Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN MASALAH UTAMA HARGA DIRI RENDAH

DOSEN PEMBIMBING :
Ns. Triyana Harlina Putri, M.Kep

PEMBIMBING KLINIK :
Ns. Dwi Suseno, S.Kep

DISUSUN OLEH :
Nama : Anugrah Syahrurramadhan

NIM : I1032191019

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2022
A. Pengrtian
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah
diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri (Yosep, 2015) dalam (Sutinah, 2017).
Harga diri rendah kronis adalah evalusi atau perasaan negatif terhadap diri
sendiri atau kemampuan klien seperti tidak berati, tidak berharga, tidak berdaya
yang berlangsung dalam waktu lama dan terus-menerus (PPNI, 2016).
Ganguan harga diri yang disebut sebagain harga diri rendah dapat terjadi
secara: (Mukhripah Damaiyanti, 2014)
a. Situasional, yaitu terjadi terutama yang tiba-tiba, misalnya harus operasi,
kecelakaan, dicerai suami atau istri, putus sekolah, putus hubungan kerja,
perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara
tiba-tiba).
b. Kronik, yaitu perasaan negative terhadap diri berlangsung lama, yaitu
sebelum sakit atau dirawat. Klien ini mempunyai cara yang berpikir yang
negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negative
terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respon mal yang adaptif.
Kondisi ini dapat ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronik atau
pada klien gangguan jiwa.
Perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri dan harga diri,
merasa gagal mencapai keinginan juga merupakan harga diri rendah. Harga diri
adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Keliat, A.B., & Akemat, 2009).

B. Etiologi
Menurut (PPNI, 2016), Penyebab harga diri rendah, yaitu:
1. Terpapar situasi traumatis
2. Kegagalan berulang
3. Kurangnya pengakuan dari orang lain
4. Ketidakefektifan mengatasi masalah kehilangan
5. Gangguan psikiatri
6. Penguatan negatif berulang
7. Ketidaksesuaian budaya
Menurut Stuart, 2006. faktor- faktor yang mengakibatkan harga diri rendah
kronik meliputi factor predisposisi dan faktor presipitasi sebagai berkut:
1. Faktor Predisposisi
a. Biologi
Faktor heriditer (keturunan) seperti adanya riwayat anggota keluarga
yang mengalami gangguan jiwa Selain itu adanya riwayat penyakit
kronis atau 5 Universitas Muhammadiyah Magelang trauma kepala
merupakan merupakan salah satu faktor penyebab gangguan jiwa.
b. Psikologis Masalah psikologis yang dapat menyebabkan timbulnya
harga diri rendah adalah pengalaman masa lalu yang tidak
menyenangkan, penolakan dari lingkungan dan orang terdekat serta
harapan yang tidak realistis. Kegagalan berulang, kurang mempunyai
tanggungjawab personal dan memiliki ketergantungan yang tinggi pada
orang lain merupakan faktor lain yang menyebabkan gangguan jiwa.
Selain itu pasiendengan harga diri rendah memiliki penilaian yang
negatif terhadap gambaran dirinya, mengalami krisis identitas, peran
yang terganggu, ideal diri yang tidak realistis.
c. Faktor Sosial Budaya
Pengaruh sosial budaya yang dapat menimbulkan harga diri rendah
adalah adanya penilaian negatif dari lingkungan terhadap klien, sosial
ekonomi rendah, pendidikan yang rendah serta adanya riwayat
penolakan lingkungan pada tahap tumbuh kembang anak.
2. Faktor Presipitasi
a. Riwayat trauma seperti adanya penganiayaan seksual dan pengalaman
psikologis yang tidak menyenangkan, menyaksikan peristiwa yang
mengancam kehidupan, menjadi pelaku, korban maupun saksi dari
perilaku kekerasan.
b. Ketegangan peran: Ketegangan peran dapat disebabkan karena:
1) Transisi peran perkembangan: perubahan normatif yang berkaitan
dengan pertumbuhan seperti transisi dari masa anak-anak ke remaja.
2) Transisi peran situasi: terjadi dengan bertambah atau berkurangnya
anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.
3) Transisi peran sehat-sakit: merupakan akibat pergeseran dari kondisi
sehat kesakit. Transisi ini dapat dicetuskan antara lain karena
kehilangansebahagian anggota tuhuh, perubahan ukuran, bentuk,
penampilan atau fungsi tubuh atau perubahan fisik yang
berhubungan dengan tumbuh kembang normal, prosedur medis dan
keperawatan (Nurhalimah, 2016).

C. Diagnosa Medis
Diagnosa medis yang mungkin muncul: Skizoid
Skizoid kondisi ketika orang menghindari kegiatan sosial dan berinteraksi
dengan orang lain. Kelainan kepribadian skizoid adalah gangguan dimana
orang yang memilikinya selalu bersifat menjauhkan diri dari orang lain serta
memiliki pemikiran yang bersifat eksentrik (Kartono & Kartini, 1987).

D. Menifestasi Klinis
Pasien dengan harga diri rendah akan tampak bingung, kurang memori
dalam jangka waktu panjang atau pendek, kurangnya perhatian merasa putus
asa, merasa tidak berdaya, merasa tidak berharga atau tidak berguna, kurang
aktivitas atau menurunnya aktivitas yang menyenangkan, menarik diri, kurang
sosialisasi, merusak diri (Kuntari dkk, 2017).
Sedangkan menurut (PPNI, 2016), ungkapan negatif tentang diri sendiri
merupakan salah satu tanda dan gejala harga diri rendah. Selain itu tanda dan
gejala harga diri rendah didapatkan dari data subyektif dan obyektif.
1. Tanda dan Gejala Mayor
a. Tanda (Obyektif)
1) Enggan mencoba hal baru
2) Berjalan menunduk
3) Postur tubuh menunduk
b. Gejala (Subjektif)
1) Menilai diri negatif (misal:tidak berguna, tidak tertolong)
2) Merasa malu atau bersalah
3) Merasa tidak mampu melakukan apapun
4) Meremehkan kemampuan mengatasi masalah
5) Merasa tidak memiliki kelebihan atau kemampuan positif
6) Melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri
7) Menolak penilaian positif tentang diri sendiri

2. Tanda dan gejala miyor


a. Tanda (Objektif)
1) Kontak mata kurang
2) Lesu dan tidak bergairah
3) Berbicara pelan dan lirih
4) Pasif
5) Perilaku tidak asertif
6) Mencari penguatan secara berlebihan
7) Bergantung pada pendapat orang lain
8) Sulit membuat keputusan
b. Gejala (Subjektif)
1) Merasa sulit konsentrasi
2) Sulit tidur
3) Mengungkapkan keputusasaan.

E. Tujuan Asuhan Keperawatan


Menurut Isnai R (2020) tujuannya yaitu:
1. Kognitif,klien mampu :
a. Mengenal aspek positif dan kemampuan yang dimiliki
b. Menilai aspek positif dan kemampuan yang dapat dilakukan
c. Memilih aspek positif dan kemampuan yang ingin dilakukan
2. Psikomotor,klien mampu:
a. Melakukan aspek positif dan kemampuan yang dipilih
b. Berperilaku aktif
c. Menceritakan keberhasilan pada orang lain
3. Afektif , klien mampu :
a. Merasakan manfaat latihan yang dilakukan
b. Menghargai kemampuan diri (bangga).
c. Meningkatkan harga diri

Menurut Keliat (2019), tujuannya yaitu pasien mampu:

1. Membina hubungan saling percaya


2. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3. Menilai kemampuan yang dapat digunakan
4. Menetapkan atau memilih kegiatan yang telah dipilih sesuai
5. kemampuan
6. Merencanakan kegiatan yang telah dilatih

F. Tindakan Keperawatan Ners Untuk Individu


Asuhan Keperawatan Jiwa dalam Isnai R (2020), yaitu:
1. Pengkajian: kaji tanda dan gejala serta penyebab harga diri rendah
2. Diagnosis: jelaskan proses terjadinya harga diri rendah
3. Tindakan keperawatan
a. Diskusikan aspek positif dan kemampuanyang pernah dan masih
dimiliki klien
b. Bantu klien menilai aspek positif dan kemampuan yang pernah dan
masih dimiliki dan dapat digunakan/dilakukan
c. Bantu klien memilih aspek positif atau kemampuan yang akan dilatih
d. Latih aspek positif atau kemampuan yang dipilih dengan motivasi yang
positif.
e. Berikan pujian untuk setiap kegiatan yang dilakukan dengan baik
f. Fasilitasi klien bercerita tentang keberhasilannya
g. Bantu klien membuat jadwal latihan untuk membudayakan
h. Bantu klien menilai manfaat latigan yang dimiliki
G. Tindaka Keperawatan Ners Untuk Keluarga
Asuhan Keperawatan Jiwa dalam Isnai R (2020), yaitu:
1. Kaji masalah klien yang dirasakan keluarga dalam merawat klien
2. Menjelaskan proses terjadinya harga diri rendah yang dialami klien
3. Mendiskusikan cara merawat harga diri rendah dan memutuskan cara
merawat yang sesuai dengan kondisi klien
4. Melatih keluarga merawat harga diri rendah klien
a. Mendiskusikan aspek positif dan kemampuan yang dimiliki klien
b. Membimbing klien melakukan aspek positif dan kemampuan yang
c. dimiliki klien: memilih, melatih, memberi motivasi
d. Memberi pujian atas keberhasilan klien
5. Melibatkan seluruh anggota keluarga menciptakan suasana lingkungan
yang nyaman: mengurangi kritik, memfasilitasi keberhasilan dan memberi
pujian
6. Menjelaskan tanda dan gejala harga diri rendah kronik yang memerlukan
rujukan, serta melakukan follow up ke pelayanan kesehatan secara teratur.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


A. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
a. Subjektif :
1) Klien merasa tidak mampu melakukan sesuatu
2) Klien menyalahkan diri sendiri
3) Pesimis menghadapi hidup
4) Klien menyangkal / menolak pujian yang diberikan
b. Objektif :
1) Klien tampak tidak memperhatikan perawatan diri
2) Klien tidak menatap lawan bicara saat berbicara
3) Klien bicara lambat dan Nada suara lemah
2. Diagnosa keperawatan: Harga diri rendah
3. Tujuan
a. Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien
b. Membantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan
c. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai
kemampuan pasien
d. Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih
4. Tindakan keperawatan
a. Bersama pasien mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimilki
b. Bantu pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
c. Bantu pasien memilih dan melatih kemampuan yang dapat digunakan

B. Strategi komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan (Klien)


1. Orientasi
a. Salam terapeutik

“Assalamualaikum ibu, perkenalkan nama saya Widia Cyntia, saya senang


dipanggil Widia. Hari ini saya dinas pagi dari pukul 07.00-14.00 wib. Saya yang
akan merawat ibu hari ini. Nama ibu siapa, senangnya dipanggil siapa?”

b. Evaluasi/validasi

“Ani terlihat diam saja pagi ini ada apa, apa yang ani sedang pikirkan?, Nah
bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yang
pernah Ani lakukan? Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih dapat
Ani lakukan disini. Setelah kita nilai, kita akan pilih salah satu kegiatan untuk
kita latih.”
c. Kontrak
“Baiklah dimana kita duduk ? bagaimana kalau di sini saja ? Berapa lama Ani
mau kita berbincang-bincang ? Bagaimana kalau 20 menit ?”
d. Tujuan
“Supaya kita dapat mendiskusikan kemampuan dan aspek positif apa saja yang
Ani miliki, dan nanti kita dapat melakukan kegiatan yang ani suka”

2. Kerja

“Ani, apa saja kemampuan yang Ani miliki? bagus, apa lagi? saya buat
daftarnya ya! apa saja kegiatan rumah tangga yang biasa ani lakukan?
bagaimana dengan merapikan kamar? menyapu? mencuci piring..............dst”.
“wah, bagus sekali ada lima kemampuan dan kegiatan yang Ani miliki “.
“Nah, dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat
dikerjakan di rumah sakit ? coba kita lihat, yang pertama bisakah, yang
kedua.......sampai 5. Sekarang, coba Ani pilih satu kegiatan yang masih bisa
dikerjakan di rumah sakit ini”.
“Yang nomor satu, merapikan tempat tidur? Kalau begitu, bagaimana kalau
sekarang kita latihan merapihkan tempat tidur?.” Mari kita lihat tempat tidur
Ani. Coba lihat, sudah rapikah tempat tidurnya?”
“Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal
dan selimutnya. Bagus ! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita
balik.”
”Nah, sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus
!. Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan.
Sekarang ambil bantal, rapikan, dan letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita
lipat selimut, nah letakkan sebelah bawah/kaki. Bagus !” Wah, Ani sudah bisa
merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan, bedakah dengan
sebelum dirapikan? Bagus ”

3. Terminasi
a. Evaluasi
1) Evaluasi subjektif

“Bagaimana perasaan Ani setelah kita berbincang-bincang dan latihan


merapikan tempat tidur tadi? Ya, Ani ternyata banyak mempunyai
kemampuan yang dapat dilakukan di rumah sakit ini. Salah satunya
merapihkan tempat tidur yang sudah Ani praktekkan dengan baik tadi.”

2) Evaluasi objektif

“Nah, bisakah Ani mengulangi penjelasan saya tadi cara merapihkan


tempat tidur? Wah, bagus sekali, sekarang Ani sudah mengerti bagaimana
cara merapikan tempat tidur.”

b. Rencana tindak lanjut

“Nah kemampuan ini dapat Ani lakukan. Sekarang, mari kita masukkan
pada jadwal harian Ani. Ani mau berapa kali sehari merapikan tempat
tidur? Bagus, dua kali yaitu pagi jam berapa? Lalu sehabis istirahat siang
jam 15.00 WIB. Oh iya saat melakukan kegiatanl Ani jangan lupa memberi
tanda MMM (mandiri) kalau Ani lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan)
jika diingatkan bisa melakukan, dan T (tidak) melakukan.”

c. Kontrak yang akan datang


“Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Ani masih ingat
kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah sakit selain merapihkan
tempat tidur? Ya bagus, cuci piring.. kalu begitu kita akan latihan mencuci
piring besok jam 8 pagi ruangan ini sehabis makan pagi, sampai jumpa
besok ya.”

C. Strategi komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan (Keluarga)


1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Assalamualaikum ibu, perkenalkan nama saya Widia Cyntia, saya senang
dipanggil Widia. Hari ini saya dinas pagi dari pukul 07.00-14.00 wib. Nama
ibu siapa, senangnya dipanggil siapa?”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana keadaan Ibu pagi ini ? bu, bagaimana kalau pagi ini kita
bercakapcakap tentang cara merawat T?”
c. Kontrak
“Berapa lama waktu Bp/Ibu?30 menit? Baik, mari duduk di ruangan
wawancara.”
d. Tujuan
“Supaya ibu dapat mengetahui apa masalah yang Ani alami dan ibu dapat
melatih aspek positif ani untuk dirumah serta ibu dapat memotivasi Ani.”

2. Kerja
“Apa yang bapak/Ibu ketahui tentang masalah Ani”
“Ya memang benar sekali Bu, Ani itu memang terlihat tidak percaya diri dan
sering menyalahkan dirinya sendiri. Misalnya pada Ani, ia sering menyalahkan
dirinya dan mengatakan dirinya adalah orang paling bodoh sedunia. Dengan
kata lain, anak Ibu memiliki masalah harga diri rendah yang ditandai dengan
munculnya pikiran-pikiran yang selalu negatif terhadap diri sendiri. Bila
keadaan Ani ini terus menerus seperti itu, Ia bisa mengalami masalah yang
lebih berat lagi, misalnya Ani jadi malu bertemu dengan orang lain dan
memilih mengurung diri”
“Sampai disini, Ibu mengerti apa yang dimaksud harga diri rendah?”, “Bagus
sekali bapak/Ibu sudah mengerti” “Setelah kita mengerti bahwa masalah Ani
dapat menjadi masalah serius, maka kita perlu memberikan perawatan yang
baik untuk Ani” ”bu, apa saja kemampuan yang dimiliki Anoi? Ya benar, dia
juga mengatakan hal yang sama (kalau sama dengan kemampuan yang
dikatakan Ani)

”Ani telah berlatih dua kegiatan yaitu merapihkan tempat tidur dan cuci piring.
Serta telah dibuat jadwal untuk melakukannya. Untuk itu, Ibu dapat
mengingatkan Ani untuk melakukan kegiatan tersebut sesuai jadwal. Tolong
bantu menyiapkan alatalatnya, ya Bu. Jangan lupa memberikan pujian agar
harga dirinya meningkat. Ajak pula memberi tanda cek list pada jadual yang
kegiatannya”.

”Selain itu, bila Ani sudah tidak lagi dirawat di Rumah sakit, Ibu tetap perlu
memantau perkembangan Ani. Jika masalah harga dirinya kembali muncul dan
tidak tertangani lagi, Ibu dapat membawa Ani ke puskesmas”

”Nah bagaimana kalau sekarang kita praktekkan cara memberikan pujian


kepada Ani” ”Temui Ani dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu
berikan pujian yangyang mengatakan: Bagus sekali Ani, kamu sudah semakin
terampil mencuci piring” ”Coba Ibu praktekkan sekarang. Bagus”

3. Terminasi
a. Evaluasi
1) Evaluasi subjektif

“Bagaimana perasaan bu setelah percakapan kita ini”

2) Evaluasi objektif
“Dapatkah Ibu jelaskan kembali maasalah yang dihadapi T dan
bagaimana cara merawatnya.”

b. Rencana tindak lanjut

“Bagus sekali bapak/Ibu dapat menjelaskan dengan baik. Nah setiap kali
Ibu kemari lakukan seperti itu. Nanti di rumah juga demikian. Bagaimana
kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk latihan cara memberi
pujian langsung kepada Ani.”

c. Kontrak yang akan datang

“Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk latihan
cara memberi pujian langsung kepada Ani. Jam berapa Ibu datang? Baik
saya tunggu ya. Sampai jumpa.”

DAFTAR PUSTAKA

Budiono, & Sumirah B. P. (2015) Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta


Isnain R. 2020. Manajemen Peningkatan Harga Diri Pada Pasien Harga Diri

Rendah. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Magelang.

Ibrahim A. 2016. Harga Diri Rendah (Hdr) Puskesmas Kecamatan Bantur

Malang. FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA.

MALANG

Kuntari M & Nyumirah S. 2017. Asuhan Keperawatan Pada Tn. N Dengan

Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah. Akademi Keperawatan Pasar

Rebo. Jakarta Timur

Mustofa M., Fitri n., Hasanah U. 2022. Penerapan Terapi Menggambar Pada Pasien

Harga Diri Rendah Implementation Of Drawing Therapy On Patients Of

Low Self-Esteem. Jurnal Cendikia Muda. Volume 2, Nomor

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP


PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indoensia. Jakarta: DPP
PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.

Stuart, 2016. Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa, edisi Indonesia.

Elsevier : Singapura

Anda mungkin juga menyukai