Mari kita lihat tempat tidur
Ani. Coba lihat, sudah rapikah tempat tidurnya?”
“Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal
dan selimutnya. Bagus ! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita
balik.”
”Nah, sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus
!. Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan.
Sekarang ambil bantal, rapikan, dan letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita
lipat selimut, nah letakkan sebelah bawah/kaki. Bagus !” Wah, Ani sudah bisa
merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan, bedakah dengan
sebelum dirapikan? Bagus ”
3. Terminasi
a. Evaluasi
1) Evaluasi subjektif
2) Evaluasi objektif
“Nah kemampuan ini dapat Ani lakukan. Sekarang, mari kita masukkan
pada jadwal harian Ani. Ani mau berapa kali sehari merapikan tempat
tidur? Bagus, dua kali yaitu pagi jam berapa? Lalu sehabis istirahat siang
jam 15.00 WIB. Oh iya saat melakukan kegiatanl Ani jangan lupa memberi
tanda MMM (mandiri) kalau Ani lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan)
jika diingatkan bisa melakukan, dan T (tidak) melakukan.”
2. Kerja
“Apa yang bapak/Ibu ketahui tentang masalah Ani”
“Ya memang benar sekali Bu, Ani itu memang terlihat tidak percaya diri dan
sering menyalahkan dirinya sendiri. Misalnya pada Ani, ia sering menyalahkan
dirinya dan mengatakan dirinya adalah orang paling bodoh sedunia. Dengan
kata lain, anak Ibu memiliki masalah harga diri rendah yang ditandai dengan
munculnya pikiran-pikiran yang selalu negatif terhadap diri sendiri. Bila
keadaan Ani ini terus menerus seperti itu, Ia bisa mengalami masalah yang
lebih berat lagi, misalnya Ani jadi malu bertemu dengan orang lain dan
memilih mengurung diri”
“Sampai disini, Ibu mengerti apa yang dimaksud harga diri rendah?”, “Bagus
sekali bapak/Ibu sudah mengerti” “Setelah kita mengerti bahwa masalah Ani
dapat menjadi masalah serius, maka kita perlu memberikan perawatan yang
baik untuk Ani” ”bu, apa saja kemampuan yang dimiliki Anoi? Ya benar, dia
juga mengatakan hal yang sama (kalau sama dengan kemampuan yang
dikatakan Ani)
”Ani telah berlatih dua kegiatan yaitu merapihkan tempat tidur dan cuci piring.
Serta telah dibuat jadwal untuk melakukannya. Untuk itu, Ibu dapat
mengingatkan Ani untuk melakukan kegiatan tersebut sesuai jadwal. Tolong
bantu menyiapkan alatalatnya, ya Bu. Jangan lupa memberikan pujian agar
harga dirinya meningkat. Ajak pula memberi tanda cek list pada jadual yang
kegiatannya”.
”Selain itu, bila Ani sudah tidak lagi dirawat di Rumah sakit, Ibu tetap perlu
memantau perkembangan Ani. Jika masalah harga dirinya kembali muncul dan
tidak tertangani lagi, Ibu dapat membawa Ani ke puskesmas”
3. Terminasi
a. Evaluasi
1) Evaluasi subjektif
2) Evaluasi objektif
“Dapatkah Ibu jelaskan kembali maasalah yang dihadapi T dan
bagaimana cara merawatnya.”
“Bagus sekali bapak/Ibu dapat menjelaskan dengan baik. Nah setiap kali
Ibu kemari lakukan seperti itu. Nanti di rumah juga demikian. Bagaimana
kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk latihan cara memberi
pujian langsung kepada Ani.”
“Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk latihan
cara memberi pujian langsung kepada Ani. Jam berapa Ibu datang? Baik
saya tunggu ya. Sampai jumpa.”
DAFTAR PUSTAKA
MALANG
Mustofa M., Fitri n., Hasanah U. 2022. Penerapan Terapi Menggambar Pada Pasien
Stuart, 2016. Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa, edisi Indonesia.
Elsevier : Singapura